Anda di halaman 1dari 10

HIGEIA 1 (2) (2017)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

PRAKTIK TERAPI ANTIRETROVIRAL PADA ANAK PENDERITA


HIV/AIDS

Triana Ayu Hapsari , Muhammad Azinar

Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,


Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Anak penderita HIV/AIDS di Grobogan tahun 2012-2015 adalah 32 anak, pada tahun 2012 terdiri
Diterima Februari 2017 4, 2013 sebanyak 8, 2014 sebanyak 13, sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 7 anak. Anak yang
Disetujui Maret 2017 bertahan hidup dari tahun 2012 sampai 2015 sebanyak 28 anak karena anak patuh dalam
Dipublikasikan April konsumsi ARV. Jumlah anak yang meninggal dari tahun 2012-2015 sebanyak 4 anak, disebabkan
2017 anak tersebut kurang patuh terhadap terapi ARV dan kurangnya dukungan dari keluarga.
________________ Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan praktik terapi ARV pada ODHA Anak yang
Keywords: dilakukan oleh keluarga di Kabupaten Grobogan, menggunakan metode deskriptif kualitatif.
HIV/AIDS in children; Informan penelitian adalah keluarga yang merawat ODHA Anak dengan jumlah 6 orang. Teknik
ARV therapy pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
____________________ semua informan memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS yang cukup baik, keluarga dari ODHA
Anak bersikap baik, dukungan yang diberikan berupa nasehat agar anak rutin melakukan terapi.
Semua informan merasa dukungan dari petugas kesehatan cukup baik, berupa nasehat dan
memberikan reward pada anak, agar anak tetap patuh melakukan terapi ARV. Simpulan
penelitian ini yaitu semua informan memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang HIV/AIDS
dan dukungan baik didapatkan oleh ODHA Anak dari keluarga dan petugas kesehatan.

Abstract
___________________________________________________________________
Children with HIV/AIDS in Grobogan from 2012-2015 were 32 children with age 0-15 years old. In 2012
were 4, 2013 were 8, 2014 were 13, and in 2015 were 7 children. Children who can survive in 2012-2015 was
28 children because their adherence of ARV. Children who died with HIV/AIDS was 4 children, based on the
results of the study children are less obedient of ARV becase they had not good support from their families. The
purpose of this study is to describe practice overview of ARV therapy committed by families in
Grobogan regency for children with HIV/AIDS, using descriptive qualitative method. The research’s
informant was family who take care of child ODHAs which consists of 6 children. Technique of collecting data
in this study was in-depth interview. The result of this study showed that all of the informants had good
knowledge about HIV/AIDS. The informants explained that family from child ODHAs shows good attitude
and supported children by giving an advice so that they took routine therapy. The whole informants felt
that health service’s support is good by giving advices and rewards so that children obediently took
ARV therapy. The conclusion is all informants have good knowledge about HIV/AIDS and child ODHAs got
good supports from their family and health service.

© 2017 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
e ISSN 1475-222656
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: ayuhapsaritriana@gmail.com

39
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)

PENDAHULUAN selain itu jarak rumah keluarga ODHA anak


terhadap pelayanan kesehatan yang cukup jauh
Kondisi anak terinfeksi virus HIV/AIDS juga menjadi faktor penghambat terapi ARV.
menjadi isu yang sangat strategis, menurut Tinjauan pustaka dalam penelitian ini
estimasi Word Health Organization (WHO) antara adalah HIV/AIDS yang meliputi pengertian
tahun 2002-2013, sebanyak 16 juta perempuan HIV/AIDS HIV (Human Immunodeficiency Virus)
terinfeksi HIV, 3,2 juta diantaranya adalah anak adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
dibawah usia 15 tahun. Sebanyak 240.000 anak tubuh dan menyebabkan penurunan daya tahan
menderita HIV dan 700 anak terinfeksi HIV tubuh. Virus ini hidup di dalam sel Limfosit T
setiap harinya. Jumlah anak meninggal karena Helper, suatu sel yang berfungsi dalam sistem
AIDS sebanyak 190.000 anak. Menurut WHO kekebalan tubuh manusia, berkembang biak dan
anak di negara Asia Afrika 12,3% drop out memecah sel. Proses ini berjalan berulang-ulang
setelah melakukan terapi ARV selama 18 bulan, dan terus-menerus sehingga jumlah sel Limfosit
5,7% diantaranya meninggal dunia akibat drop Helper menjadi sangat berkurang. AIDS adalah
out. Data anak drop out terbanyak di negara (Acquired Imunno Deficiency Syndrome) yaitu
Afrika Barat sebanyak 21,8% dan 4,1% di Asia. kumpulan berbagai gejala penyakit sebagai
Kasus HIV/AIDS di Indonesia terus akibat menurunnya sistem dan fungsi kekebalan
mengalami peningkatan mulai dari tahun 1987 tubuh. Penyakit HIV/AIDS pada anak,
sampai tahun 2014, dengan jumlah penderita sebagian besar terjadi akibat penularan dari ibu
HIV sebanyak 150.296 kasus, sedangkan untuk pada waktu kehamilan dan persalinan.
penderita AIDS sebanyak 55.799 kasus. Batasan Diagnosis infeksi HIV pada bayi lebih sulit
usia anak HIV/AIDS menurut Departemen ditegakkan karena antibodi ibu kelas IgG
Kesehatan adalah 5-11 tahun. Presentase kasus melewati plasenta dan dapat berada dalam
ODHA anak di Indonesia pada tahun 2013 sirkulasi anak selama 18 bulan. Oleh karena itu
berdasarkan kelompok umur 5-14 tahun adalah arena itu bayi berumur dibawah 18 bulan yang
4493 kasus (Kemenkes RI, 2013). mempunyai anti HIV positif belum tentu
Jumlah kasus HIV/AIDS di Provinsi terinfeksi HIV (Djauzi, 2003).
Jawa Tengah pada tahun 2012 sebanyak 9.032 Hasil penelitian Amalia (2016)
untuk kasus HIV, sedangkan untuk kasus AIDS menunjukkan bahwa aktivitas seksual yang
sebanyak 3.767 kasus. Untuk kelompok umur 5- dilakukan oleh empat informan dalam
9 tahun sebanyak 12 kasus (Dinkes Jateng, penelitiannya berada dalam tahap berisiko yaitu
2012). Berdasarkan data Dinas Kesehatan pernah melakukan kissing, necking hingga
Grobogan, jumlah anak penderita HIV/AIDS intercourse. Selain itu empat informan sering
dari tahun 2008-2015 sebanyak 44 anak dengan melakukan hubungan seksual pranikah dengan
kisaran umur 0-15 tahun. Jumlah ODHA anak pasangannya. Rata-rata mereka melakukan
yang meninggal sebanyak 4 anak, adapun hubungan seksual lebih dari satu kali. Pada saat
ODHA anak yang pindah tempat tinggal di luar pertama kali melakukan hubungan seksual
Kabupaten Grobogan sebanyak 2 anak. Jumlah pranikah usia informan tergolong sangat muda
ODHA anak yang masih hidup dan menetap di yaitu usia 15 dan 16 tahun. Selain itu informan
Kabupaten Grobogan sebanyak 38 anak. juga menuturkan bahwa ketika melakukan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan hubungan seksual jarang atau bahkan pernah
terhadap keluarga ODHA anak, diperoleh hasil tidak memakai alat kontrasepsi yaitu kondom.
bahwa kasus drop out pada ODHA anak adalah Perilaku seksual yang dilakukan dengan
anak merasa bosan untuk melakukan terapi pasangan atau pacar yang berganti-ganti (seks
ARV, hal ini yang menjadi faktor utama bebas) oleh remaja dibawah usia 17 tahun
kegagalan terapi ARV, kemudian keluarga secara medis dapat memperbesar kemungkinan
membiarkan anak tidak melakukan terapi terkena infeksi menular seksual dan virus HIV.
sehingga anak drop out terhadap terapi ARV, Etiologi HIV/AIDS Ilmuwan Perancis

40
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)

Montagnier mengisolasi virus dari pasien lymphadenopathy sindrom). Gejala klinis adalah
dengan gejala limfadenopati dan menemukan pembesaran 2 kelenjar getah bening inguinal,
virus HIV, sehingga virus ini dinamakan penurunan berat badan lebih dari 10%, panas
lymphadenopathy associated virus (LAV). Pada lebih adari 380 C intermiten atau terus menerus,
tahun 1984 Gallo (National Institute of Health, diare, lemah atau panas malam hari, yang
USA) menemukan virus human T berlangsung 3 bulan tanpa dapat diterangkan
lymphotropic virus (HTLV-III) yang sebabnya. Kelainan hasil laboratorium adalah
menyebabkan AIDS. penurunan jumlah sel limfosit helper (OKT 4),
Epidemiologi HIV/AIDS penularan penurunan ratio limfosit T-helper (OKT 4),
HIV/AIDS terjadi melaluicairan tubuh yang banding limfosit T-killer (OkT 8) (nilai normal
mengandung HIV yaitu melalui hubungan 1,1 – 1,8), anemia, lekoponia, trombositopena
seksual, baik homoseksual maupun atau limfopenia, hipergamaglobulinemia,
heteroseksual, jarum suntik pada pengguna penurunan respons limfosit terhadap
narkoba, transfusi komponen darah dan dari ibu mitogen+antigen, anergi terhadap uji kulit tipe
yang terinfeksi HIV kepada bayi yang lambat, peningkatan kompleks imun dalam
dilahirkannya. Oleh karena itu kelompok paling darah.
tinggi terhadap HIV/AIDS misalnya pengguna Kepatuhan minum obat kepatuhan
narkoba, pekerja seks komersil dan adalah istilah yang digunakan untuk
pelanggannya, serta narapidana. Patogenesis menggambarkan perilaku pasien dalam minum
HIV/AIDS HIV menempel padalimfosit sel obat secara benar tentang dosis, frekuensi dan
induk melalui gp 120 sehingga akan terjadi fusi waktunya. Supaya patuh, pasien dilibatkan
membran HIV dengan sel induk. Inti HIV akan dalam memutuskan apakah minum atau tidak,
masuk dalam sitoplasma sel induk. Di dalam sel sedangkan compliance adalah pasien
induk, HIV akan membentuk DNA HIV dari mengerjakan apa yang telah diterangkan oleh
RNA HIV melaui enzim polimerase. Enzin dokter atau apotekernya. Terapi ARV, data
integrasi kemudian akan membantu DNA HIV selama 5 tahun terakhir menunjukkan bukti
untuk berintegrasi dengan DNA sel induk. yang amat meyakinkan bahwa pengobatan
HIV/AIDS pada Anak sebagian besar infeksi dengan kombinasi beberapa obat anti HIV
HIV pada anak terjadi akibat penularan dari ibu yaitu ARV (AntiRetroViral) bermanfaat
pada waktu kehamilan dan persalinan. menurunkan moebiditas dan dan mortalitas dini
Diagnosis infeksi HIV pada bayi lebih akibat infeksi HIV. Orang dengan HIV/AIDS
sulit ditegakkan karena antibodi ibu kelas IgG menjadi lebih sehat, dan dapat bekerja normal
melewati plasenta dan dapat berada dalam dan produktif. Tujuan terapi ARV, tujuan
sirkulasi anak selama 18 bulan. Karena itu bayi AntiRetroViral (ARV) bertujuan untuk
berumur dibawah 18 bulan yang mempunyai mengurangi atau menghilangkan HIV dalam
anti HIV positif belum tentu terinfeksi HIV. tubuh. Kombinasi obat antiretroviral dapat
Diagnosis HIV/AIDS pada anak diagnosis menurunkan secara tajam viral load di darah,
penyakit ini dibuat berdasarkan adanya gejala prinsip menggunakan ARV, terapi ARV pada
serta tanda-tanda klinik dan pemeriksaan darah ODHA anak.
serologis dan virologis. Gejala penderita AIDS Berdasarkan latar belakang dan besarnya
dapat ringan sampai berat, bahkan di AS risiko drop out pada ODHA anak, tujuan
ditemukan ratusan ribu orang yang dalam penelitian dalam penelitian ini adalah
darahnya mengandung virus AIDS yang mengetahui gambaran tentang pengetahuan
menunjukkan gejala klinik. Penderita dengan keluarga dengan terapi ARV pada ODHA anak,
gejala klinik agak ringan disebut AIDS Related sikap dari orang tua (keluarga) terhadap praktik
Complex (ARC). Penderita ARC paling sedikit terapi ARV pada ODHA anak, bentuk
harus mempunyai 2 gejala klinis dan 2 kelainan dukungan keluarga terhadap praktik terapi ARV
laboratorium (persistent generalized pada ODHA anak, bentuk dukungan tenaga

41
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)

kesehatan untuk kesuksesan terapi ARV di Triangulasi adalah teknik pemeriksaan


lingkungan keluarga ODHA anak. keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain. Diluar data itu untuk keperluan
METODE pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak
Fokus penelitian adalah gambaran digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
praktik terapi ARV pada anak penderita yang lainnya. Terdapat empat macam
HIV/AIDS yang dilakukan oleh keluarga triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
sebagai berikut: Faktor pengetahuan keluarga memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
dengan praktik terapi ARV pada anak penderita penyidik, teori. Informan triangulasi pada
HIV/AIDS, sikap dari keluarga yang penelitian ini adalah 6 orang ODHA anak dan 1
mempengaruhi praktik terapi ARV pada orang manager kasus ODHA anak. Peneliti
anakpenderita HIV/AIDS, dukungan keluarga memilih ODHA anak dan manager kasus
dengan praktik terapi ARV pada anak penderita ODHA anak karena informan yang lebih
HIV/AIDS, dan adanya dukungan dari petugas mengetahui pada proses terapi ARV dan
kesehatan yang mempengaruhi praktik terapi bertempat tinggal dengan pengasuh. Manager
ARV oleh anak penderita HIV/AIDS. kasus adalah relawan atau penjangkau lapangan
Jenis dan rancangan yang digunakan ODHA anak dari LSM PKBI Kabupaten
untuk mengetahui gambaran praktik terapi ARV Grobogan.
pada anak penderita HIV/AIDS yang dilakukan Instrumen penelitian dan teknik
oleh keluarga yaitu menggunakan deskriptif pengambilan data, instrumen penelitian yang
kualitatif. Metode penelitian kualitatif dianggap digunakan dalam penelitian ini adalah panduan
lebih cocok untuk topik penelitian Gambaran wawancara, peneliti membuat seluruh panduan
Terapi ARV pada anak penderita HIV/AIDS wawancara mendalam yaitu berupa kerangka
yang dilakukan oleh keluarga di Kabupaten atau garis besar proses wawancara dan isi
Grobogan. wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok
Penelitian kualitatif diartikan merupakan yang telah direncanakan dapat seluruhnya
penelitian yang memanfaatkan wawancara tercakup. Panduan ini berisi pertanyaan yang
terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, digunakan peneliti sebagai acuan dalam
pandangan, perasaan, dan perilaku individu menggali informasi dari subjek penelitian.
atau sekelompok orang. Penelitian kualitatif ini Pokok-pokok pertanyaan yang diberikan kepada
merupakan prosedur penelitian yang ODHA anak yaitu tentang terapi ARV. Catatan
menghasilkan data deskriptif yang berupa kata- lapangan berupa coretan seperlunya yang sangat
kata tertulis atau lisan dari responden dan dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, dan
perilaku yang dapat diamati. pokok-pokok isi pembiaraan. Catatan ini
Penentuan Informan utama dalam digunakan untuk mencatat peristiwa atau
penelitian ini menggunakan teknik purposive kejadian yang diamati pada saat peneliti
sampling, yaitu pemilihan sampel dilakukan melakukan observasi pada subyek atau pada
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan saat melakukan wawancara mendalam. Peneliti
tersebut antara lain adalah: orangtua atau melakukan pencatatan setelah melakukan
keluarga yang merawat ODHA anak, bertempat observasi pada subyek atau wawancara
tinggal di wilayah Kabupaten Grobogan, mendalam. Alat perekam berguna sebagai alat
bersedia menjadi informan penelitian, bersedia bantu pada saat wawancara agar peneliti dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan berkonsentrasi pada proses pengambilan data
peneliti, anak penderita HIV/AIDS yang tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-
dirawat adalah 5-11 tahun. Berdasarkan kriteria jawaban dari informan. Alat perelkam
diatas dari 20 informan yang didapatkan, digunakan selama peneliti melakukan
informan yang memenuhi kriteria diatas. wawancara mendalam atau selama peneliti

42
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)

mengajukan pertanyaan pada informan. Dalam HIV/AIDS yang kurang baik, mereka tidak
penelitian ini alat perekam yang digunakan mampu menjelaskan cara pencegahan
adalah handphone. HIV/AIDS yang benar. Semua informan
Teknik pengambilan data pada penelitian memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang
ini menggunakan observasi tidak berstruktur, cara pengobatan pada penyakit HIV/AIDS,
observasi yang tidak membutuhkan persiapan informan menjelaskan bahwa HIV tidak dapat
secara sistematis tentang apa yang akan diobati, namun dengan pemeriksaan dan
diobservasi. Dalam melakukan pengamatan melakukan terapi ARV mampu menekan
peneliti tidak menggunakan instrument yang perkembangbiakan virus HIV/AIDS. Semua
telah baku melainkan berupa rambu-rambu informan memiliki pengetahuan yang cukup
pengamatan. Wawancara mendala adalah baik tentang HIV/AIDS pada anak, mereka
metode yang dipergunakan untuk sedikit mampu menjelaskan anak yang positif
mengumpulkan data, dimana peneliti HIV/AIDS tertular dari orangtua yang juga
mendapatkan keterangan atau informasi secara positif virus HIV/AIDS.
lisan dari seseorang sasaran peneletian. Semua informan mengaku mengetahui
Teknik analisis data adalah proses informasi tentang HIV/AIDS, hal ini
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dikarenakan semua informan mendapatkan
dalam suatu pola, kategori, dan satuan urutan informasi tentang penyakit HIV/AIDS dari
dasar sehingga didapatkan kesimpulan dari hasil pihak Rumah Sakit maupun dari Kelompok
penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian Dukungan Sebaya (KDS). Mereka menjelaskan
ini adalah pengumpulan data, menelaah data, bahwa mereka mendapatkan informasi tersebut
reduksi data, penyajian data, dan pengambilan pada saat pemeriksaan ODHA Anak di Rumah
kesimpulan. Sakit. Semua informan menuturkan bahwa
petugas kesehatan Dokter dan Perawat yang
HASIL DAN PEMBAHASAN memberikan informasi tentang segala hal yang
berhubungan dengan penyakit HIV/AIDS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penelitian Sugiharti (2012) menjelaskan
pengetahuan informan diperoleh dari informasi bahwa, keluarga mengetahui informasi
yang diberikan oleh Petugas Kesehatan, HIV/AIDS dari tenaga kesehatan di Rumah
Kelompok Dukungan Sebaya (KDS), dan Sakit pada saat melakukan cek darah pada
Penjangkau Lapangan (Relawan) dari PKBI ODHA dan mendapatkan hasil. Selain ODHA
Kabupaten Grobogan. Dari hasil penelitian yang mengetahui tentang penyakit HIV/AIDS
sebagian besar informan memiliki pengetahuan dan efek dari terapi ARV. Sehingga informan
yang cukup baik mengenai pengertian penyakit melaksanakan informasi dari Petugas Kesehatan
HIV/AIDS. Informan dapat menjelaskan untuk rutin melakukan terapi pada anak, dan
dengan benar apa yang dimaksud HIV dan tidak terjadi efek samping dalam tubuh anak.
AIDS serta bagaimana penyakit itu bisa terjadi. Berdasarkan penelitian ini didapatkan
Informan menjelaskan bahwa HIV/AIDS hasil bahwa semua informan merasa shock
merupakan penyakit yang menular, dan (kaget) ketika mengetahui anak atau keluarga
penyakit yang mematikan. dari informan diketahui positif HIV/AIDS.
Sebagian besar informan memiliki Informan menuturkan bahwa, informan merasa
pengetahuan yang cukup baik tentang kaget dan bingung ketika pertama kali
pencegahan penyakit HIV/AIDS, informan mengetahui anak atau keluarga dari informan
sedikit mampu menjelaskan cara pencegahan menderita penyakit HIV/AIDS. Namun
penyakit HIV/AIDS yaitu dengan berhubungan informan tetap bersikap baik kepada ODHA
seksual yang aman, dan tidak berganti-ganti anak.
pasangan. Sementara itu sebagian kecil Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
informan memiliki pengetahuan pencegahan Lawrence Green (Notoadmodjo, 2007)

43
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)

Tabel 1. Karakteristik Informan Utama


Informan Umur Pendidikan Pekerjaan ODHA anak Hub. Dengan Alamat
yang dirawat ODHA Anak

A 60 SD Swasta IB (lk, 11 th) Nenek Ds. Karangrayung

B 25 SMA Swasta VL (pr, 10 th) Saudara Ds. Toroh


Perempuan
C 55 SD Swasta AR (lk, 7 th) Nenek Ds. Menduran

D 50 SD Swasta BG (lk, 6 th) Nenek Ds. Getas

E 30 SMA Swasta AY (pr, 11th) Ibu Ds. Temon

F 54 SD Swasta GD, GN (pr, 8 Nenek Ds. Wolo


th)

Tabel 2. Karakteristik Informan Triangulasi


Informan Umur Hubungan dengan Informan Pendidikan Pekerjaan

IB 11 Cucu laki-laki dari informan A Putus Sekolah -

VL 10 Saudara perempuan informan B Siswi Kelas 5 SD Pelajar

AR 7 Cucu laki-laki dari informan C Siswa Kelas 2 SD Pelajar

BG 6 Cucu laki-laki dari informan D Putus Sekolah -

AY 11 Anak perempuandari informan E Siswi Kelas 6 SD Pelajar

GN, GD 8 Cucu Perempuan dari informan F Siswi Kelas 3 SD Pelajar

NV 26 Penjangkau Lapangan Informan A-F Pendidikan terakhir Relawan PKBI


SMK Kabupaten
Grobogan

sikap merupakan reaksi atau respon yang masih terinfeksi virus HIV/AIDS.
tertutup dari seseorang terhadap suatu objek Semua informan menuturkan bahwa
atau stimulus. Proses terbentuknya sikap dan semua anggota keluarga ODHA Anak yang lain
rekasi yaitu dimulai dari adanya stimulus atau memiliki sikap yang baik pada ODHA Anak.
rangsangan. Kemudian dari proses stimulus Informan menjelaskan bahwa anggota keluarga
akan menhasilkan sikap (tertutup) dan adanya dari ODHA Anak tetap bersikap baik, dan
reaksi (tingkah laku terbuka). Dalam penelitian merasa iba pada ODHA Anak hal ini
ini, terlihat stimulus atau rangsangan adalah dikarenakan ODHA Anak yang masih kecil dan
ketika informan pertama kali mengetahui anak sudah tidak memiliki orangtua. Informan juga
atau anggota keluarga menderita penyakit menuturkan bahwa anggota keluarga tidak
HIV/AIDS. Reaksi yang ditunjukkan oleh menjauh terhadap ODHA Anak karena
informan ada bermacam-macam seperti, kaget, keluarga informan merasa penyakit HIV/AIDS
bingung ketika mengetahui anak yang dirawat tidak mudah menular. Keluarga masih

44
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)

berhubungan dengan ODHA anak dan sering wilayah Kudus, mayoritas pengasuh membuka
memberikan makanan dan uang saku. status HIV anak maupun pengasuh itu sendiri.
Menurut Ernawati (2013) dalam Penerimaan penderita HIV/AIDS di
penelitiannya yang menyatakan bahwa, masyarakat telah dirasakan oleh pengasuh,
mayoritas pengasuh yang mengetahui anak masyarakat disekitar telah terbukti secara positif
positif HIV di wilayah Kudus membuka status bahwa lingkungan bisa menerima tanpa stigma
HIV anak maupun pengasuh itu sendiri. dan diskriminasi. Selain dukungan masyarakat
Pengasuh merasakan dengan pengungkapan sekitar, pengasuh juga mendapatkan dukungan
status justru keluarga memberikan dukungan dari tokoh masyarakat.
penuh seperti budaya keluarga merawat anggota Penelitian ini menyatakan bahwa sikap
keluarga yang sakit lainnya. Saudara banyak yang baik ditunjukkan informan dalam merawat
membantu apabila pengasuh mengalami ODHA anak. Informan selalu menjaga nutrisi
kekurangan biaya, semua keluarga mendukung asupan makanan ODHA anak agar anak tetap
tidak ada yang menjauh. sehat. Informan juga menjelaskan bahwa
Hasil penelitian ini yaitu sebagian kecil dengan memberikan nutrisi yang baik pada
informan menjelaskan bahwa lingkungan sekitar anak, maka anak tidak mudah untuk terkena IO
rumah (tetangga) memiliki sikap yang kurang (Infeksi Oportunistik) yang biasanya menyerang
baik terhadap informan maupun ODHA anak, ODHA maupun ODHA anak.
dengan melarang anak mereka bermain dengan Oki (2013) dalam penelitianya yang
ODHA anak. Informan mengungkapkan bahwa menjelaskan bahwa anak-anak penderita
tetangga tidak mengetahui jika anak yang HIV/AIDS yang menentukan porsi makan
dirawat positif HIV/AIDS, adapun tetangga mereka sendiri. Pengasuh juga memberikan
disekitar rumah yang mengetahui anak yang perhatian khusus pada anak, hal yang dilakukan
dirawat positif HIV/AIDS dan menjauhi oleh pengasuh adalah menyuapi anak agar
ODHA anak tersebut. Tetangga di sekitar kebutuhan gizi anak tetap terpenuhi. Informan
rumah informan merasa jika penyakit juga mengetahui bahwa pemenuhan kebutuhan
HIV/AIDS mudah menular. Sedangkan gizi pada anak terinfeksi HIV cukup penting,
sebagian besar informan menerangkan jika karena menjadikan anak tidak mudah terserang
tetangga di sekitar rumah informan memiliki penyakit. Perilaku pemberian makan yang
sikap yang baik terhadap ODHA anak yang dilakukan oleh pengasuh sebagai upaya
dirawat. Informan menjelaskan jika tetangga pemenuhan kebutuhan gizi anak yang terdiri
bersikap baik dengan tetap bermain dengan dari porsi dan komposisi pemberian makanan,
ODHA anak tersebut dan terkadang frekuensi dan waktu pemberian makanan, serta
memberikan mainan serta uang saku pada pantangan makanan.
ODHA anak yang dirawat. Berdasarkan hasil penelitian ini semua
Menurut Ernawati (2013) dalam informan menjelaskan bahwa, informan
penelitiannya menyatakan bahwa, pengasuh di memiliki dukungan yang baik pada saat
wilayah Temanggung tidak mengungkapkan mendampingi ODHA anak melakukan terapi
status pada orang lain dengan cara membatasi ARV. Hal ini dapat dilihat ketika informan
kontak sosial. Pengasuh enggan untuk selalu mengantar pada saat pemeriksaan di
mengungkapkan HIV untuk anak-anak mereka Rumah Sakit, menyiapkan segala sesuatu ketika
karena ketakutan bahwa anak yang terinfeksi ODHA anak akan melakukan terapi ARV, dan
menjadi tidak baik setelah terungkapnya status selalu menasehati agar anak tetap rutin
HIV, terutama dalam keluarga dimana melakukan terapi, hal ini merupakan salah satu
diagnosis masih dirahasiakan. Ketakutan cara dari informan menjaga daya tahan tubuh
terhadap stigma, penolakan, dan hilangnya dari ODHA anak.
dukungan oleh keluarga atau komunitas. Penelitian Ika (2013) menunjukkan
Kondisi tersebut berbeda pada pengasuh dari bahwa sebagian besar responden menyatakan

45
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)

dukungan keluarga efektif, hal ini disebabkan keluarga atau pengasuh tetap mempertahankan
karena konseling yang diberikan oleh dukungan kepatuhan anak terhadap terapi ARV. Selain
keluarga perlu untuk membantu pasien mencari dukungan emosional petugas kesehatan juga
jalan keluar dari kesulitan yang mungkin timbul memberi dukungan informasi, perawat atau
dari pemberian terapi dan mempengaruhi dokter selalu menjelaskan apabila ada informan
kepatuhan. Dukungan keluarga dapat yang bertanya.
mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien untuk Teori Lawrence Green menyatakan
sembuh dengan memberikan informasi tentang bahwa faktor pendorong terwujud dalam sikap
antiretroviral sehingga dapat mengubah perilaku dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
pasien menjadi lebih baik untuk mendapatkan lain, yang merupakan kelompok referensi dari
kesehatan tubuh yang lebih optimal. perilaku masyarakat (Notoadmodjo, 2007).
Dukungan keluarga merupakan salah Petugas selalu memberi nasehat dan reward
satu faktor pendorong dalam Teori Lawrence pada ODHA Anak, hal ini menjadi faktor
Green (Notoadmodjo, 2007). Faktor pendorong pendorong pada ODHA Anak agar rutin
(Reinforcing factors) terwujud dalam sikap dan melakukan terapi ARV.
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, Berdasarkan hasil penelitian ini didapat-
yang merupakan kelompok referensi dari kan bahwa sebagian besar informan
perilaku masyarakat. Dalam hal ini adanya mengatakan bahwa ODHA Anak melakukan
ODHA anak dalam lingkungan keluarga, terapi dengan meminum obat sebanyak satu kali
menjadikan munculnya perilaku dari anggota dalam sehari. Sedangkan sebagian kecil
keluarga yang lain dengan adanya dukungan. informan menjelaskan jika ODHA Anak
Dukungan berupa nasehat agar rutin melakukan melakukan terapi ARV lebih dari satu kali
terapi ARV. Hal ini mendorong perilaku dalam sehari. Semua informan memiliki
ODHA anak untuk melakukan terapi ARV, menuturkan bahwa pada saat memberikan
karena adanya dukungan dari orangtua maupun terapi ARV yaitu dengan memberikan perhatian
keluarga. khusus pada ODHA Anak seperti menyiapkan
Semua informan dalam penelitian ini makanan dan obat pada ODHA Anak agar
menjelaskan bahwa dukungan dari Petugas anak tetap melakukan terapi ARV.
Kesehatan dapat dilihat dari cara penanganan Penelitian yang dilakukan oleh
pada saat melakukan pemeriksaan terhadap Hardiyatmi (2016) menyatakan bahwa, sebagian
ODHA anak. Informan menuturkan bahwa besar responden (57,1%) mendapat dukungan
penanganan dari Petugas Kesehatan cukup baik, keluarga yang baik.. Hal ini disebabkan, tidak
Dokter yang memeriksa ODHA anak selalu ada banyak dari mereka yang keinginan sembuhnya
pada saat pemeriksaan. Dokter maupun datang dari dalam dirinya sendiri, lebih banyak
Perawat melakukan pemeriksaan dengan ramah penderita membutuhkan dukungan keluarga.
kepada informan maupun ODHA anak. Semua Dukungan keluarga yang diberikan dalam
informan juga menjelaskan bahwa semua penelitian ini meliputi dukungan emosional,
petugas kesehatan memberikan motivasi dan dukungan penghargaan, dukungan materi,
dukungan yang baik, yaitu dengan selalu dukungan informasi.
menasehati, memberika reward berupa mainan, Hasil penelitian ini menunjukkan
makanan ringan agar anak tetap rutin sebagian besar informan menuturkan bahwa,
melakukan terapi ARV. hambatan selama proses terapi ARV adalah
Penelitian yang dilakukan oleh Ivone anak merasa bosan terhadap terapi ARV,
(2012) mengungkapkan bahwa, dukungan dari walaupun anak merasa bosan tetapi anak tetap
Tenaga Kesehatan terhadap terapi ARV yaitu melakukan terapi ARV. Informan menjelaskan
dukungan emosional. Dukungan emosional bahwa, anak bosan melakukan terapi
yang diberikan oleh petugas kesehatan seperti dikarenakan rasa obat yang sangat pahit,
peran perawat yang menjamin keluarga agar sehingga membuat anak mudah bosan untuk

46
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)

melakukan terapi ARV. Namun sebagian kecil terhadap terapi, mereka menuturkan bahwa
informan mengatakan bahwa, hambatan selama mereka selalu menasehati anak agar anak tetap
proses terapi ARV adalah anak tidak melakukan rutin minum obat, supaya daya tahan tubuh
terapi ARV (kurang patuh). Hal ini dikarenakan tetap terjaga. Informan juga selalu menuruti
informan yang merasa iba bila ODHA Anak keinginan anak, agar anak tetap patuh terhadap
yang dirawat melakukan terapi secara terus terapi ARV.
menerus, sehingga informan membiarkan saja Penelitian yang dilakukan oleh Ika (2013)
bila anak tidak melakukan terapi ARV. menyatakan bahwa, dukungan keluarga dapat
Penelitian yang dilakukan oleh Margaret mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien untuk
pada tahun 2016 menunjukkan bahwa sembuh dengan memberikan informasi tentang
hambatan anak HIV untuk mengakses ARV di antiretroviral sehingga dapat mengubah perilaku
klinik yaitu pengalaman negatif, kurangnya pasien menjadi lebih baik untuk mendapatkan
dukungan dan keuangan, stigma dan kesehatan tubuh yang optimal. Hasil pengujian
diskriminasi. hipotesis dengan menggunakan korelasi chi-
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa square menunjukkan adanya hubungan
sebagian besar informan menjelaskan bahwa hal efektivitas dukungan keluarga terhadap
yang dilakukan ketika ODHA Anak tidak kepatuhan pengobatan ARV pada penderita
melakukan terapi ARV yaitu dengan HIV-AIDS Komunitas Sebaya Kartasura.
menasehati anak tersebut. Informan Dimana semakin efektif dukungan keluarga
menjelaskan selalu menasehati agar ODHA maka penderita akan semakin patuh untuk
Anak melakukan terapi agar tetap sehat, meminum antiretroviral.
sehingga anak tersebut tetap melakukan terapi
ARV. PENUTUP
Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hardiyatmi Pengetahuan mengenai HIV/AIDS yang
(2016) yang menyatakan bahwa, pasien sangat dimiliki semua informan utama dalam
mematuhi saran dokter atau profesional penelitian ini memiliki pengetahuan yang cukup
kesehatan. Hal ini disebabkan lamanya waktu baik mengenai pengertian, penularan,
terapi yang dilakukan oleh pasien. pencegahan, cara pengobatan, dan HIV/AIDS
Sebagian kecil informan memiliki cara pada anak. Secara umum sikap informan pada
yang berbeda yaitu dengan membiarkan saja ODHA anak adalah informan merasa shock
dan memarahi anak bila anak tidak melakukan (kaget) ketika mengetahui anak atau keluarga
terapi. Informan menuturkan bahwa informan dari informan diketahui positif HIV/AIDS.
memarahi anak bila anak susah melakukan Secara umum sikap informan, anggota keluarga
terapi, namun ada pula informan yang baik terhadap ODHA Anak. Selain itu
membiarkan saja bila anak tersebut tidak dukungan yang baik didapatkan oleh ODHA
melakukan terapi, hal ini dikarenakan informan Anak dari orangtua, anggota keluarga yang lain
merasa iba melihat anak yang dirawat minum dan petugas kesehatan.
obat setiap hari dan dalam jangka waktu yang Terapi ARV pada ODHA Anak
lama. dilakukan di tempat yang berbeda yaitu di RSU
Penelitian Ivone (2012) menjelaskan Purwodadi dan RSUP Kariadi bagi penderita
bahwa, pengasuh terkadang memberikan lama. Terapi yang dilakukan oleh anak juga
pengobatan ARV secara tidak teratur, dan anak berbeda-beda, ada yang satu kali dalam sehari
merasa bosan. Hal yang dilakukan oleh maupun lebih dari satu kali dalam sehari
pengasuh adalah tetap memaksa anak untuk dengan dosis yang berbeda. Cara merawat
melakukan terapi ARV. ODHA Anak dalam penelitian ini yaitu dengan
Dalam penelitian ini semua infroman memberikan perhatian khusus pada ODHA
memiliki cara yang baik agar anak tetap patuh Anak. Hambatan pada saat terapi yaitu anak

47
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)

merasa bosan karena rasa obat yang pahit. Cara Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
mengatasi anak yang bosan yaitu dengan Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta
memberikan gula pada saat minum obat Oki, O, K. 2013. Gambaran Perilaku Pemenuhan
Kebutuhan Gizi Pada Anak Terinfeksi Human
maupun memberikan makanan pada anak
Immunodeficienci Virus Di Yayasan Tegak Tegar.
setelah minum obat untuk menghilangkan rasa
Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri
pahit. Hal yang dilakukan agar ODHA Anak Syarif Hidayatullah
agar patuh terhadap terapi ARV yaitu dengan Sugiharti. dkk. 2012. Gambaran Kepatuhan Orang
selalu menasehati dan memberikan pengertian Dengan HIV-AIDS (ODHA) Dalam Minum
terhadap anak. Obat ARV Di Kota Bandung Provinsi Jawa
Saran untuk peneliti selanjutnya yaitu Barat Tahun 2011-2012. Jurnal Kesehatan
diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai Reproduksi. 5 (2) : 1-11
gambaran praktik terapi ARV oleh keluarga
pada anak penderita HIV/AIDS dengan
kombinasi pendekatan kualitatif untuk
memperoleh pemahaman yang lebih luas,
dalam dan bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, E.H. dan Azinar, M. 2016. Kehamilan Tidak


Diinginkan Pada Remaja. HIGEIA, 1 (1) : 1-7
Dinkes Jateng. 2012. Profil Kesehatan Jawa Tenga 2012.
Semarang: Dinkes Jateng
Djauzi, S. 2003. Penatalaksanaan Infeksi HIV di
Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Balai
FKUI
Ernawati. 2013. Sikap Pengasuh Anak Balita Yang
Terinfeksi HIV/AIDS Di Kabupaten
Temanggung dan Kudus. Jurnal Keperawatan
Komunitas, 1 (1) : 62-73
Hardiyatmi. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Program Pengobatan
Penderita HIV/AIDS Di Poli Klinik VCT
(Voluntary Counseling Test) RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri. Skripsi. Surakarta:
Stikes Kusuma Husada
Ika. 2013. Efektivitas Dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Pengobatan ARV Pada ODHA Di
Kelompok Dukungan Sebaya Kartasura. Skripsi.
Surakarta: Stikes Asyiyah
Ivone, J. 2012. Pengalaman Keluarga Merawat Anak
Dengan HIV/AIDS Yang Menjalani Terapi ARV
Pada Klinik VCT RSUD Manokwari Provinsi
Papua Barat. Tesis. Jakarta: Universitas
Indonesia
Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun
2013. Jakarta: Kemenkes RI.
Margaret, M. W. 2016. Accessing Antiretroviral
Therapy For Children: Caregivers Voices.
Health SA Gesondehid. 21(1):331-338

48

Anda mungkin juga menyukai