Definisi
Epidemiologi
Diseluruh dunia, kanker serviks adalah kanker paling mematikan kelima pada
wanita. Kanker ini mengenai sekitar 16 dari 100.000 wanita per tahun dan membunuh
sekitar 9 dari 100.000 per tahun dan sekitar 80% kanker serviks terjadi di Negara
berkembang. Diseluruh dunia diperkirakan terdapat 473.000 kasus kanker serviks pada
tahun 2008 dan 253.500 kematian per tahun.
Etiologi
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dengan tipe resiko tinggi telah terbukti
menjadi factor penting dalam perkembangan kanker serviks. DNA HPV dapat dideteksi
pada hamper semua kasus kanker serviks. Tidak semua penyebab kanker serviks
dapat diketahui.
Patofisiologi
Patogenesis kanker serviks diawali dengan infeksi HPV pada epitel serviks
selama hubungan seksual. Walaupun persentase wanita muda yang aktif secara
seksual dan terpajan oleh infeksi HPV tinggi, sangat sedikit yang berkembang yang
menjadi kanker serviks. Beberapa studi menunjukkan bahwa beberapa wanita berhasil
menyingkirkan infeksi HPV, diduga melalui system imun kompeten. Hampir 90% lesi
berkurang secara spontan antara 12 hingga 36 bualn. Faktor lain seperti predisposisi
genetic, frekuensi infeksi berulang, variasi genetic, intratipe antara tipe HPV, ko-infeksi
dengan lebih dari satu tipe HPV. Faktor hormone juga dapat memengaruhi kemampuan
pejamu dalam mencegah perkembangan penyakit serviks didapat dari analisis infeksi
HPV pada wanita dengan HIV positif. Infeksi HPV dengan virus tipe resiko tinggi, infeksi
HPV persisten dan adanya lesi intraepitel gepeng, merupakan hal yang biasa pada
kelompok imunokompromais disbanding dengan wanita imunokompeten.
Masuk akal jika infeksi HPV yang terjadi pada awal kehidupan, dapat bertahan,
dan berhubungan dengan transformasi sel promosi lain, serta dapat mengarah kepada
perkembangan bertahap untuk menjadi penyakit yang lebih buruk. Dysplasia ringan dan
sedang berkaitan dengan replikasi virus berlanjut dan penyebaran virus, dan sebagian
besar dari lesi tersebut berkurang secara spontan.
Gejala Klinis
Kanker serviks stadium awal dapat tanpa disertai gejala apapun. Perdarahan per
vagina, perdarahan kontak atau massa vagina (lebih jarang) dapat menunjukkan
adanya keganasan. Keluhan nyeri derajat sedang ketika melakukan hubungan seksual
dan keluarnya cairan vagina adalah gejala kanker serviks. Pada penyakit stadium lanjut
metastasis dapat ditemukan di abdomen, paru, atau ditempat lain. Gejala kanker
serviks stadium lanjut dapat meliputi hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan,
kelelahan, nyeri panggul, nyeri punggung, nyeri kaki, pembengkakan kaki, perdarahan
vagina, didapatkannya fistel vagina, dan fraktur.
Diagnosis
Diagnosis kanker serviks invasive dikonfirmasikan dengan pemeriksaan
histologik specimen biopsi lesi serviks. Stadium kanker serviks ditentukan secara klinis
yaitu pemeriksaan fisik/ginekologik dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto
toraks, BNO-IVP, sistoskopi, dan rektoskopi.
PEMERIKSAAN PENUNJUANG
Lesi Prakanker
Neoplasia intraepitel serviks (NIS) pada biopsy serviks mempunyai mempunyai potensi
berkembang menjadi kanker serviks. Untuk perubahan displsia pria maligna, yaitu CIN
(neoplasia intaepitel serviks) maka digunakan klasifikasi grading (derajat histopatologi).
Klasifikasi sistem Word Health Organization (WHO) berdasarkan deskripsi lesi dengan
penamaan dysplasia ringan, dysplasia sedang, dysplasia berat atau karsinoma in situ
(CIS), Paraneoplasia, istilah intraepitel serviks (CIN) dikembangkan untuk
menempatkan penekanan pada spektrum kelainan pada lesi ini, dan untuk
standaerisasi pengobatan klasifikasi patologi biopsy ini menggolongkan dysplasia
ringan sebagai CIN1, dysplasia sedang sebagai CIN2, dan dysplasia berat dan CIS
sebagai CIN3. Akhir-akhir ini CIN2 dan CIN3 telah digabungkan kedalam CIN2/3.
Klasifikasi ini berada dengan sistem Bethesda untuk hasil Pap smear (sitopatologi) dan
hasil pap smear tidak perlu sesuai dengan temuan histopatologis.
Subtipe Kanker
STADIUM
Pilihan pengobatan lokal kanker serviks dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
ukuran tumor, stadium, pembesaran histologist, tanda metastatis kelenjar getah
bening faktor resiko komplikasi dari pembedahan atau kemoterapi dan keinginan
pasien. Terdapat beberapa ketentuan yaitu: lesi intraepithelial berderajat tinggi
intraepitel (HSILs) dikelola dengan prosedur electroexcision nap (LEEP) kanker
mikro invasive dengan luka kurang dari 4cm (stadium IA1) dikelola dengan operasi
konservatif atau histeroktomi ekstrafasial kanker invasi awal dan beberapa dikelola
dengan histerktomi radikal yang dimodifikasi (tipe II) atau radika (tipe III) atau
radioterapi, dan kanker stadium lanjut lokal (stadium IB2 sampai IVA) dikelolala
dengan radioterapi.
Stadium IA
Pasien yang memiliki stadium FIGO 1A1, penyakit tanpa LVSI dan ingin
mempertahankan kesuburan mungkin tidak cukup diobati dengan terapi konisasi
serviks jika batas sayatan bebas tumor/ negatif.
Stadium IB/IIIA
Bila lesi < 4cm, dan tidak ada kontraindikasi operasi, maka pilihan pengobatan
adalah operasi radikal, pasien menopause dengan ovarium normal dapat
ditinggalkan dan digantungkan keluar lapangan radiasi.
Bila ternyata pasca operasi radikalitas operasi akan diberikan radiasi
eksterna dan intrakaviter.
Bila KGB positif dan sel berdiferensiasi buruk, emboli sel dalam pembuluh
limfe dan vaskuler atau jenis adenoskuamosa maka pilihannya adalah
kemoradiasi (rejimen sisplatin)
Pilihan modalitas lain adalah radioterapi (eksternal dan brakioterapi). Dosis
radiasi eksternal adalah 45-50 Gy, dengan 180-200 cGy per-fraksi.
Pengunaan radiasi High Dose Rate (HDR) brakiterapi, pada berbagai
kasus memerlukan penyusaian dosis.
Bila lesi > 4cm, pilihan modalitas pengobatan adalah:
- 2.3.1 kemoradiasi.
- 2..3.2 histerektomi radikal-limfadektomi pelvik yang diikuti oleh
radiasi.
- 2.3.3 Neo-ajuvan kemoterapi di ikuti dengan tindakan histerektomi
radikal + limfadektomi pelvik dengan atau tanpa
radiasi/kemoradiasi pasca operasi.
Sisplatin diberikan dengan dosis 40mg/m2/minggu bersama dengan radiasi
eksternal, jika ditemukan keterlibatan KGB iliaka Komunis atau para-aorta
maka lapangan radiasi dipertimbangkan untuk diperluas.
Stadium IIB-IVA
Pilihan modalitas pengobatan adalah kemoradiasi. Eksentrasi pelvis dapat
dipertimbangkan untuk stadium IV A terutama jika terdapat fistula vesiko-
vagina atau rekto-vagina.
Stadium IVB
Bila terdapat keluhan diberikan radiasi paliatif dan dilanjutkan dengan
kemoterapi.
Bila tidak ada keluhan dapat diberikan kemoterapi jenis PVB (sisplatin-
Vinblastin-Bleomisin) atu BEP ( Bleomisin-Etoposid-Sisplatin).
Pengamatan lanjut
Pemeriksaan berkala setiap 2 bulan selama 2 tahun, setiap 4 bulan pada
tahun ke-3 dan 6 bulan sekali sesudahnya.
Tes Pap setiap kunjungan
Foto thoraks setiap 12 bulan
PIV 6 bulan dan 2 tahun sesudah pengobatan
Penanda tumor: SCC
Pemeriksaan fisik melalui perabaan kelenjar getah bening ( supra klavikula
dan inguinal), dengan perhatian khusus pada vaginal distal dan daerah sub
uretra.