Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah : PERILAKU DAN PSIKOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

Dosen : Dr. Muh. Tamar, Drs., M.Psi

PSIKOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI TERKAIT MASA MENOPAUSE

DISUSUN OLEH:

FIQHA ROSA TRIANI

K012181160

PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 bertujuan untuk


meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud (Depkes RI,2009). Sasaran pencapaian kesehatan yang akan dicapai pada
tahun 2025 ini adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan
oleh indikator dampak yaitu meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 70,7
tahun pada tahun 2008 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025 (Kemenkokesra RI,
2010).

Umur Harapan Hidup (UHH) di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat.


Jumlah dan proporsi penduduk perempuan berumur diatas 50 tahun yang memasuki
usia menopause dari tahun ke tahun diperkirakan mengalami peningkatan yang
signifikan. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 jumlah perempuan berumur
diatas 50 tahun mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk sedangkan
pada tahun 2020 diperkirakan meningkat menjadi 30 juta atau 11,55% dari total
penduduk. Peningkatan UHH tersebut disebabkan oleh karena peningkatan kesehatan
dan status social ekonomi akan berdampak terhadap makin lamanya perempuan hidup
pada masa menopause (Astari, Tarawan, & Sekarwana, 2014)

Penduduk di Indonesia, sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan


pelayanan kesehatan manusia, UHH semakin tinggi pula. Kondisi ini membuat
populasi orang berusia lanjut di Indonesia semakin tinggi. Menjadi tua sering kali
menjadi sesuatu yang menakutkan bagi setiap orang, khususnya kaum wanita.
Kekhawatiran ini mungkin berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak
sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi (Bong, 2019)

Kelompok manula secara luas adalah usia lebih dari 45 tahun. Seorang wanita
akan meninggalkan usia reproduksi yang disebut dengan masa menopause. Pada masa
ini akan berdampak pada perubahan akan kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi.
Wanita dengan bertambahnya usia, akan mengalami perubahan atau penurunan fungsi
aspek fisiologis maupun psikologis. Wanita menjelang menopause akan mengalami
penurunan fungsi seluruh seperti: alat kandungan mengalami pengecilan (atrofi),
berkurangnya fungsi indung telur bahkan bias sampai berhenti dan wanita tidak lagi
mengalami haid. Perubahan-perubahan ini dialami manusia secara bertahap. Masa
menopause ditandai dengan masa transisi berhentinya fungsi reproduksi, tetapi secara
biologis menopause berarti berhentinya menstruasi yang dapat menyebabkan
berbagai perubahan fisik (Silalahi, 2016)

Menopause merupakan masa yang kritis dalam kehidupan wanita yang


umumnya dimulai pada usia antara 45-55 tahun, banyak terjadi perubahan fisik
maupun psikis pada diri seorang perempuan. Hal tersebut dapat mengakibatkan
banyak keluhan, misalnya banyak keringat, jantung berdebar, sakit kepala, mudah
tersinggung, cepat merassa leleha dan kurang bersemangat, pada periode inilah
baisanya seorang wanita telah merasa dirinya menjadi tua dan takut tidak dapat
memenuhi kebutuhan seksual suami (Silalahi, 2016)

Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)


memperkirakan Usia Harapan Hidup (UHH) orang Indonesia adalah 75 tahun pada
tahun 2025. Hal ini mengartikan bahwa wanita memiliki kesempatan untuk hidup
rata-rata 25 tahun lagi sejak awal menopause. Oleh karena itu berbagai upaya perlu
dilakukan agar waktu yang cukup lama itu dijalani dengan berkualitas (Bong, 2019)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Menopause

Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir.


Kebanyakan wanita mengalami menopause pada usia 56 tahun sampai 60 tahun
dengan rata-rata mengalami menopause di usia 51 tahun. Menopause bukanlah
peristiwa yang terjadi secara mendadak. Menopause merupakan proses yang
berlangsung lama. Artinya, meskipun seorang wanita mengalami henti haid untuk
selamanya pada usia 50 tahun, ia mungkin sudah merasa bahwa siklus haidnya mulai
berubah sejak ia berusia 40 tahun (Silalahi, 2016)

Menopause adalah terhentinya ovulasi yang disebabkan tidak adanya respon


oosit indung telur (ovarium) ditandai dengan penurunan hormone estrogen dan
progesteron, ini merupakan proses alami bagi perempuan. Dikatakan menopause
adalah apabila siklus menstruasinys telah berhenti selama 1 tahun dan biasanya
terjadi pada usia 48-50 tahun.

2.2 Macam-Macam Menopause

a. Menopause Prematur (Dini)


Menopause yang terjadi sebelum 40 tahun. Bila seseorang mengalami henti
haid di usia 30-an atau awal 40-an, maka orang tersebut dapat dikatakan
mengalami menopause dini.
b. Menopause Normal
Menopause yang alami dan umumnya terjadi pada usia diakhir 45-55 tahun.
c. Menopause Terlambat
Menopause yang terjadi apabila seorang wanita masih mendapat haid diatas
55 tahun.
2.3 Patofisiologi Menopause

Sebelum seorang wanita mengalami menopause, telah terjadi perubahan


anatomis pada ovarium berupa sclerosis vaskuler, pengurangan jumlah folikel
primordial, serta penurunan aktivitas sintesa hormone steroid. Penurunan hormone
estrogen akan berlangsung dimulai pada awal masa klimakterium dan makin menurun
pada menopause, serta mencapai kadar terendah pada saat pasca menopause.

Penurunan ini menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negative


terhadap hipotalamus, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan produksi
gonadotropin sehingga membuat pola hormonal wanita klimakterium menjadi
hipergonadotropin, hipogonadisme. Dengan menurunnya kadar estrogen didalam
tubuh maka fungsi fisiologis hormone tersebut akan menjadi terganggu. Perubahan
fisiologi sindrom kekurangan estrogen akan menampilkan gambaran klinis berupa
gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatic dan gangguan siklus
haid. (Bong, 2019)

2.4 Gejala Menopause

Berbagai keluhan menopause yang muncul berupa keluhan jangka pendek


(hot flushes) dan keluhan jangka panjang yang disebut sebagai sindrom menopause.
Banyak perempuan yang memasuki umur menopause tidak mengalami keluhan
apapun akan tetapi meskipun para perempuan tersebut tidak mengalami keluhan
namun dampak jangka panjang dari defisiensi estrogen akan menimbulkan
osteoporosis dan meningkatnya kejadian patah tulang, penyakit jantung coroner dan
stroke.

Gejala menopause secara umum dibagi menjadi dua kelompok yaitu


kelompok gejala yang akut (psikologis) yang terkait dengan berhentinya menstruasi
dengan segera dan kelompok gejala lanjutan (fisiologis) yang muncul beberapa tahun
setelah menopause. Ada tiga gejala khas yang dianggap benar-benar berhubungan
dengan menopause yaitu penghentian atau ketidakteraturan menstruasi, gejolak panas
dan insomnia. Keluhan hot flushes dan berkeringat di malam hari adalah gejala yang
paling khas dari menopause dan terjadi hampir 80% perempuan menopause dan
sekitar 10-20% perempuan mengalami gejala vasomotor parah dan tak tertahankan.
Hot flushes berlangsung sekitar 4 menit sampai dengan 10 menit, bisa terjadi
beberapa kali dalam seminggu atau setiap hari. Berkeringat di malam hari akan
mengganggu pola tidur, mengakibatkan insomnia dan kelelahan. Gejala vasomotor
berkaitan dengan kualitas hidup, dan kualitas hidup diperkirakan akan meningkat bila
gejala vasomotor menurun (Astari et al., 2014)

2.5 Perubahan Pada Masa Menopause

Menopause merupakan masa peralihan masa produktif menuju perubahan


secara perlahan-lahan ke masa non-produksi yang disebabkan oleh berkurangnya
hormone estrogen dan progesterone seiring bertambahnya usia. Sehubungan dengan
terjadinya menopause biasanya diikuti dengan berbagai gejolak perubahan yang
meliputi aspek fisik maupun psikologis yang dapat mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan wanita tersebut.

a. Fisik
Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami
ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba
disekujur tubuh misalnya di kepala, leher dan dada bagian atas. Kadang-
kadang rasa kaku dapat diikuti dngan rasa panas dan dingin, pening,
kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar.
Dari segi fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu :
1) Ketidakteraturan siklus haid
Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala haid
muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidak teraturan
disertai dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti volume
perdarahan pada haid yang normal.
2) Gejolak rasa panas
Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai berkurang dan
berlangsung sampai haid benar-benar berhenti. Panas disertai dengan rasa
menggelitik disekitar jari-jari, kaki maupun tangan serta kepala atau
bahkan timbul secara menyeluruh.
3) Kekeringan vagina
Kekeringan vagina terjadi karena lebar Rahim sedikit sekali
mensekresikan lender. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang
menyebabkan liang senggama menjadi tipis, lebih kering dan kurang
elastis.
4) Perubahan kulit
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi
berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada
daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Kulit dibagian bawah mata
menggembung seperti kantong dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi
permanen dan jelas.
5) Keringat di malam hari
Pada malam hari mengeluarkan keringat banyak bahkan sampai bangun
bersimbah peluh.
6) Sulit tidur
Kesulitan tidur (insomnia) merupakan masalah kesehatan yang sangat
mengganggu dan harus diantisipasi wanita menopause. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa 10% hingga 15% wanita menopause
meningkat kegelisahannya. Mereka mengalami insomnia dan depresi.
Biasanya keluhan yang sering muncul berupa kesulitan untuk mulai tidur,
lama tidak bias tidur lagi, dan sering terbangun diwaktu malam sehingga
mengantuk disiang hari, insomnia merupakan keadaan tidak dapat tidur
atau terganggunya pola tidur. Orang yang brsangkutan mungkin tidak
dapat tidur, sukar untuk jatuh tidur, atau mudah terbangun dan kemudian
tidak dapat tidur lagi. Menopause merupakan sumber potensial lain pada
masalah tidur. Menurut Hawari insomnia dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain fisik dan psikis, faktor fisik misalnya terserang flu
sehingga sulit untuk tidur, sedangkan faktor gangguan psikis adalah stress,
cemas, depresi adalah satu proses atau tahap perkembangan manusia yang
berkaitan dengan perubahan fisik dan psikis yaitu menopause.
7) Perubahan pada mulut
Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang
peka, ada pula yang mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih
mudah tanggal.
8) Kerapuhan tulang
Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis.
Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling umum dan
merupakan persoalan bagi yang telah berumur, paling banyak menyerang
wanita yang telah menopause.
9) Badan menjadi gemuk
Biasanya disebabkan perilaku makan dan kurang berolahraga.
10) Penyakit
Ada beberapa penyakit yang sering dihadapi oleh wanita menopause.
Sudut pandang medic ada dua perubahan paling penting yang terjadi pada
waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit
jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di dalam
tubuh (osteoporosis).
b. Psikologis
Berbicara tentang aspek psikologis wanita menopause, sebenarnya tidak dapat
dipisahkan antara aspek biologis, psikologis, social, budaya dan spiritual.
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah
tersinggung, tertekan, gugup, kesepian
c. Perubahan Hormon
Hormon berperan dalam mengendalikan pertumbuhan, perkembangan ciri-ciri
seksual dan penyimpanan energi serta mengendalikan volume cairan, kadar
air, dan gula dalam darah. Hormon mempunyai peranan penting bagi
kesehatan tubuh terutama pada laki-laki dan perempuan. Laki-laki yang
kekurangan hormon testoteron dapat berakibat terjadinya disfungsi ereksi,
sedangkan pada wanita ketika ada peningkatan sinyal hormon dari pituitari ke
ovarium membantu dalam produksi hormon progesterone dan estrogen yang
dapat meningkatkan terjadinya kehamilan, premenstrual syndrome (PMS)
perimenopause syndrome, siklus menstruasi yang kadang tidak teratur, dan
lain sebagainya. Kadar hormon akan berkurang seiring dengan pertambahan
usia.
Hormon estrogen terdiri dari tiga jenis yaitu estradiol, estron, dan estriol.
Estradiol, estron, dan estriol memiliki fungsi yang sama yaitu menjaga
kesehatan jantung, tulang, kehalusan kulit, serta kelembapan vagina. Pada
masa remaja, ketika sudah mengalami menstruasi dan ovarium sudah aktif,
produksi estradiol menjadi meningkat dua belas kali lebih tinggi dibandingkan
ketika masa kanak-kanak. Setelah wanita mendekati masa menopause
produksi estradiol mulai menurun dan pada masa menopause akan berhenti.
Selain itu, kadar hormon tiroid berpengaruh pada kadar hormon estrogen
dalam tubuh. Wanita yang memiliki kadar hormon tiroid terlalu banyak maka
metabolisme estrogen akan semakin cepat sehingga terjadinya penurunan
estrogen bebas dalam sirkulasi darah. Sebaliknya jika seorang wanita
memiliki kadar hormon tiroid yang rendah, kadar estrogen dalam darah akan
meningkat. Terlalu tinggi atau terlalu rendah kadar hormon tiroid dapat
berpengaruh pada penurunan tingkat ovulasi. Keluhan yang dapat dialami
ketika masa menopause dapat diakibatkan oleh abnormal produksi hormon
tiroid.
Perubahan hormon pada menopause tidak hanya hormon estrogen, tetapi ada
perubahan pada hormon progesteron namun hormon ini tidak mempengaruhi
langsung pada perubahan wanita. Produksi hormon estrogen yang mengalami
penurunan akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada menstruasi
menjadi jarang, sedikit, bahkan siklusnya menjadi terganggu. Produksi
hormon estrogen yang menurun akan mempengaruhi langsung pada kondisi
fisik tubuh maupun organ reproduksi wanita.
d. Perubahan Emosi
1) Perubahan Mood
Perubahan mood atau yang disebut mood swing merupakan suatu kondisi
yang umum terjadi pada wanita menopause seperti mudah marah, cemas,
tidak sabaran, dan depresi.
2) Munculnya Kecemasan
Kondisi ini dapat terjadi pada wanita menopause. Kecemasan merupakan
respon alamiah terhadap suatu hal yang akan atau sudah dihadapi seperti
khawatir, detak jantung yang cepat, berkeringat, tremor otot, mual,
ketegangan, dan ketakutan yang tidak beralasan
3) Kehilangan Kesenangan
Sebagian wanita mulai kehilangan kesenangannya ketika melakukan kegiatan
yang disukai. Kondisi ini seringkali memulai siklus kemarahan dan depresi.
4) Stres
Kondisi ini disebabkan karena penurunan kadar hormon estrogen sehingga
menyebabkan turunnya neurotransmiter di dalam otak yang akan
mempengaruhi suasana hati seseorang.
5) Gangguan Panik
Gangguan panik (panic disorder) dapat menyebabkan ketakutan yang intens,
berkeringat, menangis, detak jantung yang semakin cepat, serta perasaan sedih
yang mendalam.
6) Gangguan atau Penyimpangan Memori
Kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh dapat
terjadi baik jangka pendek (short term memory) maupun jangka panjang (long
term memory) (Silalahi, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Astari, R. Y., Tarawan, V. M., & Sekarwana, N. (2014). Correlation between


menopausal syndrome and quality of life menopause women in Sukahaji district
Majalengka. Buletin Penelitian Kesehatan, 42(3), 171–184.

Bong, M. T. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Menopause Dengan


Tingkat Stress. 4(1), 112–122.

Depkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan


(RPJPK) 2005-2025. Jakarta : Departement Kesehatan RI.

Kemenko kesra. 2010. Usia Harapan Hidup Penduduk Indonesia.


http://data.menkokesra.go.id. Diakses pada tanggal 28 November 2019.

Silalahi, U. A. (2016). Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami dengan Tingkat


Kecemasan Kota Tasikmalaya Tahun 2015. Midwife Journal, 2(1), 17–22.

Anda mungkin juga menyukai