Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

(GGK)

KELOMPOK: 6
RAISYA AULIA PUTRI
RAMAYA PINTE
SRI DEWITA GINTING
EFRATMAN
EKA SAPUTRA

DOSEN PENGAMPU: Ns.laura M.Kep.S.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan pada penulis, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan “asuhan keperawatan pasien gagal ginjal kronik”

Penulisan asuhan keperawatan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
hematologi. Asuhan keperawatan ini dapat diselesaikan berkat bantuan pihak terkait. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
membantu baik secara moral maupun material, terutama kepada :
1. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
2. Taruli Yohana Sinaga, M.KM, selaku Dekan dan Dosen Pegajar III Metodologi Riset
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns. Jek Amidos Pardede, M.kep, Sp. Kep.J, selaku Koordinator Profesi Ners Universitas
Sari Mutiara Indonesia
5. Ns. Agnes marbun, S.Kep, M.Kep, Selaku Koordinator serta Dosen pengajar system
endokrin Universitas Sari Mutiara Indonesia
6. Ns.laura siregar S,Kep.M,Kep, Selaku Dosen pengajar II Metodologi Riset Universitas
Sari Mutiara Indonesia
7. Seluruh Dosen Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia
8. Seluruh staff Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia.

Penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih banyak kekurangan, dengan demikian
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka
penyempurnaan asuhan keperawatan ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, akhir
kata penulis mengucapkan terimah kasih.
Medan, 15 November 2018

Penulis Kelompok 6
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia.
Menurut ( WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah
menyebabkan kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa
penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian.

Penyakit Ginjal Kronik merupakan suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir
dengan keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada
suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal, Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang saat ini jumlahnya sangat
meningkat, dari survei yang dilakukan oleh Pernefri (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) pada
tahun 2009, Prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 12,5%, yang berarti terdapat 18
juta orang dewasa di Indonesia menderita penyakit ginjal kronik (Siallagan,2012)

1.2. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami konsep penyakit GGK
2. Mahasiswa dapat melakukan penatalaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan
GGK
3. Mahasiswa mampu membuat diagnosa dan rencana keperawatan pada pasien dengan GGK

3.1. Manfaat
1. Diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa
untuk menambah pengetahuan tentang penyakit GGK dan pembuatan asuhan keperawatanya.
2. Dosen dapat mengukur kemampuan mahasiswa tentang penyakit GGK dan asuhan
keperawatanya.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS MEDIS

2.1. Defenisi
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel (tubuh
gagal dalam mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit),
sehingga menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
(Muhammad, 2012).
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal dalam skala kecil. Itu merupakan proses
normal bagi setiap manusia seiring bertambahnya usia. Namun hal ini tidak menyebabkan
kelainan atau menimbulkan gejala karena masih dalam batas-batas wajar yang dapat ditolerir
ginjal dan tubuh. Tetapi karena berbagai sebab, dapat terjadi kelainan di mana penurunan
fungsi ginjal terjadi secara progresif sehingga menimbulkan berbagai keluhan dari ringan
sampai berat. Kondisi ini disebut gagal ginjal kronik (Colvy, 2010).
Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan
gagal ginjal. (Aru W. Sudono. 2010). Gagal ginjal kronik adalah keadaan klinis kerusakan
ginjal yang progresif dan ireversibel yang berasal dari berbagai penyebab. (Sylvia Anderson
Price, 2010)
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai
dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta
komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal), (Dr. Nursalam,
pransisca. 2009.). Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun. (Prof. Dr. H. Slamet Suyono, SpPD,KE.
2008)
Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif
dengan manifestasi penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) didalam darah (muttaqin
arif, kumala sari. 2012.).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa gagal ginjal kronik (GGK)
adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang progresif
(berangsur-angsur) dan umumnya tidak dapat pulih (irreversible) yang berasal dari berbagai
penyebab.

2.2. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi glomerulus atau yang disebut
juga penurunan glomerulus filtration rate (GFR)
Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013 :
a. gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vesikuler dapat menyebabkan iskemik
ginjal dan kematian jaringan ginjal. Lesi yang paling sering adalah arterosklerosis pada
arteri renalis yang besar, dengan konsriksi skleratik progesif pada pembuluh darah.
Hiperplasia fibromuskular pada satu atau lebih arteri besar yang juga menimbulkan
sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi yang disebabkan oleh
hipertensu lama yang tidaok diobati, dikarakteristikkan oleh penebalan, hilangnya
elastisitas sistem, perubahan darah ginjal mengakibatkan penurunan darah dan akhirnya
gagal ginjal.
b. gangguan imunologis : seperti glomerulonefritis
c. infeksi : dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang berasal dari
kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal melalui
aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden dari traktus urinarius bagian bawah
lewat ureter ke ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan irreversibel ginjal yang
disebut pielonefritis.
d. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi meningkat sehingga
terjadi penebalan membran kapiler dan di ginjal dan berlanjut dengan disfungsi endotel
sehingga terjadi nefropati amiloidosis yang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia
abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius merusak membran glomerulus.
e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesic atau logam berat.
f. Obstruksu traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan kontriksi uretra
g. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik = kondisi keturuanan yang
dikarakteristikkan oleh terjadinya kista/ kantong berisi cairan di dalam ginjal dan organ
lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat kongenital (hipoplasia renalis ) serta
adanya asidosis
2.3. Patofisiologi

Ginjal merupakan organ berpasangan. Beratnya ± 125 gr, terletak pada posisi disebelah
lateral vertebralis torakalis bawah, beberapa cm dsebelak kanan dan kiri garis tengah. Organ
ini terbungkus oleh jaringan ikat tipis disebut kapsula renis. Disebelah anterior dipisahkan
kavum abdomen dan isinya oleh lapisan peritoneum. Disebelah posterior dilindungi oleh
dinding toraks bawah. Darah dialirkan kedalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar
dari dalam ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena
renalis membawa darah kembali kedalam vena kava inverior. Urin terbentuk dalam unit-unit
fungsional ginjal dalam nefron.
Ginjal terdiri dari bagian external (korteks), bagian internal (medulla), setiap ginjal terdiri
dari ± 1 juta nefron. Fungsi nefron adalah proses pembentuka urin dimulai dari darah
mengalir lewat glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron (tersusun atas
jonjot-jonjot kapiler) mendapat darah lewat vasa aferen dan mengalir balik lewat fasa eferen.
Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi (air dan molekul-molekul kecil
akan dibiarkan lewat, molekul besar tetap bertahan dalam aliran darah) cairan (filtrate)
disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus ± 20% plasma
lewat glomerulus disaring dalam nefron dengan jumlah sekitar 180 liter flitrat/hari
Menurut Sherwood (2011) mengatakan bahwa ginjal memiliki fungsi yaitu:
a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam
pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri
c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.

2.4 Manifestasi klinis

Tanda dan gejala gagal ginjal kronik (Nursalam, Fransisca B. Baticaca, 2009) :
a. Gastrointestinal
Ulserasi saluran pencernaan, anoreksia, mual, muntah, nafas bau amoniak, mulut
kering, perdarahan saluran cerna.
b. Kardiovaskuler
Hipertensi, perubahan elektro kardiografi (EKG), pericarditis, efusi perikardium,
tamponade pericardium,
c. Respirasi
Edema paru, efusi pleura, pleuritis, kussmaul, pneumonitis dan dyspnea.
d. Neuromuskular
Mudah lelah, lemah, otot mengeci, gangguan tidur, sakit kepala, latargi, gangguan
muscular, neuropati perifer, bingung, dan koma.
e. Metabolik/endokrin
Hyperlipidemia, gangguan hormon seks yang menyebabkan penurunan libido,
impoten dan amnenorhoe (wanita).
f. Cairan elektrolit
Gangguan asam-basa menyebabkan kehilangan sodium sehingga terjadi dehidrasi,
asidosis, hyperkalemia, hipermagnesemia, dan hipokalsemia.
g. Dermatologi
Pucat, hiperpigmentasi, pluritis, eksimosis, dan uremia frost.
h. Abnormal skeletal
Osteodistrofi ginjal menyebabkan osteomalasia.
i. Hematologi
Anemia, defek kualitas flatelat, dan perdarahan meningkat.
j. Fungsi psikososial
Perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan proses kognitif.

2.5. Klasifikasi

Gagal ginjal kronik dibagi dalam 3 stadium


1. Stadium I
Penurunan cadangan ginjal, ditandai dengan kehilangan fungsi nefron 40-75%. Passion
biasanya tidak mempunyai gejala, karena sisa nefron yang ada dapat membawa fungsi-
fungsi normal ginjal.

2. Stadium II ® Insufisiensi ginjal


Kehilangan fungsi ginjal 75-90% pada tingkat ini terjadi kreatinin serum dan nitrogen
urea darah, ginjal kehilangan kemampuannya untuk mengembangkan urin pekat dan
azotemia
3. Stadium III ® Payah gagal ginjal stadium akhir atau uremia
Tingkat renal dari GGK yaitu sisa nefron yang berfungsi <10%. Pada keadaan ini
kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan menyolok sekalisebagai respon
terhadap GFR yang mengalami penurunan sehingga terjadi ketidakseimbangan kadar
ureum nitrogen darah dan elektrolit, pasien diindikasikan untuk dialysis.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat
penurunan LFG:
1. Stadium 1
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih
normal (>90 ml/menit/1,73 m2)
2. Stadium 2
Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89 mL/menit/1,73
m2
3. Stadium 3
Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73 m2
4. Stadium 4
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 mL/menit/1,73 m2
5. Stadium 5
Kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73 m2 atau gagal ginjal terminal.

2.6. Komplikasi
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut O’Callaghan (2006) yaitu:
1. Komplikasi Hematologis
Anemia pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh produksi eritropoietin yang tidak
adekuat oleh ginjal dan diobati dengan pemberian eritropoietin subkutan atau intravena. Hal
ini hanya bekerja bila kadar besi, folat, dan vitamin B12 adekuat dan pasien dalam
keadaanbaik. Sangat jarang terjadi, antibodi dapat terbentuk melawan eritropoietin yang
diberikan sehingga terjadi anemia aplastik.
2. Penyakit vascular dan hipertensi
Penyakit vascular merupakan penyebab utama kematian pada gagal ginjal kronik. Pada
pasien yang tidak menyandang diabetes, hipertensi mungkin merupakan faktor risiko yang
paling penting. Sebagaian besar hipertensi pada penyakit ginjal kronik disebabkan
hipervolemia akibat retensi natrium dan air. Keadaan ini biasanya tidak cukup parah untuk
bisa menimbulkan edema, namun mungkin terdapat ritme jantung tripel. Hipertensi seperti itu
biasanya memberikan respons terhadap restriksinatrium dan pengendalian volume tubuh
melalui dialysis. Jika fungsi ginjal memadai, pemberian furosemid dapat bermanfaat.
3. Dehidrasi
Hilangnya fungsi ginjal biasanya menyebabkan retensi natrium dan air akibat hilangnya
nefron. Namun beberapa pasien tetap mempertahankan sebagian filtrasi, namun kehilangan
fungsi tubulus, sehingga mengekskresi urin yang sangat encer, yang dapat menyebabkan
dehidrsi.
4. Kulit
Gatal merupakan keluhan keluhan kulit yang paling sering terjadi. Keluhan ini sering
timbul pada hiperparatiroidime sekunder atau tersier serta dapat disebabkab oleh deposit
kalsium fosfat apda jaringan. Gatal dapat dikurangi dengan mengontrol kadar fosfat dan
dengan krim yang mencegah kulit kering. Bekuan uremik merupakan presipitat Kristal ureum
pada kulit dan timbul hanya pada uremia berat. Pigmentasi kulit dapat timbul dan anemia
dapat menyebabkan pucat.
5. Gastrointestinal
Walaupun kadar gastrin meningkat, ulkus peptikum tidak lebih sering terjadi pada pasien
gagal ginjal kronik dibandingkan populasi normal. Namun gejala mual, muntah, anoreksia,
dan dada terbakar sering terjadi. Insidensi esofagitis serta angiodisplasia lebih tinggi,
keduanya dapat menyebabkan perdarahan. Insidensi pankreatitis juga lebih tinggi. Gangguan
pengecap dapat berkaitan dengan bau napas yang menyerupai urin.
6. Endokrin
Pada pria, gagal ginjal kronik dapat menyebabkan kehilangan libido, impotensi, dan
penurunan jumlah serta motilitas sperma. Pada wanita, sering terjadi kehilangan libido,
berkurangnya ovulasi, dan infertilitas. Siklus hormon pertumbuhan yang abnormal dapat turut
berkontribusi dalam menyebabkan retardasi pertumbuhan pada anak dan kehilangan massa
otot pada orang dewasa.
7. Neurologis dan psikiatrik
Gagal ginjal yang tidak diobati dapat menyebabkan kelelahan, kehilangan kesadaran, dan
bahkan koma, sering kali dengan tanda iritasi neurologis (mencakup tremor, asteriksis, agitasi,
meningismus, peningkatan tonus otot dengan mioklonus, klonus pergelangan kaki,
hiperefleksia, plantar ekstensor, dan yang paling berat kejang).
8. Imunologis
Fungsi imunologis terganggu pada gagal ginjal kronik dan infeksi sering terjadi. Uremia
menekan fungsi sebagaian besar sel imun dan dialysis dapat mengaktivasi efektor imun,
seperti komplemen, dengan tidak tepat.
9. Lipid
Hiperlipidemia sering terjadi, terutama hipertrigliseridemia akibat penurunan katabolisme
trigliserida. Kadar lipid lebih tinggi pada pasien yang menjalani dialisis peritoneal daripada
pasien yang menjalani hemodialisis, mungkin akibat hilangnya protein plasma regulator
seperti apolipoprotein A-1 di sepanjang membran peritoneal.
10. Penyakit jantung
Perikarditis dapat terjadi dan lebih besar kemungkinan terjadinya jika kadar ureum atau
fosfat tinggi atau terdapat hiperparatiroidisme sekunder yang berat. Kelebihan cairan dan
hipertensi dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri atau kardiomiopati dilatasi. Fistula
dialysis arteriovena yang besara dapat menggunakan proporsi curah jantung dalam jumlah
besar sehingga mengurangi curah jantung yang dapat digunakan oleh bagian tubuh yang
tersisa.

2.7. Phatway keperawatan

2.8. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal
dan homeostasis selama mungkin. Semua factor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal
kronik dicari dan diatasi.
Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan konservatif, Meliputi pengaturan diet,
cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengendalikan
hiperensi, penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi
komplikasi. Dan penatalaksanaan pengganti diantaranya dialysis (hemodialisis, peritoneal
dialysis) transplantasi ginjal
1. Diet retriksi asupan kalium, fosfat, natrium dan air untuk mengindari hiperkalemia
2. Transfusi darah
3. Obat obatan : antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,
furosemid (membantu berkemih)
4. Dialisis dan transpaltasi ginjal
5. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
6. Diet tinggi kalori dan rendah protein
7. Terapi penyakit ginjal
8. Pengobatan penyakit penyerta
9. Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal (Nanda, 2015 ).

2.9. Pemeriksaan Penunjang


1. Kreatin dan BUN serum keduanya tinggi karena gagal ginjal
2. Elektrolit serum menunjukan peningkatan kalium, fosfor, kalsium, magnesium, dan
produk fosfor-kalsium, dengan natrium serum rendah.
3. Gas Darah Arteri (GDA) menunjukan asidosis metabolik (nilai pH, kadar bikarbonat,
dan kelebihan basa dibawah rentang normal)
4. Hemoglobin dan hemotakrit dibawah rentang normal
5. Jumlah sel darah merah dibawah rentang normal
6. Kadar alkalin fosfat mungkin tinggi jika metabolisme tulang diperbaharui (Brunner &
suddarth).
BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
Fokus Pengkajian Pengkajian focus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita
gagal ginjal kronik menurut Doeges (1999), Le Mone & Burke (2000) dan Smeltzer dan
Bare (2001) ada berbagai macam, meliputi :
a. Demografi Tingkungan yang tercemar oleh timah, cadmium, merkuri, kromium dan
sumber air tinggi kalsium beresiko untuk gagal ginjal kronik, kebanyakan menyerang
umur 20-50 tahun, jenis kelamin lebih banyak perempuan, kebanyakan ras kulit
hitam.
b. Riwayat penyakit dahulu Riwayat infeksi saluran kemih, penyakit peradangan,
vaskuler hipertensif, gangguan saluran penyambung, gangguan kongenital dan
herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik dan neropati obstruktif.
c. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penyakit vaskuler hipertensif, penyakit
metabolik, riwayat menderita penyakit gagal ginjal kronik.
d. Pola kesehatan fungsional
1) Pemeliharaan kesehatan Penggunaan obat laksatif, diamox, vitamin D, antacid,
aspirin dosis tinggi, personal hygiene kurang, konsumsi toxik, konsumsi makanan
tinggi kalsium, purin, oksalat, fosfat, protein, kebiasaan minum suplemen, control
tekanan darah dan gula darah tidak teratur pada penderita tekanan darah tinggi
dan diabetes mellitus.
2) Pola nutrisi dan metabolik Perlu dikaji adanya mual, muntah, anoreksia, intake
cairan inadekuat, peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan
amonia), penggunanan diuretic, demam karena sepsis dan dehidrasi.
3) Pola eliminasi Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut),
abdomen kembung, diare konstipasi, perubahan warna urin.
4) Pola aktivitas dan latihan Kelemahan ekstrim, kelemahan, malaise, keterbatsan
gerak sendi.
5) Pola istirahat dan tidur Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)
6) Pola persepsi sensori dan kognitif Rasa panas pada telapak kaki, perubahan
tingkah laku, kedutan otot, perubahan tingkat kesadaran, nyeri panggul, sakit
kepala, kram/nyeri kaki (memburuk pada malam hari), perilaku berhati-
hati/distraksi, gelisah, penglihatan kabur, kejang, sindrom “kaki gelisah”, rasa
kebas pada telapak kaki, kelemahan khusussnya ekstremitas bawah (neuropati
perifer),gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau.
7) Persepsi diri dan konsep diri Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian, kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran.
8) Pola reproduksi dan seksual Penurunan libido, amenorea, infertilitas, impotensi
dan atropi testikuler.
e. Pengkajian fisik
1) Keluhan umum : lemas, nyeri pinggang.
2) Tingkat kesadaran komposmentis sampai koma.
3) Pengukuran antropometri : beratbadan menurun, lingkar lengan atas (LILA)
menurun.
4) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi lemah, disritmia,
pernapasan kusmaul, tidak teratur.
5) Kepala
a) Mata: konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan kabur, edema
periorbital.
b) Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.
c) Hidung : pernapasan cuping hidung\
d) Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia, mual,muntah serta
cegukan, peradangan gusi.
6) Leher : pembesaran vena leher.
7) Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan
kusmaul serta krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction rub
pericardial.
8) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.
9) Genital : atropi testikuler, amenore.
10) Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta tipis,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop, kekuatan otot.
11) Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat atau
hiperpigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura), edema.
f. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik menurut
Doenges (1999) adalah :
1) Urine
a) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada.
b) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat.
c) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat)
d) Klirens kreatinin, mungkin menurun
e) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu mereabsobsi
natrium.
f) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus.
2) Darah
a) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb biasanya kurang
dari 7-8 gr
b) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia.
c) GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau
hasil akhir katabolisme prtein, bikarbonat menurun, PaCO2 menurun.
d) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai perpindahan seluler
(asidosis) atau pengeluaran jaringan)
e) Magnesium fosfat meningkat
f) Kalsium menurun
g) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan
atau sintesa karena kurang asam amino esensial.
h) Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urin.
3) Pemeriksaan radiologik
a) Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter dan bladder/KUB):
menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi
(batu).
b) Pielogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler, masa
c) Sistouretrogram berkemih; menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks
kedalam ureter dan retensi.
d) Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista,
obstruksi pada saluran perkemuhan bagian atas.
e) Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik, untuk menentukan
seljaringan untuk diagnosis hostologis.
f) Endoskopi ginjal dan nefroskopi: dilakukan untuk menentukan pelis ginjal
(keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif).
g) Elektrokardiografi/EKG: mingkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa.
h) Fotokaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan, dapat menunjukkan
demineralisasi, kalsifikasi.
i) Pielogram intravena (IVP), menunjukkan keberadaan dan posisi ginjal,
ukuran dan bentuk ginjal.
j) CT scan untuk mendeteksi massa retroperitoneal (seperti penyebararn tumor).
k) Magnetic Resonan Imaging / MRI untuk mendeteksi struktur ginjal, luasnya
lesi invasif ginjal

3.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik menurut
Doeges (1999), Carpenito (2000) dan Smeltzer dan Bare (2001) adalah
a. Kelebihan volume cairan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Ketidakefektifan pola pernafasan.
d. Perubahan perfusi jaringan.
e. Resiko penurunan curah jantung berhubungan.
f. Perubahan proses fikir
g. Resiko kerusakan intregitas kulit.
h. Intoleransi aktivitas.
i. Kurang pengetahuan tentang pencegahan dan perawatan penyakit gagal ginjal
kronik.
3.3. Intervensi Keperawatan
Fokus Intervensi dan rasional Intervensi keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik menurut Doenges (1999), Carpenito (2000) dan Smeltzer dan
Bare (2001) adalah

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Kelebihan Kelebihan  Pembatasan diet 1) kaji status cairan Pengkajian merupakan dasar
volume cairan cairan/edema dan cairan. o Timbang berat badan berkelanjutan untuk memantau
berhubungan tidak terjadi.  Turgor kulit harian perubahan dan mengevaluasi
dengan normal tanpa o Keseimbangan masukan intervensi.
penurunan edema. dan haluaran.
haluaran urine  Tanda-tanda vital o Turgor kulit dan adanya
dan retensi normal. edema.
cairan dan o Tekanan darah, denyut dan
natrium. irama nadi.
2) batasi masukan cairan Pembatasan cairan akan
menentukan berat tubuh ideal,
haluaran urine dan respons
terhadap terapi.

3) identifikasi sumber potensial Sumber kelebihan cairan yang


cairan, medikasi dan cairan tidak diketahui dapat
yang digunakan untuk diidentifikasi
pengobatan, oral dan
intravena

4) Jelaskan pada pasien dan Pemahaman meningkatkan


keluarga tentang pembatasan kerjasama pasien dan keluarga
cairan. dalam pembatasan cairan.
Kenyamanan pasien
5) Bantu pasien dalam meningkatkan kepatuhan
menghadapi ketidaknyamanan terhadap pembatasan diet.
akibat pembatasan cairan
2 Perubahan Mempertahan Pengukuran 1)Kaji status nutrisi Menyediakan data dasar untuk
nutrisi kurang kan masukan antropometri dalam  perubahan berat badan memantau perubahan dan
dari kebutuhan nutrisi yang batas normal.  pengukuran antropometrik mengevaluasi intervensi.
tubuh adekuat  Perlambatan atau  nilai laboratorium (elektrolit
berhubungan penurunan berat serum, BUN, kreatinin, protein,
dengan intake badan yang cepat transferin dan kadar besi).
inadekuat, mual, tidak terjadi. 2)Kaji pola diet dan nutrisi pasien Pola diet sekarang dan dahulu
muntah,  Pengukuran  riwayat diet dapat dipertimbangkan dalam
anoreksia biokomis dalam  makanan kesukaan menyusun menu.
batas normal  hitung kalori.
(albumin, kadar 3) Kaji faktor-faktor yang dapat Menyediakan informasi
elektrolit). merubah masukan nutrisi: mengenai faktor lain yang dapat
 Peneriksaan diubah atau dihilangkan untuk
 Anoreksia, mual dan muntah
laboratorium klinis meningkatkan masukan diet.
 Diet yang tidak
dalam batas normal. menyenangkan bagi pasien
 pematuhan  Kurang memahami diet.
makanan dalam
pembatasan diet dan 4) Menyediakan makanan Mendorong peningkatan
medikasi sesuai masukan
kesukaan pasien dalam batas- diet.
jadwal untuk batas diet.
mengatasi anoreksia
Mengurangi makanan dan
5) Anjurkan camilan tinggi kalori, protein yang dibatasi dan
rendah protein, rendah natrium, menyediakan kalori untuk
diantara waktu makan. energi, membagi protein untuk
pertumbuhan dan penyembuhan
jaringan.
6) Jelaskan rasional pembatasan Meningkatkan pemahaman
diet dan hubungannya dengan pasien tentang hubungan antara
penyakit ginjal dan peningkatan diet, urea, kadar kreatinin
urea dan kadar kreatinin. dengan penyakit renal.

7) Sediakan jadwal makanan yang


dianjurkan secara tertulis dan Daftar yang dibuat
anjurkan untuk memperbaiki menyediakan pendekatan positif
rasa tanpa menggunakan terhadap pembatasan diet dan
natrium atau kalium. merupakan referensi untuk
pasien dan keluarga yang dapat
8) Ciptakan lingkungan yang digunakan dirumah.
menyenangkan selama waktu Faktor yang tidak
makan. menyenagkan yang berperan
dalam menimbulkan anoreksia
dihilangkan.
9) Timbang berat badan harian.
Untuk memantau status cairan
dan nutrisi.
10) Kaji bukti adanya masukan
protein yang tidak adekuat Masukan protein yang tidak
 pembentukan edema adekuat dapat menyebabkan
 penyembuhan yang lambat penurunan albumin dan protein
 penurunan kadar albumin lain, pembentukan edema dan
perlambatan peyembuhan.
Gangguan Setelah  Membran mukosa 1) Awasi tanda-tanda vital, kaji Memberikan informasi tentang
perfusi jaringan dilakukan warna merah muda. pengisian kapiler, warna kulit dan derajat atau keadekuatan perfusi
berhubungan tindakan  Kesadaran dasar kuku. jaringan dan membantu
dengan keperawatan kompos mentis. menentukan. kebutuhan
penurunan perfusi  Tidak ada keluhan intervensi.
suplai O2 dan jaringan sakit kepala.
nutrisi ke adekuat  Tidak ada tanda 2) Tinggikan kepala tempat tidur Meningkatkan ekspansi paru
jaringan sianosis ataupun sesuai toleransi. dan memaksimalkan oksigenasi
sekunder hipoksia untuk kebutuhan seluler,
terhadap  Capillary refill vasokonstrisi (ke organ vital)
penurunan COP. kurang dari 3 detik. menurunkan sirkulasi perifer.
 Nilai laboratorium
dalam batas normal 3) Catat keluhan rasa dingin, Kenyamanan klien atau
(Hb 12-15 gr%). pertahankan suhu lingkungan dan kebutuhan rasa hangat harus
 Konjungtiva tidak tubuh hangat sesuai dengan seimbang dengan kebutuhan
anemis. indikasi. untuk menghindari panas
 Tanda-tanda vital berlebihan pencetus vasodilatasi
stabil: TD: 120/80 (penurunan perfusi organ).
mmHg, nadi: 60-
80x/menit. 4) Kolaborasi untuk pemberian Memaksimalkan transport
O2 oksigen ke jaringan.
Mengetahui status transport O2
5) Kolaborasikan pemeriksaan
laboratorium (hemoglobin).
Perubahan pola Setelah  analisa gas darah 1) Kaji fungsi pernapasan klien, Distress pernapasan dan
nafas dilakukan dalam rentang catat kecepatan, adanya gerak, perubahan pada vital dapat
berhubungan tindakan normal. dispnea, sianosis, dan terjadi sebagai akibat dari
dengan keperawatan  tidak ada tanda perubahan tanda vital. patofisiologi dan nyeri.
hiperventilasi klien sianosis maupun
paru. menunjukkan dispnea. 2) Catat pengembangan dada dan Pengembangan dada atau
pola nafas  bunyi nafas tidak posisi trakea ekspansi paru dapat
efektif mengalami menurunkan apabila terjadi
penurunan asietas atau udema pulmoner.
 TTV dalam batas Sokongan terhadap dada dan
normal: RR 16-24 otot abdominal membuat batuk
x/menit lebih efektif dan dapat
mengurangi
trauma.Meningkatkan ekspansi
paru. Untuk mengetahui
elektrolit sebagai indikator
keadaan status cairan.
3) Kaji klien adanya keluhan Mengkaji status pertukaran gas
nyeri bila batuk atau nafas dan ventilasi serta evaluasi dari
dalam. implementasi.

4) Pertahankan posisi nyaman Menghilangkan distress


misalnya posisi semi fowler respirasi dan sianosis.

5) Kolaborasikan pemeriksaan
laboratorium (elektrolit)
6) Kolaborasikan pemeriksaan
analisa gas darah dan foto
thoraks
7) Kolaborasikan pemeriksaan
oksigen
Resiko Setelah  Tanda-tanda vital 1) Auskultasi bunyi jantung dan Mengkaji adanya takikardi,
penurunan curah dilakukan dalam batas normal: paru, evaluasi adanya edema takipnea, dispnea, gemerisik,
jantung tindakan tekanan darah: perifer atau kongesti vaskuler mengi dan edema.
berhubungan keperawatan 120/80 mmHg, nadi dan keluhan dispnea, awasi
dengan curah jantung 60- 80 x/menit, tekanan darah, perhatikan
ketidakseimbang dapat kuat, teratur. postural misalnya: duduk,
an cairan dipertahankan  Akral hangat berbaring dan berdiri.
mempengaruhi  Capillary refill
sirkulasi, kerja kurang dari 3 detik 2) Selidiki keluhan nyeri dada, Hipertensi ortostatik dapat
miokardial dan  Nilai laboratorium perhatikan lokasi dan terjadi sehubungan dengan
tahanan vaskuler dalam batas normal beratnya. defisit cairan.
sistemik, (kalium 3,5-5,1
gangguan mmol/L, urea 15-39 3) Evaluasi bunyi jantung akan Mengkaji adanya kedaruratan
frekuensi, irama, mg/dl) terjadi friction rub, tekanan medik.
konduksi darah, nadi perifer, pengisisan
jantung kapiler, kongesti vaskuler,
(ketidakseimban suhu tubuh dan mental,
gan elektrolit).
4) Kaji tingkat aktivitas dan Kelelahan dapat menyertai
respon terhadap aktivitas. gagal jantung kongestif juga
anemia.
5) Kolaborasikan pemeriksaan
laboratorium yaitu kalium. Ketidakseimbangan dapat
mengangu kondisi dan fungsi
6) Berikan obat anti hipertensi jantung.
sesuai dengan indikasi. Menurunkan tahanan vaskuler
sistemik.
Resiko Setelah  Klien 1) Inspeksi kulit terhadap Memandakan adanya sirkulasi
kerusakan dilakukan menunjukkan perubahan warna, turgor dan atau kerusakan yang dapat
intregitas kulit tindakan perilaku atau tehnik perhatikan adanya kemerahan, menimbulkan pembentukan
berhubungan keperawatan untuk mencegah ekimosis, purpura. dekubitus atau infeksi.
dengan tidak terjadi kerusakan atau
akumulasi integritas cidera kulit. 2) Pantau masukan cairan dan Mendeteksi adanya dehidrasi
toksik dalam kulit  Tidak terjadi hidrasi kulit dan membran atau hidrasi berlebihan yang
kulit dan kerusakan integritas mukosa. mempengaruhi sirkulasi dan
gangguan turgor kulit. integritas jaringan pada tingkat
kulit (uremia)  Tidak terjadi seluler.
edema.
3) Inspeksi area tubuh terhadap Jaringan edema lebih cenderung
edema. rusak atau robek.

4) Ubah posisi dengan sering Menurunkan tekanan pada


menggerakkan klien dengan edema, meningkatkan
perlahan, beri bantalan pada peninggian aliran balik statis
tonjolan tulang. vena sebagai pembentukan
edema.
5) Pertahankan linen kering, dan
selidiki keluhan gatal. Menurunkan iritasi dermal dan
resiko kerusakan kulit.
6) Pertahankan kuku pendek
Menurunkan resiko cedera
dermal
Intoleransi Berpartisipasi  Berpartisipasi 1) Kaji faktor yang Menyediakan informasi tentang
aktivitas dalam dalam menyebabkan keletihan indikasi tingkat keletihan
berhubungan aktivitas yang meningkatkan  anemia
dengan dapat tingkat aktivitas dan  ketidakseimbangan cairan
keletihan, ditoleransi latihan  dan elektrolit
anemia, retensi Melaporkan  retensi produk sampah
produk sampah peningkatan rasa  depresi
dan prosedur sejahtera  2) Tingkatkan kemandirian Meningkatkan aktivitas
dialisis. Melakukan istirahat dalam aktivitas perawatan diri ringan/sedang dan memperbaiki
dan aktivitas secara yang dapat ditoleransi, bantu harga diri.
bergantian  jika keletihan terjadi.
Berpartisipasi dalam 3) Anjurkan aktivitas alternatif Mendorong latihan dan aktivitas
aktivitas perawatan sambil istirahat. dalam batas-batas yang dapat
mandiri yang dipilih ditoleransi dan istirahat yang
adekuat.

4) anjurkan untuk beristirahat Dianjurkan setelah dialysis,


setelah dislisis. yang bagi banyak pasien sangat
melelahkan.
Gangguan Setelah  analisa gas darah 1) Kaji fungsi pernapasan Distress pernapasan dan
pertukaran gas dilakukan dalam rentang klien, catat kecepatan, perubahan pada vital dapat
berhubungan tindakan normal  tidak ada adanya gerak, dispnea, terjadi sebagai akibat dari
dengan keperawatan tanda sianosis sianosis, dan perubahan patofisiologi dan nyeri.
penurunan klien maupun hipoksia  tanda vital. Untuk mengetahui keadaan
ekspansi paru menunjukkan taktil fremitus paru.
sekunde pertukaran positif kanan dan 2) Auskultasi bunyi nafas
terhadap adanya gas efektif. kiri  bunyi nafas 3) Catat pengembangan Pengembangan dada atau
edema tidak mengalami dada dan posisi trakea ekspansi paru dapat
pulmoner. penurunan  menurunkan apabila terjadi
auskultasi paru asietas atau udema pulmoner.
sonor.  TTV dalam 4) Kaji taktil fremitus
batas normal: RR Taktil fremitus dapat negative
16-24 x/menit pada klien dengan edema
pulmoner.
5) Kaji klien adanya keluhan
nyeri bila batuk atau Sokongan terhadap dada dan
nafas dalam. otot abdominal membuat batuk
lebih efektif dan dapat
mengurangi trauma.
6) Pertahankan posisi
nyaman misalnya posisi Meningkatkan ekspansi paru.
semi fowler Untuk mengetahui elektrolit
7) Kolaborasikan sebagai indicator keadaan status
pemeriksaan laboratorium cairan.
(elektrolit)
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1. Pengkajian Keperawatan
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Usia/ Tgl lahir : 50 tahun, 27 Juli 1968
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Martubung
No. Telp : 0831-xxxx-xxx
Suku/Bangsa : Jawa
Status pernikahan : Single
Agama : Islam
Pekerjaan/ sumber penghasilan : Buruh
Diagnosa Medis : CKD
No. MR : 0000023
Tanggal Masuk : 30 Januari 2018 Jam : 22.00 wib
Tanggal Pengkajian : 31 januari 2018 Jam : 08. 00 wib

II. Keluhan Utama


Sesak, lemah, lesu, sering berkemih pada malam hari, kram otot pada malam hari, sulit tidur,
muntah dan nafsu makan menurun.
III. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang
- Kapan timbulnya penyakit? 30 januari 2018 Jam : 21.45 wib
- Bagaimana awal munculnya? Tiba-tiba Berangsur-angsur
- Bagaiman keadaan penyakit sekarang?
Sudah membaik Parah Tetap sama dengan sebelumnya
- Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan : berobat ke rumah sakit
B. Riwayat kesehatan lalu
Penyakit yang pernah diderita :
1. DM , Tanggal/Usia : 2010/ 42 tahun
2. Hipertensi Tanggal/Usia : 2005/ 37 tahun
Riwayat Imunisasi : Lengkap Tidak Lengkap
Riwayat Hospitalisasi :
1. Penyakit : Hipertensi Tahun : 2005
2. Penyakit : DM Tahun : 2010
Riwayat alergi obat-obatan :
- Ada :
- Tidak ada :
C. Riwayat kesehatan keluarga
- Apakah ada anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit
jantung, stroke, anemia, hemopilia, arthritis, migrain, DM, kanker dan gangguan
emosional ? Ada, Diabetes Melitus Tidak ada
- Buat bagan dengan Genogram : 3 generasi sebelumnya

: Meninggal
: Perempuan
: Meninggal
: Penderita

IV. Pengkajian Model Roy


Pengkajian perilaku dan stimulus merupakan langkah pertama dari proses keperawatan yang
terdiri dari empat adaptasi mode, yaitu :
1. Mode Fisiological
a. Oksigenasi dan ventilasi (Vairo,1984 dalam Roy 1991) :
1) Jalan nafas : Bersih Ada sumbatan: Sputum
2) Pernafasan : Tidak Sesak Sesak
3) Menggunakan otot bantu pernafasan : Ya Tidak
4) Frekuensi pernafasan : 30x / menit
5) Irama pernafasan : Teratur Tidak teratur
6) Jenis pernafasan : Kausmaull
7) Kedalaman : Dalam Dangkal
8) Palpasi dada : Massa Nyeri Tekan Lain-lain _______
9) Perkusi dada : Sonor Resonan Timpani Dullness
10) Suara nafas : Vesikuler Ronkhi krekels Rales
11) Penggunaan alat bantu nafas: Tidak Ya, Nasal Kanul
Fokal :
- Infeksi pernafasan : pneumonitis
- Asidosis metabolic : 6,5
- Gangguan jantung : hipertensi

Kontektual & residual


- Riwayat keluarga : klien mengatakan ada keluarga yang menderita DM
- Riwayat pengobatan sebelumnya : klien mengatakan hanya mengkonsumsi obat Hipertensi
dan DM tetapi tidak teratur, untuk penyakit lainnya klien meminum obat warung
- Pengetahuan : klien mengetahui bahwa ventilasi yang baik dirumah itu penting
Masalah keperawatan yang muncul :
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
Tidak efektifnya pola nafas
Gangguan pertukaran gas
Penurunan cardiac output
Penurunan perfusi jaringan

b. Nutrisi :
Keadaan mulut :
1) Gigi : Caries Tidak Caries
2) Penggunaan gigi palsu : Ya Tidak
3) Stomatitis : Ya Tidak
4) Lidah kotor : Ya Tidak
5) Saliva : Normal Abnormal
6) Bising usus : 8x / menit.
7) Hepar : Teraba Tak teraba
8) Abdomen : Lembek Kembung
Acites Distensi
9) Proses digestive:
Kesulitan mengunyah Kesulitan menelan Rasa penuh pada lambung
Mual Muntah Nyeri lambung _____________
10) Pemeriksaan fisik
TB : 175 cm BB : 55 kg IMT : 19 (gizi kurang)
Bising usus : 8x/menit Hepatomegali : Tidak ada Asites : Tidak Ada

Stimulus Fokal :
- Penurunan nutrisi sel : Klien mengatakan berat badan 2 minggu yang lalu 65 Kg
- Hipermetabolisme/hipometabolisme: Klien cemas akan kondisinya saat ini
Kontektual & residual
- Riwayat kesehatan : DM tidak terkontrol
- Riwayat pengobatan & penatalaksanaan : klien menggunakan insulin untuk mengontrol
DM nya
- Riwayat diit :
Klien tidak dalam kondisi diit apapun
- Pengetahuan (diit, pengobatan) :
Klien tau bahwa Penderita Hipertensi harus memakan makanan rendah lemak dan rendah
garam
Masalah Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

c. Eliminasi :
1) Frekuensi BAB : 1x/hari
2) Warna feces : Kuning Putih seperti air cucian beras
Cokelat Hitam Dempul
3) Konsistensi faeces : Setengah padat Cair Berdarah
Terdapat lendir Tidak ada kelainan
4) Intake (ml/24 jam) : Minum: 3 L/hari Infus : _________ ml/24 jam
5) Output (ml/24 jam) : Urin : 200 ml/hari IWL : 825 ml/24 jam
6) Balance Cairan : 1975 ml/hari
7) Warna Urine : Kuning keruh Kuning kental/coklat
Merah Putih

Stimulus Fokal :
- Nokturia : klien mengatakan sering buang air kecil ketika malam hari
- Oligouria : ( sudah terjadi komplikasi pada ginjal )

Pengetahuan : kebutuhan cairan


Klien mengetahui kebutuhan minum 1 hari 2-3 liter /hari
Masalah Keperawatan :
Volume cairan kurang
Volume cairan berlebih
Resiko devisit volume cairan
Perubahan perfusi jaringan (renal, cerebral, cardiopulmonal, perifer, gastrointestinal)

d. Aktivitas dan istirahat :


Pola Istirahat dan Tidur
1) Keluhan sering terbangun malam hari karena berkemih

2) Keluhan bedan lemas, rasa kantuk hebat


Pola Aktivitas dan Latihan.
1) Kelemahan fisik, keluhan mudah lelah, lemas : klien mengeluh mudah lemas, dan lelah
2) Fungsi motorik :  Kontraktur Keterbatasan/kesulitan bergerak
Pemeriksaan fisik
1) Kekuatan otot :3
2) Pergerakan persendian : ROM aktif
3) Postur tubuh : membungkuk
4) Bentuk kaki : Kaki charcot  Hamer toe  Callus  Corn
 Kuku yang tumbuh didalam kulit  Bunion
 Clawfoot (kaki cakar)  Flatfoot

MASALAH KEPERAWATAN
Kerusakan mobilitas fisik Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas, risiko Keletihan

e. Proteksi/ perlindungan :
1) Turgor kulit : Elastis Tidak elastis
2) Temperatur kulit : Hangat Dingin
3) Warna kulit : Pucat Sianosis Kemerahan
4) Keadaan kulit : Baik Lesi Ulkus
Luka, Lokasi ______________________________
Insisi operasi, Lokasi ________________________
5) Kondisi : Gatal-gatal Memar/lebam
Kelainan Pigmen
Dekubitus, Lokasi __________________________
6) Kelainan Kulit : Tidak Ya, Jenis ________________
7) Kondisi kulit daerah pemasangan Infus : Baik
8) Keadaan rambut : - Tekstur : Baik Tidak
Alopesia
9) Kebersihan : Ya Tidak , terdapat ketombe

Stimulus Fokal : Laboratorium


- Pemeriksaan DPL: Hb: 5 g/dl, Ht: 15,7%, Eritrosit : 1,69 103/µl, Leukosit : 14.3103/µl,
GDS: 60 mg/dl
- Albumin : 3.76 gr/dl, Protein Total : 6.41 gr/dl, ur : 251 mg/dl, cr : 24.8 mg/dl,
OT/PT : 9/10 U/I
Masalah Keperawatan :
Kerusakan integritas kulit Resiko infeksi
Cedera akibat posisi perioperasi, risiko Trauma, resiko
f. Sense / Indera :
1) Posisi mata : Simetris Asimetris
2) Kelopak mata : Normal Ptosis
3) Pergerakan bola mata : Normal Abnormal
4) Konjungtiva : Merah muda Anemis
Sangat Merah
5) Kornea : Normal Keruh/ berkabut
Terdapat Perdarahan
6) Sklera : Ikterik Anikterik
7) Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Miosis
8) Otot-otot mata : Tidak ada kelainan Juling keluar
Juling ke dalam Berada di atas
9) Fungsi penglihatan : Baik Kabur
Dua bentuk / diplopia
10) Lensa mata : Jernih Keruh
11) Pemakaian kaca mata : Tidak Ya, Jenis _______________
12) Reaksi terhadap cahaya : Baik

Masalah Keperawatan :
Gangguan sensori primer Potensial gangguan berkomunikasi
Potensial injuri Kehilangan kemampuan merawat diri
Sensori monoton atau distorsi Sensori overload atau deprivasi
Nyeri akut Nyeri kronik Gangguan persepsi

g. Sistem Pendengaran
1) Daun telinga : Normal Tidak, Kanan/kiri ___________
2) Kondisi telinga tengah : Normal Kemerahan
Bengkak Terdapat lesi
3) Cairan dari telinga : Tidak Ada, _____________________
Darah, nanah dll.
4) Perasaan penuh di telinga : Ya Tidak
5) Tinitus : Ya Tidak
6) Fungsi pendengaran : Normal Kurang
Tuli, kanan/kiri __________
7) Gangguan keseimbangan : Tidak Ya,………
8) Pemakaian alat bantu : Ya Tidak

h. Fungsi syaraf/neurologis
1) Keluhan sakit kepala : pusing
2) Tingkat kesadaran : Compos mentis Apatis
Somnolent Soporokoma
3) Glasgow coma scale(GCS) E : 4, M : 5, V : 6
4) Tanda-tanda peningkatan TIK : Tidak Ya, ________
Muntah proyektil Nyeri Kepala hebat Papil Edema
5) Gangguan Sistem persyarafan : Kejang Pelo
Mulut mencong Disorientasi Polineuritis/ kesemutan
Kelumpuhan ekstremitas (kanan / kiri / atas / bawah)
6) Pemeriksaan Reflek :
a) Reflek fisiologis : Normal Tidak ____________
b) Reflek Patologis : Tidak Ya ______________

Masalah Keperawatan
Penurunan tingkat kesadaran Proses kognitif inefektif
Defisit memori Perilaku dan mood tidak stabil
Inefektif kompensasi defisit kognitif
Potensial kerusakan otak sekunder

IV.2. Diagnosa Keperawatan

1. Volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh

2. Bersihan jalan nafas inefektif

3. Resiko Infeksi

4. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

5. Kerusakan integeritas kulit

6. Intoleransi aktivitas

7. Gangguan sensori primer


IV.3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Implementasi evaluasi


Keperawatan

1 Kelebihan Kelebihan  Pembatasan diet dan  kaji status cairan Pengkajian merupakan dasar Mengkaji S: pasien menyatakan
volume cairan/edem cairan. o Timbang berkelanjutan untuk keseimbanga sesak berkurang pada
cairan a tidak  Turgor kulit normal berat badan memantau perubahan dan n cairan. malam hari.
berhubungan terjadi. tanpa edema. harian mengevaluasi intervensi.
dengan  Tanda-tanda vital o Keseimbanga Menimbang O: pasien dampak
Cairan normal. n masukan berat badan. edema berkurang
kerusakan
menjadi dan haluaran.
ginjal. o Turgor kulit Pembatasan cairan akan Mengkaji A:masalah belum
normal.
dan adanya menentukan berat tubuh peningkatan teratasi
edema. ideal, haluaran urine dan TD,RR.
o Tekanan respons terhadap terapi. P: intervensi di
darah, denyut Mengajarkan lanjutkan
dan irama Sumber kelebihan cairan jumlah cairan
nadi. yang tidak diketahui dapat yang di
diidentifikasi minum tiap
 batasi masukan
hari.
cairan

 identifikasi sumber
potensial cairan,
medikasi dan cairan Pemahaman meningkatkan
yang digunakan kerjasama pasien dan
untuk pengobatan, keluarga dalam pembatasan
oral dan intravena cairan.
 Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
pembatasan cairan. Kenyamanan pasien
meningkatkan kepatuhan
terhadap pembatasan diet.

 Bantu pasien dalam


menghadapi
ketidaknyamanan
akibat pembatasan
cairan
2 Perubahan Setelah  analisa gas darah 8) Kaji fungsi pernapasan Distress pernapasan dan Perubahan S:
pola nafas. dilakukan dalam rentang normal. klien, catat kecepatan, perubahan pada vital dapat pola nafas
tindakan adanya gerak, dispnea, terjadi sebagai akibat dari berhubungan O: penggunaan otot
 tidak ada tanda sianosis, dan perubahan bantu napas berkurang
keperawata patofisiologi dan nyeri. dengan
sianosis maupun tanda vital.
n klien hiperventilasi A:pola napas teratasi
menunjukka dispnea. Pengembangan dada atau paru.
9) Catat pengembangan
n pola nafas ekspansi paru dapat P: anjurkan control ke
 bunyi nafas tidak dada dan posisi trakea
efektif menurunkan apabila terjadi dokter
mengalami penurunan asietas atau udema
pulmoner. Sokongan
 TTV dalam batas
terhadap dada dan otot
normal: RR 16-24
abdominal membuat batuk
x/menit
lebih efektif dan dapat
mengurangi
trauma.Meningkatkan
ekspansi paru. Untuk
mengetahui elektrolit
sebagai indikator keadaan
status cairan.

Mengkaji status pertukaran


10) Kaji klien adanya gas dan ventilasi serta
keluhan nyeri bila batuk evaluasi dari implementasi.
atau nafas dalam.

Menghilangkan distress
respirasi dan sianosis.
11) Pertahankan posisi
nyaman misalnya posisi
semi fowler

12) Kolaborasikan
pemeriksaan
laboratorium (elektrolit)
13) Kolaborasikan
pemeriksaan analisa gas
darah dan foto thoraks
14) Kolaborasikan
pemeriksaan oksigen
3 Resiko Bebas dari  Klien bebas dari Cuci tangan steril. Teknik aseptic mencegah Melakukan S:tidak ada keluhan
Infeksi tanda-tanda tanda dan gejala Gunakan sarung tanagan. transmisi bakteri. perawatan nyeri atau gatal.
infeksi infeksi. luka hacting
(tidak ada selang-seling. O:tidak ada tanda
kemerhan,p  Jumlah leukosit peradangan.
us,nyeri dll) dalam batas Lakukan
perawatan Penyatuan luka baik.
normal.
membrane A: masalah teratasi
 Status mukosa dan
imun,gastrointes kulit P:
tinal,genitourina
ria dalam batas Mengelola
pemberian
normal. ceftazidin1gr
am/IV

4 Perubahan Mempertah Pengukuran 11) Kaji status nutrisi Menyediakan data dasar Memotivasi S:
nutrisi an kan antropometri dalam  perubahan berat badan untuk memantau perubahan pasien untuk
kurang dari masukan batas normal.  pengukuran dan mengevaluasi makan O:
kebutuhan nutrisi yang antropometrik intervensi. makanan dan A:masalah teratasi
tubuh adekuat  Perlambatan atau  nilai laboratorium suplemen
penurunan berat badan (elektrolit serum, BUN, makanan. P:
yang cepat tidak terjadi. kreatinin, protein,
transferin dan kadar besi).
 Pengukuran biokomis 12) Kaji pola diet dan
dalam batas normal nutrisi pasien Berikan
(albumin, kadar  riwayat diet Pola diet sekarang dan penkes
elektrolit).  makanan kesukaan dahulu dapat mengenai
 hitung kalori. dipertimbangkan dalam pentinya
 Peneriksaan 13) Kaji faktor-faktor memenuhi
menyusun menu.
laboratorium klinis yang dapat merubah kebutuhan
dalam batas normal. masukan nutrisi: nutrisi.
 Anoreksia, mual dan
 pematuhan makanan muntah Menyediakan informasi Anjurkan
dalam pembatasan diet  Diet yang tidak mengenai faktor lain yang pasien makan
dan medikasi sesuai menyenangkan bagi pasien dapat diubah atau dalam porsi
jadwal untuk mengatasi  Kurang memahami diet. dihilangkan untuk kecil tapi
anoreksia 14) meningkatkan masukan diet. sering.
15) Menyediakan
makanan kesukaan pasien
dalam batas-batas diet.

16) Anjurkan camilan


tinggi kalori, rendah
protein, rendah natrium,
diantara waktu makan. Mendorong peningkatan
masukan

diet.
17) Jelaskan rasional
pembatasan diet dan Mengurangi makanan dan
hubungannya dengan protein yang dibatasi dan
penyakit ginjal dan menyediakan kalori untuk
peningkatan urea dan energi, membagi protein
kadar kreatinin. untuk pertumbuhan dan
penyembuhan jaringan.
18) Sediakan jadwal
makanan yang dianjurkan Meningkatkan pemahaman
secara tertulis dan
pasien tentang hubungan
anjurkan untuk
memperbaiki rasa tanpa antara diet, urea, kadar
menggunakan natrium kreatinin dengan penyakit
atau kalium. renal.

Daftar yang dibuat


19) Ciptakan lingkungan menyediakan pendekatan
yang menyenangkan positif terhadap pembatasan
selama waktu makan. diet dan merupakan
referensi untuk pasien dan
20) Timbang berat badan keluarga yang dapat
harian. digunakan dirumah.

Faktor yang tidak


21) Kaji bukti adanya menyenagkan yang berperan
masukan protein yang dalam menimbulkan
tidak adekuat anoreksia dihilangkan.
 pembentukan edema
 penyembuhan yang
lambat
Untuk memantau status
 penurunan kadar
cairan dan nutrisi.
albumin

Masukan protein yang tidak


adekuat dapat menyebabkan
penurunan albumin dan
protein lain, pembentukan
edema dan perlambatan
peyembuhan.

5 Resiko Setelah  Klien menunjukkan 1) Inspeksi kulit terhadap Memandakan adanya Menganjurka S:
kerusakan dilakukan perilaku atau tehnik perubahan warna, turgor sirkulasi atau kerusakan n pasien
intregitas tindakan dan perhatikan adanya yang dapat menimbulkan untuk O:
untuk mencegah
kemerahan, ekimosis,
kulit keperawata kerusakan atau cidera pembentukan dekubitus atau memakai A: masalah teratasi
purpura.
n tidak kulit. infeksi. pakaian yang
terjadi 2) Pantau masukan cairan longgar. P:
integritas  Tidak terjadi Mendeteksi adanya
dan hidrasi kulit dan
kulit kerusakan integritas membran mukosa. dehidrasi atau hidrasi Menghindari
kulit. berlebihan yang kerutan pada
mempengaruhi sirkulasi dan tempat tidur.
 Tidak terjadi edema. integritas jaringan pada
tingkat seluler. Menjaga
kebersihan
Jaringan edema lebih kulit gar tetap
3) Inspeksi area tubuh cenderung rusak atau robek. bersih dan
terhadap edema. kering.
Menurunkan tekanan pada
4) Ubah posisi dengan edema, meningkatkan Memonitor
sering menggerakkan peninggian aliran balik kulit akan
klien dengan perlahan, statis vena sebagai adanya
beri bantalan pada
pembentukan edema. kemerahan.
tonjolan tulang.
Menurunkan iritasi dermal
5) Pertahankan linen dan resiko kerusakan kulit.
kering, dan selidiki
Menurunkan resiko cedera
keluhan gatal.
dermal

6) Pertahankan kuku
pendek
6 Intoleransi Berpartisipa  Berpartisipasi dalam 5) Kaji faktor yang Menyediakan informasi memberikan S:
aktivitas si dalam meningkatkan tingkat menyebabkan keletihan tentang indikasi tingkat lingkungan
aktivitas  anemia keletihan tenang batasi O:
aktivitas dan latihan 
yang dapat  ketidakseimbangan pengunjung
Melaporkan A: masalah teratasi
ditoleransi cairan dan elektrolit dan kurangi
peningkatan rasa
 retensi produk sampah suara bising, P:
sejahtera  Melakukan
 depresi
istirahat dan aktivitas pertahankan
6) Tingkatkan kemandirian
secara bergantian  dalam aktivitas tirah baring
Berpartisipasi dalam perawatan diri yang bila di
aktivitas perawatan dapat ditoleransi, bantu indikasikan.
mandiri yang dipilih jika keletihan terjadi. Meningkatkan aktivitas
menganjurka
ringan/sedang dan
7) Anjurkan aktivitas n klien
memperbaiki harga diri.
alternatif sambil istirahat. istirahat bila
terjadi
kelelahan dan
Mendorong latihan dan kelemahan,an
aktivitas dalam batas-batas jurkan pasien
8) anjurkan untuk yang dapat ditoleransi dan
beristirahat setelah melakukan
dislisis. istirahat yang adekuat. aktivitas
Dianjurkan setelah dialysis, semampunya.
yang bagi banyak pasien
sangat melelahkan.

7 Gangguan Pasien Menunjukkan Anjurkan untuk Meningkatkan dalam Menganjurka S:


Persepsi dapat pergerakan dan ekpresi menungkatkan dalam berkomunikasi dengan n pasien
Sensori menbina wajah dan rileks. berkomunikasi dengan orang lain dan untuk O:dapat
orang lain dan terapi berkomunikasi dengan
saling meninggkatkan proses fikir meningkatka
aktivitas. baik
percaya. pasien. n dalam
berkomunika A: masalah teratasi
si dengan
orang lain P:
dan
beraktivitas
BAB V
PEMBAHASAN
Nama : Tn. R
Usia/ Tgl lahir : 50 tahun, 27 Juli 1968
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Martubung
No. Telp : 0831-xxxx-xxx
Suku/Bangsa : Jawa
Status pernikahan : Single
Agama : Islam
Pekerjaan/ sumber penghasilan : Buruh
Diagnosa Medis : CKD
No. MR : 0000023
Tanggal Masuk : 30 Januari 2018 Jam : 22.00 wib
Tanggal Pengkajian : 31 januari 2018 Jam : 08. 00 wib

Penulis akan menguraikan tentang pembahasan asuhan keperawatan pada Tn.R dengan
gangguan sistem perkemihan : gagal ginjal kronik Berikut adalah keseluruhan dari tahap
pengkajian sampai dengan evaluasi. Secara umum data yang ditemukan dalam kasus tidak jauh
berbeda dengan data fokus dalam teori. Namun masih ada beberapa data yang tidak sama dengan
teori.
Diagnosa yang muncul pada kasus dan terdapat pada teori adalah sebagai berikut :
1. Pola nafas tidak efektif berhubung dengan hiperventi-lasi paru (Doengoes, 2010).
Ketidakefektifan pola nafas yaitu suatu keadaan dimana individu mengalami kehilangan
yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola pernafasan
(Carpenito, 2006).
Dalam menegakkan diagnosa ini harus dibuktikan dengan adanya nafas pendek,
penggunaan otot bantu bantu pernafasan, RR> 24x/menit, adanya bunyi paru yang tidak
normal seperti ronkhi. Ronkhi adalah bunyi nafas yang datang kontinyu dan bunyinya
seperti ringkikan kuda atau dengkuran yang dalam (Smletzer dan Bare, 2006)
Diagnosa ini penulis tegakkan karena penulis melihat bahwa pasien
mengatakan sesak nafas dan data ini didukung oleh pemeriksaan Tanda Tanda
Vital, tekanan darah 150/100mmhg, Nadi 110x/mnt, suhu 36C dan RR 28x/mnt
serta didukung dengan pemeriksaan fisik yang me-nunjukkan bahwa pasien
meng-gunakan otot bantu pernafasan.
2. Kelebihan volume cairan yang berhubungan penurunan haluaran urin, retensi cairan dan
natrium (Doengoes, 2010). Kele bihan volume cairan dalah suatu keadaan dimana
seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau
interistiel (Doengoes, 2010). Menurut (Hudak& Gallo, 2012) kelebihan volume cairan
dengan batasan karakteristik sebagai berikut : berat badan meningkat pada waktu yang
singkat, input>output, tekanan darah berubah, distensi vena jugularis, perubahan pada
pola nafas, sesak nafas, Hematokrit menurun, perubahan status mental dan kecemasan,
terdapat edema pada ekstermitas, piting edema Diagnosa ini di tegakkan karena
ditemukan data subjektif dimana klien mengatakan,BAK hanya sedikit-sedikit sedangkan
data objektif yang diperoleh meliputi edema pada kaki dan tangan, balance cairan +250, 5
ml, ureum 178 mg/dl, creatine 7,15 mg/dl, Piting edema (+), hematokrit 26%, turgor kulit
lebih dari 3 detik.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam kulit adalah
dimana individu beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermishal ini di
karakteristikan dengan adanya gangguan jaringan epidermis, eritema, lesi dan pruritus
(Doengoes, 2010).
Diagnosa ini di tegakkan karena ditemukan data subjektif dimana klien
mengatakan badannya gatal- gatal sedangkan data obyektif yang diperoleh terdapat
pruritus, kemerahan dan turgor kulit jelek >3dtk Implementasi yang dilakukan oleh
Penulis pada diagnosa pola nafas tidak efektif berhubung dengan hiperventilasi paru,
adapun implementasi yang dilakuakan untuk mengatasi masalah adalah sebagai
berikut : kolaborasi dalam memberi terapi O2 3L, mengkaji respirasi klien menyediakan
data dasar untuk memantau dan mengevaluasi intervensi, mengauskultasi suara nafas
klien untuk mengetahui ada atau tidaknya bunyi nafas tambahan, mengatur posisi tidur
klien semi fowler.
Adapun implementasi yang dilakuakan untuk mengatasi diagnosa yang kedua
yaitu sebagai berikut : mengkaji balance cairan, megukuran balance cairan ,menjelaskan
pada klien atau keluarga rasional pembatasan cairan dan membatasi masukan cairan
(input). Implementasi yang dilaku-kan pada diagnosa ketiga yaitu sebagai berikut : lihat
kulit terhadap perubahan warna, pantau masukan dan hidrasi kulit, pertahankan linen
kering, berikan perawatan kulit yang bertujuan agar tidak terjadi kerusakan kulit
(Doenges, 2010).
Pada evaluasi diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiper-
ventilasi paru pada Tn.R. Data objektif yang diperoleh bahwa Tn.R RR : 26 x/menit,
klien lebih nyaman, klien tidak meng-gunakan otot bantu pernafasan, suara nafas
vesikuler pada paru kanan dan kiri, klien tampak nyaman dengan posisi semi fowler yang
diberikan perawat.
Analisa masalah teratasi sebagian pada diagnosa pertama belum sesuai dengan
kriteria hasil. Pada evaluasi diagnosa kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan haluaran urin, retensi cairan dan natrium di dapat keluarga klien mengatakan
bahwa klien masih BAK sedikit-sedikit, dan data objektif yang diperoleh balance cairan :
input – output = 288 - 160,5 = +127,5 ml, turgor kulit >3 detik, edema pada kedua
ekstrimitas. Analisa masalah teratasi sebagian pada diagnosa kedua belum sesuai dengan
kriteria hasil. Pada evaluasi diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
penum- pukan ureum dalam kulit di dapat klien mengatakan gatal-gatal berkurang, dan
data obyektif yang diperoleh kemerahan berkurang, pruritus berkurang dan turgor kulit
masih jelek >3dtk. Analisa masalah teratasi sebagian pada diagnosa ketiga belum sesuai
dengan kriteria hasil .
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada Tn.R adalah keadaan umum pasien lemah,
pasien mengalami penurunan kadar suplai oksigen (sesak nafas), mengalami penurunan output
urine <600c/hari dan edema anasarka, serta mengalami gangguan integritas kulit seperti gatal-
gatal , kulit kering dan bersisik serta adanya pruritus .Diagnosa yang muncul saat dilakukan
pengakajian yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan diperventilasi paru, kelebihan
volume cairan berhubungan dengan penurunan volume urine retensi cairan dan natrium serta
gangguan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi ureum dalam kulit .
B. Saran
Berdasarkan asuhan kepe- rawatan yang telah dilakukan pada Tn.R kesimpulan yang telah
penulis susun seperti diatas, maka penulis memberikan saran- saran bagi perawat karya tulis
ilmiah ini dapat digunakan sebagai bacaan atau referensi untuk perawat dalam melaksana- kan
tindakan kepe-rawatan yang dilakukan dan bagi klien dan keluarga dapat meningkatkan ke-
sadaran akan pentingnya kesehatan serta pemanfaatan fasilitas – fasilitas kesehatan yang ada
sesuai dengan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Andrews A Heather. (1991). The Roy Adaptation Model The Definitive Statement. Appletion &
Lange. California

Alligood (2006). Nursing TheoryUtilization Application. Mosby Elsevier. United States of


Amerika

Bates, Barbara. (1998). Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta: EGC

Black J. M and Hawks J.H (2009). Medical Surgical Nursing. 8th edition. Philadelphia: Elsevier
Saunders

Burke Morton, Patricia Gonce. (2005). Panduan Pemeriksaan Kesehatan. Jakarta: EGC

Fitzpatrick & Whall (1989). Conceptual Models of Nursing. Appleton & Lange. California

Guyton, Arthur. C. (1996). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 7. Jakarta: EGC.

Iqnatavicius, Donna. (1995). Medical Surgical Nursing. Edisi 2. Philadelpia: WB Saunders


Company

Lemone Priscilla at all. (2008). Medical Surgical Nursing. Critical Thinking Patient Care.
Fourth Edition. Pearson Pretince Hall

Lewis. et. all. ( 2007). Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of Clinical
Problems, Seventh Edition, Mosby Elsevier

Tomey & Alligood (2006), Nursing Theorist, Mosby Elsevier, United States of Amerika

http://nursing.umich.edu/faculty-staff/nola-j-pender

Anda mungkin juga menyukai