Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.

9 September 2015 (599-612) ISSN: 2337-6732

ANALISIS SISTEM DRAINASE KOTA TONDANO


(STUDI KASUS KOMPLEKS KANTOR BUPATI MINAHASA)
Achmad Erwin Nurhamidin
M. Ihsan Jasin, Fuad Halim
Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado
email: erwin_nurhamidin@yahoo.com

ABSTRAK
Kondisi sistem drainase kompleks kantor Bupati Minahasa yang mengalami penurunan dalam fungsi
pelayanannya disebabkan oleh jaringan dan kapasitas saluran drainase yang tidak memadai, mutu
operasi saluran drainase yang masih sub standar serta adanya degradasi kualitas catchment area di
hulu dan di hilir. Permasalahan yang sering muncul adalah genangan di ruas jalan sebelah Selatan
dan sebelah Barat kompleks kantor Bupati, yang terjadi pada saat curah hujan tinggi. Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi penyebab genangan serta memberikan solusi penanganan genangan yang
terjadi.
Metodologi yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data spasial, data sistem drainase
eksisting, data hidrologi, data hidrolika serta data teknik lainnya. Analisis hidrologi dilakukan untuk
mendapatkan debit rencana (Qrenc). Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisa frekuensi
terhadap data curah hujan dengan kala ulang 10 tahun menggunakan metode log Pearson III.
Perhitungan intensitas hujan ditinjau dengan menggunakan rumus Mononobe. Debit rencana
dihitung menggunakan metode rasional. Untuk menghitung debit kapasitas (Q kaps) dari saluran dan
gorong-gorong, dilakukan analisis hidrolika. Dari perbandingan antara debit rencana dan debit
kapasitas (Qrenc ≤ Qkaps), dapat diketahui kemampuan dari setiap saluran dan gorong-gorong dalam
menampung debit rencana.
Berdasarkan hasil analisis, dari 81 ruas saluran dan 32 gorong-gorong sistem drainase eksisting, 79
ruas memenuhi kapasitas, 2 ruas tidak memenuhi kapasitas sedangkan untuk gorong-gorong 31
memenuhi kapasitas dan 1 tidak memenuhi kapasitas. Genangan diatasi dengan mengalihkan
sebagian pola aliran dari zona I (zona IA) ke zona II. Pada sistem drainase baru, 81 saluran eksisting
tetap dipertahankan sedangkan 32 gorong-gorong eksisting memerluka penambahan 1 gorong-
gorong baru, menjadi 33 gorong-gorong. Secara teknis, persoalan sampah dapat diatasi dengan
membuat saringan sampah (trash rack) pada bagian inlet gorong-gorong dan secara non teknis
diatasi dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan operasional dan pemeliharaan.
Kata kunci : Genangan, Sistem Drainase, Debit Rencana, Debit Kapasitas

PENDAHULUAN memadai, mutu operasi saluran drainase yang


masih sub standard, adanya degradasi kualitas
Latar Belakang catchment area di hulu dan di hilir.
Sebagai ibukota kabupaten Minahasa, di Salah satu daerah yang mengalami masalah
Tondano terdapat sarana publik berupa; kantor sistem drainase adalah kompleks kantor Bupati
pemerintahan, pasar, sekolah, pusat peribadatan, Minahasa. Permasalahan yang sering terjadi di
bank, serta stadion. Seiring dengan daerah ini adalah banjir atau genangan yang
meningkatnya pertumbuhan penduduk dan terjadi pada saat curah hujan tinggi. Untuk
perkembangan kota akan selalu diikuti oleh mengatasi permasalahan genangan, maka perlu
peningkatan kebutuhan akan sarana dan dilakukan kajian guna menganalisis sistem
prasarana publik yang memadai, diantaranya drainase di daerah sekitar kompleks kantor
adalah prasarana drainase. Bupati Minahasa sehingga ditemukan solusi yang
Kondisi saat ini, prasarana drainase pada dapat digunakan untuk menangani masalah
umumnya sudah mengalami kemerosotan dalam genangan di daerah ini.
fungsi pelayanannya. Banyak hal yang
menyebabkan penurunan kondisi tersebut. Perumusan Masalah
Masalah yang sering dijumpai antara lain; sistem Adanya genangan di beberapa tempat
jaringan dan kapasitas saluran drainase tidak sekitar kompleks kantor Bupati Minahasa,

599
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.9 September 2015 (599-612) ISSN: 2337-6732

terlebih khusus di jalan sebelah Selatan dan dampak negatif berupa kerusakan
sebelah Barat kantor Bupati. infrastruktur kota dan harta benda milik
masyarakat.
Batasan Masalah 2. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke
Lingkup pembahasan dibatasi pada : badan air terdekat secepatnya agar tidak
1. Lokasi yang ditinjau hanya di kompleks membanjiri atau menggenangi kota yang
kantor Bupati Minahasa. dapat merusak selain harta benda masyarakat
2. Pembahasan dan analisis hanya pada juga infrastruktur perkotaan.
limpasan akibat air hujan. 3. Mengendalikan sebagian air permukaan
3. Kekuatan struktural dari saluran drainase akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk
tidak diperhitungkan. persediaan air.
4. Meresapkan air permukaan untuk menjaga
Tujuan Penelitian kelestarian air tanah.
Penelitian ini, bertujuan :
1. Mengevaluasi sistem drainase eksisting di Jenis-Jenis Drainase
kompleks kantor Bupati Minahasa dari segi Jenis-jenis drainase dapat dibedakan
teknis maupun non teknis. berdasarkan sejarah terbentuknya, letak
2. Merencanakan suatu sistem drainase di bangunan dan berdasarkan fungsi (Gunadarma,
kompleks kantor Bupati Minahasa hingga 1997).
saluran pembuang untuk mengatasi genangan, Jenis drainase berdasarkan sejarah terbentuknya:
dengan memaksimalkan sistem drainase (a) drainase alamiah (natural drainage);
eksisting. (b) drainase buatan (artificial drainage).
Jenis drainase berdasarkan letak bangunan:
Manfaat Penelitian (a) drainase permukaan tanah (surface
Secara umum manfaat dari penelitian ini drainage);
adalah mengidentifikasi penyebab genangan (b) drainase bawah permukaan tanah
serta memberikan solusi mengenai penanganan (subsurface drainage).
genangan di kompleks kantor Bupati Minahasa. Jenis drainase berdasarkan fungsi;
(a) single purpose;
(b) multi purpose.
LANDASAN TEORI
Sistem Drainase Perkotaan Sistem Jaringan Drainase Perkotaan
Menurut Suripin (2004), drainase Dalam Materi Bidang Drainase pada
mempunyai arti mengalirkan, menguras, Diseminasi dan Sosialisasi Keteknikan Bidang
membuang atau mengalihkan air. Secara Umum, PLP Ditjen Cipta Karya (2011) dijelaskan bahwa
drainase dapat diartikan sebagai serangkaian berdasarkan fungsi layanannya, sistem jaringan
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi drainase perkotaan dibagi atas:
dan/atau membuang kelebihan air dari suatu (a) sistem drainase lokal (minor urban
kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat drainage);
difungsikan secara optimal. (b) sistem drainase utama (major urban
Sistem drainase perkotaan adalah prasarana drainage;
yang terdiri dari kumpulan sistem saluran di
dalam kota yang berfungsi mengeringkan lahan (c) pengendalian banjir (Flood Control.
perkotaan dari banjir/genangan akibat hujan Berdasarkan fisiknya, jaringan sistem drainase
dengan cara mengalirkan kelebihan air terdiri atas:
permukaan ke badan air melalui sistem saluran- (a) sistem saluran primer;
saluran tersebut. (Diseminasi dan Sosialisasi (b) sistem saluran sekunder;
Keteknikan Bidang PLP Ditjen Cipta Karya, (c) sistem saluran tersier.
2011).
Menurut Gunadarma (1997) dalam
Fungsi Drainase Perkotaan pengertian jaringan drainase, sesuai dengan
Drainase perkotaan berfungsi : fungsi dan sistem kerjanya jenis saluran dapat
1. Mengeringkan bagian wilayah kota yang dibedakan menjadi;
permukaan lahannya lebih rendah dari (a) interceptor drain, adalah saluran yang
genangan sehingga tidak menimbulkan berfungsi sebagai pencegah terjadinya

600
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.9 September 2015 (599-612) ISSN: 2337-6732

pembebanan aliran dari suatu daerah 7. Kolam Retensi/Kolam Tandon.


terhadap daerah lain di bawahnya; 8. Stasiun Pompa.
(b) collector drain adalah saluran yang berfungsi 9. Trash Rack.
sebagai pengumpul debit yang diperoleh dari 10. Sumur dan Kolam Resapan.
saluran drainase yang lebih kecil dan
akhirnya akan dibuang ke saluran conveyor Operasional dan Pemeliharaan Sistem
(pembawa); Drainase Perkotaan
(c) conveyor drain adalah saluran yang berfungsi Kegiatan operasional dan pemeliharaan
sebagai pembawa air buangan dari suatu (O&P) drainase perkotaan sebagaimana diatur
daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus dalam Permen PU No.12/PRT/M/2014, sebagai
membahayakan daerah yang dilalui. berikut :
Dalam kenyataan dapat terjadi suatu saluran
1. Perencanaan O&P Drainase Perkotaan
bekerja sekaligus untuk kedua atau bahkan
Pada tahap pertama Perencanaan O&P harus
ketiga jenis fungsi di atas.
difokuskan pada program berikut;
(1) Pemeliharaan rutin
(2) Pemeliharaan berkala
(3) Pemeliharaan khusus
(4) Rehabilitasi
2. Partisipasi Masyarakat
Masyarakat sebaiknya diikutsertakan dalam
kegiatan O&P dari tahap perencanaan sampai
dengan tahap pengawasan, terutama dalam
sistem drainase lokal.

Analisis Hidrologi
Hidrologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari seluk beluk air, kejadian dan
distribusinya, sifat fisik dan sifat kimianya, serta
tanggapannya terhadap perilaku manusia (Chow,
1964).
Menurut Marta dan Adidarma (1983),
Gambar 1. Lay-Out Umum dari Sistem Drainase “Hidrologi juga dapat diartikan sebagai ilmu
Perkotaan yang mempelajari tentang terjadinya,
Sumber : Diseminasi dan Sosialisasi pergerakan, dan distribusi air di bumi, baik
Keteknikan Bidang PLP Ditjen Cipta Karya, diatas maupun dibawah permukaan bumi,
2011 tentang sifat fisik dan kimia air serta reaksinya
terhadap lingkungan dan hubungannya dengan
Faktor yang Berpengaruh dalam Sistem kehidupan”.
Drainase Perkotaan
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
sistem drainase perkotaan adalah : Data Curah Hujan
a) Intensitas Hujan Curah hujan adalah tinggi atau tebalnya
b) Catchment Area hujan dalam jangka waktu tertentu yang
c) Pertumbuhan Daerah Perkotaan dinyatakan dalam satuan mm.
d) Faktor Medan dan Lingkungan Data curah hujan yang digunakan sekurang-
kurangnya 10 tahun terakhir pengamatan yang
Komponen Sistem Drainase Perkotaan diperoleh dari minimal 1 (satu) stasiun pencatat
1. Saluran. curah hujan terdekat di lokasi perencanaan.
2. Bangunan Persilangan.
- Gorong-gorong. Periode Ulang Hujan (PUH)
- Siphon drainase. Periode ulang adalah hujan dengan jangka
waktu tertentu dan intensitas tertentu dianggap
3. Bangunan terjun.
bisa terjadi atau kemungkinan terjadinya satu
4. Tanggul. kali dalam batas priode yang ditetapkan. Periode
5. Bangunan Penangkap Pasir.
6. Pintu Air.

601
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.9 September 2015 (599-612) ISSN: 2337-6732

ulang untuk perencanaan drainase disesuaikan 1. Tipe distribusi normal


dengan tipologi kota. Cs ≈ 0 ; Ck ≈ 3
Tabel 1. Periode Ulang Berdasarkan Tipologi 2. Tipe distribusi log normal
Kota Cs ≈ 3 Cv
Daerah Tangkapan Air (Ha)
3. Tipe distribusi Gumbel
Tipologi Kota <10 10-100 100-500 >500
Cs ≈ 1,14 ; Ck ≈ 5,40
Bila kriteria 3 (tiga) sebaran di atas tidak
Kota Metropolitan 2 th 2-5 th 5-10 th 10-25 th
Kota Besar 2 th 2-5 th 2-5 th 5-20 th
memenuhi, maka akan dicoba cara grafis
Kota Sedang 2 th 2-5 th 2-5 th 5-10 th dengan menggunakan sebaran data :
Kota Kecil 2 th 2 th 2 th 2-5 th 4. Tipe distribusi Pearson III
Sumber : Permen PU No. 12/PRT/M/2014 5. Tipe distribusi log Pearson III
Namun bila parameter-parameter statistik data
Uji Data Outlier pengamatan tidak memenuhi syarat-syarat
Data outlier adalah data yang secara statistik batas pada masing-masing tipe distribusi di
menyimpang jauh dari kumpulan datanya. Syarat atas, tinjauan kesesuaian suatu tipe distribusi
untuk pengujian data outlier berdasarkan dilakukan secara grafis (digambar pada kertas
koefisien skewness (Cslog), adalah: probabilistik) kemudian melakukan uji
 Jika Cslog > 0,4 ; kecocokan (the goodness of fit test). Hal ini
maka: uji data outlier tinggi, koreksi data, uji Dilakukan untuk mendapatkan hasil
data outlier rendah, koreksi data. kesimpulan dan keputusan yang lebih akurat.
 Jika Cslog < -0,4 ;
maka, uji data outlier rendah, koreksi data,Uji Kecocokan Distribusi
uji data outlier tinggi, koreksi data. Untuk menentukan kecocokan distribusi
 Jika -0,4 < Cslog < 0,4 ; data dengan distribusi teoritik diperlukan
maka, uji data outlier tinggi dan rendah pengujian secara statistik. Ada 2 (dua) cara
sekaligus, koreksi data. pengujian yang umum dilakukan :
Jika terdapat data outlier, maka data tersebut  Uji Chi-Kuadrat
sebaiknya disesuaikan, dengan mengambil batas  Uji Smirnov-Kolmogorov
atas atau batas bawah sebagai acuan. Uji Chi-Kuadrat hanya efektif digunakan
untuk data dengan pengamatan yang besar.
Analisa Curah Hujan Pengujian Smirnov-Kolmogorov dilakukan
Hujan yang tercatat di stasiun pencatat dengan cara menggambarkan distribusi empiris
hujan adalah hujan titik atau hujan yang terjadi di maupun distribusi teoritis di kertas probabilitas
tempat alat pencatat hujan berada. sesuai dengan distribusi probabilitas teoritisnya.
Kemudian dicari perbedaan maksimum antara
Parameter Statistik distribusi empiris dan teoritisnya.
Untuk menyelidiki susunan data kuantitatif
dari suatu variabel hidrologi diperlukan ukuran- Intensitas Hujan
ukuran numerik yang memiliki ciri karakteristik Intensitas hujan adalah tinggi atau
data tersebut. Suatu nilai yang menjelaskan ciri kedalaman air hujan per satuan waktu. Sifat
susunan data disebut parameter. Parameter yang umum hujan adalah makin singkat hujan
digunakan dalam analisa susunan data dari berlangsung makin tinggi dan makin besar
sebuah variabel disebut dengan parameter periode ulang makin tinggi pula intensitasnya.
statistik. Intensitas hujan diperoleh dengan cara
melakukan analisa data hujan baik secara
Analisa Distribusi Peluang statistik maupun secara empiris. Untuk data
(2)

Secara teoritis langkah awal penentuan tipe hujan jangka pendek dapat digunakan rumus
distribusi dapat dilihat dari parameter-parameter Tallbot, Sherman, Ishiguro. Apabila data hujan
statistik data pengamatan lapangan. Prameter- jangka pendek tidak tersedia dapat dihitung
parameter yang dilakukan adalah Cs, Cv, dan Ck. dengan rumus Mononobe (Suripin,2004).
Kriteria pemilihan untuk tipe-tipe distribusi Rumus Mononobe :
berdasarkan parameter statistik adalah sebagai 24 2 3
24

berikut : ( 24 )(
tc )
(1)

602
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.9 September 2015 (599-612) ISSN: 2337-6732

Dimana : masuk saluran sampai titik keluaran td, (Suripin,


I = intensitas curah hujan (mm/jam) 2004) sehingga :
R24 = curah hujan harian maksimum t c = to + t d (3)
(dalam 24 jam) (mm)
dimana
tc = waktu konsentrasi (jam) 2
to * 3,28 + (4)
3 √

Catchment Area dan


Catchment area adalah daerah cakupan/
tangkapan apabila terjadi hujan. Semakin besar (5)
catchment area maka semakin besar pula debit Dimana :
yang terjadi. Prinsip dasar dari penentuan daerah to = waktu pengaliran air yang mengalir di
tangkapan adalah dengan prinsip beda tinggi. Air atas permukaan lahan menuju saluran
akan mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang (inlet time) dalam menit.
lebih rendah. Untuk kawasan yang cenderung
td = waktu pengaliran air yang mengalir di
datar pembagian catchment area dapat
dalam saluran sampai titik yang ditinjau
diasumsikan terbagi rata pada tiap sisi menuju
(conduit time) dalam menit.
saluran drainase. Untuk daerah-daerah berbukit,
n = angka kekasaran
penentuan catchment area berpatokan pada titik
Manning S = kemiringan lahan
tertinggi, yang kemudian akan mengalir ke
L = panjang lintasan aliran di atas
tempat yang rendah berdasar alur topografi.
permukaan lahan (m)
Ls = panjang lintasan aliran di dalam
Koefisien Pengaliran
saluran (m)
Koefisien pengaliran atau koefisien
V = kecepatan aliran di dalam saluran
limpasan (run-off) adalah suatu nilai koefisien
(m/det)
yang menunjukan persentase kualitas curah
hujan yang menjadi aliran permukaan dari curah
Debit Rencana
hujan total setelah mengalami infiltrasi.
Perhitungan debit rencana dilakukan dengan
Koefisien limpasan ditentukan berdasarkan tata
menggunakan persamaan rasional (Mullvaney,
guna lahan daerah tangkapan.
1881) dan (Kuichling, 1889, sebagai berikut :
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi
besarnya koefisien pengaliran adalah : 0,00278 C (6)
a. Keadaan hujan Dimana :
b. Luas dan bentuk daerah aliran Q = debit (m3/detik)
c. Kemiringan daerah aliran C = koefisien run-off
d. Daya infiltrasi dan daya perkolasi tanah I = intensitas hujan (mm/jam)
e. Letak daerah aliran teradap arah angin A = catchment area / luas DPS (ha)
f. Tata guna lahan
Analisis Hidrolika
Waktu Konsentrasi Analisis hidrolika dimaksudkan untuk
Waktu konsentrasi adalah waktu yang mencari dimensi hidrolis dari saluran drainase
diperlukan oleh air untuk mengalir dari satu titik dan bangunan-bangunan pelengkapnya. Dalam
terjauh dalam catchment area sampai pada titik menentukan besaran dimensi saluran drainase,
yang ditinjau (titik kontrol) setelah tanah menjadi perlu diperhitungkan kriteria-kriteria peren-
jenuh dan depresi-depresi terpenuhi. Dalam canaan berdasarkan kaidah-kaidah hidrolika.
perhitungan ini untuk menghitung waktu
konsentrasi digunakan rumus Kirpich (1940), Kapasitas Saluran
sebagai berikut : Pada tahap awal analisa diasumsikan bahwa
2 0,385 yang tejadi adalah aliran seragam. Analisa untuk
tc ( 0,87 ) (2) menghitung kapasitas saluran, dipergunakan
1000 persamaan kontinuitas dan rumus Manning,
Waktu konsentrasi dapat juga dihitung yaitu:
dengan membedakannya menjadi dua komponen,
yaitu (1) waktu yang diperlukan air untuk V (7)
mengalir di permukaan tanah sampai saluran 1 23 12
(8)
terdekat to dan (2) waktu perjalanan dari pertama

603
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.9 September 2015 (599-612) ISSN: 2337-6732

(9) Tabel 2. Tinggi Jagaan untuk Saluran Pasangan


3 F (m)
Dimana : Debit (m /det)
Q = debit / debit saluran (m3/det) < 0,5 0,20
A = luas penampang basah saluran 0,5 – 1,5 0,20
(m2) V = kecepatan rata-rata (m/det) 1.5 – 5.0 0,25
5,0 – 10,0 0,30
n = koefisien kekasaran saluran
10,0 – 15,0 0,40
R = jari-jari hidrolis (m) > 15,0 0,50
S = kemiringan memanjang saluran
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, KP-04 Bagian
P = keliling basah saluran (m) Bangunan, Ditjen Pengairan, 1986

Kecepatan Pengaliran Bangunan Pelengkap


Penentuan kecepatan aliran air didalam Bangunan-bangunan dimaksud adalah
saluran yang direncanakan didasarkan pada bangunan yang ikut mengatur dan mengontrol
kecepatan minimum yang diperbolehkan agar sistem aliran air hujan yang ada dalam
kontruksi saluran tetap aman. perjalanannya menuju outfall agar aman dan
Persamaan Manning : mudah melewati daerah curam atau melintasi
1 23 12 (10) jalan-jalan raya.
V Untuk gorong-gorong pendek, L < 20 m
Dimana : seperti yang direncanakan dalam jaringan irigasi,
V = kecepatan aliran dimana harga-harga yang diberikan dapat
n = koefisien kekasaran Manning dianggap mendekati benar untuk rumus:
R = jari-jari hidrolis Q= µ.A.V (11)
S = kemiringan memanjang saluran
V = ( 2 g z )½ (12)
Untuk desain dimensi saluran tanpa
Dimana :
perkerasan, dipakai harga n Manning normal atau
maksimum, sedangkan harga n Manning Q = debit (m3/dt)
minimum hanya dipakai untuk pengecekan µ = koefisien debit
bagian saluran yang mudah terkena gerusan. A = luas penampang gorong-gorong (m2)
Harga n Manning tergantung hanya pada V = kecepatan aliran di dalam, pada
kekasaran sisi dan dasar saluran. gorong-gorong (m)
z = kehilangan tinggi energi pada gorong-
Kemiringan Talud gorong (m)
Kecepatan maksimum ditentukan oleh g = percepatan gravitasi (g = 9,8 m/det2)
kakasaran dinding dan dasar saluran. Untuk
saluran tanah V = 0,7 m/det, pasangan batu kali Tabel 3. Harga µ dalam gorong-gorong pendek
V = 2 m/det dan pasangan beton V = 3 m/det. (< 20 m)
Kecepatan minimum yang diizinkan adalah
Tinggi Dasar
kecepatan paling rendah yang akan mencegah Bangunan Tinggi Dasar Bangunan
pengendapan dan tidak menyebabkan Sama Dengan Lebih Tinggi Saluran
berkembangnya tanaman-tanaman air. Kecepatan Saluran
maksimum dan minimum saluran juga ditentukan Sisi µ Ambang Sisi µ
oleh kemiringan talud saluran (Permen PU No. S. Empat 0,8 S. Empat S. Empat 0,72
12/PRT/M/2014). Bulat 0,9 S. Empat Bulat 0,76
Bulat Bulat 0,85
Tinggi Jagaan Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, KP-04 Bagian
Bangunan, Ditjen Pengairan, 1986
Tinggi jagaan adalah ketinggian yang diukur
dari permukaan air maksimum sampai
Dimensi Saluran
permukaan tanggul saluran atau muka tanah.
Saluran adalah alur tempat aliran air yang
Tinggi jagaan harus diperhitungkan untuk
sengaja dibuat manusia, secara umum alirannya
mencegah meluapnya air ke tepi saluran.
adalah steady flow (aliran tetap) (Diseminasi dan
Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP Ditjen Cipta
Karya, 2011).

604
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.9 September 2015 (599-612) ISSN: 2337-6732

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian


dalam pemilihan bentuk saluran adalah:
a). Tata guna lahan yang akan berpengaruh 1. Permasalahan
Proposal Skripsi Studi Pustaka
2. Persiapan
terhadap ketersediaan tanah
b). Kemampuan pengaliran dengan mem- Studi/Survey Lapangan

perhatikan bahan saluran


c). Kemudahan pembuatan dan pemeliharaan Pengumpulan Data

Adapun bentuk-bentuk penampang saluran yang


biasa diterapkan adalah : Data Spasial Data Sistem Drainase Data Hidrologi Data Hidrolika
Peta Dasar, Peta Sistem, Drainase Data Curah Hujan. Keaadan, Fungsi, Jenis,
Eksisting, Peta Sistem, Jaringan
Eksisting ( minimal 10 tahun) Geometri, dan Dimensi
Data Kuantitatif Genangan,

a). Trapesium
Jalan, Peta Tata Guna Lahan, Peta Saluran dan Bangunan
Topografi, Data Kependudukan Data Saluran dan Bangunan Pelengkap, Data Arah
Pelengkap Aliran

b). Segiempat
c). Setengah lingkaran Pengolahan Data

d). Segitiga
e). Lain-lain Analisa Hidrolika
Bentuk Saluran, Kecepatan
Analisa Hidrologi
Hujan Rencana, Kala Ulang,
DPS, Waktu Konsentrasi,
Rata-rata, Koefisien Kekasaran
Koefisien run-off, Kemiringan

Analisa Hidrolika
METODOLOGI PENELITIAN Sistem Jaringan Drainase
Rencana
Qkaps Qrenc

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sistem Jaringan


Drainase Baru
Tidak
Qkaps Qrenc

Tondano adalah ibukota kabupaten Ya

Minahasa, berjarak sekitar 35 km dari Manado, Pemeliharaan

ibukota provinsi Sulawesi Utara. Secara


Saluran

geografis Tondano berada pada posisi 1200 45’ Kesimpulan / Saran

25” - 1250 01’ 58” BT dan 010 06’ 06” - 010 30’
01” U Secara administratif Tondano terbagi Gambar 3. Bagan Alir Penelitian
dalam 4 kecamatan dan 36 kelurahan dengan luas
keseluruhannya mencapai 104,14 km² (BPS Uraian Kegiatan
Kabupaten Minahasa, 2015). Pelaksanaan penelitian dimulai dengan
Lokasi penelitian adalah kompleks kantor penyediaan data, berupa :
Bupati Minahasa, yang terletak di kelurahan - Data spasial; peta topografi, peta situasi, peta
Wawalintouan, kecamatan Tondano Barat. sistem jaringan drainase eksisting, peta
Kantor bupati Minahasa berada pada satu genangan dan peta zona sistem drainase
kompleks yang kelilingi oleh jalan raya. eksisting.
Keadaan topografi Tondano secara umum - Data Hidrologi; data curah hujan harian
berupa dataran, gunung-gunung dan berbukit- maksimum minimal 10 tahun pengamatan.
bukit. - Data Hidrolika; data keadaan, fungsi dan
Seperti daerah lainnya di indonesia, dimensi saluran dan bangunan pelengkap
Tondano yang beriklim tropis mengenal dua beserta sarana drainase lainnya.
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Analisis hidrologi dan hidrolika dilakukan
untuk menentukan nilai debit rencana dan debit
kapasitas. Analisis hidrologi meliputi analisa
data curah hujan, analisa curah hujan rencana
dan analisa debit rencana.
Debit rencana dihitung dengan meng-
gunakan rumus rasional. Diperlukan data-data
antara lain luas DPS (catchment area masing-
masing saluran), intensitas hujan selama waktu
konsentrasi dan nilai koefisien run-off. Intensitas
hujan dihitung menggunakan rumus Mononobe.
Untuk menghitung debit kapasitas digunakan
rumus Manning dengan data masukan yaitu data
dimensi saluran.
Nilai debit rencana dan debit kapasitas
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian kemudian dibandingkan untuk melihat
kemampuan dari setiap saluran. Jika saluran

605
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.9 September 2015 (599-612) ISSN: 2337-6732

tidak mampu menanggung debit yang lewat Genangan di daerah ini terjadi akibat
maka dilakukan penataan ulang sistem drainase tersumbatnya street inlet.
sedangkan jika saluran mampu menampung debit 2. Genangan di jalan sebelah selatan dan di jalan
yang ada maka dapat dilakukan pemeliharaan sebelah barat kantor Bupati Minahasa.
saluran. Posisi kedua jalan ini bersilangan dan
bertemu di perempatan. Pada daerah sekitar
perempatan terjadi luapan air dari saluran. Air
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang meluap, sebagian menuju ke arah jalan
sebelah Selatan dan sebagian lagi tergenang
Permasalahan Genangan di Kompleks Kantor
di jalan sebelah Barat.
Bupati Minahasa
Luapan air juga terjadi pada saluran di
Permasalahan genangan di kompleks kantor
sebelah Selatan, sehingga memperluas daerah
Bupati Minahasa, umumnya disebabkan oleh:
genangan di sekitar jalan ini.
a. Lokasi yang terletak di daerah cekungan
dimana sarana drainase kurang memadai.
Sistem Drainase Eksisting
b. Lokasi rendah yang menerima limpasan dari
Inventarisasi sistem jaringan drainase
kawasan lain.
eksisting diperlukan untuk mengetahui kondisi
c. Terjadinya pendangkalan dan tersumbat-nya
saluran dan gorong-gorong. kapasitas dan permasalahan pada saluran
termasuk dampak akibat permasalahan tersebut.
d. Tersumbatnya tali air / street inlet.
Data-data mengenai sistem jaringan drainase
Berdasarkan hasil survey dan wawancara,
eksisting yang dikumpulkan adalah dimensi
terdapat tiga lokasi genangan yaitu:
saluran dan gorong-gorong, kondisi saluran, per-
1. Genangan di jalan depan kantor Bupati
masalahan, penyebab dan dampak per-masalahan
Minahasa (sebelah Timur).
terhadap kawasan penelitian.

Gambar 4. Skema Sistem Drainase Eksisting dan Lokasi Genangan

Gambar 5. Pembagian Zona Sistem Drainase Eksisting

606
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.9 September 2015 (599-612) ISSN: 2337-6732

Analisis Hidrologi Analisa distribusi dengan cara grafis berdasarkan hasil


Data Curah Hujan uji kecocokan, dapat dilihat pada tabel 5.
Data Curah Hujan yang digunakan adalah Tabel 5. Rekapitulasi Nilai Dmax
data curah hujan harian maksimum tahunan yang Selisih Peluang
Tipe Sebaran
diambil dari Stasiun Iklim Tondano-Paleloan, (Dmax)
Kementerian PU Satker BWS Sulawesi I. Jumlah Normal Tidak memenuhi syarat
data yang dipakai dalam menganalisis hidrologi Log Normal Tidak memenuhi syarat
ini berjumlah 11 data, selama 11 tahun Gumbel Tidak memenuhi syarat
pengamatan yaitu dari tahun 2004 sampai dengan Pearson III 0,18
2014. Log Pearson III 0,13
Tabel 4. Data Curah Hujan Harian Maksimum Hasil penggambaran pada kertas probabilitas
Stasiun Iklim Tondano-Paleloan. dari distribusi Pearson III dan log Pearson III
menunjukkan bahwa jenis distribusi yang dipilih
Tahun Curah Hujan (mm) yang mendekati persyaratan adalah log Pearson
2004 136,6 III, karena memiliki nilai Dmax yang lebih kecil
2005 99,1 dari distribusi yang digunakan.
2006 59,2
2007 65,5
2008 45,1 Uji Kecocokan Distribusi dengan Metode
2009 43,0 Smirnov-Kolmogorov
2010 67,2 Dari kertas probabilitas peluang pengamatan
2011 90,9 terbesar diperoleh nilai D max = 0,13; sedangkan
2012 69,8 peluang teoritis (syarat uji
2013 66,5
2014 110,5
Smirnov-Kolmogorov), Do = 0,396. Berdasarkan
hasil analisa tersebut, maka Dmax < Do. Dapat
Sumber : Seri Publikasi Data Hidrologi Sulawesi
Utara Tahun 2004 s/d. 2014, BWSS I. ditarik kesimpulan bahwa tipe sebaran yang
diperoleh memenuhi syarat uji Smirnov-
Kolmogorov.
Uji Data Outlier
Dari hasil uji outlier tinggi dan uji outlier
Penentuan Curah Hujan Rencana
rendah, tidak terdapat data outlier. Dengan
demikian keseluruhan data curah hujan dapat Perhitungan curah hujan rencana dilakukan
langsung dipakai atau data sudah tidak perlu dengan menggunakan persamaan kurva distribusi
dilakukan koreksi outlier. log Pearson III, dengan periode ulang 10 dan
nilai kritis K10 = 1,30158.
Analisa Distribusi Peluang log X10 = 1,8640 + ( 0,1561 * 1,30158)
Berdasarkan hasil analisis parameter- = 2,0671
parameter statistik serta tinjauan kesesuaian tipe 2,0671
X10 = 10 = 116,71 mm.

Gambar 6. Pembagian DPS (cathment area) Sistem Drainase Eksisting

607
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.9 September 2015 (599-612) ISSN: 2337-6732

Intensitas Hujan c) Debit rencana yang didapat


Intensitas hujan adalah tinggi atau Q = 0,00278.C.I*A
kedalaman air hujan per satuan waktu. Besarnya = 0,00278 * 0,135 * 264,995 * 0,101
intensitas curah hujan tergantung dari lamanya
= 0,010 m3/det
hujan dan frekuensinya. Data curah hujan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data curah Analisa Dimensi Saluran
hujan harian maksimum, untuk itu rumus yang Analisa dimensi saluran dilakukan untuk
digunakan untuk menentukan intensitas hujan mendapatkan debit kapasitas saluran eksisting
adalah rumus Mononobe. (Qkaps), yang nantinya akan dibandingkan dengan
debit rencana (Qrenc) sehingga dapat diketahui
Catchment Area apakah saluran-saluran tersebut mampu
Luas catchment area dihitung disesuaikan menampung debit hujan rencana.
dengan kontur dan DPS dari masing-masing Berikut adalah perhitungan untuk saluran S. 2-3
saluran. Pembagian DPS dapat dilihat pada Saluran berpenampang trapesium, lebar atas
gambar 6. 0,6 m, lebar bawah 0,4 m, tinggi 0,6 m, dan tinggi
jagaan 0,2 m. Dinding saluran tidak terlalu kasar
Debit Rencana sehingga diambil harga koefisien kekasaran
Perhitungan debit rencana dilakukan dengan manning 0,015. Debit rencana 0,121 m 3/det, dan
menggunakan persamaan Rasional. kemiringan saluran 0,021. Kapasitas saluran dicari
Perhitungannya adalah sebagai berikut : dengan langkah-langkah sebagai berikut :
(mis; Saluran 1a-1) a) Menghitung luas penampang basah :
Luas daerah pelayanan saluran 0,101 Ha,
panjang saluran adalah 113 m, kemiringan lahan A = 0,4 . ( 0,4 + ( 0,250 * 0,4 ))
adalah 0,017, dan nilai koefisien run-off adalah = 0,2 m2
0,135, maka didapat : b) Menghitung keliling basah :
a) Waktu konsentrasi di saluran 2
P = 0,4+(2*0,4*√1 0,250 )
0,385
= 1,4 m
2
0,87 0,113 c) Menghitung jari-jari hidrolis :
tc
0,2
( )
1000 0,017
0,143 m
= 0,060 jam 1,4
b) Intensitas curah hujan dihitung dengan d) Kapasitas debit saluran :
rumus Mononobe 1 2 1
2
( 116,71
24)
24 3
(0,060 ) 0,2 0,143 3 0,021 2
0,015
= 264,995 mm/jam
3
0,533 m det
0,533 > 0,121
Qkaps > Qrenc

Gambar 7. Lokasi Gorong-gorong Sistem Drainase Eksisting

608
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.9 September 2015 (599-612) ISSN: 2337-6732

Dari hasil perhitungan di atas dapat berada pada Zona I. Perbandingan debit
disimpulkan bahwa ruas saluran eksisting S. 2-3, kapasitas dan debit rencana saluran dan gorong-
mampu menampung debit rencana. gorong tersebut, dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Komponen Jaringan Sistem Drainase
Analisa Dimensi Gorong-gorong Eksisting Yang Tidak Memenuhi
Sketsa lokasi gorong-gorong sistem drainase Kapasitas
eksisting dapat dilihat pada gambar 7. Ruas Saluran/ Q Q
Perhitungan kapasitas gorong-gorong: No. Zona Gorong-gorong kaps renc

a. Penampang Persegi (Box Culvert). Gorong- 1. Zona I S. 17-18 1,163 1,276


gorong penampang persegi (G. 12- 2. Zona I S. 19-20 1,298 1,304
13) dengan tinggi 0,8 m dan lebar 1 m, 3. Zona I G. 20-21 1,280 1,304
panjang saluran yaitu 9,8 m, kecepatan aliran
2 m2/det dan dengan nilai koefisien debit 0,8, Penanganan masalah adalah melakukan
perubahan sebagian pola aliran dengan
melayani debit rencana 1,188 m 3/det maka
mengalihkan sebagian debit rencana di zona I
diperoleh :
(zona I.A) ke zona II. Aliran dialihkan dengan
A = 0,8 * 1 = 0,8 m2 cara membuat gorong-gorong dan tanggul pada
Qkaps = μ A * V ruas saluran S. 10-12. Gorong-gorong dibuat
= 0,8*0,8*2 untuk menghubungkan ruas saluran S. 10-12
dengan saluran ruas S. 28-29, sedangkan tanggul
= 1,280 m3/det dibuat untuk membendung aliran air sehingga
1,280 > 1,188 arah aliran dapat dibelokkan ke zona II.
Qkaps > Qrenc Dengan perubahan pola aliran ini, jumlah
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa debit rencana yang dialihkan adalah sebesar
gorong-gorong G.12-13, memenuhi kapasitas. 0,836 m3/det. Pada zona I dilakukan
b. Penampang Lingkaran pengurangan debit sebesar 0,836 m3/det,
Gorong-gorong penampang lingkaran (G. 63- sedangkan pada Zona II, ditambahkan debit
64) dengan diameter 1 m, sebanyak 2 buah, sebesar 0,836 m3/det. Hasil akhir didapat bahwa
panjang saluran yaitu 13,5 m, kecepatan aliran seluruh saluran dan gorong-gorong memenuhi
2 m2/det dan nilai koefisien debit 0,9, kapasitas.
melayani debit rencana 1,4 m 3/det, maka Untuk mendapatkan desain penampang
diperoleh : ekonomis, maka desain penampang gorong-
gorong baru (G. 12a-28) dilakukan dengan cara
A = 0,25 π 12 = 0,786 m2 coba-coba.
Qkaps = 0,9 * 0,786 * 2 Langkah perhitungannya adalah sebagai
= 1,414 m3/det berikut :
Total Qkaps = 1,414 * ( 2 ) = 2,829 m3/det Direncanakan gorong-gorong berbentuk persegi (
2,829 > 1,400 µ = 0,8 ), debit rencana sebesar Q = 0,836
m3/det, dan kecepatan aliran V = 2 m2/det.
Qkaps > Qrenc
Q = µ.A.V
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 0,836
gorong-gorong G.63-64, memenuhi kapasitas.
μ V 0,8 2
2
Rekomendasi Sistem Drainase di Kompleks = 0,523 m
Kantor Bupati Minahasa Maka, untuk dapat menampung debit sebesar
Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam 0,836 m3/det, dibutuhkan gorong-gorong dengan
sistem jaringan drainase eksisting terdapat ruas luas penampang A ≥ 0,523 m2.
saluran dan gorong-gorong yang tidak memenuhi
kapasitas dimana debit kapasitas kurang dari Dicoba, dimensi penampang B = 0,8 m
debit rencana ( Qkaps < Qrenc ). dan Y = 0,8 m.
Ruas saluran yang tidak memenuhi A = B*Y = 0,8*0,8 = 0,64
kapasitas adalah saluran S. 17-18 dan S. 19-20 m2
sedangkan untuk gorong-gorong adalah G. 20- 0,64 m2 > 0,523 m2 … Ok.
21. Ketiga komponen sistem drainase tersebut

609
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.9 September 2015 (599-612) ISSN: 2337-6732

Perhitungan luas penampang gorong-gorong Tabel 7. Luas Penampang Gorong-Gorong


rencana, dengan beberapa variasi dimensi Rencana, Dengan Beberapa Variasi
penampang dapat dilihat pada tabel 7. Dimensi
Dari hasil perhitungan tersebut, maka dimensi Luas
gorong-gorong baru adalah Tinggi Lebar Luas Keterangan
Minimal
Lebar (B) = 0,7 m dan 0,7 0,7 0,49 0,523 Tidak ok
Tinggi (Y) = 0,8 m 0,7 0,8 0,56 0,523 Ok
0,8 0,8 0,64 0,523 Ok
.

Gambar 8. Sketsa Sistem Drainase Baru

Gambar 9. Pembagian Zona Sistem Drainase Baru

Gambar 10. Pembagian DPS (Catchment Area) Sistem Drainase Baru

610
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.9 September 2015 (599-612) ISSN: 2337-6732

Gambar 11. Sketsa Lokasi Gorong-gorong Sistem Drainase Baru

PENUTUP perubahan dimensi penampang sedangkan 32


gorong-gorong eksisting memerlukan
Kesimpulan penambahan 1 gorong-gorong baru menjadi
Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka 33 gorong-gorong.
dapat disimpulkan sebagai berikut : 4. Secara teknis persoalan sampah dapat diatasi
1. Dari 81 saluran eksisting dan 32 gorong- dengan membuat saringan sampah (trash
gorong eksisting, 79 saluran memenuhi rack) pada bagian inlet gorong-gorong dan
kapasitas dan 2 saluran tidak memenuhi secara non teknis dapat diatasi dengan
kapasitas sedangkan untuk gorong-gorong 31 melibatkan peran serta masyarakat dalam
memenuhi kapasitas dan 1 tidak memenuhi kegiatan operasional dan pemeliharaan.
kapasitas.
2. Genangan dapat di atasi dengan mengalihkan Saran
sebagian debit rencana dari pembuangan zona 1. Perlu dilakukan pemeliharaan secara berkala
I, ke pembuangan zona II. terhadap seluruh komponen sistem drainase.
3. Pada sistem drainase baru, 81 saluran 2. Dalam kegiatan operasional dan pemeliharaan
eksisting tetap dipertahankan dan tidak perlu melibatkan peran masyarakat, dari tahap
memerlukan penambahan kapasitas atau perencanaan sampai dengan tahap pegawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa, 2015. Minahasa Dalam Angka 2014. Tondano
Chow V. T., 1964 .Handbook of Applied Hydrology, McGraw-Hill, Inc. New York
Gunadharma, 1997, Drainase Perkotaan. Jakarta
Kementerian PU RI, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman, 2011. Materi Bidang Drainase. Diseminasi dan Sosialisasi
Keteknikan Bidang PLP. Jakarta
Kementerian PU RI, Direktorat Jenderal Pengairan, 1986. Keputusan Direktur Jenderal Pengairan
Nomor: 185/KPTS/A/1986 tentang Standar Perencanaan Irigasi. Jakarta
Kementerian PU RI, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Wilayah Sungai Sulawesi I, 2004
s/d. 2014, Publikasi Data Hidrologi Sulawesi Utara, Stasiun Klimatologi Paleloan-Tondano.
Manado
Kementerian PU RI, 2014. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 12/PRT/M/2014 tentang
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Jakarta

611
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.9 September 2015 (599-612) ISSN: 2337-6732

Martha Joyce, Adidarma Wanny, 1989. Mengenal Dasar-Dasar Hidrologi, NOVA, Bandung
Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, ANDI. Yogyakarta
“http: earthexplorer usgs gov ” diakses tanggal 1 gustus 2015

612

Anda mungkin juga menyukai