Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PSIKOSOSIAL DAN KEBUDAYAAN DALAM KEPERAWATAN

(KESEHATAN SPIRITUAL)

OLEH :

NI KADEK RIA HENDRIYANI (P07120218 016)

NI PUTU WIWIEK HITA FEBRIANTI.Y. (P07120218 021)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI S.Tr Kep
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi TYME yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi umat-NYA.
Makalah ii dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun unuk memenuhi sala
satu tugas mata kuliah PATOLOGI dengan judul “KESEHATAN SPIRITUAL” Karena
terbatasnya imu yang dimiliki kelompok kami, maka makalah ini jaauh dari sempurna. Untuk itu
saran dan kritik yan membangun sangat kelompok kami harapkan.

Kelompok kami menyadari bahwa tugas ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya
bantuan dari beberapa piha. Semoga ini bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………….……………i

Daftar isi……………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dan Masalah……………………………………….…...1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………….....2

C. Tujuan……………………………………………………………….…..3

BAB II PEBAHASAN

A. Pengertian spirituality……………………………………………….…...4

B. Elemen-elemen dalam spiritual……………………………………….….5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………..…..6

B. Saran………………………………………………………………..……7

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..…..8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang dalam hidupnya pasti akan menghadapi yang namanya masalah,sikap
seseorang dalam menghadapi sangat ditentukan oleh keyakinan mereka masing-masing.
Keyakinan yang dimiliki setiap orang selalu dikaitkan dengan kepercayaan atau agama. Penting
sekali bagi seorang perawat memahami perbedaan antara spiritual, keyakinan dan agama guna
menghindarkan salah pengertian yang akan mempengaruhi pendekatan perawat dengan pasien.

Pasien yang sedang dirawat di rumah sakit membutuhkan asuhan keperawatan yang
holistic dimana perawat dintuntut untuk mampu memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif bukan hanya masalah secra fisik namun juga spiritualnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertia spiritual

2. Apa itu elemen-elemen dalam spiritual

3. Apa itu masalah kesehatan jiwa

C. Tujuan

1. Untuk menambah wawasan mengenai kesehatan spiritual

2. untuk mengetahui masalah kesehatan jiwa spiritual

3. untuk menambah pengetahuan mengenai kesehatan spiritual


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian spirituality

Spirituality berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau udara,spirit,
memberikan hidup,menjiwai, seseorang. Spirit memberikan arti penting ke hal apa saja yang
sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan seseorang.

Spirituality adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan , pengalaman hidup
kepercayaan dan nilai nilai kehidupan. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta,kepercayaan dan
harapan ,melihat arti dari kehidupan dan memelihara hubungan dengan sesama.(perry
potter,2003)

Spirituality atau kepercayaan spiritual adalah kepercayaan dengan sebuah kekuatan yang
lebih tinggi dari kekuatan sang pencipta. Sesuatu yang bersifat Tuhan atau sumber energy yang
tidak terbatas. Spirituality memiliki beberapa aspek antara lain:

a. Hubungan yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam hidup


b. Menemukan arti dan tujuan dalam hidup
c. Menyadari dan mampu untuk menarik sumber-sumber dan kekuatan dari dalam diri
d. Mempunyai perasaan hubungan kedektan dengan diri sendiri dan tuhan

Spiritual dimulai ketika anak-anak belajar tentang diri mereka dan hubungan mereka dengan
orang lain. Banyak orang dewasa mengalami pertumbuhan spiritual ketika memasuki hubungan
yang langgeng. Kemampuan mengasihi orang lain dan diri sendiri bermakna adalah bukti dari
kesehtan spiritual
B. Elemen-elemen dalam spiritual

1. Kebutuhan spiritual

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan


keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan
spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan
dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf (Kozier, 2004).

Menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia (Clinebell dalam Hawari,


2002), yaitu :

A. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terus-menerus
diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah.
B. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan makna hidup
dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal) dan sesama
manusia (horisontat) serta alam sekitaraya
C. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian,
pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari. 10
D. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan
dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak melemah.
E. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah dan berdosa ini
merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan jiwa
seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu pertama secara vertikal adalah
kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah, dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara
horisontal yaitu bebas dari rasa bersalah kepada orang lain
F. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri {self acceptance dan self esteem),
setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh lingkungannya.
G. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa depan.
Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek (hidup di dunia) dan
jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia sifatnya sementara yang merupakan
persiapan bagi kehidupan yang kekal di akhirat nanti.
H. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai pribadi
yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan manusia didasarkan pada
tingkat keimanan seseorang. Apabila seseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi
dihadapan Tuhan maka dia senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya. 11
I. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia. Manusia
hidup saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu, hubungan dengan orang
disekitarnya senantiasa dijaga. Manusia juga tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
alamnya sebagai tempat hidupnya. Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban
untuk menjaga dan melestarikan alam ini.
J. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilainilai religius.
Komunitas keagamaan diperlukan oleh seseorang dengan sering berkumpul dengan
orang yang beriman akan mampu meningkatkan iman orang tersebut.

2. Kesadaran Spritual

 Kesadaran spiritual akan timbul saat seseorang dihadapkan pada kebutuhan spiritual dan
pencarian identitas, saat mempertahankan nilai-nilai dan keyakinan atau kepercayaan.
 Tiga tingkat kesadaran menurut Wilber:

A. Tingkat Existensial

Pada level ini Wilber menggunakan istilah yang berasal dari filsuf-filsuf
eksistensial, yaitu penyatuan diri dengan orang lain (uniting the self and others). Para
filsuf eksistensialis mengakui bahwa makhluk di bumi memiliki ikatan otentik antara
total individu dengan lingkungannya. Mereka meyakini bahwa individu hanya eksis
ketika berada dalam relasi dengan orang-orang lain, dan bahwa kehilangan kesadaran
berarti memutuskan hubungan antara diri dengan orang-orang lain.

Di sisi lain, meningkatkan kesadaran berarti melibatkan diri dalam hubungan


mendalam dengan orang-orang lain, yang hasilnya akan memperkaya kesadaran internal
(inner awareness) seseorang.

Menurut Wilber, peningkatan kesadaran ke tingkat eksistensial dapat dicapai


secara sederhana dengan duduk di tempat yang sepi (tenang), menghentikan semua
konsep mental tentang diri sendiri, dan merasakan eksistensi dasar seseorang. Untuk
menguatkan identitas seseorang agar lebih permanen pada level ini, biasanya diperlukan
bentuk-bentuk terapi eksistensial semacam meditasi, hatha yoga, terapi Gestalt, psikolog
dan humanistic.
B. Tingkat Transpersonal Bands.

Pada level ini individu mulai menyadari dan mengakui bentuk-bentuk


pengetahuan yang tidak bersifat dualistis (antara subjek dan objek pengetahuan tidak
terpisah). Individu mulai merealisasi dan mengalami apa yang disebut sebagai
reliansi/keyakinan eksklusif dalam pengalaman. Wilber mengikuti konsep Jung dalam
menggambarkan elemen-elemen yang ada dalam tingkat transpersonal ini. Jung
menggunakan istilah synchronicity, yaitu suatu kejadian yang penuh makna antara gejala
psikis dan fisik. Bila dua kejadian, yang satu bersifat psikis dan yang lain bersifat fisik,
terjadi dalam waktu yang sama, ini berarti terjadi synchronicity.

Aspek psikis dalam fenomena ini dapat termanifestasi dalam suatu bentuk mimpi,
ide, atau intuisi, yang kemudian menjadi kenyataan secara fisik. Sebagai contoh, ketika
seseorang memikirkan orang lain, menit berikutnya ia menerima telepon dari orang yang
baru saja dipikirkan. Contoh lain, seseorang bermimpi tentang pesawat jatuh dan ketika ia
membaca koran pada pagi harinya ternyata mimpinya itu benar-benar terjadi semalam.
Gejala synchronicity muncul bila secara fisik individu dalam keadaan kurang sadar,
misalnya bermimpi atau merenung. Pengetahuan sinkronistik ini meningkatkan
kemampuan dalam pengambilan keputusan, yaitu dengan meningkatkan kepekaan
intuitif, yang diberdayakan setelah semua data empiris dijajaki secara objektif. Pada
tingkat kesadaran ini individu mengalami perasaan transendensi, mengalami sebagai
saksi supra-individual. Artinya individu mampu mengamati aliran dari sesuatu, tanpa
menyela, mengomentari, atau memanipulasi alur peristiwa.

C. Level of Mind.

Berikut adalah tingkat kesadaran paling tinggi dalam Spectrum of Consciousness


dari Wilber. Dalam menggambarkan Level of Mind, Wilber menyatakan bahwa “Diri”
orang yang mengalami kesadaran sebenarnya bukanlah real self (“Diri” sesungguhnya)
dari orang tersebut. Bagaimanapun cara seseorang melihat, berpikir, dan merasakan
dirinya, “Diri” merupakan sesuatu yang kompleks. Ide, konsep, pikiran, emosi, dan objek
mental semuanya secara konstan menyambil energi kita, yang menyebabkan adanya
suatu tabir antara diri kita dengan realitas.

Pada tingkat ini, individu menyingkap tabir tersebut, sehingga memungkinkan dia
mengalami realitas secara langsung. Ini disebut pengetahuan yang tidak dualistis
(nondual knowing). Krishnamurti menggambarkan kesadaran seperti ini sebagai
kesadaran intensif tanpa pilihan, tidak terkontaminasi oleh pikiran-pikiran, simbol-
simbol, atau dualitas; suatu kesadaran tentang apa (what is).

3. Kesehatan Spiritual

 Dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara, nilai hidup :


1. Hasil dan system kepercayaan
2. Hubungan antara diri sendiri dan orang lain
 Dengan berjalannya kehidupan, spiritual seseorang dan kesadarn arti spiritual akan
lebih meningkat, tujuan dari nilai-nilai kehidupan akan lebih nyata.

Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah “rasa keharmonisan saling kedekatan


antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan yang tertinggi” (Hungelmann
et al, 1985). Rasa keharmonisan ini dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan
antara nilai, tujuan, dan system keyakinan mereka dengan hubungan mereka di dalam diri
mereka sendiri dan dengan orang lain. Pada saat terjadi stress, penyakit, penyembuhan,
atau kehilangan, seseorang mungkin berbalik ke cara-cara lama dalam merespons atau
menyesuaikan dengan situasi. Sering kali gaya koping ini terdapat dalam keyakinan atau
nilai dasar orang tersebut. Keyakinan ini sering berakar dalam spiritualitas orang tersebut.
Sepanjang hidup seorang individu mungkin tumbuh lebih spiritual, menjadi lebih
menyadari tentang makna, tujuan, dan nilai hidup.

Spiritualitas dimulai ketika anak-anak belajar tentang diri mereka dan hubungan
mereka dengan orang lain. Banyak orang dewasa mengalami pertumbuhan spiritual ketika
memasuki hubungan yang langgeng.
Tanda - tanda Kesehatan Spiritual.

Seseorang yang mempunyai karakter baik juga mempunyai kehidupan spiritual


yang sehat. Dari jumlah banyaknya keluhan orang, mungkin kalian akan segera
mengetahui berapa banyak karakter buruk yang masih tertinggal didalam diri seseorang.
Dan ketika kalian mampu menghilangkan seluruh keluhan yang kalian miliki, kalian
kemudian akan mengetahui bahwa kalian itu sehat dan tidak ada lagi karakter buruk yang
tertinggal.Hal ini sangat penting bagi seseorang untuk memiliki karakter yang baik. Jika
seseorang tidak mempunyai keluhan lagi, berarti dia sudah memiliki kesabaran dan ini
berarti dia mempunyai iman yang sejati. Kesabaran adalah sebuah tindakan melawan
semua keinginan ego.

4. Masalah Spiritual

Ketika penyakit , kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan spiritual


dapat membantu seseorang ke arah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan
dan perhatian spiritual. Selama penyakit atau misalnya individu sering menjadi kurang
mampu untuk merawat dir mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan
da dukungan. Distress spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari
makna tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan seseorang
merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain. Individu mungkin mempertanyakan nilai
spiritual mereka, mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup,
dan sumber dar makna hidup.

MASALAH-MASALAH KESEHATAN JIWA

Gangguan jiwa adalah adanya perubahan fungsi jiwa yang menyebabkan


gangguan pada fungsi jiwa, sehingga menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan peran sosial baik peran di keluarga maupun
masyarakat.Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis, sosial,
spiritual. Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami seorang individu dapat terlihat
dari penampilan, komunikasi, proses berpikir, interaksi dan aktivitasnya sehari-hari.
PSIKOTIK

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku
kacau/aneh. Psikotik yang dibahas yaitu psikotik akut.

A. Gangguan Psikotik Akut

1. Gambaran utama perilaku

Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :

a. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya


b. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
c. Kebingungan atau disorientasi
d. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara
dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan

2. Pedoman diagnostik

Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai
berikut :

a. Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya,


mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak
ada bendanya)
b. Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima
oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka
diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa
diamati/diawasi oleh orang lain)
c. Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
d. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
e. Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)

3) Diagnosis banding

Selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk psikotik akut ini karena dimungkinkan
adanya gangguan fisik yang bisa menimbulkan gejala psikotik.

a) Epilepsi
b) Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol
c) Febris karena infeksi
d) Demensia dan delirium atau keduanya
e) Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia dan
gangguan psikotik kronik lain
f) Jika terlihat gejala mania (suasana perasaan meninggi, percepatan bicara atau
proses pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami suatu
episode maniak
g) Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang mengalami
depresi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Spiritual adalah suatu perasaan terhadap keberadaan dan arti dari zat yang lebih tinggi
dari manusia yang menjadi faktor intrinsik alamiah dan merupakan sumber penting dalam
penyembuhan. Dimana dikatakan pula sebagai keyakinan (faith) bersumber pada kekuatan yang
lebih tinggi akan membuat hidup menjadi lebih hidup dapat mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan. Setiap interaksi dan perilaku individu sangat dipengaruhi oleh spiritualisme
yang dialami dalam kehidupan yang sangat erat hubungannya dengan kebudayaan yang ada.

B. Saran

Diharapkan semoga dosen pembimbing bisa membimbing kami lebih baik


DAFTAR PUSTAKA

 Perry&Potter, 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.


Ed.4.Vol. 1.Jakarta : EGC
 Suliswati,Hj.Tjie Anita Payapo,Jeremia,Yenny,1999.Konsep dasar keperawatan
kesehatan jiwa.
 Fish and Shelly, 1978; Peterson and Nelson, 1987; Schoenbeck, 1994).
 Syaikh Nazim al-Qubrusi al Haqqani an Naqshbandi,1998

Anda mungkin juga menyukai