Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Agama dengan judul “ Tuhan Yang
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sepurna
karena itu,kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................1
Bab I Pendahuluan...................................................................................................3
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3. Tujuan...................................................................................................5
Bab II Pembahasan..................................................................................................6
2.1. Iman......................................................................................................6
BabIII
Kesimpulan…........................................................................................................32
Daftar Pustaka........................................................................................................34
2
BAB I
PENDAHULUAN
Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam semesta beserta isinya yang meliputi
makhluk Tuhan yang paling mulia karena manusia diberi akal dan budi pekerti
untuk dapat menentukan mana yang baik dan yang buruk bagi dirinya. Pada
dengan manusia lainnya. Sebagai wujud konkrit dari hidup bersama dan
berdampingan, maka sudah menjadi hal yang wajar apabila antara seorang pri dan
Iman adalah kata yang umum didengar dalam pendidikan agama islam. Bahkan
mungkin, pelajaran pendidikan agama islam yang pertama kali kita dengar adalah
tentang keimanan. Tetapi apa sebenarnya iman itu? Sudahkah kita memahami dan
mengaplikasikannya?
Tak hanya itu, keimanan juga erat kaitannya dengan ketakwaan. Mempelajari
3
Keimanan dan Ketakwaan perlu dipelajari dengan mendalam untuk menjaga
kita dari pikiran, perkataan, atau perbuatan yang dapat membuat kita melanggar
sebagai Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa,
Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir dan
suatu tindakan yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
tersebut
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Iman
berarti percaya. Taqwa yang berasal dari kat waqa artinya memelihara sesuatu.
Oleh karena itu, iman menunjukkan sikap batin yang terletak dalam hati sehingga
orang yang percaya atau beriman kepada Allah akan menunjukkan sikap batin yang
dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan
amal perbuatan (Al-Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun bil
arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati,
ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap
Akidah islam dalam Al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti
melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan yang diyakininya. Oleh karena itu,
orang yang mengimani aqidah islam akan melakukan segala sesuatu dengan aturan
hukum islam.
6
2.2 Proses Terbentuknya Iman
Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setiap anak lahir membawa fitrah.
Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi yahudi, nasrani,
atau majusi.” Oleh karena itu, keimanan seseorang anak ditentukan oleh orang
tuanya. Tak tanya itu, perilaku orang tua dirumah jugalah menjadikan anak tersebut
seseorang dapat beriman kepada Allah tanpa terlebih dahulu mengenal dan
mengetahui ajaran Allah. Setelah mengenal dan mengetahui ajaran Allah harus
dilakukan dalam proses pembiasaan agar dapat melaksanakan ajaran Allah dengan
hidup. Oleh karena itu, penting mengarahkan proses motivasi, agar dapat
membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif dalam menghadapi nilai-
7
2. Prinsip Internalisasi dan Individuasi
Iman akan lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku tertentu,
yakni usaha menerima nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya, dan
3. Prinsip Sosialisasi
Tingkah laku seseorang akan dikatakan teruji secara tuntas apabila sudah
ditangani secara konsisten yaitu secara tetap dan konsekuen, serta koheren
yaitu tanpa mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai
lainnya.
5. Prinsip Integrasi
Agar nilai iman hendaknya dapat dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu
nyata.
8
2.3 Tanda-tanda Orang Beriman dan Bertaqwa
➢ Jika nama Allah disebut, maka hatinya bergetar dan berusaha agar
➢ Senantiasa tawakal
perintah-Nya
kehormatan
bersyukur
➢ Senantiasa bersih
9
➢ Tidak berkeliaran dengan membawa fitnah
➢ Tidak pernah menuntut yang bukan haknya serta tidak menahan hak
orang lain
Allah adalah Maha Esa, baik dalam zat, sifat maupun perbuatan. Esa dalam
zat artinya Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian yang terpotong-potong dan
Dia pun tidak mempunyai sekutu. Esa dalam sifat berarti bahwa tak seorang pun
yang memiliki sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh Allah. Dan esa dalam perbuatan
(af’al) ialah bahwa tidak ada seorang pun yang mampu mengerjakan sesuatu yang
Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semsta yang
semesta ini ada dari yang tidak ada (creation ex-nihilo). Ia terjadi dengan
10
sendirinya, paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini berasal dari sel
(jauhar) yang merupakan inti. Ketiga, paham yang mengatakan bahwa alam
dengan teori sebab akibat (Cuality theory). Menurut teori kausalitas, adanya sesuatu
itu disebabkan adanya sesuatu yang lain. Dengan demikian, menurut teori ini, alam
semesta tidak terjadi dengan sendirinya tapi melalui proses penciptaan, yang
Terhadap teori kedua yang mengatakan bahwa alam semesta alam ini
berasal dari sel, Sayid Syabiq ( 1974:63) melihatnya sebagai teori yang lebih pesat
dari teori pertama. Menurutnya, sel tidak munkin mampu menyusun dan
memperindah sesuatu seperti yang terjadi pada alam semesta. Umpamanya, aspek
Adapun teori ketiga yang mengatakan bahwa alam semesta ada yang
menciptakan adalah teri yang bersesuaian dengan pemikiran akal yang sehat. Olek
karena itu, ia, baik secara ‘aql maupun naql dapat diterima. Masalah yang kemudian
muncul dari teori ketiga ialah: siapakah yang menciptakan alam semesta ini ?
Menurut doktrin Islam, pencipta alam semesta ini adalah Tuhan. Jawaban itu
11
Seorang muslim harus beriman kepada Allah yang artinya mengimami
adanya Allah, mengimami semua nama dan sifat Allah. Fungsi imam
kepada Allah SWT berarti seorang muslim harus percaya bahwa Allah itu
benar-benar ada. Allah adalah Tuhan semesta alam yang menciptakan langit
bahwa Allah SWT menciptakan malaikat dari cahaya, jin dari nyala api, dan
Adam dari tanah. Penciptaan malaikat lebih dulu dari penciptaan manusi.
dicium, dan dirasakan karena mereka berada di alam yang berbeda dengan
materil. Mereka selalu tunduk dan patuh kepada Allah SWT dan tidak
12
Antara malaikat yang satu dengan yang lainnya memiliki beberapa
perbedaan, seperti kedudukan dang pangkat yang hanya diketahu oleh Allah
SWT (QS. Fathir [35]: 1). Secara khusus, ayat tersebut menjelaskan bahwa
mereka berbeda-beda, ada yang dua, tiga, empat, dan ada pula yang lebih
dari itu, bergantung pada kehendak Allah SWT. Jumlah sayap tersebut,
menjelaskannya.
semesta.
Nabi Muhammad SAW, Nabi Isa a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Dawud a.s.
karena kitab-kitab itu diyakini umat Islam sebagai firman Allah yang
13
Islam mengajarkan bahwa mempercayai dan mengimami semua
pembenaran tarhadap adanya Allah Swt. Oleh karena itu, tidak sepantasnya
[2]:4).
Allah SWT kepada nabi terakhir pula. Sebagai kitab terakhir Al-
14
surga dan neraka, serta keharusan berakhlak mulia; kedua,
hanya disyariatkan untuk umat Nabi Isa a.s., yaitu kaum Nasrani.
kitab ini pun dibatasi, yaitu sampai tiba kitab Allah berikutnya.
15
murni lagi, karena sudah terdapat sejumlah penambahan dari
para pengikutnya.
Nabi Dawud a.s. Zabur, dalam Bahasa Arab, disebut juga dengan
4) Rasul-Rasul Allah
semua rasul yang di utus oleh Allah SWT tanpa membedakan antara satu rasul
dengan rasul lainnya. Secara Bahasa, rasul adalah orang yang diutus. Artinya,
ia diutus untuk menyampaikan berita rahasia, tanda-tanda yang akan dating, dan
misi atau risalah. Secara terminology, rasul berarti orang yang diutus oleh Allah
Hari akhir atau hari kiamat merupakan tanda-tanda akhir zaman, hari
Seorang muslim wajib percaya bahwa aka nada hari kiamat dan nantinya
16
Umat Islam wajib beriman kepada qada dan qadar. Qada dan qadar
merupakan takdir Allah yang baik maupun yang buruk. Beriman kepada
qada dan qadar berarti sepenuhnya bahwa ada ketentuan Allah SWT yang
terjadi di alam semesta, yang sama artinya bahwa semua yang terjadi pasti
ada takdirnya.
manusia seperti kapas yang diterbangkang angin kian kemari. Orang yang tidak
beriman hidupnya akan kacau tidak terarah. Dihanyutkan oleh hawa nafsu tanpa
yang menjaga keutuhan manusia dan keberadaannya di muka bumi. Dengan aturan
yang diberikan oleh Allah itu manusia mengetahui bahwa kehidupan itu
mempunyai tujuan.
Dengan adanya iman dan ketakwaan melakukan pekerjaan kita juga bisa
menjunjung tinggi nilai-nilai norma agama, bisa saling menghargai satu sama lain.
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan
kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta
17
terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan
bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan
mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha
yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut.
Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian filsafat dari segi
Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan
ini harus dilaksanakan secara intensif. Keimanan kepada Allah SWT, kecintaan,
harus ditumbuhkan secara subur dalam pribadi muslim yang tidak terpisah dengan
spiritual (QS. Ali Imran: 190-191) sehingga sikap keberagamaannya tidak hanya
pada ranah emosi tetapi didukung kecerdasan pikir atau ulul albab. Terpadunya dua
18
hal tersebut insya Allah menuju dan berada pada agama yang fitrah. (QS.Ar-Rum:
30).
Jadi, filsafat Ketuhanan dalam Islam bisa diartikan juga yaitu kebijaksanaan
Muslim.
َ ِعلَى
ِس ْم ِع ِه َ ِِعلَىِع ِْلم
َ ِِو َخت ََِم َِ ِضلَ ِهه
َ ِِّللاه َ َنِِات َ َخذَِِإِلَهَه َه َواه َوأ
ِِ نِيَ ْهدِي ِِهِ أَفَ َرأَيْتَِِ َم
ِْ َاوةِِفَ َم َ َعلَىِب
َ ص ِر ِِهِ ِغش َ ِل َ َِوقَ ْلبِ ِِه
َِ َِو َجع
)٢٣(َِِِِّللاِِأَفَالِتَذَ َك هرون
ِ َ مِ ْنِِبَ ْع ِد
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Dalam QS : 28 (Al-Qashash) : 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya
sendiri:
dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu
selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah
19
untukku bangunan yang Tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan
pendusta".
mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi)
maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan
ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda
(mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Derifasi makna dari kata ilah
tersebut mengandung makna bahwa ‘bertuhan nol’ atau atheisme adalah tidak
mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat,
kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
Al-Ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk
20
ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M. Imaduddin, 1989
: 56)
Atas dasar definisi ini, tuhan bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan
manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-tuhan.
juga. Adapun tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “laa ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti
dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada
Untuk lebih jelas memahami tentang siapakah Allah, DR. M. Yusuf Musa
menjelaskan dalam makalahnya yang berjudul “Al Ilahiyyat Baina Ibnu Sina wa
Ibnu Rusyd” yang telah di edit oleh DR. Ahmad Daudy, MA dalam buku Segi-segi
Pemikiran Falsafi dalam Islam. Beliau mengatakan : Dalam ajaran Islam, Allah
SWT adalah pencipta segala sesuatu ; tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa
kehendak-Nya, serta tidak ada sesuatu yang kekal tanpa pemeliharaan-Nya. Allah
SWT mengetahui segala sesuatu yang paling kecil dan paling halus sekali pun. Ia
yang menciptakan alam ini, dari tidak ada kepada ada, tanpa perantara dari siapa
21
1. Pemikiran barat
menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan
a. Dinamisme
b. Animisme
c. Politeisme
Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa
d. Henoteisme
22
Suatu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan.
tingkat Nasional ).
e. Monoteisme
oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang
orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang agung dan
sifat-sifat yang khas terhadap tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada
Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk
memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak
datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut
23
bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme
dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993 : 26-
27).
Ushuluddin dikalangan umat islam, timbul sejak wafatnya NAbi Muhammad SAW.
Secara garis besar, ada aliran yang berifat liberal, tradisional, da nada pula yang
a. Mu’tazilah
dalam islam. Orang islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak
b. Qadariah
c. Jabariah
Aliran ini merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak
24
Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara aliran
ketuhanan dalam kalangan umat Islam periode masa lalu. Pada prinsipnya
Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliran-
sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-
tertentu.
tidak boleh memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah
menciptakannya, suatu akal yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal
percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar
itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan
kehidupan.
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya
makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq adalah suatu pernyataan yang tidak benar.
Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa
25
karena itu bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya,
dapat ditemukan dalam Q.S al-Ankabut, 29: 61-63. Dalam ayat 61-63 dijelaskan
bahwa: “bangsa arab yang penyembah berhala tidak menolak eksistensi pencipta
pencipta langit dan bumi serta pengaturnya. Namun menurut al-Quran, ada
segelintir anak manusia yang menolak eksistensi tuhan, seperti penggambaran al-
Quran dalam Q.S. al-Jasyiah (45): 24. Ayat ini menegaskan bahwa: “mereka
berkata: “ kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan didunia saja, kita mati dan
kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Penolakan akan
eksistensi tuhan oleh sebagian kecil manusia itu, hanya didasarkan pada dugaan
semata dan tidak didasarkan pada pengetahuan yang meyakinkan seperti ditegaskan
dalam klausa penutup ayat 24 tersebut, yaitu:”mereka sekali kali tidak mempunyai
tentang keberadaan Allah sebagai tuhan semesta alam seperti yang terkandung
dalam surah Ali-Imran ayat 62 yang artinya “sesungguhnya ini adalah kisah yang
benar. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan sungguh Allah Maha Perkasa ,
Maha Bijaksana.
26
Keesaan Allah SWT adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau
disejajarkan dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat
syahadat Laa ilaaha illa Allah harus menempatkan Allah SWT sebagai prioritas
Tuhan adalah Wujud (ada). Bukti klasik yang sering digunakan adalah tentang
adanya alam semesta. Setiap sesuatu yang ada tentu diciptakan dan pencipta adalah
Allah SWT Tuhan pencipta alam semesta. Pembuktian dengan pendekatan seperti
diatas sebenarnya bukanlah hal baru lagi. Jauh sebelum umat Islam menggunakan
bukunya Timaeus yang mengatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi mesti ada
yang menjadikan.
antara lain :
1. Wujud
2. Dzat Tuhan
27
Pembahasan tentang dzat Allah merupakan hal yang pelik dan
3. Sifat
Membahas sifat Tuhan tidak bisa dilepaskan dari dzat, wujudnya dan
juga namanya. Sebab sifat adalah suatu yang melekat pada suat realitas,
4. Nama-nama Tuhan
Nya.
28
Yaitu apa saja yang telah, sedang dan akan dilakukan Tuhan dalam
kehidupan semesta ini. Perbuatan Tuhan, juga tidak lepas dari maujud
1. Al Kindi
pertama yang wujudnya menjadi sebab bagi wujud yang lain. Dia mempersepsikan
Tuhan sebagai sebab beranjak dari keyakinan bahwa suatu kejadian tidak bisa
terjadi karena dirinya sendiri, tetapi terjadi karena sesuatu yang lain. Sesuatu yang
lain itulah yang disebut sebab, sedangkan kejadian itu sendiri disebut akibat.
2. Ibnu Sina
Ibnu Sina berpendapat bahwa Akal Pertama mempunyai dua sifat : sifat wajib
wujudnya, sebagai pancaran dari Allah dan sifat mungkin wujudnya jika ditinjau
dari hakekat dirinya. Dengan demikian ia mempunyai tiga obyek pemikiran, Tuhan,
dirinya sebgai wajib hukumnya, dan dirinya sebagai mungkin wujudnya. Dari
pemikiran tentang Tuhan, timbul akal-akal, dan pemikiran tentang diinya sebagai
wajib wujudnya timbul jiwa-jiwa dan dari pemikiran tentang dirinya sebagai
Ibnu Sina dalam membuktikan adanya Tuhan Yang Maha Esa, Dialah Allah,
maka ia tidak perlu mencari dalil dengan salah satu makhluknya, tetapi cukup dalil
wujudnya. Wujud pertama, yakni : Wajibul Wujud. Sedangkan jagad raya ini,
29
mumkinul wujud memerlukan sesuatu sebab (‘illaat) yang mengeluarkan nya
menjadi wujud karena wujudnya tidak dari zatnya sendiri. Dengan demikian, dalam
terhadap wujud itu sendiri, tanpa memerlukan pembuktian wujud-Nya dengan salah
satu makhluk-Nya.
3. Al Ghazali
Asy’ariyah, yakni tertumu pada bukti teologi (kalamiah). Untuk itu dia menyatakan
bahwa alam yang rumit penciptannya dan kokoh aturannya itu pasti bersumber pada
sebab yang mengatur dan menata, sedankan karya-karya yang kokoh menunjukkan
memegang pendapat yang dianut oleh Al-Asy’ari, sehingga dia tidak menerima
pendapat aliran Hasywiyah yang berpegang teguh pada arti daru suatu teks (ayat
Al-Qur’an dan sunnah) agar mereka tidak mengosongkan Allah dari sifat-sifat.
dalam menyucikan Allah, sehingga mereka harus menafikan sifat-sifat Allah. Yang
4. Ibnu Thufail
Penciptaan dunia yang berlangsung lambat laun itu mensyaratkan adanya satu
pencipta, sebab dunia tidak bisa maujud dengan sendirinya. Juga sang pencipta
30
bersifat immaterial, sebab materi yang merupakan suatu kejadian dunia diciptakan
oleh satu pencipta. Di pihak lain, anggapan bahwa Tuhan bersifat immaterial, maka
kita tidak dapat mengenalinya lewat indra kita ataupun lewat imajinasi, sebab
gerak itu. Jika penyebab efesien ini berupa sebuah benda, maka kekuatannya tentu
terbatas dan karenanya tidak mampu menghasilkan suatu pengaruh yang tak
terbatas. Oleh sebab itu penyebab efesien dari gerak kekal harus bersifat immaterial.
dalam materi itu atau tanpa materi itu, sebab penyatuan dan pemisahan,
31
BAB III
KESIMPULAN
Iman menunjukkan sikap batin yang terletak dalam hati sehingga, orang
yang percaya atau beriman kepada Allah akan menunjukkan sikap batin yang sesuai
dengan ajaran Allah. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang
pengajaran iman dapat dimulai sejak masih dalam kanak-kanak dimulai dengan
ketakwaan.
keimanan dan ketakwaan dapat menuntun kita dalam memecahkan masalah hidup
sesuatu yang dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak
maupun konkret).
Dalam ajaran Islam diajarkan “la illaha illa Allah.” Susunan kalimat tersebut
32
dimulai dengan peniadan. Yaitu “tidak ada Tuhan,” kemudian baru diikuti dengan
penegasan “melainkan Allah.” Hal ini berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada
33
Daftar Pustaka
Hakim, Antang Abd dan Jaih Mubarok. 2000. Metodologi Studi Islam. Bandung :
Lubis, Syamsuddin, dkk. 2013. Islam Universal Menebar Islam sebagai Agama
Asy’arie, Musa. 2013. FILSAFAT ISLAM sunnah nabi dalam berfikir. Yogyakarta :
LESFI
Jusuf, Zaghlul, Dr, SH., Studi Islam, (Jakarta: Ikhwan, 1993), h. 26-37.
1981), h. 9-11.
Suryana, Toto, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Tiga Mutiara, 1996), h. 67-
77.
55-152.
34