Disusun Oleh:
Pembimbing:
DR. Dr. Ramzi Amin, Sp.M (K)
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Refrat
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan telaah ilmiah yang berjudul “Skrining dan Promotif Retinopati Diabetik”
Sebagai Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Di Departemen Ilmu Kesehatan
Mata Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang.
Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada DR. Dr.
Ramzi Amin, Sp.M (K) selaku pembimbing atas bimbingan dan nasihat sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang turut membaca.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Judul ........................................................................................................................ 1
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 3
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
2.1 Retina............................................................................................................ 6
2.2 Retinopati Diabetik ..................................... Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Definisi............................................................................................... 6
2.2.2 Etiologi............................................................................................... 6
2.2.5 Diagnosis ........................................................................................... 6
2.2.7 Komplikasi ......................................................................................... 6
2.2.8 Prognosis ........................................................................................... 6
2.3 Skrining Retinopati Diabetik ...................... Error! Bookmark not defined.
2.4 Promotif Retinopati Diabetik ...................... Error! Bookmark not defined.
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2 Etiologi
2.2.3 Diagnosis
2.2.4 Komplikasi
2.2.5 Prognosis
6
BAB III
KESIMPULAN
Ulkus Mooren adalah ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi
kornea dengan bagian tepinya bergaung dan bejalan progresif tanpa kecenderungan
perforasi ataupun hipopion. Lambat laun ulkus ini mengenai seluruh kornea.
Penyebab Ulkus Mooren sampai saat ini masih belum diketahui. Banyak teori
yang diajukan dan diduga penyebabnya hipersentivitas terhadap protein
tuberkulosis, virus, autoimun, dan alergi terhadap toksin ankilostoma.
Ulkus Mooren merupakan ulkus kornea idiopatik unilateral atau bilateral.
Penyakit ini lebih sering terdapat pada wanita usia pertengahan dan pada usia lanjut
biasanya unilateral dengan rasa sakit dan merah, walaupun pada penelitian
Kietzman di Nigeria menunjukkan penyakit ini lebih banyak terjjadi terjadi pada
laki-laki yang sehat,usia 20-30 tahun.
Mekanisme pasti terjadinya ulkus Mooren masih belum diketahui secara
pasti,tetapi diduga adanya proses autoimun. Terjadinya gangguan immunologi
ditandai dengan dihasilkannya antibodi sebagai reaksi terhadap jaringan
konjungtiva dan kornea yang terlibat. Trauma, pembedahan, dan infestasi parasit
(cacing) juga menjadi faktor predisposisi terhadap terjadinya ulkus Mooren. Prinsip
hipotesis yang didapat adalah bahwa inflamasi yang terjadi akibat trauma dan
infestasi parasit dapat menimbulkan suatu respon antigen-antibodi pada kornea atau
konjungtiva.
Diagnosis ulkus Mooren ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis akan didapatkan keluhan berupa
nyeri pada mata, injeksi siliar, injeksi konjungtiva, dan fotofobia. Sekitar sepertiga
dari kasus hadir secara bilateral. Pemeriksaan fisik pada mata ditemukan ulkus pada
kornea bagian perifer dan iris sukar dilihat karena kornea edema dan infiltrat sel
radang pada kornea. Pemeriksaan slit-lamp menunjukkan ulkus kornea perifer
berbentuk bulan sabit dengan tepi tengah yang rusak. Defek epitel linier dapat
berkembang pada margin sentral, diikuti oleh peleburan stroma progresif.
Akibatnya, astigmatisme ireguler yang parah dapat terjadi. Peradangan
7
konjungtival dan episkleral dapat terjadi; Namun, sklera terhindar. Ketajaman
visual yang menurun dapat terjadi sekunder akibat iritis, keterlibatan kornea sentral,
atau astigmatisme ireguler.
Penatalaksanaan dengan menggunakan stepladder yang terdiri dari
kortikosteroid topikal, reseksi konjungtiva, imunosupresif sistemik, dan prosedur
pembedahan lain. Sebagian besar pasien dengan penyakit unilateral merespons
dengan baik terhadap kortikosteroid topikal dan reseksi konjungtiva. Prognosisnya
buruk untuk kasus bilateral yang lebih parah, dan tujuan utama tatalaksana adalah
mengurangi kemungkinan perforasi dan mempertahankan struktur mata.
8
DAFTAR PUSTAKA