SKRIPSI
Oleh:
CUT MULIA RAHMADHANI
08C10104136
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
penyakit infeksi, maka gizi lebih atau obesitas dianggap sebagai sinyal awal, dan
sekarang ini banyak terjadi di seluruh pelosok Indonesia. Fenomena ini sering
dikenal dengan sebutan New World Syndrom atau Sindrom Dunia Baru.
mortalitas di Indonesia.
Gizi lebih dapat terjadi pada siapa saja dan bisa terjadi mulai dari bayi
hingga usia lanjut, baik pria maupun wanita. Di samping faktor keturunan,
sebagian besar penyebab gizi lebih diduga oleh karena terjadinya intervensi dan
modifikasi gaya hidup (lifestyle). Masalah di Asia saat ini bukan saja dengan
Salah satu kelompok umur yang berisiko terjadinya gizi lebih adalah
kelompok umur usia sekolah. Hasil penelitian Husaini yang dikutip oleh Hamam
(2005), mengemukakan bahwa, dari 50 anak laki-laki yang mengalami gizi lebih,
2
86% akan tetap obesitas hingga dewasa dan dari 50 anak perempuan yang obesitas
akan tetap obesitas sebanyak 80% hingga dewasa. Obesitas permanen, cenderung
akan terjadi bila kemunculannya pada saat anak berusia 5 – 7 tahun dan anak
berusia 4 – 11 tahun, maka perlu upaya pencegahan terhadap gizi lebih dan
dengan energi yang digunakan. Selain itu faktor yang mempengaruhi gizi lebih,
adalah umur, jenis kelamin, tingkat social ekonomi, faktor lingkungan, aktivitas
fisik, kebiasaan makan dan faktor neuro- psikologik serta faktor genetika
(Suhendro, 2003).
Secara umum dampak yang ditimbulkan akibat gizi lebih, adalah gangguan
psiko-sosial, yang berakibat pada rasa rendah diri, depresi dan menarik diri dari
endokrin, obesitas yang menetap hingga dewasa dan penyakit degeneratif, yang
Saat ini gizi lebih dan obesitas merupakan epidemik di negara maju,
negara berkembang, terutama populasi kepulauan pasifik dan negara Asia tertentu.
Menurut data yang dikumpulkan Center for Disease Control (CDC), prevalensi
cepat juga dilihat pada kelompok minoritas, seperti etnis Maori di Selandia Baru,
3
obesitas (BMI>30 kg/m2) dan 20,5 overweight (BMI 25-29,9 kg/m2). Thailand
4% obesitas, 16% overweight, Malaysia 4,7% pria 7,7% wanita obesitas. (Imam,
2005).
obesitas dari 5% ke 11% pada anak Jepang pada umur 6 – 14 tahun (Hamam,
2005). Peningkatan prevalensi obesitas juga dilaporkan dari waktu ke waktu pada
suatu negara, di Singapura antara 1992 – 1998 prevalensi obesitas tidak banyak
berubah 6%, namun pada wanita etnik Melayu 11,1% menjadi 16,2%; wanita
etnik India 12,5% menjadi 17,5%; di Malaysia 1990 – 1997 prevalensi meningkat
obesitas 10,3% (Hamam, 2005). Pada akhir tahun 2007 kejadian ini semakin
meningkat dan mulai mendapat perhatian sebagai masalah baru (Ronald H, 2008).
Data riskesdas pada tahun 2010 obesitas anak balita 14% sedangkan anak usia 15
tahun keatas 19,1% angka tersebut tergolong tinggi sehingga menjadi perhatian
industrialisasi yang diikuti perubahan pola hidup, maka prevalensi penderita gizi
lebih dan obesitas semakin tinggi. Berdasarkan data Reskesdas tahun 2010 di
Indonesia terdapat anak yang bergizi lebih sebanyak 5,8%, dan di Aceh Barat
terdapat anak yang gizi lebih pada anak lelaki sebanyak 41 orang (3,4%) dan pada
4
oleh Aritonang (2003), terdapat hubungan erat antara pertumbuhan ekonomi yang
santai, energi yang tadinya untuk aktivitas tidak terlalu diperlukan lagi dan akan
disimpan sebagai timbunan lemak dan akhirnya menimbulkan kejadian gizi lebih.
penderita obesitas pada anak yang berlanjut menjadi obesitas pada usia dewasa,
dan hampir 30% penderita obesitas pada orang dewasa merupakan kelanjutan
Pada gampong panggong terdapat anak usia sekolah sebanyak 116 orang,
dari hasil pemantauan penulis masih adanya anak yang tergolong obesitas. Setelah
berbadan gemuk tergolong anak yang sehat, kesalah pahaman para ibu ini dapat di
nilai bahwa masih kurangnya pengetahuan ibu terhadap anak yang sehat, dan pola
konsumsi anak yang cenderung banyak jajan makanan dan banyak anak yang
mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi seperti, siomay, ice cream, coklat,
bakso, burger, omlet, burger, frech chiken dan sebagainya sehingga anak menjadi
obesitas dan juga dilihat dari faktor keturunan, ada beberapa di antara anak yang
1.2.Perumusan Masalah
yaitu bagaimana hubungan pola konsumsi, aktivitas fisik dan keturunan dengan
kejadian obesitas pada anak usia sekolah dasar di Gampong Panggong Kecamatan
1.3.Tujuan Penelitian
1.4.Manfaat Penelitian
Aceh Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menjadi lebih buruk, jika diikuti dengan semua konsekuensi obesitas yang
Sebagai contoh, World Health Organization (1998), melaporkan lebih dari 70%
gangguan obstruktif sleep opnoe, osteoarthritis pada sendi besar dan kecil. Secara
perlahan kelebihan berat badan lebih dari 10 tahun akan menimbulkan hipertensi.
berasal dari orang tua dengan pendidikan tamat perguruan tinggi (50,7%) dan
obesitas pada anak (p<0,05), dan anak yang banyak melebihi dari 4 jenis fast food
12 kali berisiko terhadap kejadian obesitas dari pada anak yang tidak
mengkonsumsi fast food. Hasil penelitian Budiman (1997), yang dikutip oleh
Suhendro (2003), bahwa gizi lebih dan obesitas lebih banyak ditemukan pada ibu
8
dari pada bapak, yakni masing-masing 29,1% dan 5,1%. Suhendro (2003), juga
menemukan bahwa ada hubungan pekerjaan orang tua dengan kejadian obesitas
pada anak sekolah, dimana pekerjaan orang tua merupakan faktor penentu sebagai
Dilihat dari faktor risiko, sebagian besar anak Sekolah Menengah Umum
(SMU) yang mengkonsumsi fast food dan frekuensi makan sangat berhubungan
mengkonsumsi fast food lebih besar sama dengan >1 tahun yang lalu mempunyai
risiko terjadinya obesitas (76,0%). Menurut Hadi (2004) remaja yang obesitas
dalam kesehariannya mempunyai waktu aktivitas ringan seperti baca buku, nonton
lebih panjang (12,20 ± 1,94 jam/hari) dibandingkan remaja yang tidak obesitas.
makanan tinggi kalori tanpa diimbangi oleh aktivitas fisik yang cukup sehingga
terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari pada yang diperlukan fungsi
tubuh. Pada gizi (over weight) terdapat berat badan yang melibihi berat badan
rata-rata.
berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing-masing
Obesitas adalah suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relative
seseorang, sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat, lemak dan
protein. Kondisi ini disebabkan oleh ketidak seimbangan antara konsumsi kalori
antara 110 – 120 % disebut over weight. Keburukan cara ini adalah
seseorang dapat tampak lebih langsing dari pada yang lainnya karena
tanpa lemak (less body mass) dengan cara menghitung BMI (Body
(M.Ramauli, 2008):
1. Gangguan psiko-sosial : rasa rendah diri, depresi dan menarik diri dari
lingkungan. Hal ini karena anak obesitas sering menjadi bahan olok –
olok teman main dan teman sekolah. Hal ini dapat pula karena
kecil karena terkubur dalam jaringan lemak (burried penis) dan ini
lain. Bau atau aroma badan yang kurang menarik dapat membuat anak
2. Pertumbuhan fisik atau linier yang lebih cepat dan usia tulang yang
dan penyakit blount sebagai akibat beban tubuh yang terlalu berat.
tertentu sehingga pada anak obesitas dimana lemak tubuh sudah cukup
Obesitas pada bayi tidak ada korelasi yang jelas dengan terjadinya
obesitas pada orang dewasa, tetapi obesitas pada masa pra pubertas
sepenuhnya berada di tangan para orang tua dan petugas kesehatan karena
kegemukan.
1. Olah raga.
Dengan memperbanyak olah raga maka organ tubuh kita akan bekerja
lebih tahan lama tinggal di lambung karena tidak dihirolisis dengan gas
terjadinya obesitas.
13
kegemukan pada anak dapat bervariasi dari yang ringan sampai dengan yang berat
sekali.
tingginya.
2. Jaringan lemak bawah kulit menebal sehingga tebal lipatan kulit lebih
4. Bentuk muka lebih tembem, hidung dan mulut tampak relatif lebih
7. Kelamin luar pada anak wanita tidak jelas ada kelainan, akan tetapi
normal akan tetapi hanya tersembul sedikit oleh karena sebagian besar
9. Lingkaran lengan atas dan paha lebih besar dari normal dan tangan
11. Pada kegemukan yang berat mungkin terjadi gangguan jantung dan
lemak.
sembuh.
15
4. Pada pemeriksaan rontgen dapat ditemukan usia tulang yang relatif tua.
jenis kelamin, umur, tingkat sosial ekonomi, faktor lingkungan, aktivitas fisik,
Obesitas lebih umum dijumpai pada wanita terutama mulai pada saat
kelahiran sampai bayi dan anak-anak, komposisi tubuh berbeda nyata antara
cepat dari berat badan dan tinggi badan disertai dengan peningkatan massa
2.4.2. Umur
dan kriteria, kira-kira 40% pada tingkat sosial ekonomi dan 25% pada
membeli buah, sayuran, dan aneka ragam jenis makanan (Berg, 1986 dalam
Rijanti, 2002).
kalori dipengaruhi oleh status ekonomi, salah satu ukuran status ekonomi
dalam makanan, serta intensitas aktivitas tubuh merupakan hal yang paling
acara sehari-hari, ngemil makan berkalori tinggi dan tinggi karbohidrat pada
seseorang dipengaruhi oleh orang lain dan untuk memperoleh kepuasan atau
besarnya hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik, ternyata aktivitas
fisik lebih berhubungan dengan terjadinya obesitas pada anak. Hal ini
dimana makin baik taraf hidupnya, makin meningkat daya belinya dan
2008).
bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan
diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau
jenis karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang gerak.
mengalami kekurangan zat energi maka fungsi protein terlebih dahulu untuk
yang dieluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi
gr/orang/hari dan konsumsi lemak total dianjurkan tidak lebih dari 25% dari
total energi.
Penilaian status gizi anak balita dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung penilaian status gizi anak balita dapat dibagi menjadi 4
penilaian yaitu : Antropometri, Klinis, Biokimia dan Biofisik (I Dewa dkk, 2008).
Indeks antropometri yang umum digunakan adalah berat badan terhadap umur
(BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap tinggi
badan (BB/TB).
Pemeriksaan klinis merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,
20
mata dan rambut. Penggunaan metode klinis biasanya untuk survey klinis
secara cepat dimana dapat mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum
dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi yang dapat juga digunakan untuk
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratorium yang dilakukan pada jaringan tubuh manusia seperti darah,
urine dan tinja. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
Penilaian status gizi secara biofisik yaitu dengan melihat kemampuan fungsi
dan perubahan struktur dari jaringan tubuh misalnya tes adaptasi gelap untuk
merupakan cara yang sering digunakan untuk menilai status gizi anak balita
indikator antropometri yaitu pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar
cukup dan dalam kombinasi pada waktu yang tepat semua zat-zat gizi di
tingkat sel yang diperlukan tubuh untuk tumbuh berkembang dan berfungsi
21
normal semua anggota badan. Salah satu alat ukur status gizi yang telah
perhatian karena didorong oleh tersedianya alat ukur untuk menilai status
masyarakat.
umumnya dianggap sebagai alat pengukur status gizi yang amat sensitif.
normal orang dewasa belum jelas mengacu pada patokan tertentu. Sejak
Berat badan normal = (Tinggi badan - 100) - 10% (tinggi badan – 100)
atau
0,9 x (tinggi bdan – 100)
22
Dengan batasan:
( )
IMT =
( ) ( )
karena ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi sehingga
terjadi kelebihan energy yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
energi ini disebabkan oleh faktor idiopatik (obesitas primer atau nutritional)
disebabkan oleh kelainan hormonal, sindrom atau efek genetik). Secara garis
23
Obesitas sudah dapat terjadi pada bayi, balita, pada anak usia 6
tahun,usia, remaja, dengan salah satu orang tua obesitas akan menetap
sampai dewasa. Bila kedua orang tua obesitas, sekitar 80% anak-anak
mereka akan menjadi obesitas dan bila kedua orang tua tidak obesitas maka
keluarga.
2. Aspek ekonomi. Akhir-akhir ini banyak makanan siap saji (fast food)
karbohidrat. Kebiasaan yang tidak baik adalah meniru, dalam hal ini
merupakan faktor yang sering terjadi pada masa anak-anak dan merupakan
yang berlanjut sampai dewasa. Hasil penelitiannya dinyatakan bahwa 41% anak
obesitas pada usia 7 tahun akan menjadi obesitas pada usia dewasa.
1. Mengingat makanan (food recall) yang dimakan oleh individu selama 24 jam
dalam ukuran berat. Pemakaian metode food recall ini digunakan untuk
mengukur rata – rata konsumsi makanan dan zat gizi kelompok masyarakat
2. Pencatatan makanan yang dimakan (food records) oleh individu dalam jangka
tangga.
25
makanan yang dimakan pada waktu lalu. Kuesioner terdiri dari daftar bahan
makanan dan frekuensi makan. Cara ini merekam keterangan tentang berapa
kali konsumsi bahan makanan dalam sehari, seminggu, sebulan, tiga bulan
4. Riwayat makan (dietary history) yaitu mencatat apa saja yang dimakan dalam
waktu lama. Cara ini memerlukan petugas wawancara yang terlatih. Periode
yang diukur biasanya adalah selama 6 bulan atau 1 tahun yang lalu. Metode
wawancara ini merupakan modifikasi dari cara recall 24 jam untuk dapat
kebiasaan makan.
26
Genetik
Pekerjaan
Obesitas yang terjadi
Kemudahan pada umur sebelumnya
Hidup
Hormonal
Kemajuan
Teknologi
sebagai berikut :
Pola Konsumsi
Makanan
Keturunan
1. Adanya hubungan antara pola konsumsi dengan kejadian obesitas pada anak
Aceh Barat.
2. Adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak
Aceh Barat.
Aceh Barat.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah bersifat Survey Analitik dengan desain Cross
Fisik, Dan Keturunan dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar Di
2010).
Aceh Barat dan penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 - 7 Mei Tahun 2013.
3.3.1 Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 116 orang tua yang
3.3.2 Sampel
N
n=
1 N d 2
29
Keterangan : N = Populasi
n = Sampel
116
n =
1 116 0.12
116
=
1 1.16
116
=
2.16
=54
= 100%
54
= 100%
116
= 46%
1. Editing, yaitu : penulis memeriksa kembali data-data yang diperoleh baik dari
kesesuaian.
master tabel.
1. Data primer
2. Data sekunder
Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat, dan dari Dinkes Aceh Barat
Variabel Dependen
5 Kejadian Obesitas Definisi suatu keadaan patologis
akibat terdapatnya
timbunan lemak yang
berlebihan pada tubuh
Cara ukur IMT/U
Alat ukur Kuesioner
Hasil ukur 1. Tidak Obesitas
2. Obesitas
Skala ukur Ordinal
32
penelitian ini yaitu memberikan skor dari nilai tertinggi ke nilai terendah
1. Pola Konsumsi
jawaban “a” adalah 1 sedangkan jawaban “b” adalah 0. Jumlah skor tertinggi
6+0 = 3
2
Jadi:
2. Aktivitas Fisik
jawaban “a” adalah 1 sedangkan jawaban “b” adalah 0. Jumlah skor tertinggi
6+0 = 3
2
Jadi:
3. Keturunan
Status Gizi orang tua yang dihitung dari perbandingan antara berat badan (kg)
dibagi dengan tinggi badan (m2), berdasarkan kategori IMT (I Dewa dkk,
2008) :
IMT=
4. Kejadian Obesitas
2001).
a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang
b. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai
uji“Pearson Chi-Square”
bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variabel
membuktikan hipotesa yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ho ditolak)
BAB IV
Aceh Barat dengan luas pemukiman 12 ha/m2. Adapun batasan wilayah gampong
terbagi dari 691 berjenis kelamin laki-laki dan 609 berjenis kelamin perempuan,
variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel distribusi
1. Pola konsumsi
Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa pola konsumsi anak usia sekolah di
Gampong Panggong yang baik sebanyak 70,4% sedangkan yang tidak baik
29,6%.
2. Aktivitas fisik
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas fisik Pada Anak Usia
Sekolah Dasar Di Gampong Panggong Kecamatan Johan
Pahlawan Aceh Barat Tahun 2013.
No Aktivitas fisik Frekuensi %
1 Baik 41 75,9
2 Tidak Baik 13 24,1
Total 54 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari Tabel 4.2. diketahui bahwa aktivitas fisik anak usia sekolah di
Gampong Panggong yang baik sebanyak 75,9% sedangkan yang tidak baik
24,1%.
3. Keturunan
Dari Tabel 4.3. diketahui bahwa keturunan anak usia sekolah di Gampong
Panggong yang tidak obesitas sebanyak 74,1% sedangkan yang obesitas 25,9%.
37
4. Kejadian Obesitas
Dari Tabel 4.4. diketahui bahwa kejadian obesitas anak usia sekolah di
Gampong Panggong yang tidak obesitas sebanyak 83,3% sedangkan yang obesitas
16,7%.
dependen. Penguji ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang
Tabel 4.5. Hubungan Pola Konsumsi Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak
Usia Sekolah Dasar Di Gampong Panggong Kecamatan Johan
Pahlawan Aceh Barat Tahun 2013.
Pola Kejadian Obesitas
Konsumsi Tidak obesitas Obesitas Total
n % n % n % P OR
Baik 36 94,7 2 5,3 38 100 0,002 14,000
Tidak baik 9 56,3 7 43,8 16 100 (2,475-79,201)
Jumlah 45 83,3 9 16,7 54 100
Sumber: data primer (diolah tahun 2013)
yang pola konsumsinya tidak baik 43,8% mengalami obesitas. Dari hasil uji chi
square di dapat nilai P Value = 0,002 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga
obesitas pada anak usia Sekolah Dasar Di Gampong Panggong Kecamatan Johan
Dilihat dari nilai OR 14,000 maka dapat diartikan bahwa pola komsusi
yang baik memiliki peluang 14 kali tidak mengalami obesitas dari pada anak
Tabel 4.6. Hubungan Aktivitas fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak
Usia Sekolah Dasar Di Gampong Panggong Kecamatan Johan
Pahlawan Aceh Barat Tahun 2013.
Aktivitas Kejadian Obesitas
fisik Tidak obesitas Obesitas Total
n % n % n % P OR
Baik 38 92,7 3 7,3 41 100 0,004 10,857
Tidak baik 7 53,8 6 46,2 13 100 (2,185-53,945)
Jumlah 45 83,3 9 16,7 54 100
Sumber: data primer (diolah tahun 2013)
fisiknya baik 92,7% tidak mengalami obesitas sedangkan dari 13 responden yang
aktivitas fisiknya tidak baik 46,2% mengalami obesitas. Dari hasil uji chi square
di dapat nilai P Value = 0,004 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga
obesitas pada anak usia Sekolah Dasar di Gampong Panggong Kecamatan Johan
Dilihat dari nilai OR 10,857 maka dapat diartikan bahwa aktifitas fisik
yang baik memiliki peluang 11 kali tidak mengalami obesitas dari pada anak
Tabel 4.7. Hubungan Keturunan Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia
Sekolah Dasar Di Gampong Panggong Kecamatan Johan
Pahlawan Aceh Barat Tahun 2013.
Keturunan Kejadian Obesitas
Tidak obesitas Obesitas Total
n % n % n % P OR
Tidak obesitas 37 92,5 3 7,5 40 100 0,006 9,250
Obesitas 8 57,1 6 42,9 14 100 (1,900-45,027)
Jumlah 45 83,3 9 16,7 54 100
Sumber: data primer (diolah tahun 2013)
Dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,006 dan ini lebih kecil dari α=
Dilihat dari nilai OR 9,250 maka dapat diartikan bahwa keturunan yang
tidak mengalami obesitas memiliki peluang 9 kali tidak mengalami obesitas dari
4.2. Pembahasan
Obesitas adalah suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relatif
seseorang, sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat, lemak dan
protein. Kondisi ini disebabkan oleh ketidak seimbangan antara konsumsi kalori
energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang
energi terjadi apabila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang
dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya,
terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh
kebanyakan makan dalam hal jenis karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga
yang pola konsumsinya tidak baik 43,8% mengalami obesitas, dan ini diperkuan
dengan uji chi square dimana nilai P Value lebih kecil dari α=0,05 yaitu 0,002
obesitas.
makanan tinggi kalori tanpa diimbangi oleh aktivitas fisik yang cukup sehingga
besarnya hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik, ternyata aktivitas fisik
lebih berhubungan dengan terjadinya obesitas pada anak. Hal ini mencerminkan
bahwa, pola hidup sedentari berkontribusi dalam terjadinya obesitas pada anak.
obesitas pada anak usia Sekolah Dasar di Gampong Panggong Kecamatan Johan
Pahlawan Aceh Barat dimana nilai P Value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,004.
Gizi lebih dapat terjadi pada siapa saja dan bisa terjadi mulai dari bayi
hingga usia lanjut, baik pria maupun wanita. Faktor keturunan merupakan salah
satu yang dapat menyebabkan anak mengalami obesitas, dengan salah satu orang
tua obesitas akan menetap sampai dewasa. Bila kedua orang tua obesitas, sekitar
80% anak-anak mereka akan menjadi obesitas dan bila kedua orang tua tidak
obesitas maka prevalensi obesitas akan turun menjadi 14%. Peningkatan risiko
obesitas tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh gen atau faktor lingkungan dalam
mengalami obesitas 42,9% mengalami obesitas. Diperkuat dari hasil uji chi
square dimana nilai P Value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,006 dan ini diartikan
obesitas.
42
BAB V
5.1. Kesimpulan
anak dengan nilai P Value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,002.
anak dengan nilai P Value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,004.
5.2. Saran
pentingnya gizi dan kesehatan pada anak termasuk pola hidup sehat,
menerapkan pada anak dalam pemilihan makanan jajanan yang sehat, pola
DAFTAR PUSTAKA
Afifa, E., 2003. Tanaman Obat Untuk Mengatsi Hepatitis. Agromedia. Jakarta
Almatsier S., 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pusaka Utama. Jakarta
Hamam Hadi, 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Jakarta
Herini, E.S. 1999. Karakteristik Keluarga dengan Anak Obesitas, dalam Berita
Kedokteran Masyarakat, Vol. XV. Jakarta
I Dewa Nyoman Supariasa, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar., 2008. Penilaian
Status Gizi. EGC. Jakarta.
Khomsan. A. 2004, Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Penerbit
Grasindo. Jakarta.
Krisno A, Moch., 2002. Gizi dan Kesehatan, Edisi Pertama, Desember 2002,
Jakarta.
M.Ramauli S., 2008. Tesis: Pengaruh Perilaku Ibu, Aktivitas Fisik Dan
Lingkungan Terhadap Kejadian Obesitas Pada Siswa Sekolah
Dasar Swasta Di Kecamatan Medan Baru Kota Medan. USU.
Medan
Nasar, S.S., 1995. Obesitas pada Anak : Aspek Klinis dan Pencegahan, Naskah
Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan
Anak, XXXV, Jakarta.
Padmiari. Ida. A, 2002. Prevalensi Obesitas dan Konsumsi Fast Food Sebagai
Faktor Resiko Terjadinya Obesitas Pada Anak SD di Kota
Denpasar, Bali. Tesis Magister Gizi dan Kesehatan Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pudjiadi. Solihi, 2003. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Pustaka bunda. Jakarta.
Suhendro, 2003. Fast Food Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Obesitas Pada
Remaja Siswa-Siswi SMU di Kota Tangerang Propinsi Banten.
Tesis Magister Ilmu-ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Utama Gizi
dan Kesehatan, Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
45
Lampiran 1
KUESIONER
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Kelas :
5. Berat Badan :
6. Tinggi Badan :
1. Ayah
Nama :
Umur :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
2. Ibu
Nama :
Umur :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
46
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anak ibu suka makanan fast foot (siap saji) seperti burger,
a. Tidak
b. Ya
a. 3 kali sehari
5. Apakah anak ibu suka ngemil atau makan seperti coklat, chiki, ice
cream, dan makanan ringan lainnya setiap harinya, baik saat sedang
a. Tidak
b. Ya
a. Tidak
b. Ya
47
a. Ya
b. Tidak
a. Tidak
b. Ya
3. Apakah anak ibu lebih suka menonton televise seharian dari pada
a. Tidak
b. Ya
a. Ya
b. Tidak
5. Pada saat menonton televisi, apakah anak ibu suka menonton sambil
a. Tidak
b. Ya
a. Ya
b. Tidak
48
Lampiran 2
Tabel Skor
No Kategori IMT
Obesitas >27,0
Over weight >25,0 – 27,0
1 Orang Tua Normal 18,5- 25,0
Kurus tingkat ringan 17,0- 18,5
Kurus tingkat berat >17,0
Obesitas >27,0
Lampiran 10.
50
51
52
53
54
55