PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu parameter dalam menentukan kualitas sumber daya
manusia dan tingkat pencapaian kesejahteraan individu suatu negara. Tiga pilar yang
mempengaruhi kualitas hidup sumber daya manusia yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi
(Kemenkes, 2011). Salah satu sasaran pokok dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah meningkatnya status gizi ibu dan anak.
Status gizi anak khususnya balita dapat dilihat dari cakupan jumlah balita yang terpantau
berat-badannya secara terus-menerus. Berdasarkan laporan tahunan program gizi di Puskesmas
Tanjung Paku, angka pencapaian cakupan D/S di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku pada
tahun 2015 sebesar 65,2 % dari target yang sebesar 85%. Sedangkan angka pencapaian cakupan
D/S di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku pada tahun 2016 juga 65,2 % dari target yang
sebesar 85% Ini artinya cakupan D/S pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
masih jauh dari target. Rendahnya angka D/S menandakan banyak balita yang tidak terpantau
pertumbuhan setiap bulan sehingga kemungkinan banyak balita gizi kurang dan gizi buruk
ditemukan. (Farhat, 2011)
Masalah gizi disebabkan oleh multifaktor sehingga diperlukan pendekatan berbagai sektor
pula untuk menanggulanginya. Berbagai upaya untuk menciptakan masyarakat yang sehat
dilakukan Kementrian Kesehatan, dengan melibatkan peran serta kader dan masyarakat untuk
menangani masalah gizi. (Supariasa, 2002). Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas
merupakan investasi utama dalam pembangunan kesehatan.
Keberadaan posyandu dalam masyarakat memegang peranan penting, namun masih banyak
anggota masyarakat yang belum memanfaatkannya secara maksimal. Penurunan partisipasi
masyarakat dalam upaya kesehatan tersebut salah satunya dapat dilihat dari pemanfaatan
posyandu oleh keluarga yang mempunyai anak balita yaitu perbandingan antara jumlah anak
balita yang dibawa ke posyandu (D) dengan jumlah anak balita seluruhnya (S) dalam satu
wilayah kerja posyandu proporsinya masih rendah. Adapun standar pelayanan minimal untuk
D/S adalah 80% (Depkes RI, 2005). Cakupan penimbangan balita (D/S) sangat penting karena
merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi balita, cakupan pelayanan
dasar khususnya imunisasi dan prevalensi gizi kurang. Semakin tinggi cakupan D/S, semakin
tinggi cakupan vitamin A dan semakin tinggi cakupan imunisasi (Depkes RI, 2010).
Status gizi balita dapat dipantau melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan di posyandu. Apabila 2 kali berturut-turut berat badan tidak naik, orang tua dan kader serta
petugas kesehatan patut mencurigai keadaan kesehatannya. (Farhat, 2011).
Menurut hasil penelitian, cakupan penimbangan ada kaitannya dengan faktor internal ibu
balita seperti : tingkat pendidikan ibu balita, tingkat pengetahuan ibu balita, umur balita, status
gizi balita (Yamroni, 2003), disamping itu juga berkaitan dengan jarak posyandu
(Masnuchaddin, 1992) serta peran petugas kesehatan, tokoh masyarakat, kader posyandu
(Hutagalung, 1992).
Masalah lain yang berkaitan dengan kunjungan di posyandu antara lain : dana operasional
dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan posyandu, tingkat pengetahuan kader dan
kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman
keluarga dan masyarakat akan manfaat posyandu serta pelaksanaan pembinaan kader (Profil
Kesehatan Indonesia, 2009).
Keadaan ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang turut menentukan status gizi
keluarga tersebut (Supariasa, 2002). Kecenderungan yang terjadi di masyarakat terutama pada
masyarakat miskin adalah kurang memperhatikan kesehatan. Hal ini disebabkan rendahnya
tingkat pemahaman akan pentingnya kesehatan, dan rendahnya derajat kesehatan masyarakat
dikarenakan biaya yang tidak terjangkau. (Razif, dkk, 2012)
Banyak penelitian empiris yang menyatakan bahwa kesehatan berbanding terbalik dengan
kemiskinan. Ada juga teori yang mengemukakan bahwa kesehatan berhubungan erat dengan
tingkat pengetahuan. Berdasarkan uraian di atas, kami tertarik untuk membahas Faktor Penyebab
Rendahnya Cakupan D/S di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi penulis
Menambah pengetahuan tentang Cakupan D/S pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Paku Kota Solok tahun 2016 .
2.1 Posyandu
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh kesehatan dasar,
utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006)
Posyandu merupakan garda depan kesehatan balita di mana pelayanan yang diberikan
posyandu sangat dibutuhkan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi kesehatan
masyarakat khususnya bayi dan balita (Airin, 2010).
Tujuan posyandu adalah menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Sasaran
pelayanan kesehatan di posyandu adalah seluruh masyarakat utamanya bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui, serta Pasangan Usia Subur (PUS). Kegiatan
posyandu terdiri dari Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi
dan pencegahan dan penanggulangan diare.
Pada hakikatnya posyandu dilaksanakan dalam 1 (satu) bulan kegiatan, baik pada hari buka
posyandu maupun di luar hari buka posyandu. Hari buka posyandu sekurang-kurangnya satu hari
dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan kesepakatan. Hari buka posyandu
dapat lebih dari satu kali dalam sebulan apabila diperlukan. Kegiatan rutin posyandu
diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari puskesmas dan
sektor terkait. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini
sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu, yakni yang mengacu
pada sistem 5 meja (Depkes RI, 2006).
Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap langkah serta para penanggung jawab
pelaksanaannya secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 2.1. Mekanisme Kegiatan Posyandu
Langkah Kegiatan Pelaksana
Pertama Pendaftaran Kader
Kedua Penimbangan bayi, anak Kader
balita dan ibu hami
Ketiga Pengisian KMS Kader
Keempat Penyuluhan perorangan Kader
berdasarkan KMS
Kelima Pelayanan kesehatan Kader atau kader bersama
(pemberian pelayanan petugas
imunisasi, KB, kesehatan dan
pengobatan, gizi, KIA) sector terkait
Sumber : Depkes RI, 2006
Posyandu dapat melaksanakan fungsi dasarnya sebagai unit pemantau tumbuh kembang
anak serta menyampaikan pesan kepada ibu sebagai agen pembaharuan dan anggota keluarga
yang memiliki bayi dan balita dengan mengupayakan bagaimana memelihara anak secara baik
yang mendukung tumbuh kembang anak sesuai potensinya.
2.2 Balita
2.2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Masa balita merupakan fase terpenting dalam membangun fondasi pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interseluler yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur sebagian atau
keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat, sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dengan
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pertumbuhan dasar yang berlangsung
pada masa balita akan memengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
(Rusmil, 2006)
Proses tumbuh kembang anak sangat berkaitan dengan faktor kesehatan atau dengan kata
lain hanya pada anak yang sehat dapat terjadi proses tumbuh kembang yang normal. Proses
tersebut sangat bergantung pada orang tua meskipun proses tumbuh kembang anak
berlangsung secara alamiah. Apalagi masa lima tahun pertama setelah anak lahir (bayi dan
balita) merupakan masa yang akan menentukan pembentukan fisik, psikis, maupun
intelegensinya. (Sulistijani dalam Bumi, 2005)
Adapun tindak lanjut penimbangan berdasarkan hasil penilaian pertumbuhan balita yang
terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita adalah
sebagai berikut:
1. Berat badan naik (N)
a. Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu
b. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang
tertera pada KMS secara sederhana
c. Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan kondisi anak dan berikan nasihat
tentang pemberian makan anak sesuai golongan umurnya.
d. Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya.
2. Berat badan tidak naik 1 kali
a. Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu.
b. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang
tertera pada KMS secara sederhana.
c. Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel dan
lain-lain) dan kebiasaan makan anak.
d. Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa
menyalahkan ibu.
e. Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan
umurnya
f. Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya.
3. Berat badan tidak naik 2 kali atau berada di Bawah Garis Merah (BGM)
a. Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu dan anjurkan
untuk datang kembali bulan berikutnya.
b. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang
tertera pada KMS secara sederhana
c. Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel dan
lain-lain) dan kebiasaan makan anak
d. Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa
menyalahkan ibu.
e. Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan
umurnya
f. Rujuk anak ke puskesmas/pustu/poskesdes.
Cakupan penimbangan balita dari tahun 2010 sampai tahun 2014 di Indonesia cenderung
meningkat. Cakupan balita ditimbang pada tahun 2014 di Indonesia sebesar 80,8%. Sejak tahun
2010 sampai tahun 2013 cakupan penimbangan balita telah mencapai target Renstra 2010-2013,
namun pada tahun 2014 target Renstra sebesar 85% tidak tercapai. Cakupan tertinggi terjadi di
Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan cakupan 91,2% dan Jawa Barat sebesar 90,2%. Sedangkan
cakupan penimbangan balita terendah terjadi di Provinsi Papua Barat yaitu sebesar 58,38% dan
Papua Barat sebesar 30,38%.
Tabel 2.1 Cakupan balita ditimbang menurut provinsi tahun 2014
No Privinsi Jumlah Balita Ditimbang (D/S)
Balita Jumlah Cakupan
1 Aceh 453.11 392.102 86,50
2 Sumatera Utara 1.558.123 1.275.911 81,89
3 Sumatera Barat 491.329 415.910 84,65
4 Riau 1.059.058 789.515 74,55
5 Jambi 306.606 256453 83,6 4
6 Sumatera selatan 763.119 607.276 79,58
7 Bengkulu 158.723 133.330 84,00
8 Lampung 812.981 665.066 81,81
9 Kepulauan Bangka 134.233 101.389 75,53
Belitung
10 Kepulauan Riau 246.501 161. 480 65,51
11 DKI Jakarta 836.594 556.267 66,49
12 Jawa Barat 4.306.505 3.883.233 90,17
13 Jawa Tengah 2.623.995 2.197.314 83,74
14 DI Yogyakarta 208.6 48 175. 478 84,10
15 Jawa Timur 3.045. 458 2. 446.207 80,32
16 Banten 1.059.617 883.975 83, 42
17 Bali 247.171 215.008 86,99
18 Nusa Tenggara Barat 487.284 444.258 91,17
19 Nusa Tenggara Timur 452.989 372.885 82,32
20 Kalimantan Barat 410.653 260.779 63,50
21 Kalimantan Tengah 200.035 146.657 73,32
22 Kalimantan Selatan 367.038 280.66 4 76,47
23 Kalimantan Timur 317. 465 214.296 67,50
24 Kalimantan Utara 58.503 36.540 62, 46
25 Sulawesi utara 183.865 151.974 82,66
26 Sulawesi Tengah 417.085 297.292 71,26
27 Sulawesi Selatan 746.27 597.6 48 80,09
28 Sulawesi Tenggara 277.389 218.293 78,70
29 Gorontalo 103. 452 82.668 79,91
30 Sulawesi Barat 123.970 108.786 87,75
31 Maluku 208.163 155.811 74,85
32 Maluku Utara 107.676 81.595 75,78
33 Papua Barat 70.826 41.351 58,38
34 Papua 374.959 113.912 30,38
3 Indonesia 23.219.600 18.761.287 80,80
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2015
Berdasarkan data Kemenkes RI pada tahun 2015, cakupan D/S pada balita di Provinsi
Sumatera Barat adalah sebesar 84,5%. Hal ini sudah mendekati target walaupun masih
ditemukan kasus gizi buruk sebanyak 583 orang dan sudah mendapat perawatan. Sedangkan
pencapaian di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku pada tahun 2015 adalah sebesar 66,9%
dari target sebesar 85%.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Ibu Balita terhadap Partisipasi dalam
Penimbangan Balita (D/S) di Posyandu
2.4.1 Umur Ibu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) umur adalah lama waktu hidup atau ada
(sejak dilahirkan atau diadakan). Sedangkan menurut Hastono (2009), bahwa pada ibu yang
berumur muda dan baru memiliki anak akan cenderung memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap anak mereka, seiring bertambah usia, bertambah kesibukan dan bertambah
jumlah anak maka ini akan mempengaruhi motivasi untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang baik untuk anak.
HASIL KEGIATAN
Tabel 3.1. Data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Tahun
2015
MISI :
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, ditetapkanlah misi yaitu :
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber PHBS
2. Meningkatkan kemitraan dengan Stake Holder bidang kesehatan
3. Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
4. Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan
5. Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistem informasi
6. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
7. Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya
kesehatan masyarakat (UKM) beserta kesehatan lingkungan
MOTTO:
UPT Puskesmas Tanjung Paku menuju Puskesmas “Berprestasi” ( Bersih, Prestise,
Takwa, Santun dan Inovatif)
JANJI PELAYANAN.
Puskesmas Tanjung Paku siap mewujudkan Pelayanan Puskesmas “ SIMPATIK”
1. Senyum
Senyum, salam dan sapa selalu di utamakan.
2. Ikhlas
Ikhlas dalam memberikan pelayanan
3. Mudah
Mudah dalam proses pelayanan.
4. Peduli
Peduli terhadap keluhan pasien.
5. Adil
Pelayanan yang diberikan adil dan merata.
6. Terpadu
Terpadu dalam memberikan pelayanan.
7. Inovatif
Inovasi dalam pelayanan selalu dikembangkan
8. Komitmen
Melaksanakan tugas sesuai dengan komitmen
3.2 Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
Derajat kesehatan masyarakat ditunjukkan dengan suatu indikator status kesehatan, yaitu
Angka Kematian, Angka Kesakitan dan Angka Status Gizi. Berikut kami gambarkan
Gambaran situasi derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
tahun 2015 dari berbagai data dan informasi yang dilaporkan adalah sebagai berikut.
1. Angka Kematian
a. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka kematian ibu maternal tahun 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku
adalah 1 orang, kasus kematian terjadi di klinik Permata Bunda Kota Solok.
b. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian bayi tahun 2015 di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku adalah
sebanyak 1 orang dan lahir mati sebanyak 2 orang, kematian 4 orang bayi dengan
beberapa penyebab kematian diantaranya, BBLR, Diare, Syndroma gangguan nafas,
aspirasi, dan KJDK.
c. Angka Kematian Balita (AKABA)
Seperti halnya AKI dan AKB, Angka Kematian Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Paku tahun 2015 adalah 1 orang, dengan penyebab kematian adalah penyakit
jantung bawaan.
2. Angka Kesakitan
a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Paku pada tahun 2015 sebanyak 88 orang dengan rincian 46 laki-laki dan 42
perempuan, inimengalami kenaikan dari tahun sebelumya karena pada tahun 2014
hanya sebanyak 16 kasusdenganrincian 8 orang laki-lakidan 8 orang perempuan, dan
tahun 2013 hanyaterjadi 3 kasus DBD denganrincian 1 laki-lakidan 2 perempuan.
b. Diare
Angka kesakitan diare di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
sebanyak 688 dengan rincian 297 laki-laki dan perempuan 391, sedikit mengalami
penurunan dari tahun 2014 sebanyak 775 kasusdenganrincian 370 laki-lakidan 405
perempuan yang semua kasus sudah tertangani. Dan tahun 2013 hanya terjadi 581
kasusdenganrincian 280 laki-lakidan 301 perempuan.
c. Tuberkolosis (TBC)
Untuk angka kesakitan Tuberculosis pada tahun 2015 sebanyak 12 pasien dan tahun
2014 terdapat 14 pasien yang mendapat pengobatan dan dinyatakan sembuh diobati,
sedangkanjumlahkasus TBC tahun 2013 adalahsebanyak 11 orang yang diobati.
Sehinggaterdapat kenaikan kasus dari tahun 2013 – 2014 sebanyak 3 kasus tetapi
terjadi penurunan kasus pada tahun 2015 yaitu 12 kasus.
d. Penyakit Menular Seksual
Kasus penyakit menular seksual yang dilaporkan dan diobati pada periode 2015 di
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku adalah nihil.
e. HIV / AIDS
Pelaporan kasus HIV / AIDS di tahun 2015 adalah nol. Begitu juga dengan tahun
sebelumnya, tidak ada pelaporan kasus HIV / AIDS di tahun 2013. Hal ini
menjadikan angka kesakitan HIV / AIDS 2 tahun terakhir ini di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Paku adalah nihil.
f. Malaria
Seperti halnya angka kesakitan HIV / AIDS, kasus malaria tahun 2015 di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Paku adalah nol. Di tahun 2014, angka kesakitan malaria
juga nol.
g. Acute Flaccid Paralysis < 15 tahun
Angka kesakitan dari Acute Flaccid Paralysis (AFP) di wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Paku tahun 2015 adalah nihil. Tidak adanya laporan AFP tahun 2014,
menjadikan 2 tahun terakhir ini angka kesakitan AFP di wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Paku adalah nol.
h. Kusta
Tidak ada pelaporan kasus kusta pada tahun 2015. Sehingga, angka kesakitan kusta di
wilayah Puskesmas Tanjung Paku pada tahun 2015 adalah nihil. Hal
inimengalamipenurunankarenapadatahun 2013 terdapatpelaporankasuskustasebanyak
2 kasus.
i. Filariasis
Angka kesakitan filariasis tahun 2015 di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
adalah nihil. Begitu juga pada tahun sebelumnya, angka kesakitan filariasis tahun
2014 adalah nihil.
j. Pneumonia Balita
Angka kesakitan pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku tahun
2015 adalah 71 kasus terjadi penurunan dari tahun 2014 yaitusebanyak 219
kasussedangkanpadatahunsebelumnya 2013 hanya 27 kasus yang dilaporkan. Hal ini
juga mengindikasikan program pelayanan pada tahun sebelumnya belum berjalan
baik sehingga banyak sekali kasus pneumonia yang tidak terlaporkan.
k. PD3I : Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio, dan
Hepatitis B
Kasus PD3I yang meliputi Pertusis, Difteri, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak,
Polio, dan Hepatitis B di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku tahun 2015 adalah
nol.
l. Sepuluh PenyakitTerbanyak
Sepuluh besat penyakit yang dilaporkan di Puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
adalah sebagai berikut:
1. ISPA : 2.079 kasus
2. Demam, Anemia,Gastritis,Hipotensi, dll : 1.425 kasus
3. Rheumatik : 867 kasus
4. Vulnus (kecelakaandanrudapaksa) : 757 kasus
5. Diare : 688 kasus
6. PenyakitPulpadanJaringanPeripikal : 571 kasus
7. PenyakitKulitdanAlergi : 373 kasus
8. Hipertensi : 271 kasus
9. Commond Cold : 181 kasus
10. Bronchitis : 149 kasus
m. Angka Status GIzi
Untuk kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Tanjung paku pada tahun 2015
dan tahun 2014 ini tidak ada kasus gizi buruk yang dilaporkan dengan arti kata
kasusnya nihil, hal ini mengalami peningkatan status gizi karena pada tahun 2013
terdapat 1 kasus gizi buruk yang ditemukan dan telah ditangani sesuai dengan SOP
yang ditetapkan untuk kasus gizi buruk.
JANUARI S/D
UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015
NO SEPTEMBER 2016
MASYARAKAT
Target Pencapaian Indikator Pencapaian
(%) Kinerja
I. PROGRAM ESSENSIAL
A. PROMOSI KESEHATAN
1. Penyuluhan Posyandu 62 288 kali 288 kali
2. Penyuluhan ke Sekolah 46 54 kali 54 kali
3. Penyuluhan keliling 8 12 kali 12 kali
4. Keluarga Siaga 92% 100 % 69% 69%
B. KESEHATAN LINGKUNGAN
1. Akses Air Bersih
91,58% 73% 68,68 73%
D. GIZI MASYARAKAT
1. Cakupan D/S balita 85% 65,2% 63,75 65,2
2. Cakupan N/D balita 78% 78,3% 58,50 78,3
3. Cakupan BGM/D balita 3,6% 0,2% 2,7 0,2
4. Cakupan Asi Ekslusif 80% 88,4% 60 88,4
5. Cakupan vitamin A Balita 85% 81,5% 63,75 81,5
6. Cakupan Penimbangan missal 90% 82,8% 67,5 82,8
7. Cakupan Fe3 ibu hamil 95% 101,6% 71,25 100
8. Cakupan Fe ibu nifas 78% 74,9% 58,50 74,9
9. Cakupan vitamin A ibu nifas 78% 74,9% 58,50 74,9
10. Cakupan PMT pemilihan balita
100% 100% 100 100
kurang gizi
11. Cakupan TFC 100% 100% 100 100
E. PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN PENYAKIT
1. Pelayanan TB Paru
1. Penemuan BTA Positif 33 orang 7 orang 33% 15%
2. BTA positif kambuh - 4 orang - 3
3. BTA negatif, rontgen
- 3 orang - 2
positif
2. Pelayan pencegahan dan
pemberantasan DBD
1. Angka bebas jentik
95% 82,6% - 95%
(ABJ)
2. Penemuan kasus DBD - 28 kasus 31 -
3. Penangana kasus DBD 100% 100% 100% 100%
4. Kematian akibat DBD 0 - - -
3. Pelayanan penemuan dan
penaggulangan ISPA dan
pneumonia
1. Penemuan kasus
210 kasus 116 kasus
pneumonia
2. Kematian akibat
0 0
pneumonia
4. Pelayanan penemuan dan
penaggulangan Diare
1. Pengobatan / Penderita
100% 100% 100% 100%
semua umur
5. Pelayanan penemuan dan
penaggulangan Malaria
1. Pengobatan / penderita
- - - -
semua umur
6. Pelayanan penaggulangan rabies
1. Pengobatan / penderita
- 19 kasus -
semua umur
7. Pelayanan Imunisasi
1. Kontak pertama
a. HBO 95% 95,6% 71,25% 70 %
b. BCG 95% 99,6% 71,25% 72 %
c. DPT+HB1 95% 97,8% 71,25% 72 %
2. Kontak lengkap
a. DPT+HB3 90% 97,8% 67,5 % 97,8%
b. Polio 90% 98,9% 67,5 % 98,9%
c. Campak 90% 96,8% 67,5 % 96,8%
3. B IAS Campak anak SD
90% 98,5% 90 % 98,5 %
Imunisasi lanjut
a. Pentavalen 80% 11,7% 11,7%
b. Campak 80% 4,6% 4,6%
c. BIAS Campak 95% 93% 93%
d. BIAS DT/TT 90% 96,4% - -
8. Pelayanan PTM
1. Cakupan deteksi dini Ca
692 orang 96 orang
Mammae dan Ca serviks
2. Kasus tumor jinak pada
- 0
mammae
3. Kasus curiga kanker
- 0
mammae
4. Kelainan lain pada
- 0
mammae
5. Kasus IVA positif 2 orang 2 orang
6. Kasus curiga kanker
- 0
serviks
7. Kelainan lain pada
- 10rang
kanker serviks
8. Pemeriksaan calon
- 77 orang
jemaah haji
9. Pemeriksaan calon
- 27 orang
10. jemaah >60 tahun
11. Jumlah calon jemaah 50-
- 26 orang
60 tahun
12. Calon jemaah <50 tahun - 21 0rang
13. Penyakit terbanyak calon - Jantung dan
jemaah pembuluh
darah
metabolik
B. PERKESMAS
C PROGRAM JIWA
1. Cakupan pelayanan jiwa 15% 14,06% 15 13
PROGRAM KESEHATAN JIWA DAN
D.
LANSIA
1. Total kunjungan pelayanan lansia 3714 3714
Hipertensi,Pen
yakit otot dan
2. Tiga penyakit terbanyak lansia -
jaringan ikat,
ISPA
3. Jumlah KK yang dibina pada
Puskesmas - 256KK
Manfaat :
2. Tanggal : 07-06-2017
Jenis Kegiatan : Posyandu Balita
Tempat : Kelurahan Kampung Jawa
Jumlah pengunjung : 22 orang
Tujuan :
Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran.
Bentuk kegiatan :
Manfaat :
3. Tanggal : 08-06-2017
Jenis kegiatan : Posyandu balita
Tempat : Kelurahan PPA
Jumlah pengunjung : 14 orang
Tujuan :
Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran.
Bentuk kegiatan :
Manfaat :
Manfaat
5. Tanggal : 10-06-2017
Jenis Kegiatan : Posbindu
Tempat : Kelurahan Kampung Jawa
Jumlah Pengunjung : 37 orang
Tujuan :
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor
resiko Penyakit Tidak Menular.
Bentuk Kegiatan :
a. Pengukuran berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, lingkar perut, analisis
lemak tubuh
b. Pemeriksaan tekanan darah
c. Pemeriksaan kadar gula darah dan asam urat
d. Konseling gizi
Manfaat :
Manfaat :
a. Pencegahan dan penemuan dini factor resiko penyakit tidak menular
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang materi penyuluhan
c. Meningkatkan derajat kesehatan
7. Tanggal : 13-06-2017
Jenis Kegiatan : Posyandu Lansia
Tempat : Ampang Kualo
Jumlah Pengunjung : 23 orang
Tujuan :
Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
Bentuk Kegiatan :
a. Penimbangan berat badan dan tinggi badan
b. Pengukuran tekanan darah
c. Pengobatan sederhana dan rujukan kasus
d. Penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi
Manfaat :
Manfaat :
Manfaat :
Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data sekunder, observasi dan wawancara
dengan penanggung jawab program di Puskesmas Tanjung Paku. Terdapat 5 upaya kesehatan
masyarakat essensial yang dijalankan, yaitu promosi kesehatan, kesehatan lingkungan,
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, serta pencegahan
dan pengendalian penyakit. Identifikasi masalah dilakukan pada masing-masing program
wajib di Puskesmas Tanjung Paku. Pada program essensial tersebut masih terdapat
kesenjangan antara target dan pencapaian.
Berdasarkan data di atas, beberapa program pelayanan kesehatan di Puskesmas Tanjung
Paku tahun 2015-2016 sudah mencapai target, namun juga terdapat beberapa program yang
belum mencapai target, diantaranya adalah :
1. Keluarga siaga
2. Kunjungan klinik sanitasi
3. Cakupan KN Lengkap
4. Pelayanan kesehatan anak balita
5. Cakupan D/S balita
6. Cakupan BGM/D balita
7. Penemuan BTA positif
8. Penemuan kasus pneumonia
9. Imunisasi lanjut pentavalen
10. Cakupan deteksi dini CA mammae dan CA serviks
11. Balita Sakit yang dirujuk
Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, 5 dari 11 program yang
belum mencapai target berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada balita.
Beberapa masalah yang ditemukan di Puskesmas Tanjung Paku harus ditentukan prioritas
masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan puskesmas. Upaya yang di lakukan
untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah menggunakan teknik kriteria matrix
dengan rumus :
P=I x Tx R
P : Prioritas masalah
Nilai 4 : penting
1. Makin layak teknologi yang tersedia dan dapat dipakai untuk mengatasi masalah (technical
feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut.
2. Kelayakan teknologi yang dimaksud adalah merujuk pada penguasaan ilmu dan teknologi
yang sesuai.
1. Semakin tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah (resource
availability), semakin diprioritaskan masalah tersebut.
2. Sumber daya yang dimaksudkan adalah tenaga (man), dana (money), dan sarana
(material).
Nilai 4 : tersedia
Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih lima masalah
yang memiliki cakupan terendah pada tahun berdasarkan teknik kriteria matrix. Penilaian lima
masalah prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan tahunan puskesmas,
wawancara dengan pemegang program dan pimpinan puskesmas. Permasalahan ini tidak
hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian tetapi juga dilihat dari prioritas
masalah, pentingnya masalah, kelayakan teknologi, dan sumber daya yang tersedia. Adapun
masalah yang menjadi prioritas utama berdasarkan teknik kriteria matrix adalah rendahnya
cakupan D/S pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok pada tahun
2016.
Tabel 3.2.1 Penilaian prioritas masalah berdasarkan teknik criteria matrix
Variabel masalah
Alternative pemecahan
No Faktor
Penyebab masalah masalah
penyebab
1. Man
A. Masih kurangnya pengetahuan ibu tentang program D/S pada balita.
1) Kegiatan : Memberikan penyuluhaan mengenai program D/S pada balita.
2) Tujuan : Meningkatkan pengetahuan serta pemahaman Ibu tentang
program D/S pada balita
3) Sasaran : Orang tua balita, khususnya para ibu
4) Lokasi : Puskesmas, Puskesmas pembantu, Posyandu.
5) Pelaksana : Dokter, Bidan dan Petugas yang mendapat bimbingan tentang
program D/S pada balita.
B. Masih kurangnya pengetahuan kader tentang program D/S pada balita.
1) Kegiatan : Memberikan penyuluhan dan bimbingan mengenai program D/S
pada balita
2) Tujuan : Meningkatkan pengetahuan kader mengenai pentingnya program
D/S pada balita.
3) Sasaran : Kader, petugas kesehatan
4) Lokasi : Puskesmas, Puskesmas pembantu, Posyandu.
5) Pelaksana : Dokter, Bidan dan Petugas yang mendapat pelatihan tentang
program D/S pada balita.
C. Kurang aktifnya petugas dan kader dalam memberikan penyuluhan mengenai
program D/S pada balita.
1) Kegiatan : Memberikan penyuluhan mengenai program D/S pada balita di
Puskesmas, posyandu, pustu.
2) Tujuan : Meningkatkan pemahaman ibu mengenai program D/S pada
balita.
3) Sasaran : Orang tua khususnya para ibu
4) Lokasi : Puskesmas, Puskesmas pembantu, Posyandu.
5) Pelaksana : Dokter, Bidan, Petugas dan kader yang mendapat pelatihan
tentang program D/S pada balita.
2. Methode
A. Kurang memanfaatkan media cetak dan media elektronik untuk sosialisasi tentang
program D/S pada balita.
1) Kegiatan : Melakukan promosi kesehatan mengenai program D/S pada
balita melalui media elektronik radio maupun media cetak seperti koran.
2) Tujuan : Meningkatkan pengetahuan masyarakat dan ibu tentang
pentingnya program program D/S pada balita.
3) Sasaran : Masyarakat khususnya para ibu
4) Lokasi : Stasiun Radio, puskesmas, posyandu, pustu, tempat-tempat
umum
5) Pelaksana : Dokter, Kepala Puskesmas dan penanggung jawab program.
B. Program khusus untuk mengatasi kurangnya kesadaran pentingnya program D/S pada
balita.
1) Kegiatan : Jadwal khusus untuk melakukan promosi dengan penyuluhan
tentang program D/S pada balita melalui program pustu secara berkala.
2) Tujuan : Meningkatkan angka pengetahuan dan partisipasi dalam program
D/S pada balita.
3) Sasaran : ibu yang mempunyai balita
4) Lokasi : Puskesmas, Puskesmas pembantu, posyandu.
5) Pelaksana : Dokter, kepala puskesmas dan penanggung jawab program.
3. Material
A. Kurang tersedianya Poster, brosur, leaflet mengenai informasi program D/S pada
balita.
1) Kegiatan : Pengadaan poster, brosur, leafletprogram D/S pada balita.
2) Tujuan : Memperluas informasi yang akan disampaikan dan
mempermudah promosi program program D/S pada balita.
3) Sasaran : Masyarakat
4) Lokasi : Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu.
5) Pelaksana : Penanggung jawab program.
4. Lingkungan
1. Rendahnya cakupan program D/S pada balita di Wilayah Puskesmas Tanjung Paku Kota
Solok tahun 2016.
2. Dilihat dari faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan program D/S pada balita di
Wilayah keja Puskesmas Tanjung Paku di pengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut:
A. Man
D. Material
- Kurang tersedianya poster, brosur, leaflet mengenai informasi program D/S pada
balita.
E. Lingkungan
- Kurang perdulinya masyarakat dalam mendukung program kesehatan puskesmas.
- Stigma masyarakat bahwa ke posyandu hanya untuk imunisasi dasar sehingga
balita tidak perlu ke posyandu.
4.2. Saran
Dari masalah-masalah yang dapat mempengaruhi rendahnya cakupan program D/S
pada balita di Wilayah Puskesmas Tnjung Paku, dapat disarankan beberapa hal berikut
sebagai langkah pemecahan masalah yang dihadapi baik untuk Puskesmas Tnjung Paku
maupun Dinas Kesehatan Kota Solok. Adapun saran tersebut adalah:
1. Man
Memberikan edukasi dan promosi mengenai program D/S pada balita kepada para ibu
dan masyarakat di tiap posyandu dan PUSTU. Memberikan bimbingan dan sosialisasi
mengenai program D/S pada balita kepada para kader.
2. Methode
Lebih memanfaatkan media cetak dan media elektronik untuk sosialisasi mengenai
program D/S pada balita dan lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan mengenai
program D/S pada balita.
3. Money
Menyediakan dana khusus untuk promosi kesehatan mengenai program D/S pada
balita serta untuk petugas yang bertugas mengajak dan merekrut ibu-ibu yang
mempunyai balita agar bisa membawa balitanya ke posyandu atau ke puskesmas
untuk mendapatkan program D/S pada balita.
4. Material
Pengadaan poster, brosur dan leaflet untuk mendukung pelaksanaan program D/S
pada balita.
5. Lingkungan
Memberikan penyuluhan kepada mayarakat tentang peran mereka mensukseskan
program puskesmas dan menjelaskan tentang posyandu balita.
DAFTAR PUSTAKA