Anda di halaman 1dari 6

18

Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Vol 3.No.2 Desember 2017


Avaiable online at www.jurnal-pharmaconmw.com/jmpi
p-ISSN : 2442-6032
e-ISSN : 2598-9979

Formulasi Emulgel Antijerawat Minyak Nilam (Patchouli oil) Menggunakan


Tween 80 dan Span 80 sebagai Pengemulsi dan HPMC sebagai Basis Gel
Nur Saadah Daud1, Evi Suyanti1
1 Akademi Farmasi Bina Husada Kendari,

ABSTRAK
Minyak atsiri termasuk minyak nilam (Patchouli minyak nilam, homogen tipe emulsi minyak
oil) diketahui memiliki aktivitas antibakteri dalam air (M/A) dengan pH berkisar 5,78-6,08
terhadap beberapa bakteri penyebab jerawat. yang memenuhi syarat pH kulit normal dan tidak
Aktivitas ini menyebabkan minyak nilam menyebabkan iritasi. Nilai daya sebar sediaan
berpotensi untuk dikembangkan ke dalam berkisar 3,5 – 6,8 cm. Nilai daya sebar ini
berbagai bentuk sediaan antijerawat, salah satunya berbanding terbalik dengan nilai viskositas
adalah emulgel. Emulgel merupakan bentuk sediaan yang berkisar 113,3-170,0 dPa.s. Semakin
sediaan yang cocok untuk minyak nilam yang tinggi konsentrasi minyak nilam yang digunakan,
bersifat hidrofobik, dibandingkan bentuk sediaan nilai viskositas sediaan juga semakin tinggi. Hasil
lainnya. Sediaan emulgel dibuat dengan variasi cycling test menunjukkan sediaan emulgel stabil.
konsentrasi minyak nilam yaitu 5%, 10% dan 15%. Formula C dengan konsentrasi minyak nilam 15%
Tween 80 dan Span 80 digunakan sebagai bahan adalah formula emulgel terbaik.
pengemulsi dan HPMC sebagai basis gel. Evaluasi
yang dilakukan terhadap sediaan yaitu uji Kata Kunci: Emulgel, minyak nilam, antijerawat
organoleptik (warna, bentuk dan aroma), uji pH,
uji homogenitas, uji tipe emulsi, uji daya sebar, uji Penulis korespondensi:
viskositas, uji iritasi dan uji stabilitas (cycling test). Nur Saadah Daud
Hasil penelitian menunjukkan bahwa emulgel Akademi Farmasi Bina Husada Kendari
yang dihasilkan berwarna putih-putih tulang, Nunung834@gmail.com
berbentuk semi padat (emulgel), beraroma khas

PENDAHULUAN jerawat tumbuh di dalamnya dan memicu


Jerawat (acne) merupakan penyakit terjadinya inflamasi (Rahmi H, dkk., 2015).
yang banyak diderita masyarakat terutama Pengobatan yang lazim digunakan
remaja. Jerawat merupakan gangguan pada untuk mengobati jerawat adalah dengan
kulit yang ditandai dengan adanya peradangan menggunakan antibiotik. Akan tetapi obat-obat
yang disertai penyumbatan pada saluran tersebut memiliki efek samping antara lain
kelenjar minyak dalam kulit (Ray dkk, 2013). dapat menyebabkan iritasi dan resistensi
Saat kelenjar minyak kulit terlalu aktif, pori- antibiotik. Oleh karena itu, para pakar medis
pori kulit akan tersumbat oleh timbunan lemak mengembangkan formulasi pengobatan jerawat
yang berlebihan sehingga bakteri penyebab dengan memanfaatkan bahan-bahan alami
salah satunya adalah minyak atsiri.

Nur Saadah Daud dan Evi Suyanti/Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 3(2);2017:90-95
91

Tanaman penghasil minyak atsiri propilenglikol, span 80, tween 80, dan
dengan konsentrasi tinggi adalah daun nilam. aquadest.
Minyak nilam atau yang dikenal dengan
Patchouli oil dalam industri farmasi telah Prosedur Penelitian
banyak digunakan untuk sediaan kosmetik, 1. Pembuatan Emulgel
parfum, sabun dan sediaan topikal farmasi Massa gel dibuat dengan
lainnya (Nuryani, 2006). Sediaan gel dengan mendispersikan HPMC sedikit demi sedikit
o
konsentrasi minyak 5-35% menunjukkan dalam air panas dengan suhu 80 C,
aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus didiamkan selama 20-30 menit hingga
aureus, salah satu bakteri penyebab jerawat dan HPMC mengembang lalu digerus sampai
penyakit infeksi kulit lainnya (Widyastuti dan terbentuk basis gel. Metil paraben dan
Farizal, 2014). propil paraben dilarutkan dalam
Aktivitas ini menyebabkan minyak propilenglikol, lalu dicampur dengan basis
nilam berpotensi untuk dikembangkan ke gel. Minyak nilam ditambahkan sedikit
dalam berbagai bentuk sediaan topikal, salah demi sedikit sambil digerus hingga
satunya adalah emulgel. Emulgel adalah homogen (Campuran 1).
sediaan emulsi yang dibuat dengan Massa emulsi dibuat dengan
penambahan basis gel. Keuntungan bentuk memanaskan campuran fase minyak dan
emulgel yaitu adanya komponen fase minyak fase air secara terpisah pada suhu 70 oC.
dalam sistem emulsi, sebagai salah satu Selanjutnya kedua fase tersebut
pembawa yang baik bagi zat aktif yang bersifat dimasukkan bersamaan ke dalam lumpang
hidrofobik seperti minyak nilam, yang sulit jika yang telah berisi campuran 1. Gerus ± 45
diformulasikan ke dalam suatu bentuk yang menit hingga homogen dan terbentuk massa
mengandung banyak air seperti gel (Hardenia, emulgel.
dkk., 2014). 2. Evaluasi Fisik dan Uji Stabilitas Sediaan
Evaluasi fisik sediaan dilakukan
METODE PENELITIAN untuk mengetahui apakah sediaaan emulgel
Alat dan Bahan minyak nilam dapat memenuhi syarat yang
Alat : Alat-alat gelas (Pyrex), cawan meliputi uji organoleptik (warna, bentuk,
porselin, hot plate (Thermo), mortir dan dan aroma), uji homogenitas, uji tipe
stamper, sudip, neraca analitik (Fujitsu), wadah emulsi, uji pH, uji daya sebar, uji
emulgel, viskometer Rion V-06V, pH meter viskositas, uji iritasi dan uji stabilitas
(Lutron). Bahan: minyak nilam, HPMC, metil (Cycling test).
paraben, propil paraben, parafin cair,

Nur Saadah Daud dan Evi Suyanti/Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 3(2);2017:90-95
92

Cycling test dilakukan dengan dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu
menyimpan sediaan dalam kulkas pada 40oC selama 24 jam. Proses ini terhitung 1
suhu 4oC selama 24 jam lalu dikeluarkan siklus dan dilakukan sebanyak 6 siklus.

Tabel 1. Komposisi Formula Emulgel Minyak Nilam

Formula (%)
Bahan Fungsi
A B C
Minyak nilam 5 10 15 Zat aktif
HPMC 6,5 6,5 6,5 Basis gel
Parafin cair 5 5 5 Emolien
Span 80 0,42 0,42 0,42 Pengemulsi
Tween 80 1,08 1,08 1,08 Pengemulsi
Propil paraben 0,02 0,02 0,02 Pengawet
Metil paraben 0,18 0,18 0,18 Pengawet
Propilenglikol 10 10 10 Humektan
Aquadest ad 100 ad 100 ad 100 Pelarut

HASIL dan DISKUSI tulang (Gambar 1). Perbedaan tersebut


1. Uji Organoleptik disebabkan oleh konsentrasi minyak nilam
Tabel 2 menunjukkan bahwa tekstur yang berbeda. Sifat minyak nilam yang
dan warna ketiga sediaan emulgel yang kental dan berwarna kuning bening,
dihasilkan berbeda. Ketiganya berbetuk menyebabkan semakin tinggi konsentrasi
semi padat (emulgel), akan tetapi dengan minyak nilam yang ditambahkan, semakin
kekentalan yang berbeda. Formula A dan B kental sediaan dan warna yang dihasilkan
agak encer, sedangkan kekentalan formula C semakin gelap. Aroma yang dihasilkan
sudah baik. Warna sediaan A adalah putih, untuk semua formula yaitu beraroma khas
sedangkan formula B dan C berwarna putih minyak nilam.

Gambar 1. Sediaan Emulgel Minyak Nilam (Formula C)

Nur Saadah Daud dan Evi Suyanti/Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 3(2);2017:90-95
93

2. Uji Homogenitas semua bahan tambahan yang digunakan


Pada semua sediaan tidak ditemukan terdispersi dengan baik sehingga
adanya warna yang tidak merata dan butiran menghasilkan emulgel yang homogen.
kasar pada sediaan. Hal ini menunjukkan

Tabel 2. Hasil Evaluasi Fisik, Uji Stabilitas dan Uji Iritasi


Sediaan Emulgel Minyak Nilam (n = 3)

Minggu ke -
Parameter Formula
1 2 3 4
Emulgel (agak Emulgel (agak Emulgel (agak Emulgel (agak
encer), putih, encer), putih, encer), putih, encer), putih,
A
aroma khas aroma khas aroma khas aroma khas
minyak nilam minyak nilam minyak nilam minyak nilam
Emulgel (agak Emulgel (agak Emulgel (agak Emulgel (agak
encer), putih encer), putih encer), putih encer), putih
B tulang, aroma tulang, aroma tulang, aroma tulang, aroma
Organoleptik
khas minyak khas minyak khas minyak khas minyak
nilam nilam nilam nilam
Semi padat Semi padat Semi padat Semi padat
(baik), putih (baik), putih (baik), putih (baik), putih
C tulang, aroma tulang, aroma tulang, aroma tulang, aroma
khas minyak khas minyak khas minyak khas minyak
nilam nilam nilam nilam
Homogenitas A, B & C Homogen Homogen Homogen Homogen
A 5,94 5,98 6,06 6,08
pH B 5,96 5,80 6,08 6,01
C 5,78 5,84 6,04 6,06
Tipe emulsi A, B & C M/A M/A M/A M/A
A 6,8 6,8 6,2 6,8
Daya sebar 5,7 5,5 5,3 5,5
B
(cm)
C 4,5 4,4 3,8 3,5
A 113,3 113,3 113,3 120,0
Viskositas
B 126,6 126,6 120,0 123,3
(dPa.s)
C 166,6 166,6 170,0 170,0
Cycling Test A, B & C Stabil Stabil Stabil Stabil
Tidak Tidak Tidak Tidak
Uji Iritasi A, B & C
mengiritasi mengiritasi mengiritasi mengiritasi

Keterangan :
Formula A = Formula dengan konsentrasi zat aktif 5%
Formula B = Formula dengan konsentrasi zat aktif 10%
Formula C = Formula dengan konsentrasi zat aktif 15%

a. Uji pH standar pH kulit normal yaitu 4,5- 6,5


Perbedaan konsentrasi minyak sehingga emulgel yang dihasilkan
nilam yang digunakan menghasilkan aman untuk digunakan.
pH sediaan yang berbeda, namun
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel b. Uji Tipe Emulsi
2, pH semua sediaan masih memenuhi

Nur Saadah Daud dan Evi Suyanti/Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 3(2);2017:90-95
94

Pengujian tipe emulsi minyak nilam yang ditambahkan, maka


dilakukan dengan metode pengenceran, nilai viskositas juga semakin tinggi.
untuk mengetahui tipe emulsi emulgel Viskositas merupakan suatu pernyataan
minyak nilam. Tipe emulsi yang tahanan untuk mengalir dari suatu
dihasilkan sesuai dengan yang sistem sehingga semakin kental suatu
diharapkan, yaitu tipe emulsi minyak cairan maka semakin besar kekuatan
dalam air (M/A). Tipe emulsi ini yang diperlukan oleh cairan tersebut
memiliki banyak keuntungan, salah untuk dapat mengalir (Martin dkk.,
satunya adalah mudah dicuci. 1983). Viskositas yang tinggi akan
c. Uji Daya Sebar memberikan stabilitas sistem emulsi di
Daya sebar sediaan semisolid dalam sediaan emulgel karena akan
dapat dibedakan menjadi semistiff meminimalkan pergerakan droplet fase
(sediaan semisolid yang memiliki dispers sehingga perubahan ukuran
viskositas tinggi) jika diameter droplet ke ukuran yang lebih besar
penyebaran kurang dari 5 cm dan dapat dihindari dan kemungkinan
semifluid (sediaan semisolid yang terjadinya koalesens dapat dicegah
memiliki viskositas cenderung encer) (Laverius, 2011).
jika diameter penyebaran 5 cm sampai Formula C dengan konsentrasi
7 cm. Hasil daya sebar yang minyak nilam paling tinggi 15%
diharapkan untuk sediaan emulgel memiliki nilai viskositas paling tinggi.
berkisar 3-5 cm. Sebab dengan nilai Hasil ini sejalan dengan hasil uji
tersebut emulgel dapat digunakan organoleptik yang menyatakan bahwa
dengan baik (Laverius, 2011). Tabel 2 sediaan formula C memiliki tekstur
menunjukkan bahwa hanya formula C semi padat (emulgel) dengan
yang memiliki nilai daya sebar sesuai kekentalan yang paling baik
yang diharapkan, sedangkan formula A dibandingkan formula A dan B.
dan B termasuk kategori semifluid. Meningkatnya viskositas sediaan akan
Semakin tinggi konsentrasi minyak meningkatkan pula waktu retensi pada
nilam, semakin rendah nilai daya sebar tempat aplikasinya, namun akan
sediaan. menurunkan kemampuan daya sebar
d. Uji Viskositas sediaan (Garg dkk., 2002). Hal ini
Perbedaan konsentrasi minyak dapat dilihat pada Tabel 2, dimana
nilam berpengaruh terhadap nilai formula C dengan nilai viskositas
viskositas. Semakin tinggi konsentrasi

Nur Saadah Daud dan Evi Suyanti/Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 3(2);2017:90-95
95

paling tinggi, memiliki daya sebar 2. Formula C dengan konsentrasi minyak


paling rendah. nilam 15% adalah formula terbaik.
e. Cycling test
Uji ini dilakukan untuk DAFTAR PUSTAKA
mengetahui kestabilan fisik sediaan Garg, A., Aggrawal, D., Garg, S., and Singla, A.K.,
2002, Spreading of Semisolid
selama masa penyimpanan dalam Formulations: An Update, Pharmaceutical
Technology, Vol. 26, No. 9, pp 84-105.
waktu tertentu terhadap perubahan
Hardenia, A., Jayronia, S., dan Jain, S, 2014,
suhu yang ekstrim. Hasil pengujian Emulgel : An Emergent Tool in Topical
Drug Delivery, International Journal of
menunjukkan bahwa semua sediaan Pharmaceutical Sciences and Research, Vol. 5,
Issue 5, pp 1653-1660.
emulgel tidak mengalami perubahan
Laverius, M.F., 2011, “Optimasi Tween 80 dan
setelah melewati 6 siklus. Span 80 Sebagai Emulsifying Agent Serta
Carbopol Sebagai Gelling Agent Dalam
f. Uji Iritasi Sediaan Emulgel Photoprotector Ekstrak
Teh Hijau (Camellia sinensis L.) Aplikasi
Uji iritasi yang dilakukan pada
desain Faktorial”, Skripsi, S.Farm, Fakultas
10 orang panelis menunjukkan bahwa Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
sediaan emulgel yang dibuat tidak Martin, A., Swarbick, J., Cammara, A. and Chun,
A.H.C. 1983, Farmasi Fisik, diterjemahkan
menimbulkan reaksi apapun baik
dari Bahasa Inggris oleh Yoshita, UI Press,
kemerahan (eritema), pembengkakan Jakarta.
Nuryani, Y, 2006, Budidaya Tanaman Nilam
(edema) maupun ras panas, gatal, dan (Pogostemon cablin Benth.), Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Aromatik, Jakarta.
perih. Sehingga sediaan emulgel
Rahmi, H.A., Cahyanto, T., Sujarwo, T., dan
minyak nilam ini aman untuk Lestari, R.I, 2015, Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica (L.)
digunakan sebagai sediaan topikal Less.) Terhadap Propionibacterium acnes
Penyebab Jerawat, Jurnal ISTEK, Vol. 9,
antijerawat.
No. 1, pp 141-161.
Ray, C., Trivedi, P., dan Sharma, V, 2013, Review
Article Acne and Its Treatment Lines,
KESIMPULAN International Journal of Research in
Pharmaceutical and Biosciences, Vol. 3, No. 1,
1. Minyak nilam dapat diformulasikan ke
pp 1-16.
dalam sediaan emulgel antijerawat yang Widyastuti dan Farizal, 2014, Formulasi Gel
Minyak Nilam dan Uji Daya Hambatnya
stabil dan memenuhi syarat evaluasi fisik Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus,
Scientia Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol. 4,
sediaan.
No.2, pp 60-65.

Nur Saadah Daud dan Evi Suyanti/Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 3(2);2017:90-95

Anda mungkin juga menyukai