Anda di halaman 1dari 16

5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.

com

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PENYAKIT
“CHOLESTASIS” 

OLEH:

I DEWA GEDE PRANATA WIGUNA


P07120013012
TINGKAT 2.1 REGULER

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN

2014

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 1/16
5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.com

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PENYAKIT
“CHOLESTASIS” 

1.  KONSEP DASAR PENYAKIT  


A.  Pengertian  

Cholestasis adalah kondisi yang terjadi akibat terhambatnya aliran empedu


dari saluran empedu ke intestinal. Cholestasis terjadi bila ada hambatan aliran empedu
dan bahan-bahan yang harus diekskresi hati (Nazer, 2010). 
Cholestasis adalah kegagalan aliran cairan empedu masuk duodenum dalam

 jumlah normal. Gangguan dapat terjadi mulai dari membrana-basolateral dari


hepatosit sampai tempat masuk saluran empedu ke dalam duodenum. Dari segi klinis
didefinisikan sebagai akumulasi zat-zat yang diekskresi kedalam empedu seperti
 bilirubin, asam empedu, dan kolesterol didalam darah dan jaringan tubuh. Secara
 patologi-anatomi cholestasis adalah terdapatnya timbunan trombus empedu pada sel
hati dan sistem bilier (Arief, 2010).

B.  Etiologi/Penyebab 
Penyebab cholestasis dibagi menjadi 2 bagian: intrahepatic cholestasis dan
ekstrahepatic cholestasis.
1)  Pada intrahepatic cholestasis terjadi akibat gangguan pada sel hati yang terjadi
akibat: infeksi bakteri yang menimbulkan abses pada hati, biliary cirrhosis
 primer, virus hepatitis, lymphoma, cholangitis sclerosing primer, infeksi tbc
atau sepsis, obat-obatan yang menginduksi cholestasis.
2)  Pada extrahepatic cholestasis, disebabkan oleh tumor saluran empedu, cista,

striktur (penyempitan saluran empedu), pankreatitis atau tumor pada pankreas,


tekanan tumor atau massa sekitar organ, cholangitis sklerosis primer. Batu
empedu adalah salah satu penyebab paling umum dari saluran empedu diblokir.
Saluran empedu diblokir mungkin juga hasil dari infeksi.

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 2/16
5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.com

C.  Epidemiologi/Insiden Kasus 


Cholestasis pada bayi terjadi pada ± 1:25000 kelahiran hidup. Insiden hepatitis
neonatal 1:5000 kelahiran hidup, atresia bilier 1:10000-1:13000, defisiensi α-1
antitripsin 1:20000. Rasio atresia bilier pada anak perempuan dan anak laki-laki
adalah 2:1, sedang pada hepatitis neonatal, rasionya terbalik 5,6,7.
Di Kings College Hospital England antara tahun 1970-1990, atresia bilier 377
(34,7%), hepatitis neonatal 331 (30,5%), α-1 antitripsin defisiensi 189 (17,4%),
hepatitis lain 94 (8,7%), sindroma Alagille 61 (5,6%), kista duktus koledokus 34
(3,1%).3,5
Di Instalasi Rawat Inap Anak RSU Dr. Sutomo Surabaya antara tahun 1999-
2004 dari 19270 penderita rawat inap, didapat 96 penderita dengan neonatal
cholestasis. Neonatal hepatitis 68 (70,8%), atresia bilier 9 (9,4%), kista duktus
koledukus 5 (5,2%), kista hati 1 (1,04%), dan sindroma inspissated-bile 1 (1,04%).8

D.  Patofisiologi
Empedu adalah cairan yang disekresi hati berwarna hijau kekuningan
merupakan kombinasi produksi dari hepatosit dan kolangiosit. Empedu
mengandung asam empedu, kolesterol, phospholipid, toksin yang terdetoksifikasi,
elektrolit, protein, dan bilirubin terkonyugasi. Kolesterol dan asam empedu
merupakan bagian terbesar dari empedu sedang bilirubin terkonyugasi merupakan
 bagian kecil. Bagian utama dari aliran empedu adalah sirkulasi enterohepatik dari
asam empedu. Hepatosit adalah sel epetelial dimana permukaan basolateralnya
 berhubungan dengan darah portal sedang permukaan apikal (kanalikuler) berbatasan
dengan empedu. Hepatosit adalah epitel terpolarisasi berfungsi sebagai filter dan
 pompa bioaktif memisahkan racun dari darah dengan cara metabolisme dan
detoksifikasi intraseluler, mengeluarkan hasil proses tersebut kedalam
empedu.Salah satu contoh adalah penanganan dan detoksifikasi dari bilirubin tidak
terkonyugasi (bilirubin indirek).

Bilirubin tidak terkonyugasi yang larut dalam lemak diambil dari darah
oleh transporter pada membran basolateral, dikonyugasi intraseluler oleh enzim
UDPGTa yang mengandung P450 menjadi bilirubin terkonyugasi yang larut air

dan dikeluarkan kedalam empedu oleh transporter mrp2. mrp2 merupakan bagian
yang bertanggungjawab terhadap aliran bebas asam empedu. Walaupun asam

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 3/16
5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.com

empedu dikeluarkan dari hepatosit kedalam empedu oleh transporter lain, yaitu
 pompa aktif asam empedu. Pada keadaan dimana aliran asam empedu menurun,
sekresi dari bilirubin terkonyugasi juga terganggu menyebabkan hiperbilirubinemia
terkonyugasi. Proses yang terjadi di hati seperti inflamasi, obstruksi, gangguan
metabolik, dan iskemia menimbulkan gangguan pada transporter hepatobilier
menyebabkan penurunan aliran empedu dan hiperbilirubinemi terkonjugasi (Areif,
2010)

E.  Gejala Klinis 

Gambaran klinis pada cholestasis pada umunya disebabkan karena keadaan-keadaan:


1.  Terganggunya aliran empedu masuk ke dalam usus
1.  Tinja akolis/hipokolis
2.  Urobilinogen/sterkobilinogen dalam tinja menurun/negatif
3.  Urobilin dalam air seni negatif
4.  Malabsorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 4/16
5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.com

5.  Steatore
6.  Hipoprotrombinemia
2.  Akumulasi empedu dalam darah
1.  Ikterus
2.  Gatal-gatal
3.  Hiperkolesterolemia
3.  Kerusakan sel hepar karena menumpuknya komponen empedu
a.  Anatomis
- Akumulasi pigmen
- Reaksi peradangan dan nekrosis
 b.  Fungsional
- Gangguan ekskresi (alkali fosfatase dan gama glutamil
transpeptidase meningkat)
- Transaminase serum meningkat (ringan)
- Gangguan ekskresi sulfobromoftalein
- Asam empedu dalam serum meningkat

Tanda-tanda non-hepatal sering pula membantu dalam diagnosa, seperti


sindroma polisplenia (situs inversus, levocardia, vena cava inferior tidaka ada), sering
 bersamaan dengan atresia bilier: bentuk muka yang khas, posterior embriotokson,
serta adanya bising pulmunal stenosis perifer, sering bersamaan dengan “ paucity of
the intrahepatic bile ductules” (arterio hepatic displasia/Alagille’s syndrome) nafsu
makan yang jelek dengan muntah, “irritable”, sepsis, sering karena adanya kelainan
metabolisme seperti galaktosemia, intoleransi froktosa herediter, tirosinemia.

 
F. Pemeriksaan Penunjang 
Secara garis besar, pemeriksaan dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu  
 pemeriksaan : 
1.  Pemeriksaan Laboratorium 
a.  Pemeriksaan Rutin 
Pada setiap kasus cholestasis harus dilakukan pemeriksaan kadar  
komponen bilirubin untuk membedakannya dari hiper-bilirubinemia fisiologis. 
Selain itu dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap, uji fungsi hati, dan   gamma-
GT. Kadar bilirubin direct < 4mg/dl tidak sesuai dengan obstruksi   total.

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 5/16
5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.com

Peningkatan kadar SGOT/SGPT > 10 kali dengan peningkatan gamma-   GT < 5


kali, lebih mengarah ke suatu kelainan hepatoseluler. Sebaliknya,   peningkatan
SGOT < 5 kali dengan peningkatan gamma-GT > 5 kali, lebih  mengarah ke
cholestasis ekstrahepatik. Menurut Fitzgerald, kadar gamma-GT  yang rendah
tidak menyingkirkan kemungkinan atresia bilier.  

 b.  Pemeriksaan Khusus 


Pemeriksaan aspirasi duodenum (DAT) merupakan upaya diagnostik   yang
cukup sensitif, tetapi penulis lain mengatakan bahwa pemeriksaan ini   tidak lebih
 baik dari pemeriksaan visualisasi tinja. 

2.  Pencitraan 
a.  Pemeriksaan ultrasonografi 
 b.  Sintigrafi hati 
c.  Pemeriksaan kolangiografi 

3.  Biopsi Hati 


Gambaran histopatologik hati adalah alat diagnostik yang paling dapat  
diandalkan. Di tangan seorang ahli patologi yang berpengalaman, akurasi  

diagnostiknya mencapai 95% sehingga dapat membantu pengambilan keputusan  


untuk melakukan la-paratomi eksplorasi, dan bahkan berperan untuk penentuan  
operasi Kasai. Keberhasilan aliran empedu pasca operasi Kasai ditentukan oleh  
diameter duktus bilier yang paten di daerah hilus hati. Bila diameter duktus 100-   200
u atau 150-400 u maka aliran empedu dapat terjadi.

G.  Penatalaksanaan 
1.  Terapi medikamentosa yang bertujuan untuk :
a.  Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh hati terutama asam
empedu (asam litokolat), dengan memberikan ½ Fenobarbital 5
mg/kg/BB/hari dibagi 2 dosis per oral. Fenobarbital akan merangsang enzim
glukuronil transferase (untuk mengubah bilirubin indirect menjadi bilirubin
direct); enzim sitokrom P-450 (untuk oksigenisasi toksin), enzim
Kolestiramin 1 gr/kg/BB/hari dibagi 6 dosis atau sesuai jadwal pemberian
susu. Kolestiramin memotong siklus enterohepatik asam empedu sekunder.

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 6/16
5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.com

 b.  Melindungi hati dari zat toksik, dengan memberikan ½ asam


unsodeoksikolat, 3 ½ 10 mg/kg/BB/hari dibagi 3 dosis per oral. Asam
unsedeoksikolat mempunyai daya ikat kompetitif terhadap asam litokolat
yang hepatotoksik.
2.  Terapi nutrisi, yang bertujuan untuk memungkinkan anak tumbuh dan
 berkembang seoptimal mungkin, yaitu :
a.  Pemberian makanan yang mengandung medium chain tri-glycerides (MCT)
untuk mengatasi malabsorpi lemak.
 b.  Penatalaksanaan defisiensi vitamin yang larut dalam lemak.
3.  Terapi bedah
Bila semua pemeriksaan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis atresia
 bilier hasilnya meragukan, maka Fitzgerald menganjurkan laparatomi eksplorasi
 pada keadaan sebagai berikut : Bila feses tetap akolik dengan bilirubin direct > 4
mg/dl atau terus meningkat, meskipun telah diberikan fenobarbital atau telah
dilakukan uji prednison selama 5 hari.

2.  KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 

A.  Pengkajian
Pengkajian adalah komponen kunci dan pondasi proses keperawatan,
 pengkajian terbagi dalam tiga tahap yaitu, pengumpulan data, analisa data dan
diagnosa keperawatan. (H. Lismidar, 1990. Hal 1)
a.  Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan –  urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :
1)  Identitas klien
Cholestasis merupakan batu pada kandung empedu yang banyak terjadi
 pada individu yang berusia di atas 40 tahun dan semakin meningkat
 pada usia 75 tahun. Dan wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk
terkena cholestasis dibandingkan dengan pria.
2)  Alasan Masuk RS
a.  Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan
oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 7/16
5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.com

rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, dan


mual muntah.
 b.  Riwayat penyakit sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama
melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus
utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana
nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal
menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang
dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan
Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal
tersebut.
3)  Riwayat Kesehatan
a.  Kesehatan Sebelumnya
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit
sama atau pernah di riwayat sebelumnya. Klien memiliki Body
Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk
terjadi cholestasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka
kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi.
 b.  Riwayar Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah
menderita penyakit cholestasis. Penyakit cholestasis tidak
menurun, karena penyakit ini menyerang sekelompok manusia
yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat.
Tapi orang dengan riwayat keluarga cholestasis mempunyai
resiko lebih besar dibanding dengan tanpa riwayat keluarga.
4)  Riwayat psikososial
Pola pikir sangat sederhana karena ketidaktahuan informasi dan
mempercayakan sepenuhnya dengan rumah sakit. Klien pasrah
terhadap tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit asal cepat sembuh.
Persepsi diri baik, klien merasa nyaman, nyeri tidak timbul
sehubungan telah dilakukan tindakan cholesistektomi.

5)  Pola fungsi kesehatan


a)  Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 8/16
5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.com

Persepsi diri baik, klien merasa nyaman, nyeri tidak timbul


sehubungan telah dilakukan tindakan cholesistektomi.
 b)  Pola nutrisi dan metabolik
Pasien dengan cholestasis biasanya mengalami malnutrisi
lemak dan mengalamai mual, muntah pada saat makan. Kaji
 pola makan dan nutrisi pasien.
c)  Pola eliminasi
Klien tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi
maupun defekasi
d)  Pola aktivitas dan latihan
Dengan nyeri abdomen akan menganggu aktivitas.
e)  Pola tidur dan istirahat
Dengan nyeri pada abdomen mengakibatkan terganggunya
kenyamanan tidur dan istirahat.
f)  Pola hubungan dan peran
Klien tidak mengalami masalah dengan hubungan dan peran.
g)  Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan,
dan pendengaran) tidak ada gangguan.
h)  Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
kawatir klien tentang penyakitnya.
i)  Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
 penolakan terhadap pengobatan.
 j)  Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena nyeri abdomen menyebabkan terganggunya aktifitas
ibadah klien.
6)  Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem –  sistem tubuh
a). Sistem integumen

Pasien dengan Cholestiasis biasanya akan mengalami gatal-


gatal pada kulit akibat adanya toksin dalam darah.

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 9/16
5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.com

 b). Sistem pernapasan


Pada Pasien Cholestasis tidak mengalami masalah dengan
sistem pernapasan.
c). Sistem pengindraan
Kemungkinan besar pasien tidak memiliki masalah dalam
sistem pengindraan.
d). Sistem kordiovaskuler
Pasien tidak megalami maslaah dalam sistem kardiovaskuler,
 bila ada kaji secara rinci.
e). Sistem gastrointestinal
Pada hasil pemeriksaan fisik abdomen didapatkan :
Inspeksi : datar, eritem (-), sikatrik (-)
Auskultasi : peristaltik (+)
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (+) regio kuadran kanan atas,
hepar-lien tidak teraba, massa (-)
Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung
empedu. Biasanya pada penyakit ini kantung empedu dapat
terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi pembengkakan
 pada kandung empedu.
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan
turun. (DR.Dr. Soeparman, 1998. Hal 718)
f). Sistem muskuloskeletal
Pasien dengan cholestasis tidak mengalami masalah
dalam sistem mussuloskeletal.
g). Sistem neurologis
Biasanya akan mengalami nekrosis bila terjadi fatal
h). Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
7)  Pemeriksaan penunjang
i.  Pemeriksaan Radiologi

ii.  Pemeriksaan laboratorium

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 10/16
5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.com

 b.  Analisa data


Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan
masalah klien.

B.  Diagnosa Keperawatan

1.   Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi/spasme duktus, proses
inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis. 
2.  Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah, distensi, dan
hipermotilitas gaster. 
3.  Risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan
memaksa diri atau pembatasan berat badan sesuai aturan; mual/muntah.  

C.  Rencana Keperawatan


1.   Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi/spasme duktus, proses
inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis. 
Tujuan :
Individu akan menyatakan redanya/berkurangnya nyeri setelah tindakan
 pereda nyeri yang memuaskan.

Kriteria Hasil :
Perencanaan keperawatan yang dibuat untuk klien nyeri diharapkan
 berorientasi untuk memenuhi hal-hal berikut:
1.  Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri.
2.  Klien melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman.
3.  Klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki.
4.  Klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri.

5.  Klien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa
nyeri saat dirumah.
Intervensi Rasional
1.  Observasi dan catat lokasi, beratnya 1.  Membantu membedakan penyebab
(skala 0-10) dan karakter nyeri nyeri dan memberikan informasi
(menetap, hilang timbul, kolik). tentang kemajuan/perbaikan
 penyakit, terjadinya komplikasi, dan

keefektifan intervensi.

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 11/16
5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.com

2.  Atur posisi klien senyaman mungkin 2.  Meningkatkan istirahat, memusatkan
kembali perhatian, dapat
meningkatkan koping. Tirah baring

 pada posisi fowler rendah


menurunkan tekanan intraabdomen.
3.  Dengan teknik relaksasi dan
3.  Ajarkan teknik non farmakologis distraksi dapat mengalihkan
sperti distraksi dan relaksasi  perhatian pasien dengan nyeri yang
dirasakan.
4.  Menghilangkan reflex
4.  Kolaborasi : Berikan obat sesuai spasme/kontraksi otot halus dan
indikasi; atau dengan analgetik membantu dalam manajemen nyeri.

2.  Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah, distensi, dan
hipermotilitas gaster.
Tujuan dan Kriteria Hasil (NIC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….. defisit volume cairan
teratasi dengan kriteria hasil:

1.  Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
2.  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3.  Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
4.  Orientasi terhadap waktu dan tempat baik
5.  Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal
6.  Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal

7.   pH urin dalam batas normal


8.  Intake oral dan intravena adekuat

Intervensi Rasional
1.  Pertahankan masukan dan haluaran 1.  Memberikan informasi tentang status
akurat, perhatikan haluaran kurang cairan/volume sirkulasi dan
dari masukan, peningkatan berat jenis kebutuhan penggantian.
urine. Kaji membrane mukosa/kulit,

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 12/16
5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.com

nadi perifer, dan pengisian kapiler.


2.  Awasi tanda / gejala
2.  Muntah berkepanjangn, aspirasi
 peningkatan/berlanjutnya
gaster, dan pembatasan pemasukan
mual/muntah, kram abdomen, oral dapat menimbulkan deficit
kelemahan, kejang, kejang ringan,
natrium, kalium dan klorida.
kecepatan jantung tak teratur,
 parestesia, hipoaktif atau tak adanya
 bising usus, depresi pernapasan.
3.  Kolaborasi : Pertahankan pasien puasa
3.  Menurunkan sekresi dan motilitas
sesuai keperluan.
gaster.
4.  Kolaborasi : Berikan antimetik.
4.  Menurunkan mual dan mencegah
muntah.
5.  Kolaborasi : Berikan cairan IV,
5.  Mempertahankan volume sirkulasi
elektrolit, dan vitamin K.
dan memperbaiki
ketidakseimbangan.
 

 
3. Risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan
memaksa diri atau pembatasan berat badan sesuai aturan; mual/muntah.
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi


dengan indikator:

1.  Albumin serum


2.  Pre albumin serum

3.  Hematokrit
4.  Hemoglobin
5.  Total iron binding capacity
6.  Jumlah limfosit

Intervensi Rasional
1.  Kaji distensi abdomen, sering 1.  Tanda non-verbal ketidaknyamanan
 bertahak, berhati-hati, menolak  berhubungan dengan gangguan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 13/16
5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.com

 bergerak.  pencernaan, nyeri gas.

2.  Perkirakan/hitung pemasukan kalori 2.  Mengidentifikasi kekurangan /

 juga komentar tentang napsu makan kebutuhan nutrisi. Berfokus pada


sampai minimal masalah membuat suasana negative
dan mempengaruhi masukan.

3.  Berikan suasana menyenangkan 3.  Untuk meningkatkan nafsu


 pada saat makan, hilangkan makan/menurunkan mual.
rangsangan berbau.

4.  Kolaborasi : Konsul dengan ahli 4.  Berguna dalam membuat kebutuhan
diet/tim pendukung nutrisi sesuai nutrisi individual melalui rute yang
indikasi.  paling tepat.

5.  Tambahkan diet sesuai toleransi, 5.  Memenuhi kebutuhan nutrisi dan
 biasanya rendah lemak, tinggi serat, meminimalkan rangsangan pada

 batasi makanan penghasil gas dan kandungan empedu.


makanan/makanan tinggi lemak.

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 14/16
5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.com

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2010. available athttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/bileductdiseases.html


(Diakses tanggal 18 Nopember 2014)

Anonym.2010.available http: ://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000215.htm


(Diakses tanggal 18 Nopember 2014)

Arief, Sjamsul. 2010.  Deteksi dini cholestasis neonatal . Divisi Hepatologi Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UNAIR/RSU Dr Soetomo, Surabaya.

C, Lilis C, LeMone. P. (1997). Fundamental of Nursing: The Art and Science of Nursing

Care. Philadelphia: Lippinott-Raven Publishers.


Doenges, Marilyn E, 1999. ” Rencana Asuhan Keperawatan EGC ”, Jakarta. 
Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). St.
Louis: Mosby.

Mansjoer A. et al, 2002.  Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I, Ed.3. hal 510-512. Jakarta:
Media Aesculapius, FKUI.

McCloskey, Joanne C., Bullechek, Gloria M. (1996). Nursing Interventions Classification


(NIC). St. Loui: Mosby.

 NANDA. (2005). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2005-2006.


Philadelphia: NANDA International.

 Nazer, Hisham. 2010. Cholestasis. available at


http://emedicine.medscape.com/article/927624-overview (Diakses tanggal 18
 Nopember 2014)

Perry, A.G. & Potter, P.A. (1994). Clinical Nursing Skills & techniques (third edition). St.
Louis: Mosby-Year Book.aylor

Potter, P.A. & Perry, A.G. (1996). Fundamentals of Nursing: Concept, Process & Practice.
(third edition). St. Louis: Mosby-Year Book

Reksoprodjo S. 1995. Ikterus dalam bedah, Dalam Ahmadsyah I, Kumpulan. Kuliah Ilmu


Bedah, hal 71 –  77,

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 15/16
5/19/2018 LAPORANPENDAHULUANCHOLESTASIS-slidepdf.com

MENGETAHUI DENPASAR, 22 NOVEMBER 2014

PEMBIMBING PRAKTEK MAHASISWA

( ) ( )
 NIP : NIM :

MENGETAHUI

PEMBIMBING AKADEMIK

( )

 NIP :

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-cholestasis 16/16

Anda mungkin juga menyukai