PENDAHULUAN
2. Etiologi
a. Faktor Maternal
Toksenia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes
mellitus kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi
dimana uterus tidak mampu untuk menahan fetus, misalnya pada
pemisahan premature, pelepasan plasenta dan infark dari plasenta.
b. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal), fetus multi
ganda, cidera radiasi.
3. Patofisiologi
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor
resiko mayor atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang
disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12
minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari,
riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih
dari 2 kali.
Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion,
anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32
minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada
kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1
kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor
resiko mayor atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila
ditemukan keduanya. (Kapita selekta, 2007 : 274)
7. Pemeriksaan Diagnostik :
a. Jumlah darah lengkap : Hb/Ht
b. Kalsium serum
c. Elektrolit (Na , K , U) : gol darah (ABO)
d. Gas Darah Arteri (GDA) : Po2, Pco2
2.3.2 BBLR
1. Pengertian
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr.
(Dep Kes. RI, 2013 : 122).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 500
gram, tanpa memandang usian kehamilan.
3. Etiologi
a. Faktor genetik / kromosom
b. Infeksi
c. Bahan toksit
d. Radiasi
e. Disfungsi plasenta
f. Faktor nutrisi
g. Faktor-faktor lain seperti merokok, peminum alcohol.
4. Komplikasi
a) Sindrom aspirasi mekonium
b) Asfiksia Neonatorum
c) Sindrom Disstres Respirasi
d) Penyakit membran Hialin
e) Dismatur Preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35
minggu.
f) Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel
otak
g) Hipotermia, hipoglikemia, anemi, gangguan pembekuan darah
h) Infeksi, retrolental fibroplasia, NEC ( necrotizing enterocolitis)
i) Bronchopulmonary dysplasia, malformasi kongenital.
5. Penanganan Awal BBLR
1) Keringkan secepatnya dengan handuk kering.
2) Ganti kain basah dengan kain kering.
3) Bungkus bayi dengan kain dan sebelumnya lakukan perawatan tali
pusat.
4) Untuk menghangatkan beri lampu 60 watt dengan jawak minimal
60 cm dari bayi.
5) Kemudian tutup kepala bayi dengan topi bila perlu berikan oksigen.
6) Tetesi ASI bila perlu dapat dilakukan sende untuk memasukkan
susu / ASI pada bayi.
7) Bila bayi dalam keadaan rentang segera berikan infuse dektrose 10
% + bikarbonas atau natricus 1,5 % - 4 % pada hari I : 60 cc / kg /
hari, pada hari ke II : 70 cc / kg / hari.
8) Berikan antibiotika.
9) Bila tidak dapat menghisap putting susu / tidak dapat menelan
langsung / biru / tanda-tanda hypotermi berat, terangkan
kemungkinan bayinya akan meninggal.
2.3.3 Hipotermia
Penanganan Hipotermia
1. Hipotermi sedang : dimana suhu tubuh 320C - <360C )
Penanganan :
a) Ganti pakaian dingin dan basah dengan pakaian hangat
b) Bila ada ibu/pengganti ibu, KMC/perawatan bayi lekat bila
tidak ada ibu
c) Hangatkan dengan alat pemancar panas/incubator
d) Cek suhu alat penghangat dan suhu ruangan, berikan ASI
peras
e) Hindari paparan panas yang berlebihan dan sering ubah
posisi
f) ASI lebih serinng
g) Minta ibu mengenalai kegawatan dan segera cari
pertolongan bila ada
2. Hipotermi berat : dimana suhu BBL < 32 0C
Penanganan :
a) Hangatkan tubuh bayi
b) Jika 1 jam suhu tidak naik, rujuk segera
c) Pertahankan kadar gula darah
d) Anjurkan ibu menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan
rujukan
e) Lakukan rujukan segera
2.3.4 Hipertermia
Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan
termoregulasi. Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau
menyerap lebih banyak panas daripada mengeluarkan panas. Ketika suhu
tubuh cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis dan
membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian.
Penyebab paling umum adalah heat stroke dan reaksi negatif obat. Heat
stroke adalah kondisi akut hipertermia yang disebabkan oleh kontak yang
terlalu lama dengan benda yang mempunyai panas berlebihan. Sehingga
mekanisme penganturan panas tubuh menjadi tidak terkendali dan
menyebabkan suhu tubuh naik tak terkendali.
Hipertermia karena reaksi negative obat jarang terjadi. Salah satu
hipertermia karena reaksi negatif obat yaitu hipertensi maligna yang
merupakan komplikasi yang terjadi karena beberapa jenis anestesi umum.
Tanda dan gejala : panas, kulit kering, kulit menjadi merah dan teraba
panas, pelebaran pembuluh darah dalam upaya untuk meningkatkan
pembuangan panas, bibir bengkak. Tanda-tanda dan gejala bervariasi
tergantung pada penyebabnya.
Dehidrasi yang terkait dengan serangan panas dapat menghasilkan mual,
muntah, sakit kepala, dan tekanan darah rendah. Hal ini dapat menyebabkan
pingsan atau pusing, terutama jika orang berdiri tiba-tiba. Tachycardia dan
tachypnea dapat juga muncul sebagai akibat penurunan tekanan darah dan
jantung. Penurunan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah
menyempit, mengakibatkan kulit pucat atau warna kebiru-biruan dalam
kasus-kasus lanjutan stroke panas. Beberapa korban, terutama anak-anak
kecil, mungkin kejang-kejang. Akhirnya, sebagai organ tubuh mulai gagal,
ketidaksadaran dan koma akan menghasilkan.
2.3.5 Hiperglikemia
Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi dimana
jumlah glukosa dalam plasma darah berlebihan. Hiperglikemia disebabkan
oleh diabetes mellitus. Pada diabetes melitus, hiperglikemia biasanya
disebabkan karena kadar insulin yang rendah dan / atau oleh resistensi
insulin pada sel. Kadar insulin rendah dan / atau resistensi insulin tubuh
disebabkan karena kegagalan tubuh mengkonversi glukosa menjadi
glikogen, pada akhirnyanya membuat sulit atau tidak mungkin untuk
menghilangkan kelebihan glukosa dari darah. Gejala hiperglikemia antara
lain : polifagi (sering kelaparan), polidipsi (sering haus), poliuri (sering
buang air kecil), penglihatan kabur, kelelahan, berat badan menurun, sulit
terjadi penyembuhan luka, mulut kering, kulit kering atau gatal, impotensi
(pria), infeksi berulang, kussmaul hiperventilasi, arrhythmia, pingsan, koma.
3. Prognosis
Prognosis bayi dengan PMH terutama ditentukan oleh prematuritas
serta beratnya penyakit. Bayi yang sembuh mempunyai kesempatan
tumbuh dan kembang sama dengan bayi prematur lain yang tidak
menderita PMH. d) Gambaran Klinis PMH umumnya terjadi pada bayi
prematur dengan berat badan 1000-2000 gram. Atau masa generasi 30-36
minggu. Gangguan pernafasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama
setelah lahir dan gejala yang karakteritis mulai terlihat pada umur 24-72
jam.
4. Pemeriksaan Diagnostik
Foto thorak Atas dasar adanya gangguan pernafasan yang dapat di
sebabkan oleh berbagai penyebab dan untuk melihat keadaan paru, maka
bayi perlu dilakukan pemeriksaan foto thoraks. Pemeriksaan darah : perlu
pemeriksaan darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit.
6. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Bahaya kedinginan
Bayi PMH adalah bayi prematur sehingga kulitnya sangat tipis,
jaringan lemak belum berbentuk dan pusat pengatur suhu belum
sempurna. Akibatnya bayi dapat jatuh dalam keadaan cold injury,
sianosis, dispnea, kemudian apnea. Untuk mencegah harus dirawat
dalam inkubator yang dapat mempertahankan suhu bayi 36,5 - 37 c
b. Resiko terjadi gangguan pernafasan Gejala pertama biasanya
Timbul dalam 4 jam setelah lahir. Tata laksana perawatan bayi
prematur adalah
a) Dirawat dalam inkubator dengan suhu optimum
b) Bila bayi mulai terlihat sianosis, dispnea / hiperapsnea segera
berikan oksigen.
c. Kesukaran dalam pemberian makanan Untuk memenuhi kebutuhan
kalori maka dipasang infus dengan cairan glukosa 5-10 %. Makanan
bayi yang terbaik adalah asi. Karena itu selama bayi belum diberi asi
harus tetap pertahankan dengan memompa payudara ibu setiap 3 jam.
d. Resiko mendapat infeksi
Untuk mencegah infeksi, perawat harus bekerja secara aseptik dan
inkubator harus aseptik pula. Ruangan tempat merawat bayi terpisah,
bersih, dan tidak di benarkan banyak orang memasuki ruangan
tersebut kecuali petugas, semua alat yang diperlukan harus steril.
1) Look :
lihat status mental, pergerakan/pengembangan dada, terdapa
sumbatan jalan napas/tidak,sianosis,ada tidaknya retraksi pada
dinding dada,ada/tidaknya penggunaan otot-otot tambahan.
2) Listen :
mendengar aliran udara pernapasan, suara pernapasan, ada bunyi
napas tambahan seperti snoring,gurgling,atau stidor.
3) Feel :
merasakan ada aliran udara pernapasan, apakah ada krepitasi,
adanya pergeseran/deviasi trakhea, ada hematoma pada leher,
teraba nadi karotis atau tidak.
3. Circulation/Sirkulasi
1) Periksa denyut nadi karotis dan brakhialis pada (bayi),kualitas dan
karakternya
2) periksa perubahan warna kulit seperti sianosis
4. Disability
Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU meliputi :
a. Alert (A) :
pasien tidak berespon terhadap lingkungan sekelilingnya/tidak sadar
terhadap kejadian yang menimpa.
b. Respon verbal (V) : klien tidak berespon terhadap pertanyaan
perawat.
c. Respon nyeri (P) : klien tidak berespon terhadap respon nyeri.
d. Tidak berespon (U) : tidak berespon terhadap stimulus verbal dan
nyeri.
B. Pengkajian Sekunder
1. Identitas klien
Hal yang perlu dikaji pada identitas klien yaitu nama, umur,
suku/bangsa, agama,pendidikan,alamat, lingkungan tempat tinggal
2. Keluhan utama
D. Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakefektifan a. Respiratory Status : a. Airway
pola napas b.d Ventilation management
ekspansi yang Indikator : 1. Buka jalan
kurang adekuat 1) Respiratory rate dalam nafas.
rentang normal 2. Posisikan
2) Tidak ada retraksi pasien untuk
dinding dada memaksimalka
3) Tidak mengalami n ventilasi.
dispnea saat istirahat 3. Auskultasi
4) Tidak ditemukan suara nafas ,
orthopnea catat adanya
5) Tidak ditemukan suara
atelektasis tambahan
b. Respiratory Status : 4. Monitor
Airway Patency respirasi dan
Indikator : status O2
1) Respiratory rate dalam b. Oxygen
rentang normal Therapy
2) Pasien tidak cemas 1. Pertahankan
3) Menunjukkan jalan jalan nafas
nafas yang paten yang paten
2. Atur peralatan
oksigenisasi
3. Monitor aliran
oksigen
4. Pertahankan
posisi pasien
5. Observasi
adanyan tanda
– tanda
hipoventilasi
c. Vital Sign
Monitoring
1. Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
2. Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor vital
sign saat
pasien
berbaring,
duduk atau
berdiri
4. Monitor TD,
nadi, RR
sebelum,
selama dan
setelak
aktivitas
5. Monitor
kualitas nadi
6. Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
7. Monitor suara
paru
8. Monitor pola
pernapasan
abnormal
9. Monitor suhu,
warna, dan
kelembapan
kulit.
10.Identifikasi
penyebab dari
perubahan
vital sign
2. Hipertermi b.d Termoregulasi : bayi baru a. Perawatan
transisi lahir bayi baru lahir
lingkungan Indicator : 1. Monitor suhu
ekstra uterin 1. Berat badan bayi baru
neonatus 2. Thermogenesis yang lahir
tidak menggigil 2. Jaga suhu
3. Suhu stabil tubuh yang
4. Tidak hipertermia adekuat dri
5. Napas teratur bayi baru
6. Tidak takipnea lahir
7. Tidak gelisah 3. Monitor
8. Tidak terjadi perubahan warna kulit
warna kulit bayi baru
9. Tidak dehidrasi lahir
10. Tidak
hiperbilirubinemia b. Pengaturan
suhu
1. Monitor suhu
paling tidak
setiap 2 jam,
sesuai
kebutuhan
2. Monitor suhu
bayi baru
lahir sampai
stabil
3. Monitor suhu
dan warna
kulit
4. Monitor dan
laporkan
adanya tanda
dan gejala
dari
hipertermia
5. Tingkatkan
intake cairan
dan nutrisi
adekuat
6. Sesuaikan
suhu
lingkungan
untuk
kebutuhan
pasien
3. Gangguan a. Circulation Status a. Oxygen
perfusi jaringan Indikator : Therapy
perifer b.d 1) Systolic blood pressure 1. Pertahankan
kebutuhan dalam rentang normal kepatenan
oksigen yang 2) Diastolic blood jalan nafas
tidak adekuat. pressure dalam rentang 2. Atur peralatan
normal oksigenasi
3. Monitor aliran
b. Tissue Perfusion : oksigen
Peripheral 4. Pertahankan
Indikator: posisi pasien
1) Suhu kulit ekstremitas 5. Observasi
dalam rentang normal adanya tanda-
tanda
hipoventilasi
b. Vital Sign
Monitoring
1. Monitor TD,
Nadi, Suhu,
dan RR
2. Monitor
kualitas nadi
3. Monitor pola
pernapasan
yang abnormal
4. Monitor suhu,
warna, dan
kelembapan
kulit
3.2 Saran
Kasus kegawatdaruratan merupakan hal yang saat ini mendapat
perhatian yang begitu besar. Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak
memberikan kontribusinya dalam merespon kasus kegawatdaruratan ini. Bagi
mahasiswa, sudah memberikan peran dengan mempelajari dengan sungguh-
sunggu kasus-kasus kegawatadaruratan dan memaksimalkan keterampilan
dalam melakukan penanganan kegawatdaruratan yang berada dalam koridor
wewenang perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010).Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika
\ https://nanangsyahputraaddres.blogspot.co.id/2017/05/makalah-asuhan-
keperawatan-gawat.html?m=1
http://www.academia.edu/17383502/KEGAWATDARURATAN_PADA_BAYI_
BARU_LAHIR_Diposkan_oleh_Nouna_Shaleha_di_21
Riyadi, Slamet. 2012. Kebijakan Kementrian dalam Penurunan Kematian Ibu dan
anak. Yogyakarta: fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada