Anda di halaman 1dari 4

MELAKSANAKAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD
KERTOSONO
Jl. Panglima
Sudirman No.
16 Kertosono
Nganjuk

STANDART Tanggal Terbit Ditetapkan,


OPERASIONAL Direktur RSUD KERTOSONO
PROSEDUR

dr. LAKSOMONO PRATIGNJO, SE, M.Kes


NIP. 19651015 200701 1 018
PENGERTIAN Komunikasi inter-personal antara perawat dan pasien yang
berfokus pada kebutuhan pasien agar tercapai pertukaran
informasi yang efektif untuk menunjang proses pemulihan,
memberikan kepuasaan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan
serta citra rumah sakit.
TUJUAN Sebagai acuan petugas dalam melaksanakan komunikasi
terapeutik
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Persiapan :
- Data rekam medis pasien
- Disesuaikan dengan kebutuhan pasien
2. Pelaksanaan :
Petugas melakukan
a. Fase prainteraksi
1. Perawat mengeksplorasi perasaan, menganalisa
kekuatan dan kelemahan diri perawat.
2. Mengumpulkan data pasien (dari Rekam Medis) untuk
menemukan berbagai informasi seperti kondisi
maupun perkembangannya.
3. Membuat rencana interaksi pertama dengan pasien.
Pada tahap ini perawat perlu mempersiapkan rencana
percakapan, teknik komunikasi, dan teknik observasi
selama percakapan berlangsung.
b. Fase orientasi
1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien.
2. Memberikan senyum, salam sapa, serta bersikap
sopan santun pada pasien.
3. Memperkenalkan diri perawat.
4. Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien.
5. Evaluasi dan validasi :
Perawat mengevaluasi kondisi pasien melalui
observasi dan interaksi kemudian validasi dengan
tanda dan gejala yang memperkuat perumusan
diagnosis keperawatan.
6. Menetapkan tujuan yang akan dicapai :
Tujuan harus spesifik, realistis, bisa dicapai, dapat
diukur dengan jelas, sederhana dan ada waktunya.
7. Merumuskan bersama kontrak yang bersifat saling
menguntungkan dengan mencakupkan nama, peran,
tanggung jawab, harapan, tujuan, tempat pertemuan,
waktu pertemuan, kondisi untuk terminasi dan
kerahasiaan.
c. Fase kerja
1. Melakukan kegiatan sesuai rencana asuhan
keperawatan.
2. Perawat membantu mengatasi kecemasan yang ada
dalam diri pasien dengan memberikan mekanisme
koping.
3. Perawat memberikan edukasi kepada pasien dengan
menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan, dan
tindakan.
d. Fase terminasi
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan secara subjektif,
dilakukan dengan menanyakan perasaan pasien
setelah berinteraksi.
Tujuannya untuk mengetahui kondisi psikologis pasien
dalam rangka menghindarkan sikap defensif atau
menarik diri. Serta bagi perawat untuk mengevaluasi
dirinya sendiri untuk dipakai acuan dalam proses
interaksi selanjutnya.
2. Mengevaluasi pencapaian tujuan secara objektif.
Untuk mengevaluasi ini berpedoman pada Nursing
Outcame Clasification (NOC) dari tujuan yang ingin
dicapai agar tidak terjadi bias dan tepat sasaran.
3. Mengevaluasi terhadap hasil tindakan yang telah
dilakukan.
4. Terdapat dua terminasi yaitu terminasi sementara dan
terminasi akhir :
a) Terminasi sementara dilakukan bila perawat
mengakhiri tindakan keperawatan, masa tugas
berakhir atau operan dengan teman sejawat dalam
rangka peralihan tugas. Disini perawat membuat
rencana tindak lanjut dan kontrak waktu. Tujuannya
agar pasien maupun perawat mempersiapkan diri
pada kegiatan selanjutnya
b) Terminasi akhir dilakukan bila pasien akan
meninggalkan rumah sakit karena sudah sembuh
atau pindah rumah sakit lain dengan memberikan
discharge planning yaitu memberikan pesan-pesan
pokok yang perlu dilakukan oleh pasien untuk
ditindak lanjuti di rumah atau di tempat yang lain.
Pada terminasi akhir perawat dan pasien tidak
menentukan waktu pertemuan karena pasien
mampu menyelesaikan masalah.
Discharge planning berisi :
(1) Tindakan keperawatan lanjutan
(2) Obat-obatan yang perlu dilanjut atau dihentikan;
(3) Jadwal kontrol selanjutnya
(4) Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
setelah di rumah
(5) Kegiatan rehabilitasi yang dilanjutkan
UNIT TERKAIT UGD / IRJA / IRNA

Anda mungkin juga menyukai