Anda di halaman 1dari 24

BAB I

KECAKAPAN GURU MASA DEPAN

Berdasarkan amanah Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,


guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan
menengah. Secara praktis, Musbikin (2010) menyatakan bahwa peran dan tugas guru masa
depan ada tiga yaitu sebagai pengajar (instructional) yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan program pengajaran serta melakukan evaluasi di akhir pembelajaran; sebagai
pendidik (educator) yang mengarahkan siswa pada tingkat kedewasan yang berkepribadian
insan kamil seiring tujuan Allah SWT menciptakannya; dan sebagai pemimpin (managerial)
yang memimpin, mengendalikan diri sendiri, siswa dan masyarakat terkait upaya
pembimbingan, pengawasan, pengorganisasian dan partisipasi terhadap program yang
dilaksanakan. Untuk itu berikut diuraikan beberapa kecakapan yang perlu dilatihkan pada
calon guru masa depan.

A. PENGETAHUAN TENTANG GURU


1. Gambaran Guru Ideal
Pernahkah menyaksikan film Laskar Pelangi karya Andrea Hirata? Dalam film itu
dikisahkan bagaimana anak-anak kampung Belitong berusaha mewujudkan mimpi-mimpi
besar mereka. Dimulai dari bangku sekolah, seorang guru, Bu Muslimah, membiarkan anak-
anak itu bermimpi besar di tengah segala keterbatasan dan memotivasi mereka untuk meraih
mimpi-mimpi tersebut. Bukankah membanggakan menjadi sosok Bu Mus yang kehadirannya
selalu dirindukan? Lalu apakah cukup itu saja sosok guru ideal itu?
a. Inspirasi Seorang Guru
Guru ideal merupakan sosok guru yang selalu menjadi teladan bagi siswa bahkan
menginspirasi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Inspirasi ini dapat berupa dorongan
untuk mengembangkan pengetahuan atau dorongan untuk mengubah seseorang yang
dulunya dianggap “kurang baik” menjadi sosok yang baik dan berakhlaq mulia. Inspirasi
yang pertama ini sejalan dengan pendapat beberapa pakar pendidikan bahwa guru yang
baik adalah dapat memberikan inspirasi kepada siswanya untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan inspirasi yang kedua menyimpan makna bahwa
menjadi guru bukan semata-mata memindahkan pengetahuan kepada siswa
(transformation of knowledge) akan tetapi juga membentuk kepribadian, keterampilan dan
kecakapan hidup yang diperlukan di masa depan.
Berdasarkan hasil survey terhadap 100 responden siswa sekolah menengah yang
dilakukan oleh sebuah komunitas pemerhati guru (Panduan Guru) sosok guru ideal dalam
pandangan siswa lebih mengedepankan pada aspek kepribadian di samping aspek
akademis. Hal ini sesuai dengan penuturan seorang siswa SMK Negeri 1 Lintau Buo –
Sumatera Barat dalam artikel yang berjudul “Guru Ideal, Guru Yang Tak Terlupakan”
(Khairani, 2014) bahwa sosok guru yang baik adalah berikut.
1. Membimbing, mengarahkan, dan mengerti dengan apa yang
diinginkan oleh siswanya.

1
2. Ikhlas mengerjakan pekerjaannya sebagai seorang pendidik,
meskipun penghargaan terhadapnya tidak sebanding jumlahnya
dengan apa yang dikerjakannya.
3. Memiliki ketulusan dalam memberikan pelayanan (pengabdian)
pendidikan, inovatif, dan selalu mengembangkan strategi
pembelajaran dan kapasitasnya.
4. Senang hati menyampaikan segala ilmu yang dimilikinya untuk
kepentingan sang siswa, bukan mementingkan egonya sendiri dengan
memaksakan ilmu kepada siswa.
5. Senantiasa membimbing siswanya agar lebih baik ke depan.
6. Selalu dengan sabar memberikan pelajaran kepada siswa walaupun
banyak siswa yang belum mengerti dan tidak pernah mengenal lelah
demi mengajarkan siswa sampai benar-benar mengerti.
7. Tidak memunculkan rasa minder pada diri siswa.
8. Bisa dijadikan sebagai orang tua kedua, maksudnya sebagai orang
tua di sekolah, dimana tempat siswa menghabiskan lebih dari 80%
waktunya.

Uraian di atas menyajikan beberapa karakteristik sosok guru ideal ditinjau dari segi
pandangan siswa sebagai peserta didik. Ditinjau dari pandangan para praktisi pendidikan,
Kusumah (2014) mengatakan bahwa seorang guru dikatakan ideal apabila, pertama,
memahami dengan benar profesinya, memberi dengan tulus tanpa mengharap imbalan
kecuali ridho Allah SWT. Kedua, rajin membaca dan menulis sebagai usaha
pengembangan keilmuannya. Ketiga, sensitif terhadap waktu dan tidak terjebak dengan
rutinitasnya. Artinya, seorang guru harus pandai mengatur waktunya, membuat jadwal
yang terencana, dan konsisten dengan apa yang telah direncanakan. Keempat, kreatif dan
inovatif, pandangan ini memberi makna bahwa seorang guru seharusnya memiliki
kemauan untuk melakukan inovasi secara terus-menerus, tidak cepat puas dengan apa
yang dikerjakan sehingga selalu tertarik untuk memperbaiki cara mengajarnya.
b. Akhlak guru
Mencermati beberapa pemberitaan yang negatif terkait dengan sosok guru di masa
sekarang ini sangat bertolak belakang dengan sosok guru pada masa awal Islam seperti
Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī atau lebih dikenal dengan nama Al-Khawarizmi, Ibnu
Sina, Muhammad bin Zakariya ar-Razi, dan tokok-tokoh lainnya. Beliau-beliau merupakan
sosok ulama sekaligus ilmuwan yang memiliki kedudukan terhormat di masyarakat
maupun pemerintahan. Keberhasilan ini tidak lepas dari komitmen beliau-beliau dalam
meneladani Rasulullah sebagai mu’allimul awwal fil Islam, guru pertama dalam Islam
(Musbikin, 2010).
Rasulullah sebagai sosok guru teladan seperti dipaparkan oleh Musbikin (2010)
bertugas untuk membacakan, menyampaikan, dan mengajarkan ayat-ayat Al-Qur’an
kepada manusia; menyucikan diri dan jiwa dari dosa; menjelaskan mana yang halal dan
haram; serta menceritakan kisah manusia di zaman silam, mengkaitkannya dengan
kehidupan pada zamannya dan memprediksikan pada kehidupan di zaman yang akan
datang seperti dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah: 151. Berdasarkan uraian ini jelas bahwa
tugas dan tanggung jawab guru, seperti rasul, adalah membimbing siswa dan
menjadikannya manusia terdidik yang dapat menjalankan tugas keilmuan sekaligus tugas
ketuhanannya. Sehingga, pendidikan kesusilaan, budi perkerti, etika, moral, maupun
akhlaq merupakan tanggung jawab setiap guru, tidak terikat pada bidang studi yang
diajarkannya.
2
Sosok guru yang baik menurut Ibnu Sina adalah guru yang cerdas, berpikiran maju,
beragama, berakhlaq, berwibawa, berpendirian tetap, dan menghargai siswanya. Kriteria
ini sesuai dengan kriteria umum yang harus dipenuhi seorang guru menurut al-Ghazali
(Musbikin, 2010) yaitu cerdas dan sempurna akalnya, berakhlaq baik dan kuat fisiknya.
Dengan kesempurnaan akal maka ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara
mendalam, dan dengan akhlaqnya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi
siswanya, serta kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar atau mendidik dan
dapat mengarahkan siswanya dengan baik. Selain kriteria umum tersebut, lebih jauh al-
Ghazali mensyaratkan beberapa sifat khusus atau tugas tertentu berikut.
1) Memiliki rasa kasih sayang terhadap siswanya sehingga menimbulkan rasa tenteram
dan percaya diri siswa terhadap gurunya.
2) Mengajar hendaknya didasarkan kepada kewajiban sebagai orang yang berilmu,
sehingga ketika mengajar yang menjadi tujuannya adalah ibadah kepada Allah SWT.
3) Berfungsi sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar di hadapan siswa.
4) Menggunakan cara yang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekerasan, cacian,
makian dan sebagainya yang dapat menimbulkan rasa frustasi bagi siswanya.
5) Tampil sebagai teladan atau panutan yang baik di hadapan siswa, bersikap toleran dan
menghargai keahlian orang lain.
6) Mengakui perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual dan
memperlakukannya sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimilikinya.
7) Memahami bakat, tabiat dan kejiwaan siswa sesuai tingkat perbedaan usianya.
8) Berpegang teguh pada prinsip yang diucapkannya serta berusaha merealisasikan
ucapannya dalam perilaku kesehariannya.
Uraian di atas, pendapat para ahli pendidikan tentang karakteristik/profil guru ideal,
secara jelas menyebutkan bahwa semua kriteria tersebut ada dalam diri Nabi Muhammad
SAW, sehingga dapat disimpulkan bahwa profil guru ideal adalah Nabi Muhammad SAW
yang ajarannya selalu diikuti/diteladani oleh para sahabat. Kesuksesan Rasulullah sebagai
pendidik didasari oleh bekal kepribadian yang unggul, kepeduliannya terhadap masalah-
masalah sosial-religius serta semangat dan ketajaman Beliau dalam membacakan,
menyampaikan, dan mengajarkan ayat-ayat Al-Qur’an (iqra’ bismirabbik).
c. Pentingnya Penguasaan Materi dan Cara Mengajar
Mengacu pada salah satu kriteria guru ideal di atas, menguasai materi ajar sebelum
melaksanakan pengajaran di kelas adalah mutlak bagi seorang guru. Bahkan penguasaan
materi ini merupakan salah satu indikator seorang guru dikatakan memiliki kompetensi
profesinya. Pentingnya penguasaan materi ini sejalan dengan Al-Qur’an surat Al-‘Alaq ayat
5 yang mana Allah SWT menyebutkan Dzat-Nya sebagai Pengajar manusia yang
mengajarkan apa yang belum diketahui. Dengan kata lain, seorang guru harus memiliki
ilmu dan wawasan yang luas, selalu mampu mensiptakan sesuatu yang baru baik dalam
hal materi pembelajaran maupun metode atau cara penyampaiannya.
Pentingnya penguasaan cara penyampaian (mengajar) disamping penguasaan
materi menunjukkan bahwa dua hal ini merupakan satu paket kemampuan yang harus
dimiliki guru. Sehingga, penguasaan materi saja tidak cukup. Seperti disampaikan oleh Al-
Ghazali dalam buku Musbikin (2010), guru perlu mengakui adanya potensi setiap siswa
dan memperlakukan mereka sesuai dengan tingkat kemampuannya. Sehingga dalam
mengajar, guru perlu membatasi diri sesuai dengan batas kemampuan pemahaman
siswanya bahkan tidak sepantasnya seorang guru menyampaikan pelajaran yang tidak

3
dapat dijangkau oleh siswanya. Hal ini jika diabaikan dapat menimbulkan rasa antipasti
atau merusak akal siswanya.
2. Keterampilan Dasar Mengajar
Dalam mengajar terdapat dua komponen pokok yang harus dikuasai oleh seorang
guru, yaitu menguasai materi/bahan ajar yang akan diajarkan (what to teach) dan
menguasai metode/cara untuk membelajarkannya (how to teach). Keterampilan dasar
mengajar (generic teaching skills) atau dikenal dengan keterampilan dasar mengajar
termasuk dalam aspek kedua yaitu cara membelajarkan siswa. Keterampilan dasar
mengajar merupakan keterampilan kompleks yang merupakan integrasi utuh dari berbagai
keterampilan yang sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Untuk
mewujudkan visi STKIP Al Hikmah dalam menghasilkan lulusan pendidikan yang berakhak
karimah dan memiliki kompetensi keguruan di tingkat nasional dan ASEAN memodifikasi
keterampilan dasar mengajar menjadi sembilan keterampilan berikut.
1) Membuka dan menutup pelajaran.
2) Bertanya.
3) Memberi penguatan.
4) Mengadakan variasi.
5) Menjelaskan.
6) Mengelola kelas.
7) Membimbing diskusi kelompok kecil.
8) Mengajar kelompok kecil dan perorangan.
9) Integrasi nilai-nilai karakter
Berikut uraian berbagai jenis keterampilan dasar mengajar.
a. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (set of induction and closure).
Membuka pelajaran mengandung makna bahwa guru perlu berusaha untuk
menciptakan pra kondisi sehingga perhatian serta sikap mental siswa siap terhadap
kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakan. Sedangkan menutup pelajaran
bermakna sebagai usaha guru dalam mengakhiri pelajaran yang bertujuan berikut.
1) Merangkum atau membuat garis besar topik yang telah dipelajari sehingga siswa
memperoleh gambaran yang jelas tentang makna serta esensi dari topik yang telah
dipelajari.
2) Mengonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal pokok yang telah
dipelajari/didiskusikan sehingga membangkitkan minat dan kemampuannya terhadap
pembelajaran selanjutnya maupun penghidupannya.
3) Mengorganisasikan semua kegiatan maupun topik yang telah dipelajari/didiskusikan
sehingga merupakan satu kesatuan yang berarti.
Keterampilan membuka pelajaran merupakan awal keberhasilan seorang guru karena
keterampilan ini menentukan termotivasi tidaknya siswa dalam mengikuti pelajaran.
Sedangkan keterampilan menutup pelajaran menentukan tingkat pemantapan dan
keberhasilan pelajaran.
Komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah
sebagai berikut.
1) Membuka pelajaran, mencakup hal-hal berikut.
a) Apersepsi yaitu menarik perhatian siswa dengan berbagai cara, seperti berikut.
(1) Menciptakan satu kejadian menarik yang berkaitan dengan yang materi yang
akan dipelajari atau karakter yang ingin guru integrasikan.

4
(2) Melakukan kuis singkat untuk mengetahui capaian siswa terhadap materi
prasyarat dari materi yang akan dipelajari.
(3) Membuat kaitan dengan mengajukan pertanyaan/persepsi atau mengkaji ulang
pelajaran yang lalu.
b) Menimbulkan motivasi dengan:
(1) kehangatan dan keantusiasan,
(2) menimbulkan rasa ingin tahu,
(3) mengemukakan ide yang bertentangan, dan
(4) memperhatikan minat siswa.
c) Memberikan acuan pembelajaran dengan cara:
(1) mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas,
(2) menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan,
(3) mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan
(4) mengajukan pertanyaan.
d) Menyiapkan siswa siap untuk belajar dengan cara:
(1) memeriksa kehadiran siswa secara klasikal,
(2) memeriksa ketidakhadiran siswa secara singkat, dan
(3) memeriksa kesiapan alat dan sumber belajar siswa.
2) Menutup pelajaran, mencakup hal-hal berikut.
a) Meninjau kembali dengan cara merangkum atau membuat ringkasan baik oleh guru
maupun siswa dengan atau tanpa bimbingan guru.
b) Mengadakan evaluasi penguasaan siswa, dengan meminta mereka:
(1) mendemostrasikan keterampilan,
(2) menerapkan ide baru pada situasi lain,
(3) mengekspresikan pendapat sendiri, dan
(4) memberikan soal-soal tertulis.
c) Memberikan tindak lanjut, yang dapat berupa pekerjaan rumah, merancang
sesuatu, atau berkunjung ke suatu tempat.
Sajian komponen di atas, tidak semuanya harus ditampilkan dalam membuka maupun
menutup pelajaran. Seorang guru dapat memilih komponen yang paling sesuai dengan
tujuan, materi, siswa, serta kondisi kelas.
b. Keterampilan bertanya.
Dalam suatu proses pembelajaran guru dan siswa berinteraksi dalam beragam
cara. Salah satu bentuk interaksi yang muncul dalam interaksi tersebut adalah aktivitas
bertanya baik yang berasal dari guru maupun siswa. Pembahasan kali ini menitikberatkan
pada aktivitas bertanya yang berasal dari guru.
Keterampilan bertanya yang dimiliki guru memiliki peran penting dalam
pembelajaran. Lewis (2007) dalam artikelnya Developing questioning skills menjelaskan
secara singkat gambaran hasil penelitian terhadap kemampuan guru dalam bertanya.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa fokus pertanyaan dari guru cenderung hanya menggali
spesifik informasi yang siswa miliki bukan pada pertanyaan yang mendukung proses
belajar mereka.
Awal abad ke 21 ini, siswa tidak hanya dituntut untuk mengingat fakta tetapi juga
mengembangkan proses berpikir dan bernalar. Bertanya secara efektif akan membantu
siswa mengorganisasikan proses berpikir yang pada ujungnya akan membantu mereka
mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu menyiapkan pertanyaan yang
tidak hanya fokus fakta tetapi pada pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir dan
5
belajar dengan lebih baik. Pertanyaan yang diajukan guru sama pentingnya dengan
informasi yang disampaikan oleh guru.
Secara khusus dalam pembelajaran matematika, Anderson dan Schuster (2005: 1)
pertanyaan yang baik dalam kelas matematika akan melibatkan siswa untuk berpikir,
memahami, dan berbagi pengalaman matematika dengan teman dan guru mereka. Siswa
tidak akan lagi menjadi penerima pasif melainkan akan menjadi aktif terlibat dalam
membangun sendiri pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap matematika.
c. Keterampilan memberi penguatan.
Keterampilan ini perlu dikuasai karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa
untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian. Penguatan
dapat berupa verbal (kata-kata) maupun nonverbal (gerakan, mimik, sentuhan, kegiatan
yang menyenangkan atau token/simbol). keterampilan memberi penguatan perlu dipelajari
oleh calon guru agar mendapatkan respon positif dari siswa yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Dengan memberikan penguatan
maka guru diharapkan mampu meningkatkan perhatian, membangkitkan dan memelihara
motivasi, merangsang siswa untuk berpikir, memudahkan siswa belajar, mendorong
tingkah laku yang produktif, mengontrol dan memodifikasi tingkah laku yang negatif.
Prinsip penggunaannya harus memperhatikan beberapa aspek, diantaranya: 1)
kehangatan dan keantusiasan, 2) kebermaknaan, 3) menghindari penggunaan respon
negatif, dan 4) jelas sasarannya. Penguatan dapat diberikan kepada individu tertentu,
kelompok siswa, bersegera dalam memberikan penguatan dan memberikan penguatan
yang bervariasi. Terdapat 2 jenis bentuk cara memberikan penguatan kepada siswa, yaitu
sebagai berikut.
1) Penguatan verbal, dapat berupa kata-kata atau kalimat
2) Penguatan non verbal, dapat berupa
a) mimik dan gerakan badan,
b) mendekati,
c) sentuhan,
d) kegiatan yang menyenangkan,
e) simbol atau benda, serta
f) penguatan tak penuh.
d. Keterampilan mengadakan variasi.
Mengadakan variasi merupakan keterampilan guru dalam proses interaksi belajar
mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kejenuhan dan kebosanan peserta didik. Variasi
yang dimaksud disini adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan motivasi siswa serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Variasi dapat
dilakukan dalam cara mengajar, penggunaan media dan bahan ajar serta variasi dalam
pola interaksi dan kegiatan. Guru yang menggunakan variasi dalam gaya mengajar, media
pembelajaran, pola interaksi pembelajaran dan variasi metode akan membantu
meningkatkan perhatian dan minat peserta didik terhadap aspek-aspek belajar mengajar
yang relevan, memunculkan rasa ingin tahu dan menyelidiki hal-hal baru serta memupuk
tingkah laku yang positif. Menurut Suherman (2003: 192) variasi-variasi dalam kegiatan
belajar mengajar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu berikut.
1) Variasi dalam gaya mengajar
Variasi dalam gaya mengajar yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
berikut.
a) Variasi suara
6
Perubahan suara dari rendah menjadi tinggi atau memberikan penekanan pada
kata-kata tertentu.
b) Pemusatan perhatian
Pemusatan perhatian pada hal yang pennting dapat dilakukan guru melalui
perkataan “perhatikan baik-baik”, “dengar baik-baik” atau “nah, ini penting sekali”
dan lain sebagainya. Biasanya cara pemusatan ini diikuti dengan isyarat
menunjukkan ke papan tulis.
c) Kesenyapan
Kesenyapan yang tiba-tiba disengaja guru ketika mengajar merupakan alat yang
baik untuk menarik perhatian karena siswa ingin tahu apa yang sedang terjadi.
Dalam mengajukan pertanyaan, guru menggunakan waktu tunggu atau
kesenyapan memberikan kesempatan siswa berpikir.
d) Mengadakan kontak mata
Jika berinteraksi dengan siswa sebaiknya pandangan mengarah ke seisi kelas dan
melihat seluruh siswa untuk menunjukkan kedekatan antara guru dan siswa.
Kontak mata dapat digunakan untuk menyampaikan informasi, seperti: mata yang
terbelalak berarti tanda tercengang.
e) Gerakan badan dan mimik
Ekspresi wajah guru, gerakan kepala, gerakan badan adalah aspek penting dalam
komunikasi.
f) Penggantian posisi guru dalam kelas
Posisi guru yang baik adalah berdiri di tengah-tengah kelas. Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pergantian posisi dalam kelas adalah sebagai berikut.
g) Membiasakan bergerak bebas di dalam kelas.
Tidak membiasakan diri untuk menjelaskan materi sambil menulis di papan tulis,
melihat langit-langit atau ke luar kelas tetapi mengarah ke seluruh kelas.
h) Bergerak secara perlahan dari belakang ke depan atau sebaliknya untuk
mengamati perilaku siswa.
2) Variasi dalam penggunaan media dan alat pelajaran
Jenis-jenis variasi dalam penggunaan media dan alat pelajaran adalah sebagai berikut.
a) Variasi media dan alat yang dapat dilihat (visual aids), seperti: grafik, bagan, poster,
gambar, atau slide.
b) Variasi media dan alat yang dapat didengar (auditif aids), seperti: rekaman suara,
suara radio atau musik.
c) Variasi media dan alat yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan (motorik),
seperti: peragaan yang dilakukan guru atau siswa, model, atau patung.
d) Variasi media dan alat yang dapat didengar, dilihat, dan diraba (audio-visual aids),
seperti: televisi.
3) Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan siswa
Pola interaksi dan kegiatan yang baik adalah yang bervariasi dan tidak monoton.
Berikut akan ditunjukkan 5 contoh pola interaksi dan kegiatan siswa dalam kelas.
a) Pola komunikasi sebagai aksi (satu arah)
b) Pola guru-siswa yang satu arah
c) Pola guru-siswa-guru
d) Pola guru-siswa-siswa
e) Pola guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa

7
f) Pola melingkar, interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa sehingga terjadi komunikasi yang multiarah.
e. Keterampilan menjelaskan materi.
Menjelaskan berarti mengorganisasi materi ajar dalam tata urutan yang terencana
secara sistematis, sehingga dengan mudah dapat dipahami siswa. Kegiatan ini bertujuan
untuk membimbing siswa memahami konsep, hukum, prinsip maupun prosedur;
membimbing siswa menjawap pertanyaan “mengapa” secara bernalar; melibatkan siswa
terlibat dalam penalaran; mendapatkan balikan mengenai pemahaman siswa; serta
membantu siswa menghayati proses penalaran. Keterampilan menjelaskan terdiri dari
berbagai komponen berikut.
1) Komponen merencanakan penjelasan mencakup:
a) materi pokok yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai dengan contoh-
contoh, dan
b) hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik siswa.
2) Komponen menyajikan penjelasan yang mencakup berikut.
a) Kejelasan, yang dapat dicapai dengan bahasa yang jelas, berbicara yang lancar
maupun penyampaian definisi istilah-istilah teknis dan berhenti sejenak untuk
melihat respon siswa.
b) Penggunaan contoh dan ilustrasi yang dapat mengikuti pola pikir induktif atau
deduktif.
c) Pemberian tekanan pada bagian yang penting dengan penekanan suara, membuat
ikhtisar, atau mengemukakan tujuan.
d) Balikan terhadap penjelasan yang diberikan dengan melihat mimik siswa atau
mengajukan pertanyaan.
Terkait dengan kemampuan ini, seorang guru harus memahami terlebih dahulu
karakteristik dari materi yang akan diajarkan, sehingga dapat menentukan cara
penyampaian materi yang sesuai. Berikut disajikan beberapa jenis pengetahuan dan saran
pengajaran yang sesuai.
1) Pengetahuan deklaratif; berupa pengetahuan tentang hal-hal yang faktual seperti
fakta, generalisasi, teori.
2) Pengetahuan prosedural; berupa pengetahuan tentang tahapan yang harus dilakukan
(proses).
3) Pengetahuan kondisional; berupa aplikasi kedua jenis pengetahuan di atas, dengan
kata lain pengetahuan ini terkait kapan suatu prosedur/skills/strategi digunakan dan
mengapa lebih baik dari lainnya.
4) Pengetahuan konseptual; berupa pengetahuan kategori dan klasifikasi serta
keterhubungan atau keterkaitan gagasan yang menjelaskan dan makna pada prosedur
matematika. Untuk memahami pengetahuan ini dapat dilakukan menggunakan model
konrit atau semikonkrit.
Selain beberapa hal di atas, dalam menerapkan keterampilan menjelaskan perlu
diperhatikan beberapa hal berikut.
1) Penjelasan dapat diberikan di awal, tengah atau akhir pelajaran sesuai keperluan.
2) Penjelasan harus sesuai dengan tujuan.
3) Materi yangdijelaskan harus bermakna.
4) Penjelasan yang diberikan sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa.
f. Keterampilan Mengelola Kelas

8
Selain beberapa keterampilan di atas, keterampilan yang tidak kalah penting
adalah keterampilan pengelolaan kelas. Keterampilan pengelolaan kelas adalah
keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna
terjadinya proses belajar-mengajar yang efektif. Pentingnya penguasaan keterampilan ini
oleh guru adalah berikut.
1) Guru dapat mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu maupun
klasikal dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang
berlangsung.
2) Menyadari kebutuhan siswa.
3) Memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa.
Komponen keterampilan ini adalah berikut.
1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal yang dapat dilakukan dengan cara berikut.
a) Menunjukkan sikap tanggap, seperti, memandang secara seksama, mendekati,
memberikan pernyataan atau memberi reaksi terhadap gangguan dalam kelas.
b) Membagi perhatian secara verbal maupun visual.
c) Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut
tanggung jawab siswa.
d) Menegur secara bijaksana, yaitu, jelas dan tegas, bukan peringatan atau ocehan,
serta membuat aturan.
e) Memberikan penguatan bila perlu.
2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap respon negatif siswa yang
berkelanjutan. Strategi yang dapat digunakan adalah berikut.
a) Modifikasi tingkah laku
b) Mengajarkan tingkah laku baru yang diinginkan dengan cara memberikan contoh
dan bimbingan.
c) Meningkatkan munculnya tingkah laku siswa yang baik dengan memberikan
penguatan.
d) Mengurangi munculnya tingkah laku yang kurang baik dengan memberikan
hukuman.
e) Pengelolaan kelompok
f) Memperlancar tugas-tugas dengan cara mengusahakan terjadinya kerjasam dan
memnatapkan standar serta prosedur kerja.
g) Memelihara kegiatan kelompok dengan cara memelihara dan memulihkan
semangat, menangani konflik yang timbul, dan memperkecil masalah yang timbul.
h) Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah.
Perlu ditekankan bahwa setiap perilaku yang keliru merupakan gejala dari suatu
sebab, sehingga untuk mengatasinya dapat dilakukan beberapa teknik berikut.
1) Pengabaian yang direncanakan.
2) Campur tangan dengan isyarat.
3) Mengawasi dari dekat.
4) Mengakui perasaan negatif siswa.
5) Mendorong kesadaran siswa untuk mengungkapkan perasaannya.
6) Menjauhkan benda-benda yang bersifat mengganggu.
7) Menyusun kembali program belajar.
8) Menghilangkan ketegangan dengan humor.

9
9) Pengekangan secara fisik.
10) Pengasingan.
Berikut diuraikan enam prinsip yang perlu dipahami guru dalam menerapkan
keterampilan mengelola kelas.
1) Kehangatan dan kenatusiasan dalam mengajar yang dapat menciptakan kondisi kelas
yang menyenangkan.
2) Menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang siswa untuk berpikir.
3) Menggunakan berbagai variasi yang dapat menghilangkan kebosanan.
4) Keluwesan guru/dosen dalam pelaksanaan tugas.
5) Penekanan pada hal-hal yang bersifat yang positif.
6) Penanaman disiplin diri sendiri.
Selanjutnya, dalam mengelola kelas hendaknya guru perlu menghindari hal-hal
berikut.
1) Campur tangan yang berlebihan.
2) Penghentian suatu pembicaraan/kegiatan karena ketidaksiapan guru.
3) Ketidakpastian memulai dan mengakhiri pelajaran.
4) Penyimpangan, terutama yang berkaiatan dengan disiplin diri.
5) Pengulangan penjelasan yang tidak diperlukan.
Selain beberapa keterampilan mengelola kelas di atas, perlu diperhatikan juga
bahwa guru perlu menciptakan kondisi kelas setelah pembelajaran sehingga kelas
tersebut siap dipakai untuk pembelajaran selanjutnya. Beberapa hal teknis yang terkait
dengan keterampilan ini adalah berikut.
1) Pengaturan bangku.
2) Kerapian seluruh kelas.
3) Kebersihan kelas dan sekitarnya.
4) Penggunaan lampu, AC, LCD dan fasilitas penunjang lain perlu diatur.
g. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok
Dalam pembelajaran di sekolah, proses belajar mengajar tidak bisa dilepaskan dari
diskusi kelompok. Setiap guru membutuhkan diskusi kelompok dengan tujuan beragam.
Kemampuan guru dalam menfasillitasi diskusi kelompok sangat penting untuk dimiliki guru.
Oleh karena itu kajian tentang diskusi kelompok menjati penting.
1) Pengertian Diskusi Kelompok
Berikut ini adalah definisi dari diskusi kelompok.
“…diskusi kelompok adalah suatu proses percakapan yang teratur,
yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi informasi/pengalaman,
mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah” Mulyasa
dalam Suwarna (2006).
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Usman (2005:94)
“diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan berbagai pengalaman dan informasi, pengambilan
kesimpulan/pemecahan masalah”.

Berdasarkan kedua pendapat dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok di kelas


adalah suatu proses yang teratur, yang melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi
tatap muka secara informal untuk berbagi informasi dan pengalaman serta mengambil
kesimpulan/pemecahan masalah.
10
2) Tujuan membimbing diskusi kelompok
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:80) membimbing diskusi kelompok bertujuan
sebagai berikut.
a) Siswa dapat saling member informasi atau pengalaman dalam menjelajahi
gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka.
b) Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan
komunikasi.
c) Siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Komponen keterampilan membimbing diskusi ada beberapa komponen keterampilan
membimbing diskusi yaitu sebagai berikut.
a) Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi. Cara-cara yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut.
(1) Rumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi
(2) Kemukakan masalah masalah khusus
(3) Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan
(4) Rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi
b) Memperluas masalah atau urunan pendapat
Selama diskusi berlangsung sering terjadi penyampaian ide yang kurang jelas,
sehingga terjadi kesalahpahaman antar anggota kelompok. Dalam hal ini tugas
guru dalam memimpin diskusi untuk memperjelaskannya, yakni dengan cara
berikut.
(1) Menguraikan kembali urunan tersebut hingga jelas
(2) Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut
(3) Menguraikan gagasan siswa dengan member informasi tambahan.
c) Menganalisis pandangan siswa
Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat. Dalam hal ini guru hendaklah
menganalisis alasan perbedaan tersebut yaitu dengan cara sebagai berikut:
(1) Meneliti apakah alas an tersebut memang mempunyai dasar yang kuat.
(2) Memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak disepakati.
d) Meningkatkan kontribusi siswa
Beberapa cara untuk meningkatkan urunan piker siswa adalah berikut.
(1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menentang siswa untuk berpikir.
(2) Memberikan contoh-contoh verbal dan nonverbal yang sesuai dan tepat.
(3) Memberikan waktu untuk berpikir.
(4) Memberikan dukungan terhadap pendapat siswa dengan penuh perhatian.
e) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Penyebaran kesempatan berpartisipasi dapat dilakukan dengan cara:
(1) Mencoba memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi
(2) Menegah terjadinya pembicaraan serentak dengan member giliran kepada
siswa yang pendiam terlebih dahulu
(3) Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan
(4) Mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya hingga interaksi
antarsiswa dapat ditingkatkan
f) Menutup Diskusi
Hal yang dapat dilakukan seorang guru dalam menutup diskusi adalah sebagai
berikut.

11
(1) Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan para siswa
(2) Member gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi atau tentang topic diskusi
yang akan dating
(3) Mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai
g) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membimbing diskusi
(1) Mendominasi diskusi sehingga siswa tidak diberi kesempatan
(2) Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi
(3) Membiarkan terjadinya penyimpangan dari tujuan diskusi dengan pembicaraan
yang tidak relevan
(4) Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi
(5) Tidak memperjelas atau mendukung urunan piker siswa
(6) Gagal mengakhiri diskusi secara efektif
h. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
1) Definisi
Keterampilan dalam mengajar kelompok kecil dan perseorangan merupakan sebuah
keharusan. Guru tidak selalu mengajar dalam kelompok besar atau kelas. Terkadang
guru harus mengajar dalam kelompok kecil atau bahkan perseorangan dengan
berbagai maksud dan tujuan. Salah satunya adalah ketiga memberikan remedial
teaching atau enrichment. Guru harus mengajarkan materi pada kelompok kecil atau
bahkan pada perseorangan.
DeQueliy dan Gazali dalam Slameto (2010) mendefinisikan mengajar sebagai berikut.
“menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling
singkat dan tepat. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang
dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat
kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas
dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan
menyesuaikan diri kepada lingkungan”.
Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa
tanggapan/pendapat siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pengertian untuk ketrampilan mengajar
kelompok kecil dan perseorangan adalah kecakapan menanamkan pengetahuan yang
dilakukan pada sekelompok siswa dan pada siswa secara individu (Muhidin, 2011).
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3–8
orang untuk kelompok kecil atau untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan
perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta
terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa. (Muhidin,
2011).
Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan
menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara
peserta didik dengan peserta didik. Khusus dalam melakukan pembelajaran
perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik,
agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik (Djoeulie,
2010).
2) Peranan Guru
Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan, maka guru berperan sebagai
berikut.

12
a) Organisator dalam kegiatan belajar mengajar
Tugas guru sebagai organisator dalam kegiatan pembelajaran adalah menentukan
dan mengarahkan bagaimana cara siswa melakukan kegiatan, mengatur
lingkungan belajar, dan mengoptimalkan sumber belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam pengorganisasian ini yang lebih penting adalah mengatur
siswa dan memberikan tanggung jawab kepadanya untuk melaksanakan tugas
yang diberikan oleh guru.
b) Sumber informasi bagi siswa
Guru adalah salah satu sumber informasi bagi siswa. Informasi yang disampaikan
guru dapat berupa informasi mengenai langkah-langkah pelaksanaan tugas,
mauun informasi lain yang diperlukan siswa untuk mengajar kelompok kecil dan
perorangan. Selain informasi dari guru, siswa juga dapat menggali sumber
informasi dari berbagai sumber, seperti buku teks, majalah, surat kabar, televisa,
radio, dan sebagainya.
c) Pendorong siswa untuk belajar.
Agar siswa mau belajar, maka guru memberikan dorongan (motivasi) kepada
siswa. Sebagai motivator, guru harus menciptakan kondisi kelas yang merangsang
siswa untuk melakukan kegiatan belajar dalam kelompok kecil dan perorangan
d) Pendiagnosaan kesulitan siswa serta pemberian bantuan sesuai kebutuhan siswa
Guru mempunyai peranan sebagai diagnostician dalam proses belajar mengajar,
yaitu mengenal anak secara individual mengenai kemajuan belajar, kelemahan
mereka, kesulitan yang mereka hadapi, dan memberikan bantuan sesuai
kebutuhan siswa.
e) Penyediaan materi dalam kesempatan belajar bagi siswa
Guru juga bertugas menyediakan pelajaran yang akan dipelajari siswa dalam
pengajaran kelompok kecil maupun perorangan. Berbagi sumber yang diperlukan
siswa dalam proses belajar mengajar tersebut perlu disediakan agar proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, guru harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepada
siswa sehingga dapat mengaktualisasikan kemampuan-kemapuan yang mereka
miliki untuk menyelesaikan tugas atau masalah yang mereka hadapi.
f) Guru mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti siswa
Guru sebagai peserta kegiatan mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti
siswa berarti guru ikut menyumbangkan pendapatnya untuk memecahkan masalah
atau mencari kesepakatan bersama seperti halnya para siswa.
3) Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi Agar Pengajaran Kelompok Kecil dan Perorangan
dapat Terwujud
Pada dasarnya, siswa mempunyai karakteristik yang sangat berbeda satu dengan
lainnya. Untuk melayani perbedaan ini, diperlukan variasi pengorganisasian kegiatan
klasikal, kelompok kecil, dan perorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan
hanya mungkin terwujud jika terpenuhi syarat-syarat berikut (Adikara, 2008).
a) Ada hubungan yang sehat dan akrab antara guru-siswa dan antar siswa.
b) Siswa belajar dengan kecepatan, kemampuan, cara, dan minat sendiri.
c) Siswa mendapat bantuan sesuai dengan kebutuhannya.
d) Siswa dilibatkan dalam perencanaan belajar.
e) Guru dapat memainkan berbagai peran
4) Pola Penggunaan Pengajaran Kelompok Kecil dan Perorangan dalam Kelas

13
Ada empat pola pengorganisasian yang bervariasi dalam melaksanakan pengajaran
kelompok kecil dan perorangan, antara lain.
a) Kelas Besar → Kelompok Kecil + Perorangan → Kelas Besar
Dalam pola ini kegiatan belajar mengajar di kelas dimulai dengan pertemun klasikal
(kelas besar) untuk memberikan infomasi umum yang diperlukan siswa untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Informasi yang diberikan kepada siswa
antara lain berikut.
(1) Pokok bahasan yang akan dipelajari
(2) Tugas-tugas yang akan dikerjakan
(3) Langkah-langkah mengyelesaikan tugas
(4) Informasi lain yang diperlukan
Setelah itu, siswa diberi kesempatan untuk memilih kegiatan dengan bekerja dalam
kelompok kecil atau bekerja perorangan. Setelah siswa menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan dalam kelompok kecil atau perorangan, kegiatan belajar
mengajar berikutnya adalah mengikuti pertemuan klasikal kembali untuk
melaporkan tugas-tugas yang mereka kerjakan.
b) Kelas Besar → Kelompok Kecil + Kelompok Kecil → Kelas Besar
Dalam pola ini, pertama, siswa mengikuti penjelasan secara klasikal mengenai
pokok-pokok bahasan yang akan dipelajari, tugas-tugas yang akan dikerjakan,
serta langkah-langkah melaksanakan tugas tersebut. Kedua, siswa diminta untuk
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru. Kemudian, siswa diminta melaporkan hasil-hasil yang
diperoleh dari pengetahuan dalam kelompok kecil dalam kelas (laporan secara
klasikal).
c) Kelas Besar → Perorangan → Kelompok Kecil → Kelas Besar.
Dalam pola ini pertemuan diawali dangan penjelasan umum mengenai materi
pelajaran yang akan dipelajari, serta tugas-tugas yang akan dikerjakan siswa.
Setelah mengikuti penjelasan umum, siswa langsung mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan guru secara perorangan, kemudian siswa diminta bergabung dalam
kelompok kecil untuk membahas hasil yang telah diperoleh dari bekerja secara
perorangan untuk di diskusikan bersama dalam kelompok kecil. Setelah itu, siswa
diminta untuk melaporkan hasil yang diperoleh dalam kegiatan kelompok kecil
kepada seluruh siswa dalm kelas.
d) Kelas Besar → Perorangan + Perorangan → Kelas Besar
Proses belajar mengajar dimulai dengan pemberian penjelasan umum kepada
siswa mengenai materi yang akan dipelajari, serta tugas-tugas yang akan
dikerjakan oleh siswa. Setelah itu, siswa diminta bekerja secara perorangan untuk
melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Kemudian siswa diminta
melaporkannya di kelas (secara klasikal).
5) Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.
Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan terdiri dari berikut
(Sofa, 2010).
a) Keterampilan mengadakan pendekatan pribadi
b) Keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
c) Keterampilan membimbing dan memberi kemudahan belajar
d) Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
6) Prinsip-Prinsip dalam Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

14
Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan, guru perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
a) Guru yang terbiasa mengajar secara klasikal, sebaiknya mulai belajar mengajar
dengan menggunakan kelompok kecil dan kemudian perorangan.
b) Tidak semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan
perorangan.
c) Pengorganisasian siswa, sumber materi serta waktu merupakan langkah pertama
yang diperhatikan guru.
d) Kegiatan pengajaran harus diakhiri dengan kulminasi.
e) Dalam pengajaran perorangan guru perlu mengenal siswa secara pribadi.
7) Kelebihan dan Kelemahan dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan
a) Dalam proses mengajar ini memungkinkan penyerapan pelajaran pada setiap
siswa dapat lebih maksimal.
b) Guru dapat lebih mudah melakukan pendekatan pada setiap masing-masing siswa
sehingga guru dapat memahami karakter masing-masing siswa, jadi guru lebih
mudah menentukan metode pembelajaran yang cocok untuk siswa.
c) Pengembangan informasi kurang luas karena keterbatasan siswa.
d) Kurangnya motivasi siswa dalam bersaing karena variasi karakter siswa terbatas.
e) Kurangnya jiwa sosial pada siswa.
3. Perangkat Pembelajaran
Sebagai bagian dari tugas guru, merancang pembelajaran yang sesuai dengan
materi maupun karakteristik siswa adalah penting. Untuk itu seorang guru berkewajiban
menyusun perangkat pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan
memotivasi siswa untuk berpartisipasi. Perangkat pembelajaran yang disusun hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan di kelas. Akan tetapi, secara umum perangkat
pembelajaran terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja
siswa, lembar tugas siswa, modul dan evaluasi pembelajarannya.
Berdasarkan beberapa komponen perangkat di atas, seorang guru perlu
merancang urutan kegiatan agar kegiatan pembelajaran terlaksana seperti apa yang
diharapkan.untuk menyusun skenario pembelajaran yang implementatif, seorang guru
hendaknya memperhatikan karakteristik siswa, karakteristik materi serta karakteristik
lingkungan. Karakteristik siswa akan berdampak pada bagaimana cara guru mengelola
kelas, karakteristik materi akan berdampak pada bagaimana cara guru menyampaikan
materi agar sesuai dengan kemampuan siswa sehingga siswa akan menguasai apa yang
diajarkan, sedangkan karakteristik lingkungan akan berdampak pada kelancaran
pelaksanaan pembelajaran dan cara guru menfasilitasi siswa baik berupa sarana belajar
berupa peralatan dan perlengkapan, sumber belajar, maupun media pembelajaran.
Selain pertimbangan terhadap ketiga karakteristik di atas, seorang guru perlu
mempertimbangkan kesesuaian skenario dengan waktu yang tersedia; menuliskan
langkah-langkah yanga akan dilakukan dalam pembelajaran sesuai dengan tahapan-
tahapan pembelajaran yang direncanakan; menuliskan rencana penilaian dan kriteria
keberhasilan hasil belajar baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah, perencanaan pembelajaran disuusn dalam bentuk
silabus dan RPP yang mengacu pada Standar Isi.
a. Silabus

15
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan
kajian mata pelajaran yang disusun setiap tahun ajaran tertentu. Silabus ini digunakan
sebagai acuan dalam penyusunan RPP. Adapun komponen silabus minimal memuat hal-
hal berikut.
1) Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/Paket C Kejuruan)
2) Identitas Sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas.
3) Kompetensi Inti (KI), yaitu gambaran secara kategorial tentang kompetensi dalam
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari siswa untuk jenjang
sekolah, kelas, dan mata pelajaran tertentu.
4) Kompetensi Dasar (KD), yaitu kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.
5) Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A)
6) Materi Pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan.
8) Penilaian, yaitu proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar siswa.
9) Alokasi Waktu, disesuaikan dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum
untuk satu semester atau satu tahun.
10) Sumber Belajar, berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber
belajar lain yang relevan.
b. RPP
RPP merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan
atau lebih yang dikembangkan berdasarkan silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran siswa dalam upaya pencapaian KD. Terdapat tiga belas komponen RPP
berikut.
1) Identitas Sekolah (nama satuan pendidikan)
2) Identitas Mata Pelajaran atau tema/subtema
3) Kelas/Semester
4) Materi Pokok
5) Alokasi Waktu, sesuai keperluan pencapaian KD dan beban belajar yang
mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang
harus dicapai.
SD/MI : 35 menit
SMP/MTs : 40 menit
SMA/MA : 45 menit
SMK/MAK : 45 menit
6) Tujuan Pembelajaran, dirumuskan berdasarkan KD dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat dimatai dan diukur mencakup sikap, pengetahun, dan
keterampilan.
7) KD dan indikator pencapaian kompetensi
8) Materi Pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

16
9) Metode Pembelajaran, digunakan guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar siswa mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik siswa
dan KD yang akan dicapai.
10) Media Pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan
materi pelajaran.
11) Sumber Belajar, berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber
belajar lain yang relevan.
12) Langkah-langkah Pembelajaran, dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan
penutup.
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib:
a) menyiapkan siswa secara fisik dan psikis untuk mengikuti pembelajaran;
b) memberikan motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi
materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan
perbandingan lokal, nasional, dan internasional, serta disesuaikan dengan
karakteristik siswa;
c) mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari;
d) menyampaikan tujuan pembelajaran; serta
e) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Dalam kegiatan inti, digunakan model/metode/pendekatan pembelajaran, media, serta
sumber belajar yang sesuai dengan karakteristika materi dan siswa. Pemilihan
pendekatan tematik/inkuiri/saintifik/discovery/pembelajaran menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project-based learning) disesuaikan karakteristik
kompetensi dan jenjang pendidikan. Untuk aspek sikap dapat dicapai melalui proses
afeksi mulai menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan.
Untuk aspek pengetahuan dapat dicapai melalui aktivitas mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta melalui pembelajaran
tematik yang mendorong siswa menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah.
Untuk aspek keterampilan dapat dicapai melalui aktivitas mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta melalui pembelajaran tematik yang
mendorong siswa menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah.
Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa melakukan refleksi untuk:
a) mengevaluasi proses dan hasil belajar;
b) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil belajar;
c) melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas
individual maupun kelompok; dan
d) menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
13) Penilaian Hasil Pembelajaran
Menggunakan pendekatan penilaian otentik yang menilai kesiapan siswa, proses, dan
hasil belajar secara utuh yang akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan
belajar peserta didik yang mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional
effect) pada aspek pengetahuan dan dampak pengiring (nurturant effect) pada aspek
sikap. Hasil penilaian ini akan digunakan guru dalam merancang program perbaikan
(remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling.
4. Media Pembelajaran
Proses pembelajaran melibatkan pemilihan, penyusunan dan pengiriman informasi
dalam suatu lingkungan yang sesuai dengan cara siswa berinteraksi dengan informasi
17
tersebut. Untuk mendukung proses ini diperlukan suatu saluran untuk komunikasi yang
sering disebut Suherman, dkk (2003) sebagai media. Media yang dikenal dalam
pembelajaran antara lain: media non-projected seperti fotografi, diagram, sajian (display)
dan model-model; media projected seperti slide, filmstrip, transparansi, dan komputer
proyektor; media dengar seperti kaset, compact disk; media gerak seperti video dan film;
serta media yang digunakan untuk pembelajaran jarak jauh seperti radio, televisi, serta
internet. Namun pada dasarnya media dikelompokkan dalam dua bagian yaitu media
sebagai pembawa informasi dan media yang sekaligus untuk menanamkan konsep seperti
alat peraga.
Pentingnya alat peraga dalam menanamkan konsep matematika sesuai dengan
hakekatnya bahwa anak memerlukan benda nyata/konkrit sebagai perantara atau
visualisasi konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak. Konsep abstrak ini dapat
dicapai melalui tingkat-tingkat belajar yang berbeda. Selain fungsinya dalam menanamkan
konsep, alat peraga juga berfungsi dalam pemahaman konsep, latihan dan penguatan,
serta pelayanan terhadap perbedaan individu.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa media yang dirancang khusus sesuai
dengan materi dan karakteristik siswa akan memberikan dukungan yang sangat besar
terhadap efektifitas pembelajaran. Selain kesesuain ini, beberapa kriteria media yang baik
adalah berikut.
a. Tahan lama (terbuat dari bahan yang cukup kuat).
b. Bentuk dan warnanya menarik.
c. Sederhana dan tidak rumit.
d. Ukurannya sesuai dengan ukuran fisik anak.
e. Dapat menyajikan konsep abstrak matematika dengan jelas, baik dalam bentuk konkrit,
gambar maupun diagram lain.
f. Sesuai dengan konsep yang akan diajarkan.
g. Agar siswa terlibat aktif maka media sebaiknya dapat dimanipulasi yaitu dapat diraba,
dipegang, dipindahkan dan diotak-atik, atau dibongkar-pasang dan lain-lain.
5. Evaluasi Pembelajaran
Selain merancang dan melaksanakan pembelajaran, seorang guru juga harus
melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan rancangan pembelajarannya. Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai dengan
mengukur atau memberikan penilaian baik secara kuantitatif maupun kualitatif terhadap
tampilan siswa dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Jika belum tercapai perlu
tindak lanjut untuk menentukan faktor penghambat kemudian dicari alternatif
penyelesaiannya. Selain fungsi evaluasi ini, terdapat beberapa fungsi lain seperti: umpan
balik bagi siswa, untuk mengukur keberhasilan proses belajar yang diterimanya, dan
umpan balik bagi guru, untuk memperbaiki proses belajar mengajar selanjutnya seperti
mengenal latar belakang siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Berikut beberapa langkah yang perlu dilakukan guru dalam melaksanakan
evaluasi.
a. Menentukan karakteristik siswa yang akan dievaluasi, hal ini penting karena
penguasaan pelajaran tertentu pada setiap siwa di jenjang berbeda akan berbeda pula.
b. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi. Tujuan yang baik hendaknya
berorientasi pada siswa, bersifat menguraikan hasil belajar, jelas dan mudah dipajami,
namun dapat diamati dan dapat diukur. Jika evaluasi dilaksanakan untuk tujuan

18
seleksi/penempatan tentunya berbeda untuk tujuan diagnostik maupun formatif atau
sumatif.
c. Menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi; aspek kognitif, afektif, atau
psikomotor. Jika tujuan pelaksanaan adalah untuk mengetahui sejauh mana
penguasaan materi siswa maka aspek yang akan dievaluasi adalah kognitif. Sehingga,
perlu dirumuskan secara jelas sehingga efektif dalam menentukan teknik dan bentuk
evaluasi serta analisis terhadap hasil evaluasi.
d. Menentukan teknik yang akan digunakan dalam pelaksanaan evaluasi; tes atau
nontes.
1) Teknik Tes
Menurut bentuknya tes terbagi menjadi tes lisan (oral test), tes tertulis (ppaper and
pencil test) dan tes unjuk kerja (performance test). Tes lisan merupakan tes dimana
soal dan jawaban dalam bentuk lisan. Demikian halnya dengan tes tertulis, soal
dan jawabannya dalam bentuk tertulis sehingga menekankan penggunaan kertas
dan pensil dalam pelaksanaannya. Sedangkan tes unjuk kerja mengacu pada
perbuatan/penampilan siswa ketika menyelesaikan penugasan tertentu.
Tes tertulis terbagi dalam dua bentuk yaitu subyektif dan obyektif. Tes subyektif
yang sering sering dikenal dengan essay/uraian adalah butir soal berbentuk
pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan tugasnya harus dilakukan
dengan cara mengemukakan secara naratif. Sedangkan tes obyektif adalah butir
soal yang menuntut jawaban secara lebih pasti, sehingga lebih mudah dikoreksi.
Tes jenis ini memiliki beberapa variasi seperti pilihan ganda (multiple choicei),
betul-salah (true-false), menjodohkan (matching) dan isian singkat.
2) Teknik Non-tes
Adalah evaluasi hasil belajar yang menitikberatkan pada aspek afektif seperti sikap
dan minat siswa terhadap pembelajaran matematika. Evaluasi ini dilaksanakan
tanpa menguji siswa yang biasanya dilaksanakan melalui: pengamatan,
wawancara, angket, dan skala.
Berdasarkan uraian di atas, jika seorang guru akan melaksanakan evaluasi terhadap
aspek kognitif maka teknik yang dapat disarankan adalah tes baik tertulis maupun lisan.
e. Menyusun instrumen evaluasi, misalnya untuk mengukur penguasaan materi siswa
perlu disusun butir soal tes hasil belajar atau sering disebut post-test. Dalam menyusun
post-test perlu diperhatikan beberapa hal berikut.
1) Apakah tujuan evaluasi dapat dicapai?
2) Apakah waktu yang tersedia cukup memadai?
3) Apakah instrumen yang telah disusun sesuai dengan tujuan dan pelaksanaan
evaluasi bahkan analisis hasil evaluasi.
f. Menentukan tolok ukur, norma, atau kriteria yang akan dijadikan pedoman atau
patokan dalam melakukan interpretasi terhadap hasil evaluasi. Penentuan tolok ukur
ini kembali mengacu pada tujuan evaluasi dilaksanakan. Sehingga, rumusan tujuan
evaluasi sangat penting baik sebelum, selama dan setelah kegiatan evaluasi
berlangsung.

B. SIKAP SISWA
Sikap merupakan kecenderungan pola tingkah laku seseorang untuk bereaksi
terhadap lingkungannya. Hal ini tidak berarti reaksi seseorang selalu identik dengan sikap
19
yang ada pada diri seseorang itu. Karena sangat dimungkinkan seseorang melakukan
melakukan sesuatu hal yang sebenarnya bertentangan dengan sikapnya. Dalam kelas, sikap
siswa terhadap pembelajaran memiliki pengaruh yang besar terhadap berhasil tidaknya
pembelajaran itu sendiri. Sikap yang positif terhadap guru, teman bahkan lingkungan sekolah
dapat memperlancar proses pendidikan. Sebaliknya, sikap yang negatif juga akan
menyebabkan ketidakharmonisan yang akan merugikan siswa itu sendiri.
1. Disiplin
Disiplin merupakan ketaatan terhadap apa yang telah disepakati, misalnya waktu, tata
tertib, rencana yang telah dibuat. Disiplin merupakan sebuah kebiasaan yang jika dilakukan
secara konsisten, teratur dan berkesinambungan akan melahirkan kebiasaan yang mengarah
pada tercapainya keunggulan. Dengan kata lain, disiplin merupakan sesuatu yang dapat
dilatihkan dalam diri seseorang. Demikian halnya dalam diri siswa, sikap disiplin ini sangat
penting untuk dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, datang ke sekolah 15 menit
sebelum pelajaran dimulai, menyelesaikan tugas sebelum batas waktu yang ditentukan, sholat
tepat waktu, tidak menunda-nunda pekerjaan dan beberapa kondisi di kelas lain yang
menuntut disiplin bagi siswa.
2. Budaya Bersih
Kebersihan adalah sebagian dari iman, demikian isi dari salah satu hadist tentang
kebersihan. Kebersihan membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Sebaliknya,
kotor dan jorok akan membawa banyak akibat buruk dalam kehidupan. Dalam ajaran islam,
kebersihan adalah mutlak. Kebersihan dapat meliputi kebersihan diri sendiri, tempat tinggal,
lingkungan sekolah, tempat ibadah dan tempat-tempat umum. Seseorang menjaga kebersihan
diri maka ia telah berperan aktif dalam mewujudkan kebersihan. Lingkungan tempat tinggal
yang bersih dan rapi menggambarkan ciri hidup orang yang beriman. Sekolah yang bersih dan
rapi mencerminkan kebersihan dan kerapian orang-orang yang ada di dalamnya.
3. Sopan Santun
Mencermati beberapa kejadian yang terjadi di kalangan siswa masa sekarang tentunya
sangat memprihatinkan. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai sopan santun mulai terkikis oleh
peradaban modern. sopan santun sangat penting untuk dilatihkan kepada siswa karena siswa
nanti akan terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Akan tetapi, melatihkan saja tidak perlu,
seorang guru disampingkan selain melatihkan sopan santun juga harus memberikan contoh
yang baik tentang kesopanan kepada siswa. Bahkan seorang guru perlu bertidak tegas jika
terjadi pelanggaran.contoh sopan santun di lingkungan sekolah khususnya kelas adalah
berikut.
a. Sopan santun memasuki kelas.
b. Sopan santun ketika berbicara dengan bapak/ibu guru maupun staf.
c. Sopan santun dalam mendengarkan penjelasan bapak/ibu guru
d. Sopan santun meninggalkan kelas.
e. Sopan santun dengan teman baik sebangku maupun sekelas.

20
BAB II
PANDUAN AKTIVITAS MAHASISWA

Program pengembangan kompetensi mahasiswa calon guru di STKIP Al Hikmah salah


satunya dilaksanakan melalui kegiatan Interaksi Edukatif (IE) dan Interaksi Sosial
Kemasyarakatan (ISosK). IE merupakan kegiatan mahasiswa dalam berinteraksi dengan
kondisi nyata di lapangan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan mahasiswa
mengembangkan kemampuan mengajar yang dimiliki. ISosK merupakan kegiatan mahasiswa
berinteraksi dengan masyarakat yang bertujuan membangun kepekaan sosial sebagai calon
guru pejuang. Bagian ini menyajikan beberapa panduan aktivitas mahasiswa dalam
melaksanakan kegiatan IE dan ISosK.

A. PANDUAN AKTIVITAS OBSERVASI


Salah satu aktivitas dalam kegiatan IE ini adalah sit in (magang) kepada guru senior di
sekolah dalam bentuk observasi terhadap aktivitas pembelajaran guru tersebut. Observasi
yang dilakukan akan mengasah mahasiswa untuk menjadi guru sejak awal. Oleh karenanya
perlu disusun panduan aktivitas observasi yang mengarahkan kegiatan observasi menjadi
lebih terstruktur dan terukur. Sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatan observasi lihat
instrumen pada lampiran.
Berikut beberapa fokus observasi yang disarankan.
1. Aktivitas Guru dalam Membuka dan Menutup Pembelajaran
a. Mengamati cara guru memulai pembelajaran.
b. Mengamati cara guru melakukan apersepsi.
c. Mengamati cara guru memberikan motivasi.
d. Mengamati cara guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
e. Mengamati cara guru melakukan refleksi dan merangkum pembelajaran.
f. Mengamati cara guru memberikan tindak lanjut terhadap pembelajaran.
g. Mengamati cara guru mengakhiri pembelajaran.
2. Aktivitas Siswa
a. Mengamati karakteristik siswa. Karakteristik siswa baik akademis, maupun sosial dan
personal, seperti: usia, perilaku, motivasi, sikap, harapan, kemampuan atau bakat
khusus, dan sebagainya. Selain karaketristik tersebut, yang tidak kalah penting adalah
karakteristik siswa yang berkebutuhan khusus, misalnya karakteristik siswa yang
memiliki perilaku menyimpang.
b. Mengamati perilaku siswa selama kegiatan belajar mengajar.
c. Mengamati penyimpangan perilaku siswa.
d. Mengamati cara guru mengatasi siswa yang menyimpang.
3. Penyajian Materi
a. Mengamati guru dalam menggunakan model/pendekatan/metode pembelajaran yang
sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.
b. Mengamati pemilihan sumber belajar yang relevan untuk siswa.
c. Mengamati pilihan media yang digunakan guru dalam mengajar.
d. Mengamati contoh-contoh yang digunakan guru.
21
e. Mengamati penggunaan bahasa dan tata nalar guru dalam menjelaskan materi.
f. Mengamati cara guru bertanya dalam rangka meningkatkan minat dan rasa ingin tahu
siswa terhadap suatu topik.
g. Mengamati guru dalam memberikan kesempatan pada siswa untuk menunjukkan
pemahaman/keraguan dari penjelasan guru.
4. Pengelolaan Kelas
a. Mengamati guru ketika menciptakan suasana kelas yang kondusif (inspiratif, inovatif,
menyenangkan, motivasi, atau menantang).
b. Mengamati pemilihan bahasa dengan kesesuaian terhadap tingkat perkembangan
siswa.
c. Mengamati cara guru ketika meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
d. Mengamati pilihan setting kelas.
e. Mengamati cara guru dalam rangka memusatkan perhatian siswa terhadap
pembelajaran yang sedang berlangsung.
f. Mengamati cara guru merespon pertanyaan siswa dan memberikan umpan balik.
g. Mengamati cara guru membimbing siswa dalam belajar secara berkelompok.
h. Mengamati cara guru membimbing siswa yang butuh perhatian khusus.
i. Mengamati guru dalam mengelola diskusi yang berlangsung dalam kelas.
j. Mengamati cara guru mengatur jalannya presentasi di kelas.
k. Mengamati cara guru mengondisikan setting kelas setelah pembelajaran.
5. Evaluasi Pembelajaran
a. Mengamati cara guru memeriksa pemahaman siswa ketika pembelajaran
berlangsung.
b. Mengamati cara guru memeriksa pemahaman siswa setelah pembelajaran.
c. Mengamati jenis instrumen yang digunakan guru dalam memeriksa pemahaman siswa
baik ketika maupun setelah pembelajaran.
d. Mengamati proses pengolahan hasil tes.
e. Mengamati proses pengolahan nilai.
f. Mengamati proses penggunaan nilai dalam mengevaluasi kegiatan pembelajaran
selanjutnya.

B. PANDUAN AKTIVITAS PRAKTIK MENGAJAR


Telah disajikan sebelumnya bahwa penguasaan keterampilan mengajar dasar adalah
penting bagi seorang guru. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu latihan berupa praktik
mengajar sebagai bagian dari implementasi pengetahuan yang telah dipelajari calon guru.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan praktik mengajar.
1. Praktik mengajar ini dilaksanakan dengan alokasi waktu sesuai dengan sekolah tujuan
dengan menggunakan minimal satu media yang dirancang sesuai dengan karakteristik
materi yang telah ditentukan.
2. Sebagai panduan dalam melaksanakan pembelajaran, skenario pembelajaran dalam
bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) perlu disusun sesuai kebijakan sekolah
tujuan. Sebagai panduan umum diberikan contoh RPP berdasarkan Permendikbud Nomor

22
22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dan Surat
Edaran Nomor 14 Tahun 2019 tentang Penyederhanaan RPP (terlampir)
3. Hal yang tidak kalah penting adalah rencana evaluasi kegiatan pembelajaran harus jelas
dan dapat mengukur keberhasilan pembelajaran minimal dengan melaksanakan tes hasil
belajar di akhir topik.
4. Secara umum kegiatan praktik mengajar ini meliputi berikut.
a. Orientasi lingkungan sekolah untuk mengenal lingkungan fisik, organisasi, tata tertib,
serta budaya dan karakteristik sekolah.
b. Penyusunan perangkat pembelajaran khususnya RPP, termasuk media, bahan ajar,
serta instrumen penilaian sesuai bidang studi mahasiswa yang mengacu pada silabus
yang telah disusun guru pamong.
c. Observasi pelaksanaan pembelajaran oleh guru pamong sebagai guru model di sela-
sela kegiatan penyusunan perangkat pembelajaran.
d. Pelaksanaan praktik mengajar terbimbing sesuai rencana dengan menerapkan
perangkat yang telah disusun. Dalam pelaksanaan praktik ini mahasiswa dalam
bimbingan guru pamong. Dalam praktik ini mahasiswa diwajibkan melaksanakan
praktik minimal 6 Tatap Muka.

C. PANDUAN PENILAIAN
Penilaian dimaksudkan untuk mengukur kompetensi mahasiswa baik dalam
melakukan observasi maupun praktik mengajar serta kepribadian mahasiswa selama di
sekolah tujuan IE. Kompetensi mahasiswa dalam melakukan observasi mencakup
kemampuan dalam persiapan, pelaksanaan, hingga perumusan tindak lanjut observasi
dengan mengacu pada instrument terlampir. Kompetensi mahasiswa dalam praktik mengajar
mencakup kemampuan dalam penyusunan rancangan pembelajaran dan penerapannya di
kelas. Kepribadian mahasiswa mencakup disiplin, kejujuran, kesopanan, kepemimpinan, serta
pergaulan.
Yang bertanggung jawab dalam memberikan penilaian selama IE di sekolah adalah
kepala sekolah/wakil kepala sekolah bidang kurikulum/guru pamong/dosen pembimbing.
Berikut prosedur penilaian selama kegiatan IE.
1. Penilaian terhadap kompetensi mahasiswa dalam observasi dilakukan dengan melihat
instrumen observasi yang telah diisi oleh mahasiswa.
2. Penilaian terhadap kompetensi mahasiswa dalam penyusunan perangkat dilakukan
dengan mengamati perangkat yang telah disusun oleh mahasiswa.
3. Penilaian terhadap kompetensi mahasiswa dalam praktik mengajar dilakukan melalui
pengamatan langsung ketika mahasiswa praktik di kelas.
4. Penilaian kepribadian mahasiswa dilakukan melalui interaksi dan pengamatan secara
langsung selama di lingkungan sekolah.
Selama kegiatan IE, mahasiswa diwajibkan menuliskan setiap aktivitasnya di sekolah
pada logbook terlampir yang disetujui oleh guru pamong dan disahkan oleh kepala sekolah di
akhir masa IE. Selain nilai dari sekolah tujuan IE, penilaian akan dilakukan oleh dosen
pembimbing dan dosen penguji pada kegiatan Pelaporan Hasil IE 2020 pada pekan pertama
kehadiran mahasiswa di kampus. Oleh karena nilai akhir setiap mahasiswa ditentukan berikut.
23
1. Penilaian Observasi
NIns+NK+2×NPH
Nilai Akhir (NA)=
4
Keterangan:
NIns : Nilai Instrumen Observasi oleh pihak sekolah
NK : Nilai Kepribadian oleh pihak sekolah
NPH : Nilai Pelaporan Hasil IE oleh kampus
2. Penilaian Praktik Mengajar
NRPP+NK+NPM+2×NPH
Nilai Akhir (NA)=
4
Keterangan:
NRPP : Nilai Penyusunan RPP oleh pihak sekolah/dosen pembimbing
NPM : Nilai Praktik Mengajar oleh pihak sekolah
NK : Nilai Kepribadian oleh pihak sekolah
NPH : Nilai Pelaporan Hasil IE oleh kampus

24

Anda mungkin juga menyukai