Makalah Ketenagakerjaan M. Taufik
Makalah Ketenagakerjaan M. Taufik
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan ekonomi, ada beberapa hal yang menjadi faktor penentu
keberhasilan sutu perusahaan, diantaranya adalah baiknya sumber daya manusia
yang dimiliki oleh perusahaan. Para manajer sangat sadar akan nilai investasi
mereka dalam hal sumber daya manusia. Mulai dari menemukan, mempekerjakan,
memotivasi, melatih, mendisiplinkan, dan mengembangkan karyawan menjadi
prioritas nomor satu bagi mayoritas bisnis.
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan serikat karyawan?
2. Apa saja dampak dari serikat kerja?
3. Apakah hubungan serikat karyawan dengan manajemen sumber daya
manusia?
4. Apa saja tipe-tipe serikat karyawan?
5. Bagaimanakah struktur serikat karyawan?
6. Apa yang dimaksud dengan perundingan kerja bersama?
BAB II
PEMBAHASAN
Serikat karyawan (labour union atau trade union) adalah organisasi para pekerja
yang dibentuk untuk mempromosikan atau menyatakan pendapat, melindungi, dan
memperbaiki, melalui kegiatan kolektif, kepentingan-kepentingan sosial,
ekonomi, dan politik para anggotanya. Kepentingan dominan yang diperjuangkan
serikat karyawan tersebut adalah kepentingan ekonomi. Dalam bidang ini,
berbagai keinginan dan permintaan akan kenaikan gaji atau upah, pengurangan
jam kerja dan perbaikan kondisi-kondisi kerja adalah beberapa contoh
kepentingan yang terpenting bagi serikat karyawan.
Kehadiran serikat kerja mengubah secara signifikan beberapa aktivitas sumber
daya manusia. Proses perekrutan, prosedur seleksi, tingkat upah, kenaikan gaji,
paket tunjangan, system keluhan, dan prosedur disiplin dapat berubah secara
drastis disebabkan oleh ketentuan perjanjian perundingan kerja bersama
(collective bargaining agreement). Tanpa kehadiran serikat pekerja, perusahaan
leluasa mengambil keputusan unilateral menyangkut gaji, jam kerja, dan kondisi
kerja. Keputusan ini dilakukan oleh perusahaan tanpa masukan atau persetujuan
dari kalangan karyawan. Karyawan-karyawan yang tidak menjadi anggota serikat
pekerja harus menerima persyaratan manajemen, menegosiasikannya dengan
serikat pekerja dalam hal pengambilan keputusan bilateral (bilateral decision
making) mengenai tingkat gaji, jam kerja, kondisi kerja, dan masalah keamanan
kerja lainnya. Alih-alih menghadapi setiap karyawan secara satu per satu,
perusahaan harus berunding dengan seriakat pekerja yang mewakili kalangan
pekerja.
Serikat pekerja biasanya mencoba memperluas pengaruhnya ke dalam wilayah
lain manajemen seperti penjadwalan kerja, penyusunan standar kerja, desain ulang
pekerjaan, dan pengenalan peralatan dan metode baru. Perusahaan umumnya juga
menolak pelanggaran batas ke dalam wilayah pengambilan keputusan ini dengan
mengklaim bahwa persoalan tersebut merupakan hak prerogatif manajemen.
Perspektif monopoli atas serikat pekerja bermula dari premis bahwa serikat
karyawan menaikan upah di atas tingkat upah kompetitif. Seberapa banyak serikat
pekerja menaikkan upah adalah bervariasi di seluruh pasar tenaga kerja, industri,
jabatan, kelompok demografis dan prosedur estimasi dan data.serikat kerja
tampaknya berpengaruh positif pula terhadap tunjangan pelengkap (fringe
benefit).
Kemajemukan dampak gaji serikat pekerja di semua industry sebagian disebabkan
oleh kemampuan serikat karyawan membawa “upah keluar dari kompetisi.”
Apabila serikat pekerja menaikkan gaji terlalu tinggi di suatu pasar kompetitif,
maka mereka mengancam kelasngsungan hidup perusahaan dan dirinya sendiri.
Upah dapat dibawa keluar dari kompetisi melalui beberapa cara.
Pertama, tuntutan serikat pekerja mungkin relatif tidak sensitive terhadap
perubahan upah. Yakni, para konsumen akan menyerap biaya tenaga kerja yang
melambung tanpa mengimbangi dampak pekerjaan.
Kedua, tingkat organisasi serikat pekerja di dalam suatu pasar tertentu dapat pula
mempengaruhi kekuatan monopoli serikat pekerja.
Sebagian besar karyawan merasa bahwa lebih mudah bertarung demi perbaikan
kerja melalui serikat karyawan. Para karyawan ini mempunyai beberapa pilihan
manakala mereka tidak puas dengan pekerjaan: mereka tidak berbuat apa-apa,
mereka dapat berhenti dari pekerjaan atau mereka mengeluh dan mencoba
memperbaiki kondisi di seputar mereka. Di samping itu, banyak karyawan yang
takut dipecat sehingga mereka menyembunyikan perasaanya. Sebagian karyawan
merasa bahwa lebih mudah bertarung demi perbaikan kerja melalui serikat
pekerja. Penggabungan diri dan penggalangan suara kolektif (collective voice)
menawarkan perlindungan dari ketakutan ancaman manajemen
Serikat karyawan memiliki sumber kekuatan dan pengaruh yang luar biasa
terhadap praktik-praktik manajerial, perilaku pekerja, dan kondisi dasar pekerjaan.
Serikat pekerja mengakibatkan erosi signifikan atas otoritas pengambilan
keputusan manajerial untuk mengendalikan kalangan karyawan. Banyak
keputusan personalia penting yang harus sesuai dengan isi kontrak perjanjian
perundingan kerja bersama antara manajemen karyawan.
Kemampuan manajemen dalam mengambil keputusan yang tidak mendapat
tantangan menyangkut gaji, promosi, transfer, pemecatan, dan urusan personalia
lainnya seringkali dibatasi secara signifikan di bawah perjanjian perundingan
kerja bersama. Hak manajemen boleh jadi merupakan persoalan paling
kontroversial dalam hubungan manajemen serikat pekerja. Sebagian besar
perjanjian perundingan kerja bersama menetapkan bahwa manajemen mempunyai
hak untuk membuat keputusan menyangkut strategi korporat lini produk, lokasi
pabrik dan kebijakan penentuan harga.
Kontrak perjanjian kerja bersama antara manajemen dan serikat pekerja biasanya
mencakup dua sampai tiga tahun. Karena terikat dengan ketentuan dan kondisi
kepegawaian untuk waktu yang lama, manajemen dan serikat pekerja tidak
mampu merundingkan perubahan yang dikehendaki sampai kontrak habis masa
berlakunya. Meskipun tertera ketentuan untuk menegosiasikan perubahan dalam
butir tertentu pada saat kontrak masih berlaku, serikat pekerja dengan sekuat
tenaga bakal menolak upaya manajemen untuk mengambil sesuatu dari kalangan
karyawan. Sebagai contoh, manajemen mungkin merasa bahwa hak khusus tidak
kerja karena sakit terlampau liberal dan menyebabkan ketidakhadiran yang tinggi.
Agitasi yang senantiasa berkecamuk diantara kalangan karyawan dan manajemen
sering menumbuhkan iklim kerja yang mempercepat putaran dan ketidakhadiran
karyawan yang tinggi serta moral kerja dan produktivitas yang rendah. Hal ini
tidak untuk menunjukan kesan bahwa kemitraan manajemen buruh yang
kooperatif dan bebas konflik tidak ada dalam masyarakat industrial. Banyak
perusahaan yang menikmati ketiadaan pemogokan, merasakan hubungan
manajemen karyawan yang harmonis selama bertahun-tahun. Namun, potensi
konflik manajemen dan karyawan harus menjadi perhatian utama bagi manajer-
manajer masa depan yang kelak mengemban tangguung jawab yang besar atas
penciptaan dan pemeliharaan perdamaian antara pekerja dan manajemen.
Sumber kekhawatiran lainnya perihal pembentukan serikat pekerja adalah
ketakutan bahwa perjanjian perundingan kerja bersama tidak akan membolehkan
perusahaan untuk memanfaatkan kemajuan teknologi secara optimal. Serikat
pekerja pada intinya berkepentingan dengan keamanan kerja dari anggota-anggota
dan teknologi komputer robotika dan otomasi menjadi ancaman bagi pekerjaan-
pekerjaan itu.
Industrial Unions
Mixed Unions