Desminorea merupakan nyeri perut bagian bawah yang dialami oleh hampir
seluruh wanita saat menstruasi. Terdapat beberapa cara untuk menangani desminorea baik
secara farmakologis maupun non farmakologis. Terapi farmakologis meliputi analgesik,
obat-obatan anti radang non steroid, pil kontrasepsi oral dan deuretik. Selain itu, terapi
non farmakologi yang dapat mengurangi desminorea antara lain akupunture, herbalisme,
massage, aromaterapi, hipnoterapi, yoga, akupressure, latihan relaksasi, diet, dan tidur
cukup (lowdermilk dalam kostania, 2016)
Dalam ulasan jurnal ini, penulis akan memaparkan beberapa cara pengurangan
nyeri desminorea secara non farmakologis meliputi penggunaan konsumsi jahe dan
kunyit.
A. Jahe
Jahe (Zingiber Officinale Roscoe) merupakan salah satu pilihan terapi
komplementer yang digunakan dalam mengurangi keluhan desminorea. Dalam
penelitian Shaheen E. Lakhan, Christopher T. Ford dan Deborah Tepper tahun
2015 yang berjudul Zingiberaceae extracts for pain: A systematic Review and
Meta Analysis menjelaskan mengenai efektifitas jahe terhadap nyeri, termasuk
nyeri desminore.
Jahe berpengaruh pada nyeri pada dismenore primer. Sebuah percobaan
ekstrak jahe untuk dismenore primer menemukan bahwa 1000 mg ekstrak jahe /
hari menghasilkan pengurangan rasa sakit dengan efektivitas yang sama untuk
masing-masing dari dua kelompok kontrol NSAID (asam mefenamat dan
ibuprofen). Percobaan terkontrol plasebo dilakukan, dengan pasien mengambil
1500 mg ekstrak jahe / hari. Pengurangan signifikan dalam keparahan dan durasi
nyeri dideteksi pada kelompok yang diobati dengan jahe, dibandingkan dengan
kelompok placebo. Meskipun hanya dua studi acak yang tersedia, temuan
menunjukkan bahwa ekstrak jahe dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk
rasa sakit pada dismenore primer.
Temuan menunjukkan kemanjuran yang signifikan dari Zingiberaceae
ekstrak dalam mengurangi nyeri kronis subjektif (SMD - 0,67; 95% CI - 1,13
hingga - 0,21; P= 0,004). Semua penelitian yang termasuk dalam tinjauan
sistematis melaporkan profil keamanan yang baik untuk ekstrak jahe, tanpa risiko
ginjal yang terkait dengan obat antiinflamasi non-steroid, dan dengan efektivitas
yang sama. Temua menunjukkan bahwa Zingiberaceae ekstrak adalah agen
hipoalgesik yang efektif secara klinis dan data yang tersedia menunjukkan profil
keamanan yang lebih baik daripada obat anti-inflamasi non-steroid.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Chen X. Chen, Bruce Barrett, dan
Kristine L. Kwekkeboom tahun 2016 yang berjudul Review Article Efficacy of
Oral Ginger (Zingiber officinale) for Dysmenorrhea: A Systematic Review and
Meta-Analysis, menjelaskan pula mengenai pengunaan jahe dalam mengatasi
nyeri desminore. Sintesis naratif dari semua enam studi dan meta-analisis
eksplorasi dari tiga studi yang membandingkan jahe dengan plasebo dan dua
studi yang membandingkan jahe dengan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID).
Jahe tampak lebih efektif untuk mengurangi keparahan nyeri daripada plasebo.
Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara jahe dan asam mefenamat
(NSAID). Data yang tersedia menunjukkan bahwa jahe oral bisa menjadi
pengobatan yang efektif untuk nyeri haid pada dismenore.
Dalam hal keamanan, uji coba yang disertakan menunjukkan bahwa jahe
relatif aman, dengan efek samping yang dilaporkan (mulas dan sakit kepala)
jarang terjadi dan jumlah efek samping yang serupa untuk kelompok jahe dan
placebo. Ini konsisten dengan laporan sebelumnya bahwa jahe memiliki profil
keamanan yang baik ketika digunakan dengan tepat
B. Kunyit
Kunyit (Curcuma longa linn) merupakan tumbuhan yang lazim di temui di
Indonesia. Kunyit juga dipercaya dapat mengurangi nyeri desminore. Secara
alamiah kandungan senyawa fenolik pada kunyit dapat digunakan sebagai
antioksidan, analgetika, anti-mikroba, anti-inflamasi, dan dapat membersihkan
darah. Senyawa aktif yang terkandung pada kunyit yaitu curcumine. Secara
lebih spesifik kandungan curcumine dapat menghambat terjadinya reaksi
cyclooxygenase (COX) sehingga dapat menghambat dan mengurangi terjadinya
inflamasi dan akan mengurangi serta menghambat kontraksi uterus yang
meyebabkan nyeri haid.
Penelitian yang dilakukan oleh Gita Kostania dan Anik Kurniawati tahun
2016 yang berjudul Perbedaan efektivitas ekstrak jahe dengan ekstrak kunyit
dalam mengurangi nyeri dismenorhea primer pada mahasiswi di asrama jurusan
Kebidanan Poltekkes Surakarta menjelaskan mengenai perbandingan keduanya.
Terdapat perbedaan efektivitas ekstrak jahe dengan ekstrak kunyit dalam
mengurangi nyeri dismenorea primer pada mahasiswi di asrama Kebidanan
Politeknik Kesehatan Surakarta (p=0,04<0,05). Ekstrak jahe lebih efektif dalam
mengurangi nyeri haid dibanding ekstrak kunyit (t-hitung= 9,690>4,802).
Baik Kunyit maupun Jahe telah dipraktekan dalam upaya mengurangi nyeri haid
secara turun temurun. Jahe dan Kunyit telah diteliti dalam meredakan nyeri haid
dan dapat dijadikan evidence based dalam asuhan kebidanan. Dalam ulasan
penelitian ini, ditemukan bahwa efektifitas jahe per oral terbukti lebih efektif dari
penggunaan kunyit dalam mengatasi nyeri desminore.