Laporan Kasus Diare
Laporan Kasus Diare
DIARE
Disusun oleh :
Agnes Cecilia Anggoman
0661050096
Pembimbing :
dr. Tri Yanti, Sp.A
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
• MR No. : 03.34.69.53
• Nama : An. S
• Umur : 1 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Agama : islam
• Alamat : Jl. Nusa Indah Perumnas 1 Bekasi Barat
III. Anamnesa
Keluhan Utama :
Mencret
Keluhan tambahan :
Muntah dan demam
Riwayat Kehamilan :
Ibu pasien memeriksakan kehamilannya kebidan, namun tidak setiap bulan.
Sakit selama hamil (-), demam (-), kuning (-), keputihan (-), perut tegang (-),
BAK sakit dan anyang-anyangan (-), kencing manis (-), dan darah tinggi (-).
Riwayat Kelahiran :
Cara lahir : spontan
Tempat lahir : rumah bersalin
Ditolong oleh : bidan
Masa gestasi : cukup bulan
Berat lahir : 3100 gram
Panjang lahir : 49 cm
Lahir normal, langsung nangis, sianosis (-), kejang (-)
Kelainan bawaan :
(-)
Riwayat imunisasi :
Ibu pasien mengaku rutin membawa anaknya untuk imunisasi sesuai jadwal.
Vaksin Umur
0 bulan 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 9 bulan 18 bulan
BCG √
DPT √ √ √
Polio √ √ √ √
Campak √
Hepatitis B √ √
Suhu tubuh : 38 °C
Data Antropoemetri
√ Berat Badan : 13 kg
√ Tinggi Badan : 94 cm
Kepala
• Kepala : bulat, normocephli
• Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
• Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Tidak terlalu cekung, pupil isokor, simetris,
refleks cahaya +/+, air mata (+)
• Telinga : Normotia,liang telinga lapang/lapang, serumen -/-,
sekret -/-
• Hidung : Lapang, sekret -/-, deviasi septum (-),
pernafasan cuping hidung (-)
• Bibir : Mukosa bibir kering, sianosis (-)
• Gigi geligi : tidak ada kelainan
• Lidah : tidak hiperemis
• Tonsil : T1 – T1, tenang : tenang, tidak hiperemis
• Faring : tidak hiperemis
• Leher : Kelenjar Getah bening tidak teraba membesar
Toraks
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Retraksi (-)
• Palpasi : Vokal fremitus kiri dan kanan sama
• Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor
• Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler
Ronki -/-, Wheezing -/-
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal : 5x/menit
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali lambat
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
Kristal Negatif
Bakteri Positif 1(+)
Lain-lain Negatif
Feses lengkap
Warna Kuning
Konsistensi Cair
Bau Khas
Campuran Tidak ditemukan
Lekosit 0-5
Eritrosit 0-2
Bakteri Pos (++)
Parasit Negatif
Telur cacing Negatif
Jamur Negatif
Amylum Pos (++)
Lemak Positif
Serat Positif serat
tumbuhan
Ph 5.0
Reduksi Negatif
V. RESUME
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan mencret sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Mencret kurang lebih 10 kali/hari. Mencret cair menyemprot, ada
ampas dan berwarna kuning. Mencretnya ada sedikit bercampur dengan lendir tetapi
darah disangkal. Bau tinjanya seperti biasa tidak berbau asam maupun berbau busuk. ±
10 jam sebelum masuk rumah sakit pasien muntah sebanyak ± 1x berisi makanan yang
dimakan sebanyak ± setengah gelas aqua. Muntahannya tidak menyemprot. Selain itu
juga pasien ada demam yang timbul tiba-tiba dan terus menerus. Demamnya tidak terlalu
tinggi, tidak menggigil dan tidak sampai membuat pasien kejang. Buang air kecil masih
ada waktu terakhir pasien mencret. Orang tua pasien belum mengobati keluhan –
keluhannya ini.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, tidak sesak, tidak gelisah,lesu
Kesadaran : kompos mentis
Frekwensi Nadi : 108 x/menit (reguler,kuat angkat)
Frekwensi Pernafasan : 30 x/menit (reguler)
Suhu tubuh : 38 °C
Data Antropoemetri
√ Berat Badan : 13 kg
√ Tinggi Badan : 94 cm
• Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Tidak terlalu cekung, pupil isokor, simetris,
refleks cahaya +/+, air mata (+)
Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal : 5x/menit
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali lambat
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
PEMERIKSAAN LAB :
Feses lengkap : warna kuning,cair, bakteri positif (++), amylum pos (++), lemak (+),
positif serat tumbuhan.
VI. Diagnosa Kerja
Diare akut e.c bakteri dengan dehidrasi ringan-sedang
VII. Diagnosa Banding
Diare akut e.c virus
VIII. Penatalaksanaan
- Rawat inap
• Diet : biasa
• IVFD : Ringer laktat 12 tetes/menit
• MM : - paracetamol 10 mg/kgBB/kali
- ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari
- Zinc 20 mg per hari (PO)
- Probiotik 3 x 1 sachet (PO)
X. PROGNOSIS
Ad Vitam :ad bonam
Ad Fungsionam :ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya,
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980), diare adalah
buang air besar encer lebih dari 3x sehari baik disertai lendir dan darah maupun
tidak.1
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per
hari, disertai dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lender dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.1
Tabel 3. Tabel Enteropatogen pathogen penyebab diare yang tersering berdasarkan umur7
Diasamping itu penyebab diare nonifeksi yang dapat menimbulkan daire pada anak
antara lain:
Kesulitan makanan Neoplasma
Neuroblastoma
Phaeochromocytoma
Sindroma Zollinger Ellison
Defek anatomis Lain-lain:
Malrotasi Infeksi non gastrointestinal
Penyakit Hirchsprung Alergi susu sapi
Short Bowel Syndrome Penyakit Crohn
Atrofi mikrovilli Defisiensi imun
Stricture Colitis ulserosa
Ganguan motilitas usus
Pellagra
Malabsorbsi Keracunan makanan
Defesiensi disakaridase logam berat
Malabsorbsi glukosa dan Mushrooms
galaktosa
Cystic fibrosis
Cholestosis
Penyakit celiac
Endokrinopati
Thyrotoksikosis
Penyakit Addison
Sindroma Androgenital
Tabel 4. Penyebab diare nonifeksi pada anak
D. Patofisiologi
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen
usus dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan
bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertoni
dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmose antara
lumen usus dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat
permeable, air akan mengalir kea rah jejunum, sehingga akan banyak
terkumpul air dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen,
dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar
Na normal. Sebagian kecil cairan ini akan dibawa kembali, akan tetapi lainya
akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap
seperti Mg, glukosa, sucrose, lactose, maltose di segmen ileum dan melebihi
kemampuan absorbs kolon, sehinga terjadi diare. Bahan-bahan seperti
karbohidrat dan jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah
berlabihan akan memberikan dampak yang sama.1
2. Diare Sekretorik
Diare sektorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus yang terjadi akibat gangguan absorbs natrium oleh vilus saluran cerna,
sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini
menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare
sekretorik ditemukan diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri akbat
rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau V. cholera.01.7
Sifat tinja:
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - + Kadang - + -
Bau Langu - Busuk - - Amis khas
Warna Kuning hijau Merah-hijau Kehijauan Tak berwarna Merah-hijau Seperti air cucuian beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain anorexia Kejang+ Sepsis + Meteorismus Infeksi sistemik+ -
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya
perlu dicari tanda-tanda tambahan lainya:ubun-ubun besar cekung atau tidak,
mata: cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut
dan lidah kering atau basah.1
Pernpasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolic.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat
dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat
ditentukan dengan cara: objektif yaitu dengan membandingkan berat badan
sebelum dan sesudah diare. Subjektif dengan menggunakan criteria WHO dan
MMWR.1
Symptom Minimal atau tanpa Dehidrasi ringan sedang, Dehidrasi berat, kehilangan
dehidrasi, kehilangan kehilangan BB 3%-9% BB>9%
BB<3%
Kesadaran Baik Normal, lelah, gelisah, Apatis, letargi, idak sadar
irritable
Denyut jantung Normal Normal meningkat Takikardi, bradikardi, (kasus
berat)
Kualitas nadi Normal Normal melemah Lemah, kecil tidak teraba
Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Cubitan kulit Segera kembali Kembali<2 detik Kembali>2detik
Cappilary refill Normal Memanjang Memanjang, minimal
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin,mottled, sianotik
Kencing Normal Berkurang Minimal
tinja:
a. Pemeriksaan makroskopik
Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim lactose sekunder akibat
rusaknya mikrofili mukosa usus halus yang banyak mengandung enzim
lactase. Enzim laktsae merupakan enzim yang bekerja memecahkan
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, yangs elanjutnya diserap di
mukosa usus halus, Salah satu cara menentukan malabsorbsi laktosa
adalah pemeriksaan clinitest dikombinasi dengan pemeriksaan pH tinja.
Pemeriksaan clinitest dilakukan dengan prinsip melihat perubahan reaksi
warna yang terjadi antara tinja yang diperiksa dengan tablet clinitest.
Prinsipnya adalah terdapatnya reduktor dalam tinja yang mengubah cupri
sulfat menjadi cupri oksida. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
mengambil bagian cair dari tinja segar (sebaiknya tidak lebih dari 1 jam).
Sepuluh tetes air dan 5 tetes bagian cair dari tinja diteteskan kedalam
gelas tabung, kemudian ditambah 1 tablet clinitest. Setelah 60 detik maka
perubahan warna yang terjadi dicocokan dengan warna standart. Biru
berarti negative, kuning tua berarti positif kuat (++++=2%), antara
kuning dan biru terdapat variasi warna hijau kekuningan (+=1/2%),
(++=3/4%), (+++=1%). Sedangkan terdapatnya lemak dalam tinja lebih
dari 5 gram sehari disebut sebagai steatore.8
b. Pemeriksaan mikroskopik
G. Tata laksana
Terdapat lima pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan
nutrisi, pemberian zinc, antibiotik dan edukasi pada orang tua. Tujuan
pengobatan:8
Mencegah dehidrasi
Antibiotik selektif
Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan
memberikan suplemen zinc
Edukasi
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi
yang sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:10
1. Pengobatan Diare tanpa dehidrasi
TRO ( Terapi Rehidrasi Oral )
Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah
tangga untuk mencegah dehidrasi seperti larutan gula garam, kuah sayr-
sayuran dan sebagainya. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh
keluarga penderita. Jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau
untuk anak usia <1 tahun 50-100 ml, 1-5 tahun dalah 100-200 ml, 5-12
tahun adalah 200-300 ml dan dewasa adalah 300-400 ml setiap BAB.
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan
sendok setiap 1-2 menit. Anak yang lebih besar dapat minum langsung
dengan gelas dengan tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu
selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan – lahan misalnya 1 sendok
setia 2-3 menit. Pemberian cairan dilanjutka sampai diare berhenti. Selain
cairan rumah tangga ASI dan makanan yang biasa tetap harus diberikan.
Makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering ( lebih kurang 6 kali sehari )
serta rendah serat.
2. Pengobatan Diare dehidrasi Ringan-sedang
TRO ( Terapi Rehidrasi Oral )
Penderita diare degan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di
sarana kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit.
Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB.
Apabila oleh karena satu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan
per oral, oralit dapat diberikan nelalui nsogasterik deng an volume yang
sama dengan kecepatan 20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan penderita
dievaluasi, apakah membaik, tetap atau memburuk. Bila keadaan
membaikdan dehidrasi teratasi pengobatan dapat dilanjutkan di rumah
dengan memberikan oralit dan makanan dengan cara seperti pada
pengobatan diare tanpa dehidrasi.
3. Pengobatan diare dehidrasi berat
TRP ( Terap Rehidrasi Parenteral )
Pasien yang masih dapat minum meskipun sedikit harus diberi oralit
sampai cairan infus terpasang. Selain itu semua anak harus diberi oralit
selama pemberian cairan intravena ( 5 ml/kgBB/jam), apbila anak dapat
minum dengan baik biasanya dalam 3-4 jam ( untuk bayi ) atau 1-2 jam
(untuk anak yang lebih besar ). Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan
Ringer Laktat dengan dosis 100ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk
<1tahun 1 jam pertama 30cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70
cc/kgBB. Di atas 1 tahun ½ jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2 ½ jam
berikutnya 70 cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV
dapat dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar,
lakukan evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yaitu : pengobatan diare
dengan dehidrasi ringan-sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi
4. Seng ( Zinc )
Seng merupakan mikronutrien komponen berbagai enzim dalam
tubuh yang penting antara lain untuk sinreis DNA. Sejak tahun 2004, WHO
dan UNICEF telah merekomendasikan penggunaan seng pada anak dengan
diare dengan dosis 20 mg per hari selama 10-14 hari, dan pada bayi<6 bulan
dengan dosis 10 mg per hari selama 10-14 hari
5. Pemberian makanan selama dan setelah diare
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan
setelah sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien
sebanyak anak mampu menerima. Meneruskan pemberian makanan aan
mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan
menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrien, sehingga memburuknya
status gizi dapat dicegah atau paling tidak dikurangi. Bayi yang minum ASI
harus diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau. Bayi yang tidak
mium ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak setiap 3 jam.
Bila anak umur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan
lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan. Diberikan dalam porsi
kecil atau sering ( 6 kali ataulebih ).
6. Terapi Medikamentosa
a. Antibiotika
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare
akut oleh karen sebagian besra diare infeksi adalah rotavirus yang
sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika.
Antibiotika pilihan pada diare antara lain erythromycin 12,5 mg/kgBB 4x
sehari selama 3 hari, ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3hari.
Metronidazole 10 mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
b. Obat Antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai
keuntungan praktis dan tidak diindikasikan untuk mengobati diare akut
pad anak, beberapa dianteranya:
Adsorben, Contoh : kaolin, attapulgite. Obat-oat ini dipromosikan
untuk mengikat dan menginaktivasi toksin bakteri atau bahan lain
yang menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai kemampuan
melindungi mukosa usus.
Antimotilitas, Contoh : loperamide hydrochloride. Obat ini dapat
mengurangi frekuensi diare pada orang dewasa akan tetapi tidak
mengurangi volume tinja pada anak.
7. Probiotik dan Prebiotik
a. Probiotik
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup dalam makanan yang
difermentasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya
keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih baik. Mekanisme efek
probiotik melalui perubahan lingkungan mikro lumen usus ( pH , O2 ),
produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen usus,kompetisi
nutrien, mencegah adhesi kuman patogen pada enterosit, modifikasi
toksin/ reeptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui
penyediaan nutrien dan imunomodulator. Contohnya : Lacto B.
b. Prebiotik
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme, tetapi bahan makanan
umumnya komplks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang
pertumbuhan flora intestinal yng menguntungkan kesehatan.
Oligosakarida di ASI merupakan prototipe prebiotik karena dapat
merangsang lactobacilli dan Bifidobacteria di colon bayi yang minum
ASI
H. Komplikasi1,3
1. Gangguan elektrolit
2. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus. Pada
umunya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke
dalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam
yang timbul akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi dan akan menurun
setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti
kejang demam. Pengobatan: kompres dan/ antipiretika. Antibiotika jika ada
infeksi.3
3. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala yang
tampak biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila ada
edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat
yang diberi larutan garan faali. Pengobatan dengan pemberian cairan
intravena dan atau oral dihentikan, kortikosteroid jika kejang.3
4. Asidosis metabolic
5. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil
sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut
kembung, muntah, peristaltic usu berkurang atau tidak ada. Pengobatan
dengan cairan per oral dihentikan, beri cairan parenteral yang mengandung
banyak K.3
6. Kejang3
kejang demam
Hipernatremia dan hiponatremia
penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada hubungannya
dengan diare, seperti meningitis, ensefalitis atau epilepsy.
7. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa
Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu formula
selama diare dapat menyebabkan:3
Volume tinja bertambah
berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk
dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak
8. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi,
atau penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan,
berikan cairan intravena3
9. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang
menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan
infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan karena pemberian cairan
oral terlalu cepat. Tindakan: berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1
sendok makan tiap 2-3 menit), antiemetic sebaiknya tidak diberikan karena
sering menyebabkan penurunan kesadaran.3
I. Pencegahan
1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
Kuman-kuman patoggen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal
oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada
cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak
dan dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:
J. Prognosis
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar (90%)
kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil
(5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%( akan
menjadi diare persisten.8
DAFTAR PUSTAKA
1. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-
Hepatologi IDAI. 2010:87-110
2. WHO. Diarrhoeal Disease (Updated February 2009). In
http:www.Who.int/vaccine_research/disease/diarrhoeal/en/index html. [diunduh
tanggal 10 Juli 2007]
3. Suraatmaja Sudaryat. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:
Sagung Seto. 2007:1-24
4. Soenarto et al. Burden of Severe Rotavirus Diarrhea In Indonesia. The Journal of
Infectious disease 200: S188-94, 2009.
5. Suraatmaja Sudaryat. Masalah Rehidrasi Oral dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:44-53
6. Pickering LK. Gastroenteritis in Nelson textbook of pediatrics 19th edition. United
Stated of Amrica, Lippincot wiliams
7. Gaurino et al. European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology and
Nutrition/European Society for Paediatric Infectious disease Evidenced Based
Guidelines for Management of Acute Gastroenteritis in Children in Europe.
Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition 46: S81-184.2008.
8. Firmansyah A dkk. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta: Badan
Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005.
9. Berkes et al. Intestinal Epithelial responses to enteric pathogens: effect on the
tight junction barrier, ion transport and inflammation. Dalam
http:www.glut.bmj.com.[diunuduh tanggal 10 Juli 2011].
10. WHO. Diare dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota.
Jakarta: WHO Indonesia.2009.
11. UNICEF. Oral Rehydration Salt (ORS) A New Reduced Osmolality Formulation.
Http:www// rehydrate/ors/oral rehydration salt.htm.2002. [diunduh tanggal 16 Juli
2011].
12. Suandi IKG. Manajemen nutrisi pada gastroenteritis dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:84-100.
13. Aggarwal et al. Role of Zinc Administration in Prevention of Childhood Diarrhea
and respiratory illness. A merk analisis. Pediatric 2007 ;119:1120.
14. Isolaun E. Probiotics : A role in the treatment of intestinal infection and
inflammation. Gut.2002,50 (Supple III):III:54-1159
15. Arimbawa dkk. Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus dalam
Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:100-111
16. Comitte Infection Disease. Prevention of Rotavirus Diseases: Upadated
Guidelines for use of Rotavirus Vaccine. Pediatrics 123,1412,2009.
17. Boom et al. Effectiveness of Pentavalent Rotavirus Vaccine in a large Urban
population in The United States. Pediatrics:125e,e199,2010.
18. Purniti dkk. Imunisasi penyakit Enteral dalam Kapita Selekta Gastroenterologi
Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:122-31