Anda di halaman 1dari 12

B u k u 6 District Coordinator |1

TEMA : ISU PENTING DALAM PAMSIMAS : GENDER, DISABILITAS DAN STUNTING

TUJUAN : Peserta dapat menjelaskan:

 Konsep Pembangunan Air Minum dan Sanitasi Yang Berwawasan Gender dan
Disabilitas
 Keterkaitan Pembangunan AMPL sebagai Strategi untuk Pencegahan Resiko
Stunting

WAKTU : 2 x 45 menit

B u k u 6 District Coordinator |2
Selain Isu Gender, pada pelaksanaan Program Pamsimas III ada dua isu penting baru yang perlu
mendapat perhatikan seluruh pelaku program Pamsimas. Dua isu baru yang dimaksud adalah
Isu Stunting Risk Reduction (Penurunan Prevalensi Balita Pendek) dan Isu Disability Inclusive
Development (DID)/Inklusi Penyandang Disabilitas. Dua isu ini juga merupakan Isu Baru dan
perlu dikaji pada daerah masing-masing untuk dimasukkan dalam Dokumen RAD AMPL setiap
kabupaten

Isu Gender

Isu tentang Gender sudah menjadi fokus perhatian program Pamsimas sejak pelaksanaan
Pamsimas I di tahun 2008 sampai dengan pelaksanaan Pamsimas III saat ini. Hal ini dibuktikan
dengan adanya prinsip Kesetaran Gender sebagai salah satu prinsip program, yaitu Program
Pamsimas memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan maupun laki-laki, untuk
mengambil keputusan, berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan dan bertanggung jawab
terhadap pengelolaan sarana air minum dan sanitasi. Selain itu secara rutin mulai Pamsimas I, II
dan III Program Pamsimas memiliki Gender Action Plan (GAP) atau Rencana Tindak Kesetaraan
Gender, dimana pada GAP terdapat ukuran/indikator capaian Program Pamsimas untuk
kesetaraan gender.

Aspek-aspek gender dalam pembangunan air minum dan sanitasi biasanya menekankan peran
laki-laki sebagai pembuat keputusan dan perempuan sebagai pekerja fisik. Dalam tatanan
tersebut, perempuan mengambil air, membuang limbah dan menjaga kebersihan. Penekanan
pada kerja fisik tersebut memandang perempuan sebagai penerima manfaat yang pasif.
Kesimpulannya adalah laki-laki bertanggung jawab terhadap pengadaan air dan sanitasi
masyarakat sedangkan perempuan bertanggung jawab terhadap pengadaan air dan sanitasi di
rumah. Dalam sebuah pendekatan gender, seringkali diasumsikan bahwa laki-laki dan
perempuan akan mengembangkan diri mereka sendiri. Perempuan biasanya dalam posisi
dibawah (sub ordinate) dan peran aktifnya dapat ditiadakan yang terjadi adalah hak untuk
menentukan sesuatu bukan lagi milik masyarakat tetapi hanya menjadi milik laki-laki dalam
masyarakat.
Masyarakat harus menyadari relevansi keterlibatan perempuan dan dalam setiap tahap
menyadari bagaimana perempuan dan kegiatan mereka dapat menyumbang untuk

B u k u 6 District Coordinator |3
kesejahteraan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Partisipasi perempuan semestinya
lebih dari sekedar sumbangan tenaga. Ia juga harus berpartisipasi delam pengambilan
keputusan dan pengelolaan sumberdaya.

Isu Stunting Risk Reduction (Penurunan Prevalensi Balita Pendek)


Indonesia telah mengalami kemajuan dalam menurunkan angka kemiskinan dari 16,6%
menjadi 12,5% pada tahun 2011, namun demikian kekurangan gizi pada anak masih tetap
menjadi masalah. Riskesdas 2010 memperlihatkan bahwa prevalensi gizi kurang (Berat Badan
menurut Umur di bawah standar) pada anak usia di bawah lima tahun telah menurun hingga di
bawah 18%, tetapi prevalensi anak pendek (yang untuk selanjutnya disebut stunting) masih
tinggi dan termasuk menjadi masalah kesehatan masyarakat. Prevalensi stunting pada tahun
2010 35,6% atau diperkirakan 7.688.000 anak Indonesia dikategorikan stunting.
Stunting merupakan kekurangan gizi kronis akibat kekurangan asupan zat gizi dalam waktu
yang lama, biasanya diikuti dengan frekuensi sering sakit, yang disebabkan oleh berbagai faktor
seperti kurangnya pengasuhan, penggunaan air yang tidak bersih, lingkungan yang tidak sehat,
terbatasnya akses terhadap pangan dan kemiskinan. Stunting terkait erat dengan gangguan
perkembangan kognitif dan produktivitas. Pada saat dewasa seringkali mengalami keterbatasan
fisik, mudah terserang penyakit menular dan tidak menular serta rendahnya kemampuan
kognitif yang menyebabkan hilangnya kesempatan kerja. Semua hal tersebut bersama-sama
meminimalkan potensi penghasilan seumur hidupnya.
Untuk pencegahan anak stunting, terdapat bukti-bukti ilmiah yang kuat tentang intervensi gizi
yang efektif untuk pencegahan anak stunting. Intervensi tersebut adalah intervensi spesifik
atau intervensi langsung dan intervensi sensitif atau intervensi tidak langsung. Salah satu
bentuk Intervensi sensitif adalah upaya peningkatan kualitas lingkungan misalnya air bersih,
fasilitas sanitasi dan kebiasaan-kebiasaan bersih dan sehat seperti cuci tangan dengan sabun
dan buang air besar di jamban.

Isu Disability Inclusive Development (DID)/Inklusi Penyandang Disabilitas


Penyandang disabilitas adalah orang-orang yang memiliki keterbatasan jangka panjang baik
fisik, mental, intelektual atau sensorik lain. Keterbatasan penyandang disabilitas menghambat
interaksinya untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat.
Pembangunan sarana air minum dan sanitasi yang inklusif adalah kegiatan pembangunan yang
melibatkan dan bermanfaat bagi semua anggota masyarakat. Pembangunan inklusif terjadi
ketika seluruh lapisan masyarakat termasuk orang dengan disabilitas menikmati proses-proses
dan hasil pembangunan secara sama. Pembangunan inklusif mendorong kesadaran dan
partisipasi seluruh masyarakat termasuk kelompok yang terpinggirkan. Pembangunan inklusif
disabilitas adalah pembangunan yang melibatkan penyandang disabilitas untuk berpartisipasi
dan mendapatkan manfaat dari kegiatan pembangunan dengan basis setara orang lain.
Pembangunan inklusif disabilitas dilakukan untuk mencapai kesetaraan hak azasi manusia bagi

B u k u 6 District Coordinator |4
orang dengan disabilitas dan memastikan partisipasi penuh serta akses terhadap seluruh aspek
kemasyarakatan.
Hak penyandang disabilitas untuk dapat berpartisipasi penuh, efektif dan inklusif di kehidupan
sosial berdasarkan persamaan telah dinyatakan dalam Konvensi Hak-Hak Penyandang
Disabilitas dimana Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut. Pembangunan inklusif
disabilitas ini menjadi perhatian dalam kerangka kerja pengamanan lingkungan dan sosial
dalam program yang dilakukan Bank Dunia. Penyandang disabilitas harus berpartisipasi dan
mendapat manfaat dari proses pembangunan. Program Pamsimas

B u k u 6 District Coordinator |5
Amati dan perhatikan kasus-kasus dibawah ini. Diskusikan secara berkelompok

Isu Stunting
Perhatikan Alur dibawah ini. Kemudian diskusikan pertanyaan-pertanyaannya untuk
merumuskan jawabannya

Berdasarkan alur program diatas, menurut anda apa kaitan Program Pamsimas dengan Upaya
Pemerintah untuk menurunkan angka stunting?

B u k u 6 District Coordinator |6
Isu Disability Inclusive Development (DID)/Inklusi Penyandang Disabilitas
Perhatikan potongan arikel dibawah ini :

Menurut anda apakah dengan menerapkan Universal Design dalam membuat suatu
perencanaan sudah dapat disebut sebagai Inklusif Penyandang Disabilitas? Jelaskan

B u k u 6 District Coordinator |7
Bagaimana pengalaman anda dalam pelibatan kelompok disabilitas dalam kegiatan Pamsimas
serta pengalaman anda dalam merencanakan kegiatan yang tanggap terhadap kebutuhan
kelompok disabilitas

Isu Gender
Program Pamsimas merupakan salah satu program penyediaan sarana air minum dan sanitasi
yang berwawasan gender. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan Pembangunan Sarana Air
Minum dan Sanitasi Yang Berwawasan Gender?

Bagaimana pengalaman anda dalam melibatkan kelompok perempuan dalam setiap tahapan
Pamsimas?

B u k u 6 District Coordinator |8
Desa Tanjung Sari merupakan salah satu
Diskusikan kasus dibawah ini dengan kelompok anda untuk mendapatkan jawaban.

1. Desa Tanjung Sari merupakan salah satu desa sasaran Pamsimas Tahun 2017. Diketahui dari
data Puskesmas bahwa Desa Tanjung Sari memiliki sejumlah masyarakat dengan
keterbatasan khusus atau kelompok disabilitas. Kelompok Disabilitas yang dimaksud berada
pada dua dusun, yaitu Dusun A dan Dusun B. Pada dusun A terdapat 5 orang dengan
keterbatasan fisik berupa keterbatsan penglihatan/tuna netra dan keterbatasan cacat fisik.
Sementara di Dusun B ada 2 orang dengan keterbatasan fisik yang keduanya adalah siswa
sekolah dasar setempat. Sebagai program yang bertujuan meningkatkan akses masyarakat
terhadap sarana air minum dan sanitasi, maka Pamsimas perlu melakukan upaya agar
kelompok disabilitas dapat terlibat dan merasakan manfaat dari hasil kegiatan Pamsimas.
Sebagai seorang DC, apa yang akan anda lakukan agar kelompok disabilitas tersebut dapat
terlibat dan merasakan manfaat dari Program Pamsimas.

Bagaimana pengalaman anda terkait merencanakan kegiatan yang tanggap terhadap kelompok
disabilitas!

B u k u 6 District Coordinator |9
2. Gender Action Plan atau Rencana Tindak Kesetaraan Gender pada Program Pamsimas III
memuat 12 kegiatan dengan indikator capaian gender masing-masing (Lampiran Tiga
Pedoman Umum Program Pamsimas Tahun 2016).
Coba anda gunakan indikator-indikator tersebut untuk melakukan analisa capaian GAP di
kabupaten anda masing-masing. Gunakan Format seperti dibawah ini untuk melihat
kemajuan pelaksanaan GAP di kabupaten anda. Pilih kegiatan-kegiatan yang memang
dilaksanakan di tingkat kabupaten.

KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN

Setelah selesai, simpulkan berapa persen kegiatan yang sudah memenuhi indikator gender
yang diminta? Dan strategi apa yang akan anda lakukan agar kegiatan lain juga dapat
memenuhi indikator gender yang diminta?

B u k u 6 D i s t r i c t C o o r d i n a t o r | 10
TIM PENYUSUN
1. Ketua CPMU Pamsimas, up Tanozisochi Lase
2. Kepala Staff CPMU Pamsimas, up Riche Noviasari
3. Wakil Ketua CPMU Pamsimas, up Essy Aslah
4. Koordinator Bidang Infrastruktur CPMU Pamsimas, up Suryanto
5. Kepala Satker PAMBM Kementerian PUPR, up Fitri Peranginangin
6. PPK Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Satker PAMBM Kementerian PUPR, up Novi Rindani
7. PPK Pembinaan Pelaksanaan Wilayah I Satker PAMBM Kementerian PUPR, up Henny Wardhani
Simarmata
8. PPK Pembinaan Pelaksanaan Wilayah II Satker PAMBM Kementerian PUPR, up Diah Prameshwari
9. PPK Pembinaan Pelaksanaan Wilayah III Satker PAMBM Kementerian PUPR, up Diah Suryaningtyas

KONSULTAN PAMSIMAS (CMAC)

10. Program Sustainability Advisor, up Danny Sutjiono


11. Co Team Leader CMAC, up Ari Alam
12. Capacity Building Specialist CMAC, up Herry Septiadi
13. Local Institutional Strengthening Specialist CMAC, up Simon Djuangga
14. Water Supply and Sanitation Specialist CMAC, up Poppy Harsutiani
15. Regional Monitoring and Evaluation Specialist 2 CMAC, up Kukuh Pranandana
16. Regional Monitoring and Evaluation Specialist 1 CMAC, up Agus Danar Dono
17. Regional Monitoring and Evaluation Specialist 3 CMAC, up Aan Juansah
18. Human Resources Management CMAC, up Irfan Rais
19. Management Information System CMAC, up Agustinus
20. Grafik Designer CMAC, up Akhmad Taufik Pulungan
21. Assistant Community Building Specialist CMAC, up Johan Khadafi
22. Assistant Community Development and Gender Specialist, up Nur Nanda Budiani

TASK TEAM BANK DUNIA

TIM ROMS PAMSIMAS

23. Provincial Coordinator Provinsi Jawa Barat, up Esfrizal


24. Provincial Coordinator Provinsi Sulawesi Utara, up Sudirman
25. Co. Provincial Coordinator Provinsi Nusa Tenggara Timur, up Herman Umbu R. Zogara
26. Local Government Specialist Provinsi Sumatera Utara, up Febri Fauza
27. Local Government Specialist Provinsi Bengkulu, up Wiharnastyono
28. Local Government Specialist Provinsi Bangka Belitung, up Ruliansyah
29. Local Government Specialist Provinsi Riau, up Agus Suprianto
30. Community Development Capacity Building Specialist Provinsi Sulawesi Selatan, up Jasman Kurnia
31. Community Development Capacity Building Specialist Provinsi Kalimantan Selatan, up Zulkifli,SE
32. Water Supply and Sanitation Specialist Provinsi Yogyakarta, up Tatang Uba L

B u k u 6 D i s t r i c t C o o r d i n a t o r | 11

Anda mungkin juga menyukai