Abstract
___________________________________________________________________
Children with HIV/AIDS in Grobogan from 2012-2015 were 32 children with age 0-15 years old. In 2012
were 4, 2013 were 8, 2014 were 13, and in 2015 were 7 children. Children who can survive in 2012-2015 was
28 children because their adherence of ARV. Children who died with HIV/AIDS was 4 children, based on the
results of the study children are less obedient of ARV becase they had not good support from their families. The
purpose of this study is to describe practice overview of ARV therapy committed by families in
Grobogan regency for children with HIV/AIDS, using descriptive qualitative method. The research’s
informant was family who take care of child ODHAs which consists of 6 children. Technique of collecting data
in this study was in-depth interview. The result of this study showed that all of the informants had good
knowledge about HIV/AIDS. The informants explained that family from child ODHAs shows good attitude
and supported children by giving an advice so that they took routine therapy. The whole informants felt
that health service’s support is good by giving advices and rewards so that children obediently took
ARV therapy. The conclusion is all informants have good knowledge about HIV/AIDS and child ODHAs got
good supports from their family and health service.
39
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)
40
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)
Montagnier mengisolasi virus dari pasien lymphadenopathy sindrom). Gejala klinis adalah
dengan gejala limfadenopati dan menemukan pembesaran 2 kelenjar getah bening inguinal,
virus HIV, sehingga virus ini dinamakan penurunan berat badan lebih dari 10%, panas
lymphadenopathy associated virus (LAV). Pada lebih adari 380 C intermiten atau terus menerus,
tahun 1984 Gallo (National Institute of Health, diare, lemah atau panas malam hari, yang
USA) menemukan virus human T berlangsung 3 bulan tanpa dapat diterangkan
lymphotropic virus (HTLV-III) yang sebabnya. Kelainan hasil laboratorium adalah
menyebabkan AIDS. penurunan jumlah sel limfosit helper (OKT 4),
Epidemiologi HIV/AIDS penularan penurunan ratio limfosit T-helper (OKT 4),
HIV/AIDS terjadi melaluicairan tubuh yang banding limfosit T-killer (OkT 8) (nilai normal
mengandung HIV yaitu melalui hubungan 1,1 – 1,8), anemia, lekoponia, trombositopena
seksual, baik homoseksual maupun atau limfopenia, hipergamaglobulinemia,
heteroseksual, jarum suntik pada pengguna penurunan respons limfosit terhadap
narkoba, transfusi komponen darah dan dari ibu mitogen+antigen, anergi terhadap uji kulit tipe
yang terinfeksi HIV kepada bayi yang lambat, peningkatan kompleks imun dalam
dilahirkannya. Oleh karena itu kelompok paling darah.
tinggi terhadap HIV/AIDS misalnya pengguna Kepatuhan minum obat kepatuhan
narkoba, pekerja seks komersil dan adalah istilah yang digunakan untuk
pelanggannya, serta narapidana. Patogenesis menggambarkan perilaku pasien dalam minum
HIV/AIDS HIV menempel padalimfosit sel obat secara benar tentang dosis, frekuensi dan
induk melalui gp 120 sehingga akan terjadi fusi waktunya. Supaya patuh, pasien dilibatkan
membran HIV dengan sel induk. Inti HIV akan dalam memutuskan apakah minum atau tidak,
masuk dalam sitoplasma sel induk. Di dalam sel sedangkan compliance adalah pasien
induk, HIV akan membentuk DNA HIV dari mengerjakan apa yang telah diterangkan oleh
RNA HIV melaui enzim polimerase. Enzin dokter atau apotekernya. Terapi ARV, data
integrasi kemudian akan membantu DNA HIV selama 5 tahun terakhir menunjukkan bukti
untuk berintegrasi dengan DNA sel induk. yang amat meyakinkan bahwa pengobatan
HIV/AIDS pada Anak sebagian besar infeksi dengan kombinasi beberapa obat anti HIV
HIV pada anak terjadi akibat penularan dari ibu yaitu ARV (AntiRetroViral) bermanfaat
pada waktu kehamilan dan persalinan. menurunkan moebiditas dan dan mortalitas dini
Diagnosis infeksi HIV pada bayi lebih akibat infeksi HIV. Orang dengan HIV/AIDS
sulit ditegakkan karena antibodi ibu kelas IgG menjadi lebih sehat, dan dapat bekerja normal
melewati plasenta dan dapat berada dalam dan produktif. Tujuan terapi ARV, tujuan
sirkulasi anak selama 18 bulan. Karena itu bayi AntiRetroViral (ARV) bertujuan untuk
berumur dibawah 18 bulan yang mempunyai mengurangi atau menghilangkan HIV dalam
anti HIV positif belum tentu terinfeksi HIV. tubuh. Kombinasi obat antiretroviral dapat
Diagnosis HIV/AIDS pada anak diagnosis menurunkan secara tajam viral load di darah,
penyakit ini dibuat berdasarkan adanya gejala prinsip menggunakan ARV, terapi ARV pada
serta tanda-tanda klinik dan pemeriksaan darah ODHA anak.
serologis dan virologis. Gejala penderita AIDS Berdasarkan latar belakang dan besarnya
dapat ringan sampai berat, bahkan di AS risiko drop out pada ODHA anak, tujuan
ditemukan ratusan ribu orang yang dalam penelitian dalam penelitian ini adalah
darahnya mengandung virus AIDS yang mengetahui gambaran tentang pengetahuan
menunjukkan gejala klinik. Penderita dengan keluarga dengan terapi ARV pada ODHA anak,
gejala klinik agak ringan disebut AIDS Related sikap dari orang tua (keluarga) terhadap praktik
Complex (ARC). Penderita ARC paling sedikit terapi ARV pada ODHA anak, bentuk
harus mempunyai 2 gejala klinis dan 2 kelainan dukungan keluarga terhadap praktik terapi ARV
laboratorium (persistent generalized pada ODHA anak, bentuk dukungan tenaga
41
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)
42
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)
mengajukan pertanyaan pada informan. Dalam HIV/AIDS yang kurang baik, mereka tidak
penelitian ini alat perekam yang digunakan mampu menjelaskan cara pencegahan
adalah handphone. HIV/AIDS yang benar. Semua informan
Teknik pengambilan data pada penelitian memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang
ini menggunakan observasi tidak berstruktur, cara pengobatan pada penyakit HIV/AIDS,
observasi yang tidak membutuhkan persiapan informan menjelaskan bahwa HIV tidak dapat
secara sistematis tentang apa yang akan diobati, namun dengan pemeriksaan dan
diobservasi. Dalam melakukan pengamatan melakukan terapi ARV mampu menekan
peneliti tidak menggunakan instrument yang perkembangbiakan virus HIV/AIDS. Semua
telah baku melainkan berupa rambu-rambu informan memiliki pengetahuan yang cukup
pengamatan. Wawancara mendala adalah baik tentang HIV/AIDS pada anak, mereka
metode yang dipergunakan untuk sedikit mampu menjelaskan anak yang positif
mengumpulkan data, dimana peneliti HIV/AIDS tertular dari orangtua yang juga
mendapatkan keterangan atau informasi secara positif virus HIV/AIDS.
lisan dari seseorang sasaran peneletian. Semua informan mengaku mengetahui
Teknik analisis data adalah proses informasi tentang HIV/AIDS, hal ini
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dikarenakan semua informan mendapatkan
dalam suatu pola, kategori, dan satuan urutan informasi tentang penyakit HIV/AIDS dari
dasar sehingga didapatkan kesimpulan dari hasil pihak Rumah Sakit maupun dari Kelompok
penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian Dukungan Sebaya (KDS). Mereka menjelaskan
ini adalah pengumpulan data, menelaah data, bahwa mereka mendapatkan informasi tersebut
reduksi data, penyajian data, dan pengambilan pada saat pemeriksaan ODHA Anak di Rumah
kesimpulan. Sakit. Semua informan menuturkan bahwa
petugas kesehatan Dokter dan Perawat yang
HASIL DAN PEMBAHASAN memberikan informasi tentang segala hal yang
berhubungan dengan penyakit HIV/AIDS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penelitian Sugiharti (2012) menjelaskan
pengetahuan informan diperoleh dari informasi bahwa, keluarga mengetahui informasi
yang diberikan oleh Petugas Kesehatan, HIV/AIDS dari tenaga kesehatan di Rumah
Kelompok Dukungan Sebaya (KDS), dan Sakit pada saat melakukan cek darah pada
Penjangkau Lapangan (Relawan) dari PKBI ODHA dan mendapatkan hasil. Selain ODHA
Kabupaten Grobogan. Dari hasil penelitian yang mengetahui tentang penyakit HIV/AIDS
sebagian besar informan memiliki pengetahuan dan efek dari terapi ARV. Sehingga informan
yang cukup baik mengenai pengertian penyakit melaksanakan informasi dari Petugas Kesehatan
HIV/AIDS. Informan dapat menjelaskan untuk rutin melakukan terapi pada anak, dan
dengan benar apa yang dimaksud HIV dan tidak terjadi efek samping dalam tubuh anak.
AIDS serta bagaimana penyakit itu bisa terjadi. Berdasarkan penelitian ini didapatkan
Informan menjelaskan bahwa HIV/AIDS hasil bahwa semua informan merasa shock
merupakan penyakit yang menular, dan (kaget) ketika mengetahui anak atau keluarga
penyakit yang mematikan. dari informan diketahui positif HIV/AIDS.
Sebagian besar informan memiliki Informan menuturkan bahwa, informan merasa
pengetahuan yang cukup baik tentang kaget dan bingung ketika pertama kali
pencegahan penyakit HIV/AIDS, informan mengetahui anak atau keluarga dari informan
sedikit mampu menjelaskan cara pencegahan menderita penyakit HIV/AIDS. Namun
penyakit HIV/AIDS yaitu dengan berhubungan informan tetap bersikap baik kepada ODHA
seksual yang aman, dan tidak berganti-ganti anak.
pasangan. Sementara itu sebagian kecil Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
informan memiliki pengetahuan pencegahan Lawrence Green (Notoadmodjo, 2007)
43
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)
sikap merupakan reaksi atau respon yang masih terinfeksi virus HIV/AIDS.
tertutup dari seseorang terhadap suatu objek Semua informan menuturkan bahwa
atau stimulus. Proses terbentuknya sikap dan semua anggota keluarga ODHA Anak yang lain
rekasi yaitu dimulai dari adanya stimulus atau memiliki sikap yang baik pada ODHA Anak.
rangsangan. Kemudian dari proses stimulus Informan menjelaskan bahwa anggota keluarga
akan menhasilkan sikap (tertutup) dan adanya dari ODHA Anak tetap bersikap baik, dan
reaksi (tingkah laku terbuka). Dalam penelitian merasa iba pada ODHA Anak hal ini
ini, terlihat stimulus atau rangsangan adalah dikarenakan ODHA Anak yang masih kecil dan
ketika informan pertama kali mengetahui anak sudah tidak memiliki orangtua. Informan juga
atau anggota keluarga menderita penyakit menuturkan bahwa anggota keluarga tidak
HIV/AIDS. Reaksi yang ditunjukkan oleh menjauh terhadap ODHA Anak karena
informan ada bermacam-macam seperti, kaget, keluarga informan merasa penyakit HIV/AIDS
bingung ketika mengetahui anak yang dirawat tidak mudah menular. Keluarga masih
44
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)
berhubungan dengan ODHA anak dan sering wilayah Kudus, mayoritas pengasuh membuka
memberikan makanan dan uang saku. status HIV anak maupun pengasuh itu sendiri.
Menurut Ernawati (2013) dalam Penerimaan penderita HIV/AIDS di
penelitiannya yang menyatakan bahwa, masyarakat telah dirasakan oleh pengasuh,
mayoritas pengasuh yang mengetahui anak masyarakat disekitar telah terbukti secara positif
positif HIV di wilayah Kudus membuka status bahwa lingkungan bisa menerima tanpa stigma
HIV anak maupun pengasuh itu sendiri. dan diskriminasi. Selain dukungan masyarakat
Pengasuh merasakan dengan pengungkapan sekitar, pengasuh juga mendapatkan dukungan
status justru keluarga memberikan dukungan dari tokoh masyarakat.
penuh seperti budaya keluarga merawat anggota Penelitian ini menyatakan bahwa sikap
keluarga yang sakit lainnya. Saudara banyak yang baik ditunjukkan informan dalam merawat
membantu apabila pengasuh mengalami ODHA anak. Informan selalu menjaga nutrisi
kekurangan biaya, semua keluarga mendukung asupan makanan ODHA anak agar anak tetap
tidak ada yang menjauh. sehat. Informan juga menjelaskan bahwa
Hasil penelitian ini yaitu sebagian kecil dengan memberikan nutrisi yang baik pada
informan menjelaskan bahwa lingkungan sekitar anak, maka anak tidak mudah untuk terkena IO
rumah (tetangga) memiliki sikap yang kurang (Infeksi Oportunistik) yang biasanya menyerang
baik terhadap informan maupun ODHA anak, ODHA maupun ODHA anak.
dengan melarang anak mereka bermain dengan Oki (2013) dalam penelitianya yang
ODHA anak. Informan mengungkapkan bahwa menjelaskan bahwa anak-anak penderita
tetangga tidak mengetahui jika anak yang HIV/AIDS yang menentukan porsi makan
dirawat positif HIV/AIDS, adapun tetangga mereka sendiri. Pengasuh juga memberikan
disekitar rumah yang mengetahui anak yang perhatian khusus pada anak, hal yang dilakukan
dirawat positif HIV/AIDS dan menjauhi oleh pengasuh adalah menyuapi anak agar
ODHA anak tersebut. Tetangga di sekitar kebutuhan gizi anak tetap terpenuhi. Informan
rumah informan merasa jika penyakit juga mengetahui bahwa pemenuhan kebutuhan
HIV/AIDS mudah menular. Sedangkan gizi pada anak terinfeksi HIV cukup penting,
sebagian besar informan menerangkan jika karena menjadikan anak tidak mudah terserang
tetangga di sekitar rumah informan memiliki penyakit. Perilaku pemberian makan yang
sikap yang baik terhadap ODHA anak yang dilakukan oleh pengasuh sebagai upaya
dirawat. Informan menjelaskan jika tetangga pemenuhan kebutuhan gizi anak yang terdiri
bersikap baik dengan tetap bermain dengan dari porsi dan komposisi pemberian makanan,
ODHA anak tersebut dan terkadang frekuensi dan waktu pemberian makanan, serta
memberikan mainan serta uang saku pada pantangan makanan.
ODHA anak yang dirawat. Berdasarkan hasil penelitian ini semua
Menurut Ernawati (2013) dalam informan menjelaskan bahwa, informan
penelitiannya menyatakan bahwa, pengasuh di memiliki dukungan yang baik pada saat
wilayah Temanggung tidak mengungkapkan mendampingi ODHA anak melakukan terapi
status pada orang lain dengan cara membatasi ARV. Hal ini dapat dilihat ketika informan
kontak sosial. Pengasuh enggan untuk selalu mengantar pada saat pemeriksaan di
mengungkapkan HIV untuk anak-anak mereka Rumah Sakit, menyiapkan segala sesuatu ketika
karena ketakutan bahwa anak yang terinfeksi ODHA anak akan melakukan terapi ARV, dan
menjadi tidak baik setelah terungkapnya status selalu menasehati agar anak tetap rutin
HIV, terutama dalam keluarga dimana melakukan terapi, hal ini merupakan salah satu
diagnosis masih dirahasiakan. Ketakutan cara dari informan menjaga daya tahan tubuh
terhadap stigma, penolakan, dan hilangnya dari ODHA anak.
dukungan oleh keluarga atau komunitas. Penelitian Ika (2013) menunjukkan
Kondisi tersebut berbeda pada pengasuh dari bahwa sebagian besar responden menyatakan
45
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)
dukungan keluarga efektif, hal ini disebabkan keluarga atau pengasuh tetap mempertahankan
karena konseling yang diberikan oleh dukungan kepatuhan anak terhadap terapi ARV. Selain
keluarga perlu untuk membantu pasien mencari dukungan emosional petugas kesehatan juga
jalan keluar dari kesulitan yang mungkin timbul memberi dukungan informasi, perawat atau
dari pemberian terapi dan mempengaruhi dokter selalu menjelaskan apabila ada informan
kepatuhan. Dukungan keluarga dapat yang bertanya.
mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien untuk Teori Lawrence Green menyatakan
sembuh dengan memberikan informasi tentang bahwa faktor pendorong terwujud dalam sikap
antiretroviral sehingga dapat mengubah perilaku dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
pasien menjadi lebih baik untuk mendapatkan lain, yang merupakan kelompok referensi dari
kesehatan tubuh yang lebih optimal. perilaku masyarakat (Notoadmodjo, 2007).
Dukungan keluarga merupakan salah Petugas selalu memberi nasehat dan reward
satu faktor pendorong dalam Teori Lawrence pada ODHA Anak, hal ini menjadi faktor
Green (Notoadmodjo, 2007). Faktor pendorong pendorong pada ODHA Anak agar rutin
(Reinforcing factors) terwujud dalam sikap dan melakukan terapi ARV.
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, Berdasarkan hasil penelitian ini didapat-
yang merupakan kelompok referensi dari kan bahwa sebagian besar informan
perilaku masyarakat. Dalam hal ini adanya mengatakan bahwa ODHA Anak melakukan
ODHA anak dalam lingkungan keluarga, terapi dengan meminum obat sebanyak satu kali
menjadikan munculnya perilaku dari anggota dalam sehari. Sedangkan sebagian kecil
keluarga yang lain dengan adanya dukungan. informan menjelaskan jika ODHA Anak
Dukungan berupa nasehat agar rutin melakukan melakukan terapi ARV lebih dari satu kali
terapi ARV. Hal ini mendorong perilaku dalam sehari. Semua informan memiliki
ODHA anak untuk melakukan terapi ARV, menuturkan bahwa pada saat memberikan
karena adanya dukungan dari orangtua maupun terapi ARV yaitu dengan memberikan perhatian
keluarga. khusus pada ODHA Anak seperti menyiapkan
Semua informan dalam penelitian ini makanan dan obat pada ODHA Anak agar
menjelaskan bahwa dukungan dari Petugas anak tetap melakukan terapi ARV.
Kesehatan dapat dilihat dari cara penanganan Penelitian yang dilakukan oleh
pada saat melakukan pemeriksaan terhadap Hardiyatmi (2016) menyatakan bahwa, sebagian
ODHA anak. Informan menuturkan bahwa besar responden (57,1%) mendapat dukungan
penanganan dari Petugas Kesehatan cukup baik, keluarga yang baik.. Hal ini disebabkan, tidak
Dokter yang memeriksa ODHA anak selalu ada banyak dari mereka yang keinginan sembuhnya
pada saat pemeriksaan. Dokter maupun datang dari dalam dirinya sendiri, lebih banyak
Perawat melakukan pemeriksaan dengan ramah penderita membutuhkan dukungan keluarga.
kepada informan maupun ODHA anak. Semua Dukungan keluarga yang diberikan dalam
informan juga menjelaskan bahwa semua penelitian ini meliputi dukungan emosional,
petugas kesehatan memberikan motivasi dan dukungan penghargaan, dukungan materi,
dukungan yang baik, yaitu dengan selalu dukungan informasi.
menasehati, memberika reward berupa mainan, Hasil penelitian ini menunjukkan
makanan ringan agar anak tetap rutin sebagian besar informan menuturkan bahwa,
melakukan terapi ARV. hambatan selama proses terapi ARV adalah
Penelitian yang dilakukan oleh Ivone anak merasa bosan terhadap terapi ARV,
(2012) mengungkapkan bahwa, dukungan dari walaupun anak merasa bosan tetapi anak tetap
Tenaga Kesehatan terhadap terapi ARV yaitu melakukan terapi ARV. Informan menjelaskan
dukungan emosional. Dukungan emosional bahwa, anak bosan melakukan terapi
yang diberikan oleh petugas kesehatan seperti dikarenakan rasa obat yang sangat pahit,
peran perawat yang menjamin keluarga agar sehingga membuat anak mudah bosan untuk
46
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)
melakukan terapi ARV. Namun sebagian kecil terhadap terapi, mereka menuturkan bahwa
informan mengatakan bahwa, hambatan selama mereka selalu menasehati anak agar anak tetap
proses terapi ARV adalah anak tidak melakukan rutin minum obat, supaya daya tahan tubuh
terapi ARV (kurang patuh). Hal ini dikarenakan tetap terjaga. Informan juga selalu menuruti
informan yang merasa iba bila ODHA Anak keinginan anak, agar anak tetap patuh terhadap
yang dirawat melakukan terapi secara terus terapi ARV.
menerus, sehingga informan membiarkan saja Penelitian yang dilakukan oleh Ika (2013)
bila anak tidak melakukan terapi ARV. menyatakan bahwa, dukungan keluarga dapat
Penelitian yang dilakukan oleh Margaret mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien untuk
pada tahun 2016 menunjukkan bahwa sembuh dengan memberikan informasi tentang
hambatan anak HIV untuk mengakses ARV di antiretroviral sehingga dapat mengubah perilaku
klinik yaitu pengalaman negatif, kurangnya pasien menjadi lebih baik untuk mendapatkan
dukungan dan keuangan, stigma dan kesehatan tubuh yang optimal. Hasil pengujian
diskriminasi. hipotesis dengan menggunakan korelasi chi-
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa square menunjukkan adanya hubungan
sebagian besar informan menjelaskan bahwa hal efektivitas dukungan keluarga terhadap
yang dilakukan ketika ODHA Anak tidak kepatuhan pengobatan ARV pada penderita
melakukan terapi ARV yaitu dengan HIV-AIDS Komunitas Sebaya Kartasura.
menasehati anak tersebut. Informan Dimana semakin efektif dukungan keluarga
menjelaskan selalu menasehati agar ODHA maka penderita akan semakin patuh untuk
Anak melakukan terapi agar tetap sehat, meminum antiretroviral.
sehingga anak tersebut tetap melakukan terapi
ARV. PENUTUP
Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hardiyatmi Pengetahuan mengenai HIV/AIDS yang
(2016) yang menyatakan bahwa, pasien sangat dimiliki semua informan utama dalam
mematuhi saran dokter atau profesional penelitian ini memiliki pengetahuan yang cukup
kesehatan. Hal ini disebabkan lamanya waktu baik mengenai pengertian, penularan,
terapi yang dilakukan oleh pasien. pencegahan, cara pengobatan, dan HIV/AIDS
Sebagian kecil informan memiliki cara pada anak. Secara umum sikap informan pada
yang berbeda yaitu dengan membiarkan saja ODHA anak adalah informan merasa shock
dan memarahi anak bila anak tidak melakukan (kaget) ketika mengetahui anak atau keluarga
terapi. Informan menuturkan bahwa informan dari informan diketahui positif HIV/AIDS.
memarahi anak bila anak susah melakukan Secara umum sikap informan, anggota keluarga
terapi, namun ada pula informan yang baik terhadap ODHA Anak. Selain itu
membiarkan saja bila anak tersebut tidak dukungan yang baik didapatkan oleh ODHA
melakukan terapi, hal ini dikarenakan informan Anak dari orangtua, anggota keluarga yang lain
merasa iba melihat anak yang dirawat minum dan petugas kesehatan.
obat setiap hari dan dalam jangka waktu yang Terapi ARV pada ODHA Anak
lama. dilakukan di tempat yang berbeda yaitu di RSU
Penelitian Ivone (2012) menjelaskan Purwodadi dan RSUP Kariadi bagi penderita
bahwa, pengasuh terkadang memberikan lama. Terapi yang dilakukan oleh anak juga
pengobatan ARV secara tidak teratur, dan anak berbeda-beda, ada yang satu kali dalam sehari
merasa bosan. Hal yang dilakukan oleh maupun lebih dari satu kali dalam sehari
pengasuh adalah tetap memaksa anak untuk dengan dosis yang berbeda. Cara merawat
melakukan terapi ARV. ODHA Anak dalam penelitian ini yaitu dengan
Dalam penelitian ini semua infroman memberikan perhatian khusus pada ODHA
memiliki cara yang baik agar anak tetap patuh Anak. Hambatan pada saat terapi yaitu anak
47
Triana Ayu Hapsari dan Muhammad Azinar/ Praktik Terapi Antiretroviral/HIGEIA 1 (2) (2017)
merasa bosan karena rasa obat yang pahit. Cara Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
mengatasi anak yang bosan yaitu dengan Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta
memberikan gula pada saat minum obat Oki, O, K. 2013. Gambaran Perilaku Pemenuhan
Kebutuhan Gizi Pada Anak Terinfeksi Human
maupun memberikan makanan pada anak
Immunodeficienci Virus Di Yayasan Tegak Tegar.
setelah minum obat untuk menghilangkan rasa
Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri
pahit. Hal yang dilakukan agar ODHA Anak Syarif Hidayatullah
agar patuh terhadap terapi ARV yaitu dengan Sugiharti. dkk. 2012. Gambaran Kepatuhan Orang
selalu menasehati dan memberikan pengertian Dengan HIV-AIDS (ODHA) Dalam Minum
terhadap anak. Obat ARV Di Kota Bandung Provinsi Jawa
Saran untuk peneliti selanjutnya yaitu Barat Tahun 2011-2012. Jurnal Kesehatan
diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai Reproduksi. 5 (2) : 1-11
gambaran praktik terapi ARV oleh keluarga
pada anak penderita HIV/AIDS dengan
kombinasi pendekatan kualitatif untuk
memperoleh pemahaman yang lebih luas,
dalam dan bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
48