Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KUNJUNGAN MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evolusi


Dosen Pengampu: Putut

Disusun oleh :
1. Wahyu Putri L (44014010012)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian tentang asal usul manusia di Indonesia telah dimulai sejak Eugene
Dubois menemukan fosil atap tengkorak dan tulang paha kiri Pithecantropus erectus
(Homo erectus erectus) pada pada endapan vulkanik jajaran Pegunungan Kendeng di
Trinil tahun 1891 (Widianto, 2006). Hingga kini penelitian mengenai hal tersebut telah
banyak mengalami kemajuan. Berdasarkan bukti paleoantropologi, populasi makhluk
manusia yang pertama kali mendiami kawasan Indonesia adalah Homo erectus. Mereka
bermigrasi dari Afrika sampai di Kepulauan Indonesia pada Kala Plestosen Bawah
sekitar 1,7 Juta tahun yang lalu (Sémah, 2000). Manusia jenis tersebut diperkirakan
berevolusi menjadi bentuk yang progresif, yaitu Pithecanthropus (Homo erectus)
soloensis atau Solo Man, tetapi kemudian mengalami kepunahan pada Kala Plestosen
akhir sekitar 40.000 BP bersamaan dengan kurun awal kemunculan Homo sapiens
(Bellwood, 1975).
Penelitian tentang asal-usul manusia purba dapat dipelajari melalui
evolusinya. Evolusi. merupakan perkembangan makhluk hidup dari bentuk yang
sederhana ke bentuk yang lebih kompleks menuju kesempurnaan secara bertahap
dan memakan waktu yang sangat lama. Di sini disebutkan bahwa terjadinya
perubahan itu berlangsung lambat, memakan waktu yang sangat lama. Orang
menyebutnya memakan waktu jutaan tahun, suatu kurun waktu yang cukup
panjang. Disebutkan pula akhir suatu proses evolusi adalah menuju kesempurnaan
atau kepunahan, yang sempurna disebut evolusi progresif yakni yang akan hidup
terus, yang sesuai dengan lingkungan, dan yang akan lestari. Sedangkan yang
menuju ke kepunahan disebut evolusi regresif yang akan musnah dari muka bumi
karena tidak cocok lagi dengan lingkungannya. (Sumadi, 2002).
Jika evolusi benar-benar terjadi, artinya bahwa makhluk hidup yang ada
sekarang ini merupakan hasil perkembangan makhluk hidup masa lampau, maka
konsekuensinya ialah harus ada bukti-buktinya. Bukti-bukti itu terbagi atas bukti-
bukti langsung dan bukti-bukti tak langsung. Bukti yang benar tentang adanya
evolusi ialah bukti-bukti yang langsung, yaitu jejak-jejak evolusi yang diberikan
oleh paleontology, serta bukti-bukti yang menunjuk bahwa evolusi masih terjadi
pada masa kini. Bukti-bukti yang tidak langsung hanya berguna sebagai tambahan
dan pelengkap untuk menerangkan atau memperkuat bukti-bukti yang langsung.
Salah satu bukti evolusi yang langsung yaitu fosil. Fosil dapat dipakai
sebagai petunjuk adanya evolusi karena setiap lapisan bumi mengandung fosil yang
berbeda. Semakin tua lapisan bumi, fosil makhluk hidup yang dikandungnya makin
jauh berbeda dengan fosil makhluk yang terdapat pada lapisan bumi yang lebih
muda. Apabila suatu fosil ditemukan pada berbagai lapisan bumi yang berurutan,
maka dapat dilacak perkembangan makhluk hidup tadi dari bentuk yang lebih awal
hingga bentuk yang lebih modern. .
Situs museum purbakala Sangiran merupakan situs terpenting untuk
perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di
bidang antropologi, arkeologi, biologi, evolusi, paleoantropologi, geologi, dan
bidang lainnya. Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat untuk mempelajari
kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi dengan fosil manusia
purba, hasil-hasil budaya manusia purba, fosil flora dan fauna purba beserta
gambaran stratigrafinya. Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Dalam sidang ke 20
Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996,
menetapkan Sangiran sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia “World Heritage
List” Nomor : 593. Dengan demikian pada tahun tersebut situs ini terdaftar dalam
Situs Warisan Dunia UNESCO.
Untuk mengetahui salah satu bukti evolusi yang langsung yaitu fosil, maka
kami melakukan observasi atau kuliah lapangan di wilayah Museum Purbakala
Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Kunjungan ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan atau memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan teori evolusi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana keadaan lingkungan situs purbakala Sangiran?
2. Fosil apa saja yang terdapat di museum Sangiran?

C. Tujuan
Tujuan dari observasi lapangan ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana keadaan lingkungan situs purbakala
Sangiran
2. Untuk mengetahui fosil apa saja yang terdapat di museum Sangiran
BAB II

METODE OBSERVASI

A. Metode
Metode yang digunakan yaitu:

1) Observasi
Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap bukti- bukti
evolusi yang berupa fosil, lapisan tanah, dan kondisi lingkungan di sekitar
museum atau situs purbakala Sangiran.
2) Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan melakukan penelaahan terhadap sumber pustaka
yang relevan seperti buku, leaflet, dan penelusuran sumber informasi lewat
internet.

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Tempat : Wilayah Museum atau situs Purbakala Sangiran, Kabupaten Sragen, Jawa
Tengah
Waktu : 23 Juni 2013

C. Alat dan Bahan


1. Alat tulis
2. Kamera

D. Cara Kerja
1. Kami mengunjungi museum purbakala Sangiran pada jam 13.00 WIB
2. Menggali informasi dari guide sangiran.
3. Mencatat hasil pengamatan dikertas dan merekamnya melalui kamera
4. Mengambil gambar dengan kamera
5. Membuat laporan hasil pengamatan di sangiran
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Lingkungan Situs Purbakala Sangiran

1. Deskripsi dan Sejarah Museum Sangiran

Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa,


Indonesia. Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15
km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen). Gapura Situs
Sangiran berada di jalur jalan raya Solo–Purwodadi dekat perbatasan antara
Gemolong dan Kalioso (Kabupaten Karanganyar). Gapura ini dapat dijadikan
penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa Krikilan. Jarak dari gapura situs
Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km.
Gambar Peta lokasi situs atau musim Sangiran

Situs Sangiran memunyai luas sekitar 59, 2 km² (SK Mendikbud


070/1997) secara administratif termasuk kedalam dua wilayah pemerintahan,
yaitu: Kabupaten Sragen (Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Gemolong, dan
Kecamatan Plupuh) dan Kabupaten Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo),
Provinsi Jawa Tengah (Widianto & Simanjuntak, 1995). Pada tahun 1977
Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
sebagai cagar budaya. Oleh Karenanya Dalam sidangnya yang ke 20 Komisi
Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996,
menetapkan Sangiran sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia “World
Heritage List” Nomor : 593. Dengan demikian pada tahun tersebut situs ini
terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.
Penelitian tentang manusia purba dan binatang purba diawali oleh
G.H.R.Von Koenigswald, seorang ahli paleoantropologi dari Jerman yang
bekerja pada pemerintah Belanda di Bandung pada tahun 1930-an. Beliau adalah
orang yang telah berjasa melatih masyarakat Sangiran untuk mengenali fosil dan
cara yang benar untuk memperlakukan fosil yang ditemukan. Hasil penelitian
kemudian dikumpulkan di rumah Kepala Desa Krikilan, Bapak Totomarsono,
sampai tahun 1975.
Pada waktu itu banyak wisatawan yang datang berkunjung ke tempat
tersebut, maka muncullah ide untuk membangun sebuah museum. Pada awalnya
Museum Sangiran dibangun di atas tanah seluas 1.000 m2 yang terletak di
samping Balai Desa Krikilan. Sebuah museum yang representatif baru dibangun
pada tahun 1980 karena mengingat semakin banyaknya fosil yang ditemukan
dan sekaligus untuk melayani kebutuhan para wisatawan akan tempat wisata
yang nyaman. Bangunan tersebut seluas 16.675 m2 dengan ruangan museum
seluas 750 m2.
Bangunan tersebut bergaya joglo dan terdiri dari ruang pameran, aula,
laboratorium, perpustakaan, ruang audio visual (tempat pemutaran film tentang
kehidupan manusia prasejarah), gudang penyimpanan, mushola, toilet, area
parkir, dan kios suvenir (khususnya menjual handicraft ‘batu indah bertuah’
yang bahan bakunya didapat dari Kali Cemoro).
Di Museum Sangiran terus dilakukan pembenahan dan penambahan
bangunan maupun fasilitas pendukung untuk mempertegas keberadaannya
sebagai warisan dunia yang memiliki peran penting bagi perkembangan ilmu
pengetahuan maupun untuk menciptakan kenyamanan bagi para wisatawan yang
berkunjung ke tempat ini. Museum Sangiran sekarang telah berevolusi menjadi
sebuah museum yang megah dengan arsitektur modern.

Gambar Pintu masuk museum purbakala Sangiran.


2. Rona Lingkungan Purba
 Keadaan paleogoegrafis/palaeoekologi : hutan belantara, banyak stepa dan
sabana, banyak sungai kecil yang mengalir ditengahnya.
 Keadaan klimatologi/cuaca : berada pada kondisi tropis.
 Bukti Fosil Manusia Purba : tengkorak, gigi, rahang bawah,
tengkorak, tengkorak dengan menggambarkan rahang bawah.
 Bukti fosil (Flora/Fauna) : flora : cetakan daun , kayu.
 Fauna : gading gajah purba, tanduk
menjangan purba, binatang laut, gigi geraham gajah, rahang atas gajah
purba.
 Bukti sosial/budaya manusia purba : belum mengenal api, bersifat
kanibalisme, peralatan batu, hidup nomaden/berkelompok.
3. Sejarah Lingkungan Purba Sampai Masa Kini

1. Keadaan geografis dari masa purba hingga masa kini :


Dari jaman purba ke jaman sekarang : Laut dalam – laut dangkal –
hutan bakau – daratan.
Jaman sekarang : dataran tandus yang sudah jadi
subur karena ada bendungan Batang untuk irigasi.
2. Keadaan sosial budaya dari masa purba hingga masa kini :
Tidak ada/ tidak diketemukan bentuk budaya yang masih berkembang
dari masa purba sampai saat ini.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN FOSIL

I. Evolusi Homo erectus


A. Evolusi pra-Homo sapiens, Homo erectus menuju Homo sapiens

Klasifikasi Homo erectus adalah sebagai berikut:


Kingdom : Animalia
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Subordo : Anthropoidea
Famili : Homonidea
Genus : Homo
Spesies : Homo erectus

Berdasarkan hubungan kekerabatan antara manusia dengan hewan, evolusioner pra-


Homo sapiens secara garis besar mengalami 4 perkembangan, yakni:
1. Famili Tupalidae
Famili Tupaliae merupakan ordo primata, yakni golongan hewan pemakan
serangga.
2. Famili Lemuroidae
Famili ini merupakan ordo primata primitif termasuk di dalamnya adalah jenis
binatang setengah kera. Misalnya Tarsius spectrum (binatang hantu), yang hidup
di Indonesia (Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera), dan Filipina. Jenis binatang
tersebut mempunyai ciri-ciri yaitu bermoncong dan mempunyai ekor panjang
serta berkuku bukan cakar dengan kemampuan memanipulasi obyek.
3. Famili Pongidae
4. Famili Hominidae

B. Evolusi Homo erectus Berdasarkan Ditemukannya Fosil


Evolusi Homo erectus berdasarkan hasil penemuan fosil yang ditemukan
diberbagai lapisan dunia. Berdasarkan fosil fosil yang ditemukan diperkirakan
kehidupan manusia dimulai lebih kurang 25 juta tahun lalu yang tersebar menjadi 2
zaman yakni:
1. Zaman Miosin (25-10 juta tahun yang lalu)
a. Tingkat pertama, yakni Plipithecus. Makhluk ini sepenuhnya bersifat kera,
oleh karena itu dinamakn kera primitif. Tubuhnya kecil dan pendek. Kedua
tangannya mungkin masih digunakan untuk bergelantungan untuk
bergelantungan dipohon. Mereka belum dapat berjalan tegak. Diduga, kera
primitif hidup 35-25 juta tahun yang lalu ditemukan oleh tim ekspedisi
Universitas Yale di Fayum tahun 1961.
b. Tingkat kedua, Proconsul, yakni kera hidup sekitar 25-15 juta tahun yan
lalu. Para ahli berpendapat bahwa makhluk ini tidak sepenuhnya bersifat
kera, desebabkan pada muka, rahang, gigi geliginya terdapat ciri yang
ditafsirkan sebagai ciri manusia. Makhluk ini di temukan di danau
Victoria, dikatakan oleh seorang ahli:”Mungkinkah ini merupakan bisikan
samar-samar pertama tentang makhluk hidup yakni manusia?”. Proconsul
semakin banyak terkumpul dan semuanya menunjukan bahwa binatang ini
muncul dengan berbagai ukuran yang berbeda-beda; ada yang sekecil
simpanse dan ada yang menjadi sebesar gorilla. Tipe gorilla inilah yan
menjadi nenek moyang gorilla modern.
c. Tingkat ketiga, Dryopithecusi, yakni kera raksasa yang hidup sekitar 15-10
juta tahun yan lalu. Makhluk ini sejenis dengan Proconsul. Fosilnya
ditemukan luas di Eropa, India, Cina, dan Afrika. Fosil ini belum lengkap
untuk menunjukan salah satu anggota dari genus yang luas menuju kearah
manusia. Karena rekonstruksi makhluk ini dibuat terutama dengan
menggunakan fragmen-fragmen dan gigi-gigi. Dryipithecus memiliki
bentuk badan yang cukup besar serta sangat gemar mengembara sehingga
menempati hutan tropis yang sangat luas.
d. Tingkat keempat, Ramapithecus, yakni primata paling purba yang pada
umumnya dianggap sebagai leluhur manusia. Hidup sekitar 15-10 juta
tahun yang lalu. Ukuranya jauh lebih kecil daripada manusia sekarang,
yakni 0,9-1,2 meter dan kapasitas tengkoraknya lebih kurang 400 cc. Fosil
dari makhluk ini ditemukan pada tahun 1930-an di bukit Siwalak
(Pakistan) oleh G.E. Lewis dari Universitas Yale.

2. Zaman Pleistosin ( 2 juta tahun yang lalu sampai dengan sekarang )


a. Pada zaman ini manusia mengalami evolusi yang sangat cepat dan sudah
menggunakan perkakas yang sangat baik dari batu maupun dari kayu.
Mereka sudah pandai berburu, sudah bisa menggunakan api dan diduga
sudah dapat berbicara. Anggapan ini berdasarkan pada volume otak yang
lebih besar bila dibandingkan dengtan makhluk sebelumnya.
1) Homo habilis
Makhluk ini adalah keturunan dari Australopithecus purba yang lebih
ramping dan berbeda dengan saudara-saudaranya, karena lebih tinggi
intelegensinya. Homo habilis (manusia tukang) merupakan pembuat
dan pemakai alat. Mereka hidup sekitar 2-1,5 juta tahun yang lalu.
Beberapa ahli berpendapat bawa makhluk ini sebagai makhluk sejati
pertama, Ditemukan oleh Leakey di lembah Olduvai.
2) Homo erectus
Makhluk ini diduga hidup pada 1,5-0,5 juta tahun yang lalu. Homo
erectus dapat berjalan tegak, kakinya panjang dan lurus dan tulang
tungkainya lebih maju, otaknya lebih besar dengan volume berkisar
750-1.400 cc. homo erectus sebagai manusia purba sudah pandai
membuat perkakas, misalnya kapak genggam, walaupun masih agak
kasar, kehidupannya dengan berburu mamalia besar. Telah
menggunakan api, sudah dapat bicara untuk mengajari anaknya
bagaimana membuat perkakas.
Makhluk ini ditemukan terbesar di dunia. Homo erectus berevolusi
dibeberapa tempat dan menyebar sepanjang dataran subur dan mudah
dilalui; terbentang dari Africa timur, mengintari samudera Indonesia
sampai ke jawa.
Gambar 1. Tempat penemuan fosil purba sangiran

C. Perkembangan evolusi sejalan dengan pengembaraan dari abad ke abad.


Makhluk ini ditemukan diberbagai tempat, antara lain;
Pithecantropus erectus (manusia jawa), ditemukan oleh Uegene Dubois
pada tahun 1891. Dubois adalah seorang dokter Belanda menemukan fosil manusia
jawa di daerah Trinil (sepanjang tepi bengawan solo). Fosil yang ditemukan
berupa rahang, beberapa gigi, dan sebagian dari tulang tengkorak.
Pithecantropus pekinensis (Sinathropus pekinensis) manusia Cina. Fosil
makhluk ini ditemukan oleh Davidson Black dan Tranz Weidenreich pada tahun
1920 dari sebuah penggalian disebuah gua kapur didekat Peking. Volume otaknya
900-1.200 cc. Kebudayaannya sudah mulai maju daripada Phithecantropus.
Mereka telah menggunakan senjata dan perkakas yang terbuat dari tulang dan batu
sebagai alat-alat kerja. Penggunaan api tampaknya sudah biasa. Para ahli
berpendapat bahwa makhluk ini suka membunuh antar sesamanya. Hal ini terbukti
dari tulang_tulang tengkorak yang kosong menunjukkan bahwa bekas dibelah
dengan senjata dari bawah ke atas. Banyak para ahli berpendapat bahwa
Sinathropus pekinensis merupakan varian dari Pithecantropus, karena kedua
manusia purba memiliki struktur tubuh yang sama dan hidup pada zaman yang
sama, yakni kira-kira 500.000 tahun yang lalu.
Homo sapiens purba, yakni makhluk yang hidup sekitar 400.000 yang lalu.
Makhluk ini sebagai penemuan fosil dari tiga tengkorak yang tidak lengkap, yakni
kepingan tengkora, tulang dan gigi. Dari fosil yang ada ditafsirkan bahwa manusia
ini merupakan peralihan dari Homo erectus ke Homo sapiens yang lebih modern.
Kemampuan membuat alat juga lebih maju, bahkan ada yang menduga bahwa
mereka sudah mulai bercocok tanam.
Homo sapiens neanderthalesis(manusia lembah neander), yakni makhluk
yang diduga hidup pada masa antara 75.000-10.000 tahun yang lalu. Fosil makhluk
ini ditemukan pada tahun 1856 di lembah Neanderthal, Jerman. Bentuk tubuhnya
sepenuhnya manusia, hidungnya terlihat mancung. Ukuran volume otaknya sudah
termasuk dalam kisaran ukuran rongga otak manusia modern. Tinggi tubunya
berkisar antara 1,6-1,8 meter, berbahu lebar, berdada cembung dan berotot padat.
Manusia lembah Neander sudah memiliki kemampuan membuat dan memakai
pakaian dari kulit dan menetap secara sederhana di gua-gua. Para ahli pada
umumnya sepakat bahwa manusia lembah Neander adalah leluhur manusia modern,
walaupun ada sekelompok ahli yang meragukannya.
Umumnya masih didebatkan apakah Homo sapiens neanderthalesis pra
manusia atau manusia? Sebagian para ahli berpendapat bahwa makhluk ini manusia
walaupun wajahnya menyeramkan. Nama biologinya menunjukkan bahwa ia
ditempatkan dalam genus dan spesies sama dengan kita, tapi ditempatkan dalam
subspecies yang berbeda dengan manusia. Manusia neander tidak berdagu dan
mempunyai otok yang sama besarnya dengan otak manusia sekarang, Volume otak
ini berkaitan dengan kemampuan berbicara yang bekembang dengan baik. Ia hidup
di gua-gua dan menggunakan api dan membuat peralatan dengan baik dan anggota
keluarga meninggal maka akan dikubur.
Homo sapiens neanderthalesis pernah”disingkirkan” dari catatan Homo
sapiens secara anatomis modern. Banyak teori yang telah diajukan untuk
menjelaskan perkembangan dan kepunahan Neanderthal. Teori-teori tersebut
berspekulasi mengenai hubungan Neanderthal eropa dengan bentuk-bentuk lain di
Timur Tengah dalam rangka untuk mencari bentuk tempat Homo sapiens
neanderthalesis dalam evolusi manusia.

Teori-teori tersebut dapat diuraikan sebagai berikut;


Neanderthal adalah dalam bentuk transisi antara Homo erectus dan Homo
sapiens yang kemudian berevolusi menjadi manusia modern. Bentuk progresif dari
Timur Tengah dianggap lebih maju.
Neanderthal telah berspesialisasi, terisolir secara genetic yang telah
teradaptasi dengan lingkungan dingin glacial Eropa. Kemudian iklim bertambah
hangat 40.000 tahun yang lalu, mereka punah dan digantikan oleh bentuk-bentuk
yang tidak terlalu berspesialisasi dari Timur Tengah yang berimigrasi ke eropa.
Teori yang sama dengan yang kedua, tetapi bukannya digantikan dengan
bentuk-bentuk lain yang datang melainkan merka secara genetik tenggelam dan
tertelan begitu mereka kawin dengan bentuk-bentuk lain yang sudah maju.
Beberapa teori mungkin benar, atau mungkin salah. Nampaknya
Neanderthal eropa sudah agak terisolir secara genetic. Apakah akibat Morfologi
yang berbeda mengakibatkan founder effect tidaklah pasti. Sama saja dengan
pertanyaan yang mempermasahkan apakah mereka menyumbangkan gen pada
populasi modern. Nampaknya juga tidak mungkin teknologi Neanderthal tidaklah
cukup menghadapi kebudayaan lain yang menyerbu, karena populasi setempat
cenderung untuk lebih teradaptasi dengan lingkungan lokal daripada populasi
imigran, naming kita banyak melihat kasus-kasus sejarah mengenai kekuatan
teknologi luar menggantikan teknologi setempat, misalnya jatuhnya suku Indian
Amerika setelah kontak dengan orang Eropa.

II. Evolusi Manusia


Di dalam museum sngiran terdapat gambaran yang menjelaskan peristiwa
evolusi manusia terlengkap dengan adanya bukti fosil perkembangan manusia dari
zaman ke zaman.
Adapun urut-urutan dari model evolusi manusia berdasarkan teori evolusi
darwin, sebagai berikut :
1. Nama lengkap : Ramapithecus
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat & : Bukit Siwalik, Pakistan
Tanggal lahir : 15 juta tahun yang lalu
Pekerjaan : Pemakan buah dan tanaman
Alamat : Pinggir hutan bukit Siwalik, Pakistan
Tinggi badan : 90 - 120 cm
Berlaku hidup : s.d. 8 juta tahun yang lalu

2. Nama lengkap : Australopithecus afarensis


Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat & : Hadar (Ethiopia)
Tanggal lahir : 4 juta tahun yang lalu
Pekerjaan : Pemanjat pohon, pemburu hewan
Alamat : Pinggir sabana Hadar, Ethiopia
Tinggi badan : 100 - 130 cm
Berlaku hidup : s.d. 3 juta tahun yang lalu

3. Nama lengkap : Australopithecus africanuss


Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat & : Hadar (Ethiopia)
Tanggal lahir : 3 juta tahun yang lalu
Pekerjaan : Pemburu hewan
Alamat : Sabana Afrika Selatan
Tinggi badan : 100 - 130 cm
Berlaku hidup : s.d. 3 juta tahun yang lalu

4. Nama lengkap : Homo habilis


Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat & : Olduvai (Tanzania)
Tanggal lahir : 2 juta tahun yang lalu
Pekerjaan : Pemburu hewan, pembuatalat
Alamat : Sabana Afrika Selatan
Tinggi badan : 100 - 120 cm
Berlaku hidup : s.d. 1,6 juta tahun yang lalu

5. Nama lengkap : Homo erectus


Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat & : Rift Valley (Afrka Timur)
Tanggal lahir : 1,7 juta tahun yang lalu
Pekerjaan : Pemburu & pemangsa hewan
Alamat : Trinil dan Sangiran (Bengawan Solo)
Tinggi badan : 160 - 165 cm
Berlaku hidup : s.d. 200 ribu tahun yang lalu

6. Nama lengkap : Homo sapiens purba


Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat & :Elandsfontein, Afrika Selatan
Tanggal lahir : 500 ribu tahun yang lalu
Pekerjaan : Pemburu & pemangsa hewan
Alamat : Afrika & Eropa
Tinggi badan : 165 – 170 cm
Berlaku hidup : s.d. 200 ribu tahun yang lalu
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Fosil yang terdapat di museum purbakala sangiran antara lain:
 Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus , Pithecanthropus
mojokertensis (Pithecantropus robustus ), Meganthropus palaeojavanicus ,
Pithecanthropus erectus , Homo soloensis , Homo neanderthal Eropa, Homo
neanderthal Asia, dan Homo sapiens .
 Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah),
Stegodon trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus
palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi),
Rhinocerus sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp (rusa
dan domba).
 Fosil binatang air, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi
ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Mollusca (kelas Pelecypoda dan
Gastropoda ), Chelonia sp (kura-kura), dan foraminifera.
 Batu-batuan , antara lain Meteorit/Taktit, Kalesdon, Diatome, Agate, Ametis
 Alat-alat batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi,
bola batu dan kapak perimbas-penetak.
2. Evolusi manusia dimulai dari Ramapithecus sampai Homo sapiens
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai