Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di dalam mempelajari ilmu sosial dasar, kita dapat mengkaji berbagai kehidupan dan
pola tingkah laku manusia dalam menjalankan berbagai macam aktifitasnya, termasuk
sebagai makhluk sosial. Namun, sebelum menginjak sebagai makhluk sosial, dalam hal ini
saya sedikit menguraikan tentang apa itu individu, keluarga, dan masyarakat.

Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam
lingkungan sosialnya,malainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku
spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu,
yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi
kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
Manusia adalah makhluk masyarakat.manusia selalu bersama dan di antara manusia
lainnya.dalam bentuk kongkritnya, manusia bergaul, berkomunikasi, dan berinteraksi
dengan manusia lainnya.

Penjelasan tersebut merupakan sedikit dari isi makalah yang kami buat. Adapun
makalah ini kami buat agar kita mengetahui tentang individu, keluarga, masyarakat serta
interksi sosial didalamnya. Karena pengetahuan penulis yang terbatas, penulis mengakui
bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran
kami harapkan guna pembuatan makalah yang lebih baik di kemudian hari.
B. Rumusan masalah

1. apa yang dimaksud dengan individu ?


2. apa yang dimaksud dengan keluarga?
3. apa yang di maksud dengan masyarakat?

C. Tujuan
1. mengetahui tentang individu, keluarga, masyarakat.
2. mengetahui peran dari individu, keluarga, masyarakat.
3. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi individu, keluarga, masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. INDIVIDU
2. KELUARGA

Kelompok individu yang utama bahkan yang pertama adalah keluarga. Keluarga dapat
dibentuk melalui persekutuan-persekutuan individu karena adanya hubungan darah
perkawinan ataupun adopsi.

Keluarga dibentuk dari dua orang individu yang berlainan jenis kelamin, yang diikat
tali perkawinan.

Pada belahan bumi tertentu, keturunan yang dihasilkan dari hubungan dua orang yang
berlainan jenis kelamin dan tidak diikat dengan tali perkawinan secara dejure tidak
dianggap sebagai bagian dari keluarga. Artinya, tidak mempunyai hubungan sedarah
dengan salah satu atau kedua orang tua yang menurunkannya. Akan tetapi, ada juga yang
menganggap sebagai dari keluarga dan mempunyai hubungan darah dengan salah satu
atau kedua orang tua yang menurunkannya.

Dengan sebab perkawinan, suatu keluarga dapat bertambah atau berkurang. Satu
keluarga bertambah anggotannya apabila ia kedatangan keluarga besan, atau kedua
keluarga sama-sama kehilangan anggota apabila anak yang dikawinkan membentuk
keluarga sendiri. Dan membentuk keluarga baru.

Jika seorang wanita pindah ke keluarga suami, hal ini oleh Willian J. Goode disebut
dengan patrilokal. Jika yang laki-laki masuk ke keluarga sang istri disebut matrilokal,
sedangkan mereka pindah ke tempat tersendiri di sebut dengan neolokal.

Keterpisahan seseorang dari keluarga baik karena ikut mertua, membentuk rumah
sendiri atau diangkat anak oleh keluarga lain, tidak menghilangkan kekerabatan dengan
keluarga asalnya, karena kekerabatan ini terkait dengan garis keturunan, baik dari pihak
ayah ataupun ibu, serta perkawinan dan adopsi.

Kekerabatn seseorang dengan orang lain karena adanya keterkaitan dengan garis
keturunan dari pihak ayah disebut dengan patrinial, sedangkan apabila kekerabatan itu
mempunyai keterkaitan dengan garis keturunan dari pihak ibu disebut matrinial.

Kekerabatan yang dibentuk secara patrinial maupun matrinial di sebut dengan klen
kecil, sedangkan keluarga besar adalah kelompok kekerabatan yang merupakan keturunan
dari suatu nenek moyang.
Dalam keluarga tradisional yang menjadikan ayah sebagai kepala keluarga, ia berupaya
memenuhi semua kebutuhan anggota keluarganya. Memang kadang-kadang terlihat
tuntutan seorang ayah kepada anggota keluarganya untuk mengerjakan suatu hal, tetapi
corak tuntutan ini lebih merupakan upaya pendidikan dan bukan keperluan si ayah, karena
keluarga sebagai wadah atau tempat anak memberikan dasar-dasar pendidikan.

A. Pengaruh keluarga terhadap anggota-anggotanya

Keluarga sebagai persekutuan dan tempat individu bernaung dalamnya menjunjung tinggi
prinsip kesatuan dan keutuhan untuk mencapai cita-cita dan tujuan bersama, karakteristik
keluarga dapat diidentifikasikan dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Keluarga terdiri atas orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah, atau
adopsi.

b. Para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah, dan mereka
membentuk satu rumah tangga (house hold)

c. Keluarga merupakan satu kesatuan orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi.
d. Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama, yang sebagaian besar berasal
dari kebudayaan umum.
Sebagai wadah setiap individu berinteraksi dan berkomunikasi, maka setiap peran
yang dilakukan setiap anggotanya paling tidak akan memberi pengaruh pada anggota
keluarga lainnya. Menurut Abu Ahmadi (1982), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terhadap keluarga.

a. Status sosial ekonomi keluarga

Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-


anak. Misalnya, keluarganya yang perekonomiannya menyebabkan lingkungan material
yang dihadapi oleh anak di dalam keluarganya lebih luas, sehingga ia mendapat
kesempatan lebih luas dalam memperkembangkan bermacam-macam kecakapan lengkap
dengan alatnya.

b. Faktor keutuhan keluarga

Faktor ini ditekankan pada strukturnya, yaitu keluarga yang lengkap.

c. Sikap dan kebiasaan orang tua

Peranan keadaan keluarga terhadap perkembangan sosial anak tidak hanya terbatas
pada situasi sosial ekonominya atau kebutuhan struktur dan interaksinya, tetepi cara-cara
atau sikap dalam pergaulannya juga memegang peranan penting dalam perkembangan
sosial mereka.
Di samping itu, perlu adanya kepatuhan setiap anggota keluarga terhadap norma yang
d terapkan dalam keluarga. Kepatuhan itu merupakan sarana suatu hal yang sudah
semestinya dan kebanyakan dikuasai oleh kebiasaan.

B. Perkawinan sebagai elemen pembentukan keluarga

Perkawinan dapat di asumsikan sebagai keterkaitan seorang pria dan wanita untuk
menjalin hubungan dan hidup bersama untuk mencapai tujua bersama.
Perkawinan sebagai upaya dasar untuk pembentukan keluarga dmulai sejak pemilihan
jodoh, agar pihak pria dan wanita sebagai calon suami istri diilih orang-orang yang dapat
memegang peran masing-masing dan menempati fungsinya, kewajiban dan tanggung
jawab menurut kekluarga yang dicita-citakan.
Dengan adanya perkawinan, akan lahir keturunan yang sah dan mendapat pengakuan
dari masyarakat keturunan ini secara fisik dan hukum merupakan bagian dari keluarga
yang sah.

C. Fungsi keluarga

Keluarga sebagai wadah kehidupan individu mempunyai peran penting dalam membina
dan mengembangkan individu yang bernaung didalamnya. Keluarga sebagai tempat
proses sosialisasi paling dini bagi tiap anggotanya untuk menuju pergaulan masyarakat
yang lebih kompleks dan lebih luas.
Kebutuhan fisik seperti kasih sayang dan pedidikan dari anggota-anggotanya dapat di
penuhi oleh keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan itu walaupun tidak secara tegas dan
cara formal, anggota keluarga telah memainkan peran dan fungsi mereka masing-masing.

Menurut william F Ogburn, fungsi keluarga secara luas berupa


a. Fungsi perlindungan
b. Fungsi ekonomi
c. Fungsi pendidikan
d. Fungsi rekreasi
e. Fungsi agama

Mersted mengemukakan fungsi keluarga


a. Mengatur dan menguasai implus-implus
b. Membantu
c. Menegakkan antar budaya
d. Mewujudkan status
Bentuk-Bentuk Hubungan Sosial

Menurut Gillin Dan Gillin, terjadinya sebuah hubungan sosial dapat dibedakan menjadi
2, proses sosial assosiatif dan proses sosial dissosiatif.

1. Proses Sosial Assosiatif

Terjalinnya hubungan sosial yang mengarah pada bentuk jalinan sosial yang erat, saling
membutuhkan, dan terbentuk suatu kerjasama merupakan proses sosial assosiatif. Melalui
proses assosiatif terjadi kecenderungan terjalinya kesatuan dan meningkatnya solidaritas
antar anggota kelompok

Tujuan akomodasi, antara lain :

 Mengurangi pertentangan orang perorang maupun kelompok sebagai akibat


perbedaan paham.
 Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu.
 Memungkinkan kerjasama anatar individu atau kelompok sosial.
 Mengupayakan peleburan antar kelompok sosial yang berbeda.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak cara untuk melakukan akomodasi agar suatu
hubungan sosial yang semula diliputi ketegangan dapat berubah menjadi bentuk hubungan
sosial yang menyenangkan. Beberapa bentuk-bentuk akomodasi yang dapat kita temukan
antara lain :

1. Arbitrasi (arbitration)

Arbitrasi adalah menyelesaikan suatu perkara atau upaya untuk mengurangi ketegangan
dengan melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral.

2. Ajudikasi

Banyak kasus yang dapat diselesaikan secara damai di meja hijau pengadilan. Cara
mendamaikan masalah melalui pengadilan tersebut disebut ajudikasi.

3. Toleransi

Toleransi merupakan bentuk sikap yang muncul secara tidak sadar dan tidak direncanakan
yang berypa memaklumi keadaan orang lain sehingga terhindar dari perselisihan. Misalnya
saat asyik sedang bermain musik, tiba-tiba tetangga sebelah meninggal dunia, secara
spiontan orang yang sedang bermain musik menghentikan permainannya.

4. Stalemate

Pasca perang dunia ii berakhir dan sebelum negara uni sovyet runtu, di dunia terdapat dua
negara adikuasa, yakni uni sovyet dan amerika serikat. Mereka dikenal sebagai negara
super power yang saling bersaing untuk menggungguli kekuatan masing-masing. Namun,
karena kekuatan mereka seimbang , mereka justru tidak terlibat perang terbuka, sehingga
lebih dikenal denagn perang dingin (cold war). Mereka dalam keadaan diam tidak saling
bertikai karena kekuatan mereka seimbang, keadaan ini disebut stalemate.

5. Mediasi

Penyelasain permasalahan yang terjadi antar dua individu atau kelompok sosial kadang
dapat diselesaikan dengan bantuan pihak ketiga. Misalnya ketegangan yang terusmenerus
terjadi antara pemerintah ri dengan gam (gerakan aceh merdeka) akhirnya dapat
diselesaikan secara damai setelah melibatkan pihak ketiga, yakni negara swedia yang
memberikan fasilitas bagi terselengaranya pertemuan antara perwakilan dua kelompok
tersebut untuk saling menjalin kesepakatan damai. Upaya perdamaian yang demikian ini
disebut mediasi.

6. Coercion

Coercion merupakan cara akomodasi yang dilakukan terhadap pihak yang keadaannya
lemah, sehingga mau tidak mau harus tunduk pada pihak yang lebih kuat kedudukannya
dan berkuasa atas dirinya. Misalnya pekerja dituntut untuk segera menyelesaikan
pekerjaannya, sedangkan majikan tidak segera membayar upah yang menjadi hak pekerja.
Meskipun demikian pekerja tidak banyak melakukan protes karena adanya tekanan jika
majikan tidak puas akan hasil kerjanya akan dikeluarkan dari pekerjaannya. Padahal
mencari pekerjaan baru bukan hal mudah. Pekerja terpaksa pasrah meskipun tridak
diperlakukan tidak adil. Hal tersebut merupakan contoh coercion, yakni bentuk akomodasi
yang terjadi karena faktor paksaan.

7. Kompromi

Dalam berita kriminal yang ditayangkan televisi, mungkin kalian pernah melihat adanay
pertikaian antar buruh dan majikan yang masing-masing memiliki tuntutan tertentu,
sehingga terjadilah aksi unjuk rasa bahkan pemogokan kerja. Pihak penguasa
menghendaki keuntungan yang besar dengan cara menekan upah buruh seminimal
mungkin tetapi dengan menuntut buruh untuk bekerja semaksimimal mungkin. Adapun
dari pihak buruh menghendaki upah yang pantas dengan berbagai fasilitas seperti
tunjangan hari raya, hak cuti, hak pengobatan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
peningkatan kesejahteraan . pertikaian terjadi tatkala antara tuntutan keduanya tidak
menemui suatu kata sepakat.

8. Konsiliasi (Conciliation)

Pada umumnya, pihak-pihak yang berselisih masing-masing memiliki keinginan tertentu.


Untuk mencapai perdamaian dapat dilakukan melalui konsiliasi, yakni
mempertemukan keinginan-keinginan pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan
bersama. Misalnya untuk menyelesaikan pertikaian antara buruh dan pengusaha dibentuk
adanya tim kerja yang terdiri dari perwakilan pihak buruh dan pengusaha serta wakil dari
pemerintah, dalam hal ini departemen tenaga kerja untuk duduk bersama saling
menyelesaikan permasalahan bersama, sehingga tercapai suatu kesepakatan damai.

Proses dissosiatif ada 3 bentuk, yaitu persaingan, pertentangan, dan kontravensi.

1. Persaingan/kompetisi

Persaingan adalah proses sosial di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang
bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa
tertentu menjadi pusat perhatian umum tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.

Persaingan mempunyai 2 tipe, yaitu persaingan yang bersifat pribadi dan yang bersifat
kelompok.

2. Persaingan bersifat pribadi (rivalry)

Dalam sebuah organisasi sering terjadi persaingan yang bersifat pribadi baik secara
terbuka maupun secara tersembunyi (diam-diam) untuk memperebutkan kedudukan
tertentu. Demikian pula dilingkungan sekolah, setiap siswa bersaing ketat untuk meraih
peringkat tertinggi dalam perolehan nilai rapor.

Persaingan pribadi yang berlangsung secara sehat dapat meningkatkan motivasi seseorang
untuk meraih prestasi semaksimal mungkin. Namun, jika persaingan dilakukan secara
tidak sehat yang terjadi adalah permusuhan, sehingga hubungan sosial tidak harmonis.
3. Persaingan bersifat kelompok

Persaingan bukan hanya terjadi antar individu melainkan bisa juga terjadi antarkelompok.
Misalkan perusahaan-perusahaan sejenis saling bersaing untuk memperebutkan wilayah
pemasaran seluas-luasnya.

Terjadinya persaingan dalam kehidupan masyarakat akan mengakibatkan :

1. Timbulnya solidaritas kelompok.


2. Timbulnya perubahan sikap baik positif maupun negatif.
3. Kerusakan atau hilangnya harta benda maupun nyawa jika terjadi benturan fisik.
4. Terjadinya negosiasi di antara pihak-pihak yang bertikai.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kelompok individu yang utama bahkan yang pertama adalah keluarga. Keluarga
dapat dibentuk melalui persekutuan-persekutuan individu karena adanya hubungan darah
perkawinan ataupun adopsi.

Keluarga dibentuk dari dua orang individu yang berlainan jenis kelamin, yang diikat
tali perkawinan.

Pada belahan bumi tertentu, keturunan yang dihasilkan dari hubungan dua orang yang
berlainan jenis kelamin dan tidak diikat dengan tali perkawinan secara dejure tidak
dianggap sebagai bagian dari keluarga. Artinya, tidak mempunyai hubungan sedarah
dengan salah satu atau kedua orang tua yang menurunkannya. Akan tetapi, ada juga yang
menganggap sebagai dari keluarga dan mempunyai hubungan darah dengan salah satu
atau kedua orang tua yang menurunkannya.

Dengan sebab perkawinan, suatu keluarga dapat bertambah atau berkurang. Satu
keluarga bertambah anggotannya apabila ia kedatangan keluarga besan, atau kedua
keluarga sama-sama kehilangan anggota apabila anak yang dikawinkan membentuk
keluarga sendiri. Dan membentuk keluarga baru.

3.2 Saran

Sebaiknya manusia sebagai makhluk social melakukan hubungan social baik antar
individu dan individu, individu dan kelompok, dan keleompok dengan kelompok. Dan
manusia juga harus berpikir positif untuk menghadapi dampak negative dari hubungan
social.
DAFTAR ISI

Sampul Halaman i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Bab I Pendahuluan 1

A. Latar belang
B. Rumus masalah
C. Tujuan

Bab 2 Pembahasan 2

Bab 3 Penutup 3

A. Kesimpulan
B. Saran
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karunia
dan limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan
tepat waktu.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami bersedia untuk menerima kritik serta saran dari pembaca agar terwujud sebuah
makalah yang lebih baik.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Montong, 24 Nopember 2019

Penulis
MAKALAH SOSIOLOGI
Individu, kelompok dan hubungan sosial di masyarakat

Disusun Oleh
Moch. Vicky Putra Dani
Thomas Adi Saputra
Rusma Aris
Kholila Nur Amala
Eno Vema Dwi Fitri

X- IPS

SMA NEGERI 1 MONTONG


Jalan Raya Tanggulangin Km 1 – Montong
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai