Anda di halaman 1dari 6

Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Post Secsio Caesarea dengan Indikasi Cephalopelvic

Disrpopotion
Case Study: Nursing Care With Indication Cephalopelvic Dispropotion
1. Indah Nur Afifah 2. Wiwin RR., S.ST.,S.Pd,. M.Kes 3. Lulut H., S.Kep., Ns.,
M.Kes
Poltekkes Kemenkes Semarang
Indahafifah115@gmail.com

Abstract:
Background: The phenomenon of cephalopelvicdispropotion surgery can be done
repeatedly, the risk of wound care and handling must be done in the right way so that when
the surgery is done it can return to normal. Objective: Thepurpose of this study was to
determine maternity nursing care in the first sectiocaesarea post (1) with
cephalopelvicdispropotion. Method:This study is a case study plan using the nursing process
approach. The sample is Ny. A on.this research was carried out by interviews, examinations,
observation of activities, obtaining notes and diagnostic reports. Result: Based on the study
conductedThe client's data said that the pain in the former abdomen with a scale of 6 felt
slashed, the client complained that his body still felt weak, the client said it was difficult to
move. After nursing care for 2 days the main problem of pain nursing from scale 6 is reduced
to scale 2. Conclusion: Nursing problems in Ny. A is acute pain, infection risk and physical
mobilization barriers.
Keywords: Nursing care,Post partum, Sectiocaesarea, CPD

Abstrak :
Latar Belakang :Fenomena operasi cephalopelvic dispropotion bisa dilakukan berulangkali,
resiko perawatan luka dan penangan harus dilakukan dengan cara yang tepat sehingga pada
saat dilakukan operasi dapat kembali normal. Tujuan :Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui asuhan keperawatan maternitas post sectio caesarea pertama (1) dengan
cephalopelvic dispropotion.Metode :Penelitian ini merupakan rencana studi kasus
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Adapun sampelnya adalah Ny. A
pada.penelitian ini dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan, observasi aktivitas,
memperoleh catatan dan laporan diagnostik.Hasil :Berdasarkan pengkajian yang
dilakukandidapatkan data klien mengatakan nyeri pada perut bekas operasi dengan skala 6
terasa disayat-sayat, klien mengeluh badanya masih terasa lemas, klien mengatakan kesulitan
dalam bergerak. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari masalah utama
keperawatan nyeri dari skala 6 berkurang menjadi skla 2.Kesimpulan :Masalah keperawatan
pada Ny. A adalah nyeri akut, resiko infeksi dan hambatan mobilisasi fisik.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan,Post partum, Sectio caesarea, CPD.

I. PENDAHULUAN
Persalinan merupakan proses keluarnya janin dari jalan lahir pada seorang ibu yang
berlangsung selama 24 jam. Jika selama dalam 24 jam janin belum lahir maka harus
dilakukan tindakan medis berupa operasi. Sectio caesarea merupakan tindakan prosedur
pembedahan alah satunya dengan indikasi cephalopelvic dispropotion.
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
kedalam jalan lahir, keluarnya janin terjadi pada kehamilan yang cukup bulan yaitu (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun janin (Prawiroharjo, 2010).
Menurut Kasdu dalam Anonim (2013) sectio caesarea umumnya dilakukan jika ada indikasi
medis tertentu, untuk tindakan mengakhiri kehamilan dengan komplikasi, salah satunya
dengan komplikasi cephalopelvic disprpopotion (CPD).
Cephalopelvic Disproportion (CPD) merupakan istilah medis yang digunakan ketika
kepala bayi terlalu besar untuk melewati panggul ibu. Bentuk panggul yang abnormal bisa
dideteksi dengan mengukur tinggi badan, wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm
mempunyai panggul kecil. Pemeriksaan panggul bisa dilakukan pada minggu ke 36-38 jika
diameter biparietal kepala janin belum masuk dalam panggul ibu. Jika persalinan dengan
panggul sempit dibiarkan begitu saja maka akan menimbulkan bahaya pada ibu dan tentunya
janinya. Bahaya pada ibu saat partus lama yang akan menimbulkan efek samping seperti
dehidrsai serta asidosis, dan infeksi intrapartum, ruptur uteri, resiko terjadinya fistula
vesikoservikalis atau fistula vesikovaginalis dikarenakan tekanan yang lama antara tekanan
janin dan tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin berupa meningkatkan kematian
perintal,dan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin lebih parahnya bisa
menimbulkan fraktur pada os parietalis.(Karol KB, 2011)
Hasil penelitian di Dunia pada tahun 2008 didapatkan sectio caesarea dengan indikasi
sebanyak 58.17% sedangkan sectio caesarea non indikasi sebanyak 41.83% (Depkes RI
dalam Nurak, 2013). Angka kejadian sectio caesarea di Indonesia menurut survei nasional
tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22.8% dari seluruh
persalinan (Kasdu dalam Anonim, 2013).
Dari urain diatas untuk menghindari terjadi komplikasi pada ibu post partum dengan
tindakan seksio sesaria, maka peran perawat sangat diperlukan sebagai tenaga kesehatan.
Peran perawat dalam asuhan keperawatan pada Klien post partum dengan tindakan seksio
sesaria atas indikasi Cephalopelvic Disproportion, mencangkup promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif. Dilihat dari segi promotif peran perawat dapat melakukan peningkatan
pemahaman pada ibu tentang nutrisi yang baik untuk membantu masa pemulihan luka
jahitan, menghindari terjadi infeksi, dan perawatan pada luka operasi di rumah. Perawat juga
berperan dalam segi preventif perawat dimana memantau kontraksi uterus agar tidak terjadi
komplikasi lanjut yaitu seperti perdarahan, perawat juga mempunyai peran dalam segi kuratif
atau pengobatan, perawat berkolaborasi untuk pemberian analgesik pasca operasi, pemberian
antibiotik untuk mencegah infeksi pada bekas luka operasi dan perawatan pada luka bekas
operasi. Pada tindakan keperawatan rehabilitatif yaitu perawat menganjurkan klien untuk
melakukan ambulasi dini, senam nifas untuk pemulihan kondisi kesehatan dan tetap
melakukan kontrol kesehatan post partum sesuai dengan yang disarankan.

II. METODE PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kasus menggunakan
pendekatan dengan metode proses keperawatan. Sasaranya adalah Ny. A penelitian ini di RS
PKU Muhamadiyah Parakan pada bulan Januari 2019.Penelitian ini dilakukan dengan
wawancara, pemeriksaan, observasi aktivitas, memperoleh catatan dan laporan diagnostik .
Instrumen peneliti sendiri menggunakan alat bantu sphygmomanometer, stetoskop,
termometer, penlight, serta pedoman pengkajian.
Pendekatan proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi :
Pengkajian : peneliti melakukan pengumpulan data, baik bersumber dari responden/pasien,
keluarga pasien, maupun lembar status pasien.Diagnosis Keperawatan: Dalam diagnosis
keperawatan peneliti melakukan analisi terhadap semua data sehingga data yang diperoleh
bisa untuk menyimpulkan diagnosa.Intervensi keperawatan :dalam inervensi keperawatan
peneliti menyusun rencana tindakan keperawatn untuk mengatasi masalah keperawatan
yang terjadi.Implementasi keperawatan : dalam implementasi keperawatan peneliti
menyusun tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan. Evaluasi
keperawatan: peneliti melakukan penilaian tindakan keperawatan yang elah dilakukan
dalam mengatasi masalah yang terjadi.

III. HASIL PENELITIAN


Peneliti menjabarkan hasil penelitian dalam tahapan proses keperawatan :
Pengkajian : Data hasil pengkajian menunjukkan data subjektif : pasien mengatakan
nyeri pada abdomen dengan skala 6, pasien mengatakan susah untuk bergerak, klien
mengatakan pada riwayat kehamilan sebelumnya juga mengalami masalah yang sama, pasien
mengatakan pada kehamilanya pada 37 mengalami masalah. Data objektif : TTV:S= 36,2oC,
N=80 x/menit, R= 16 x/menit; kulit teraba hangat; terlihat merah dan berkeringat;
pemeriksaan nutrisi: A: BB turun 45 kg, B: Hb= 10,7 gr/dl, C:tidak sianosis, tidak ada
gingivitis, D: bubur lunak ; leukosit 7,6 ; pengeluaran darah pervagina ±500cc dengan warna
merah bau amis, inspeksi : bising usus 12x/menit. Hal ini sesuai dengan teori (prawiroharjo,
2010) dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat,
atau karena terdapat cephalopelvic dispropotion.
Diagnosa Keperawatan : Berdasarkan analisis data pengkajian dapat ditegakkan
Diagnosa keperawatan: Diagnosa keperawatan pertama adalah nyeri akut berhubunga dengan
agens cedera fisik. Nyeri akut adalah pengalaman sensori atau emosi tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan actual dan potensial atau kondisi lain yang masuk dalam
kriteria kerusakan tersebut (Green dan Wilkinson, 2012). Diagnosa keperawatan kedua
adalah hambatan mobilisasi fisik. Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam
gerakan fisik atau satu atau lebuh ekstremitas secara mandiri dan terarah. NANDA (2015)
Intervensi Keperawatan : Berdasarkanan diagnosa keperawatan diatas dapat disusun
rencana keperawatan : Setelah dilakukan rencana keperawatan selama 2x24 jam masalah
keperawatan yang pertama yaitu nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil :berkurang dari
skala 6 ke skala 2, pasien merasa tenang dan nyaman, pasien dapat mengontrol nyeri saat
timbul nyeri kembali dengan intervensi kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien, observasi
kondisi umum dan TTV, berikan klien posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi distraksi,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah keperawatan yang kedua
yaitu hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil : ADL teratasi, mampu
beraktivitas mandiri dengan intervensi : observasi kemampuan klien dalam beraktivitas,
bantu klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan, ajarkan pada klien untuk mulai
mobilisasi dari tempat tidur pelan-pelan, kolaborasi pada atau dengan keluarga klien dalam
beraktivitas. Jadi mobilisasi sangat diperlukan untuk melatih pergerakan atau posisi atau
adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan
caesarea (winarta, 2010)
Implementasi Keperawatan : Berdasarkan rencana keperawatan yang telah dilakukan
selama 2x24 jam tindakan yang telah dilaksanakan sesuain dengan rencana tindakan yang
telah disusunn.
Evaluasi Keperawatan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam masalah
keperawatan nyeri akut teratasi teratasi dari skala 6 ke 2. Dan masalah keperawatan hambatan
mobilisasi fisik belum teratasi, pasien bisa duduk.
IV. PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan penulis akan melakukan pembahasan untuk masing-
masing tahapan asuhan keperawatan.
Pengkajian : Untuk tahap pertama`adalah pengkajian dilakukan pengumpulan data
objektif dan subjektif meliputi identitas pasien dan penanggungjawab; riwayat kesehatan
sekarang, dahulu, keluarga dan sosial; sebelas pola fungsional menurut Gordon; serta
pemeriksaan fisik head to toe.
Pada kasus Ny. A dilakukannya sectio caesarea dengan indikasi cephalopelvic dispropotion
dikarenakan panggul sempit dan janin belum msuk jalan lahir pada usia 37 minggu, hal
tersebut sesuai teori yang ada bahwa salah satu indikasi sectio caesarea adalah CPD.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada pasien, pintu atas panggul sempit, hal ini sesuai dengan
etiologi yang ada.Pemeriksaan fisik didapatkan tinggi badan150 cm, berat badan 45kg, IMT
20, konjungtiva pucat pada kedua mata, abdomenterdapat bekas operasi seksiosesarea,
peruttampak menggantung. Pada Leopold Ididapatkan TFU 2 jbpx (32 cm), bokong, pada
leopold II didapatkan punggung pada bagian kanan, pada bagian kiri teraba ekstremitas, pada
lopold III didapatkan kepala, dan pada leopold IV didapatkan konvergen, Berat Janin (TBJ)
3050 gram, Denyut Jantung Janin (DJJ) 150x/menit, dan tidak terdapat his
Berdasarkan keluhan pasien, pasien mengatakan nyeri pada perut bekas operasi dengan skala
6 terasa disayat-sayat dengan selang waktu hilang timbul selama 25 menit sekali, pasien
mengatakan belum bisa menggerakan anggota tubuhnya.
Pada tahap pengkajian penulis menemukan faktor diantaranya sikap klien yang kooperatif
serta kerja sama antar keluarga yang baik sehingga data dapat diperoleh dengan lengkap.
Faktor penghambat dalam tahap pengkajian ini diantaranya penulis dalam memecahkan masalah
perlu adanya validasi data kepada perawat ruangan dan teori yang ada. Penulis juga sulit
dalam mencari sumber literature tentang chepalopelvik disproporsi, dan sumber literature
yang sudah lama. Solusi yang penulis lakukan yaitu mencari dari sumber melalui buku yang
ada dan buku sumber yang terbaru serta melalui internet.
Diagnosa : Untuk tahap kedua adalah diagnosa, penulis menganalisis analisa dari
pengkajian yang dilakukan. Dari pengkajian yang dilakukan penulis menyimpulkan diagnosa
yang utama yang muncul dari pasien tersebut yaitu nyeri akut berhubungan dengan agens
cedera fisik dengan data subjektif : pasien mengatakan nyeri perut bawah pada bekas operasi
dengan skala 6,seperti disayat-sayat dengan selang waktu hilang timbul ; Data objektif :
pasien terlihat menahan nyeri. Penulis menetapkan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisik sesuai dengan NANDA (2015).
Dan hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan keterbatasan rentan gerak.
Diagnosa kedua Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan keterbatasan rentang gerak
ditandai dengan data subjektif : pasien mengatakan belum bisa turun dari tempat tidur sendiri.
Data objesktif : klien terlihat lemas dan blm bisa bergerak. Penulis metapkan diagnosa
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan rentan gerak sesuai dengan NANDA(2015).

Sedangkan diagnosa yang tidak terdapat pada teori tetapi muncul pada kasus, yaitu
resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur invasif, intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan, penurunan sirkulasi. Diagnosa ini ditegakkan karena pada saat dilakukan
pengkajian klien tampak lemah, pucat dan kebutuhan klien masih harus dibantu secara penuh.
Faktor pendukung dalam menegakkan diagnosa keperawatan yaitu tercukupinya data-data
secara subjektif dan objektif yang disampaikan oleh klien dan klien kooperatif dalam
menyampaikan keluhan yang dialami. Sehingga memudahkan penulis untuk menegakkan
diagnosa keperawatan tersebut.
Intervensi : Untuk tahap ketiga adalah intervensi, dari diagnosa dapat disusun prioritas
masalah keperawatan. Penulis menetapkan diagnosa pertama adalah nyeri akut berhubungan
dengan agens cedera fisik. Hal ini sesuai dengan NANDA (2015). Intervensi yang penulis
susun harus mengandung (SMART), yaitu dapat diukur, dapat dilakukan dan dilaksanakan,
realita yang ada sesuai dengan batas waktu yang penulis tetapkan dalam kasus agar dapat
beraktivitas secara mandiri atau kebutuhan minimal.
Tujuan keperawatan untuk diagnosa pertama diharapkan selama 2x24 jam masalah
keperawatan nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil : nyeri berkurang dari skala 6 ke
skala 2, pasien merasa tenang dan nyaman, pasien dapat mengontrol nyeri saat timbul nyeri
kembali. Hal ini sesuai dengan NOC keperawatan (NOC ed 5)
Intervensi yang akan dilakukan adalah kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien, observasi
kondisi umum dan TTV, berikan klien posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi distraksi,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik. Hal ini sesuai dengan NIC keperawatan
(NIC ed 5)
Tujuan keperawatan untuk diagnosa kedua diharapkan selama 2x24 jam masalah
keperawatan yang kedua yaitu hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil :
ADL teratasi, mampu beraktivitas mandiri. Hal ini sesuai dengan NOC keperawatan (NOC ed
5).

Intervensi yang akan dilakukan adalah observasi kemampuan klien dalam beraktivitas, bantu
klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan, ajarkan pada klien untuk mulai
mobilisasi dari tempat tidur pelan-pelan, kolaborasi pada atau dengan keluarga klien dalam
beraktivitas. Hal ini sesuai dengan NIC keperawatan (NIC ed 5).

Implementasi : Tindakan yang dilakukan sesuai dengan asuhan keperawatan.

Evaluasi : Perkembangan pasien pada hari pertama belum sesuai dengan kriteria hasil
yang diharapkan sehingga intervensi tetap dilanjutkan. Sedangkan perkembangan pada hari
kedua sesuai dengan kriteria hasil.
V. SIMPULAN
Masalah utama pada Ny. A dengan CPD adalah nyeri akut.

REFERENSI
Prawiroharjo. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Ny.N Post Partum dengan Tindakan Seksio
Sesareae Atas Indikasi Cephalopelvic Dispropotion (CPD) di Ruang Delima RSUD Pasar
Rebo Jakarta Timur. ISSN 2614-8080 1(1).
Anonim. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Post Partum dengan Tindakan Seksio
Sesareae Atas Indikasi Cephalopelvic Dispropotion (CPD) di Ruang Delima RSUD Pasar
Rebo Jakarta Timur. ISSN 2614-8080 1(1).
Karol KB. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Post Partum dengan Tindakan Seksio
Sesareae Atas Indikasi Cephalopelvic Dispropotion (CPD) di Ruang Delima RSUD Pasar
Rebo Jakarta Timur. ISSN 2614-8080 1(1).
Green dan Wankinson (2012). Askep Pada Ny. N Post Sectio Caesarea Indikasi Disproporsi
Kepala Panggul di Bangsal Bougenvil RS Sleman Riyadi Surakarta. 6
Winarto. (2010). Pengaruh Mobilisasi Diri Terhadap Luka Post Operasi Sectio Caesarea. 14
Prawiroharjo. (2010). Multi Gravida dengan Riwayat Seksio Sesarea Atas Indikasi
Disproporsi Kepala Panggul Dengan Penyetor Tumor Paru
Poeter. (2005). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Skala Nyeri Post Operai Di
Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta

Anda mungkin juga menyukai