Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMK
Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMK
and the interaction between learning model and the level of critical
thingking in influencing student’s problem solving skills. This research was
a quasi-experimental research. The sample in this research was conducted
by cluster random sampling of two classes, which the first class, as
experiment class, was taught with Problem Based Learning Model, as a
control class, with Conventional Learning. The research instrument consisted
of problem solving skills test and critical thingking test. Data in this
research was analyzed by using two way Anova. The results of the research
showed that the student of physic’s problem solving skills using problem
based learning model was differ and show better results than the
conventional learning, the physics problem solving skills of the students
who had above average category in critical thingking was differ and show
better results than under average category, and there was interaction
between problem based learning model and the level of critical thingking in
influencing student of physic’s problem solving skills.
penjelasan sederhana (elementary clarification), puan berpikir kritis tingkat tinggi (higher order
membangun keterampilan dasar (basic support), thinking skill) dalam melakukan operasi mental
menyimpulkan (interference), memberikan seperti induksi, deduksi, klasifikasi dan
penjelasan lebih lanjut (advanced clarification), reasoning.
serta mengatur strategi dan taktik (strategy and Pembelajaran berbasis masalah merupakan
tactics), Ennis (dalam Costa, 1985). salah satu model pembelajaran yang menunjang
Belajar adalah tidak ubahnya sebuah dalam proses pembelajaran kurikulum 2013.
perilaku yang mengubah siswa dari kurang Menurut Arends (2008), terdapat lima fase
terampil, berkarakter dan berpengetahuan sintaks secara umum dalam model pembelajaran
menjadi terampil, berwawasan ke depan dalam berbasis masalah, yaitu orientasi permasalahan,
memecahkan suatu permasalahan fisika. Kete- pengorganisasian untuk meneliti, investigasi,
rampilan problem solving adalah karakter mengembangkan dan presentasi serta
umum dari struktur kognitif manusia yang menganalisis dan presentasi. Pembelajaran ini
merupakan proses mental yang meliputi empat mengharuskan guru untuk mengembangkan
aktivitas besar berupa identifikasi, memahami, keterampilan kolaborasi diantara siswa dan
menyelesaikan dan mengevaluasi masalah. membantu siswa dalam menginverstigasi
Posamentier dan Jay (1999) mengungkapkan masalah secara bersama-sama dan menjadi
problem solving adalah suatu proses meng- pelajar yang mandiri.
aplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya ke dalam suatu situasi yang baru METODE PENELITIAN
dan tidak dikenal. Atau suatu proses mental dan Populasi dalam penelitian ini adalah
intelektual dalam menemukan masalah dan seluruh siswa kelas XI SMK Dharma Analitika
memecahkan berdasarkan data dan informasi Medan yang terdiri dari 4 kelas paralel. Sampel
yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan dalam penelitian ini diambil 2 kelas dengan
yang tepat dan cermat, Hamalik (Yasin, 2009). cara cluster random sampling dimana kelas
Berpikir memecahkan masalah dan meng- yang dijadikan penelitian adalah kelas XI SMK
hasilkan sesuatu yang baru adalah kegiatan Dharma Analitika Medan yang terdiri dari kelas
yang kompleks yang berhubungan erat satu XI-A sebagai eksperimen dan kelas XI-B
dengan yang lain. Model pembelajaran berbasis sebagai kontrol.
masalah (problem based learning) sangat Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
realistis untuk pembelajaran sains yang tiga jenis, yaitu: 1) Variabel bebas terdiri dari
melibatkan kecerdasan emosional dan pemikiran model pembelajaran problem based learning
konsep siswa. Problem Based Learning (PBL) dan konvensional. 2) Variabel moderator
adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan adalah kemampuan berpikir kritis, 3) Variabel
membuat konfrontasi pada pembelajar dengan Terikat adalah keterampilan pemecahan
masalah-masalah praktis, berbentuk ill- masalah fisika siswa pada materi pokok listrik
structured, atau open ended melalui stimulus dinamis.
dalam belajar, Boud dan Fogarty (Ngalimun, Penelitian ini menggunakan metode quasi
2014). Lebih lanjut Arends (2008) menyatakan eksperimen. Penelitian quasi eksperimen adalah
bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang penelitian yang menggunakan kelompok subjek
diperoleh pebelajar yang diajarkan dengan PBL secara utuh dalam eksperimen yang secara
yaitu inkuiri dan keterampilan melakukan alami sudah terbentuk dalam kelas dan tidak
pemecahan masalah fisika, belajar model mengontrol semua variabel yang ada. Penelitian
peraturan orang dewasa (adult role behaviours) ini melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen
dan keterampilan belajar mandiri (skills for dan kelas kontrol yang diberi perlakuan
independent learning). Dimana inkuiri dan berbeda. Pada kelas eksperimen diberi perla-
keterampilan proses akan menggunakan kemam- kuan model pembelajaran problem based
learning, sedangkan pada kelas kontrol diberi 2. Analisis Data Keterampilan Pemecahan
perlakuan dengan menggunakan pembelajaran Masalah Berdasarkan Tingkat Kemampuan
konvensional. Adapun rancangan penelitian Berpikir Kritis
seperti Tabel 1 sebagai berikut: Berdasarkan data pembagian kelompok
Tabel 1. Rancangan Penelitian berpikir kritis tinggi dan rendah gambar 2
Kelas Pretes Perlakuan Postes menunjukkan rata-rata keterampilan pemecahan
Eksperimen T1 X1 T2 masalah (KPM) fisika siswa yang memiliki
Kontrol T1 X2 T2 tingkat kemampuan berpikir kritis di bawah
Keterangan: rata-rata pada kelas kontrol sebesar 61.85 dan
T1 = Test kemampuan awal (pre-test) kelas ekperimen adalah 71,50. Sedangkan rata-
T2 = Test kemampuan akhir (post-test) rata keterampilan pemecahan masalah siswa
X1 = Perlakuan pada kelas eksperimen yaitu yang memiliki tingkat kemampuan berpikir
penerapan pengajaran Problem based kritis (KBK) di atas rata-rata pada kelas kontrol
learning sebesar 80.93 dan di kelas ekperimen sebesar
X2 = Perlakuan pada kelas kontrol yaitu 81.88. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai rata-
penerapan pembelajaran konvensional rata keterampilan pemecahan masalah siswa di
kelas ekperimen lebih tinggi dari pada kelas
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN konvensional baik di tingkat berpikir kritis
1. Analisis Data Postes Keterampilan tinggi maupun rendah.
Pemecahan Masalah
Terlihat peningkatan rata-rata keterampilan
pemecahan masalah fisika sebelum dan sesudah
diberi perlakuan sebesar 50,19 sedangkan kelas
eksperimen mengalami peningkatan rata-rata
sebesar 55,89. Maka dapat disimpulkan bahwa
peningkatan keterampilan pemecahan masalah
siswa kelas yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari
pada kelas kontrol yang dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional.
Gambar 2. Hubungan nilai keterampilan pemecahan
masalah (KPM) berdasarkan tingkat kemam-
puan berpikir kritis (KBK)
Selanjutnya pada pengujian ANAVA dua
jalur. Diperoleh hasil pengujian seperti terlihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Anava Dua Jalur
Type III
Sum of Mean
Source Squares df Square F Sig.
Corrected Model 4632.577a 3 1544.192 19.428 .000
Intercept 392227.682 1 392227.682 4934.66 .000
Kemampuan 3878.376 1 3878.376 48.794 .000
Berpikir Kritis
Model 502.216 1 502.216 6.318 .014
Kemampuan 338.417 1 338.417 4.258 .043
Gambar 1. Hubungan nilai keterampilan Berpikir Kritis *
Model
pemecahan masalah (KPM) terhadap model Error 5404.923 68 79.484
pembelajaran Total 401650.000 72
Corrected Total 10037.500 71
a. R Squared = .462 (Adjusted R Squared = .43
rata-rata diperoleh data perbedaan yang cukup menggunakan pengetahuan dalam membuat
signifikan sebesar 0,00. Selain itu dari analisis materi pelajaran lebih menarik dan lebih relevan.
rata-rata hasil keterampilan pemecahan masalah Sedangkan Thoman (2009) mengungkapkan
pada kemampuan berpikir kritis tinggi memiliki perkembangan berpikir adalah elemen berpikir
nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan kritis dalam hubungan pendidikan berkelan-
dengan siswa yang memiliki kemampuan jutan. Masek dan Sulaiman (2011) PBL mempu-
berpikir kritis rendah dimana kelas eksperimen nyai potensi yang besar dalam membantu
sebesar 81,88 dan kelas kontrol sebesar 80,93, mengembangkan keterampilan berpikir tingkat
sedangkan kemampuan berpikir kritis rendah tinggi khususnya kemampuan berpikir kritis.
kelas eksperimen 71,50 dan kelas kontrol Hasil pengujian dengan menggunakan uji
sebesar 81,88. scheffe dalam melihat interaksi model pembe-
Temuan penelitian ini sejalan dengan lajaran dengan kemampuan berpikir kritis
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh dalam meningkatkan keterampilan pemecahan
Burris dan Bryan (2007) yang menunjukkan masalah fisika siswa diperoleh hasil yang
bahwa ada pengaruh perlakuan dengan kemam- signifikan sebesar 0,043. Terdapat interaksi
puan berpikir kritis dan konten pengetahuan dalam penelitian ini bisa disebabkan karena
siswa. Selain itu Astika (2013) menyatakan kemampuan berpikir kritis siswa berperan
terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan penting dalam kematangan intelektual siswa.
berpikir kritis antara siswa yang belajar Selain itu pembelajaran berbasis masalah yang
menggunakan model pembelajaran berbasis merupakan pembelajaran berpusat pada siswa
masalah dengan siswa yang belajar menggu- membutuhkan pengetahuan pengembangan
nakan model pembelajaran ekspositori. Kemam- kemampuan berpikir dalam menyelesaikan
puan berpikir kritis berpengaruh terhadap suatu permasalahan terhadap situasi atau
prestasi kognitif, afektif, dan psikomotorik lingkungan belajar yang tidak siswa ketahui.
siswa. Selanjutnya El-Shaer (2014) menyatakan Dan dengan pembelajaran ini siswa yang
terdapat peningkatan yang signifikan secara memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi
statistik dalam postes berpikir kritis siswa diajak untuk berpikir secara aktif dan partisi-
dibanding sebelum perlakuan dimana item patif dalam mencari informasi, menganalisis
kepercayaan diri berpikir kritis mempunyai dan memecahkan masalah dengan menggunakan
perubahan persentase yang tinggi serta diikuti sumber pembelajaran yang sesuai dengan
dengan keingintahuan dan kedewasaan siswa. permasalahan yang dihadapi. Sebaliknya model
Tampak pada kegiatan pembelajaran, pembelajaran yang berinteraksi dengan kemam-
siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah puan berpikir kritis rendah akan berinteraksi
menunjukkan aktivitas yang rendah, baik dalam dengan hasil prestasi belajar yang rendah
pengorganisasian, pelaksanaan kegiatan investi- terhadap keterampilan pemecahan masalah. Hal
gasi maupun kegiatan penyajian hasil dan ini dikarenakan siswa dengan kemampuan
laporan yang telah dilakukan. Kecenderungan- berpikir kritis rendah cenderung tidak mau tahu
kecenderungan tersebut mengakibatkan siswa dan kurang paham dalam memecahkan suatu
dengan kemampuan berpikir kritis rendah tidak permasalahan yang siswa sulit dalam mela-
memiliki kemampuan menganalisa dan mensin- kukan analisis, mengolah dan melaksanakan
tesis permasalah yang dihadapi. Hal ini sejalan kegiatan pembelajaran yang menuntut aktivitas
dengan pendapat El-Shaer dan Hala (2014) tinggi serta menguras pemikiran. Temel (2014)
bahwa pembelajaran berbasis masalah berkon- juga mengungkapkan hal yang sama, bahwa
tribusi menolong siswa untuk berpartisipasi pembelajaran berbasis masalah mempunyai
secara aktif dalam kelas perawat, menyediakan pengaruh positif dalam disposisi pemikiran
kemampuan berpikir kritis yang memungkinkan kritis dan persepsi kemampuan pemecahan
siswa untuk melengkapi kebutuhan harapan dan masalah. Terlebih guru dalam pembelajaran ini