Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR


EPIDEMIOLOGI DAN TREND GIZI

Dosen Pengajar :

Hadrianti H. D. Lasari, SKM., MPH.

oleh
KELOMPOK 19

Alif Nur Gusti Legawa 1710912310002


Elmia Wijaya Wati 1710912320017
Gusti Fitrah Astia Soekma Iman 1710912120006
Trie Widya Sulistiawati 1710912220041

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular tentang
Epidemiologi dan Trend Gizi.
Makalah ilmiah ini sudah kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkonstribusi didalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah
ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga makalah Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular tentang Epidemiologi dan Trend Gizi ini bisa memberi manfaat ataupun
inspirasi pada pembaca.

Banjarbaru, November 2019

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tren Epidemiologi Gizi ..................................................... 3
B. Permasalahan Gizi............................................................. 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 7
B. Saran .................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nutrisi untuk anak-anak kini telah menjadi prioritas global selama bertahun-
tahun. Namun, sebagian besar Negara secara teratur hanya melacak indicator gizi
yang terbatas sementara lebih sedikit memperhatikan kisaran manifestasi
kekurangan gizi. Akibatnya, kebijakan dan strategi nutrisi hanya merupakan
instrumen, yang tidak dirancang dengan baik untuk mengatasi berbagai bentuk
kekurangan gizi atau dirancang terlalu luas, untuk memberikan panduan konkret
tentang tuas program yang dapat diatur untuk mengatasi masalah gizi(1). Dimana
semua kematian yang disebabkan oleh gizi, termasuk pembatasan pertumbuhan
di-utero, wasting, pengerdilan, mikro nutrein defisiensi dan sub optimum
menyusui. Akibatnya, signifikan pengurangan lebih lanjut dalam di bawah lima
kematian hanya akan dicapai dengan peningkatan pencegahan dan pengelolaan
kekurangan gizi (2).
Menurut Global nutrition report (2016) dalam Musasizi B, dkk (2018)
setiap tahun, gizi buruk berkontribusi pada kematian sekitar 3 juta anak dan
mengancam masa depan ratusan juta lebih yang merusak perkembangan tubuh
dan otak mereka yang sehat, dan memengaruhi kemampuan mereka untuk belajar
dan menghasilkan nanti sebagai orang dewasa. Kate Sadler dkk, (2011)
dalamMusasizi B, dkk (2018) malnutrisi adalah masalah kesehatan masyarakat
utama di seluruh negara berkembang dan merupakan faktor yang mendasari lebih
dari 50% dari 10-11 juta anak di bawah usia 5 tahun yang meninggal setiap tahun
karena penyebab yang dapat dicegah. Rencana aksi gizi Uganda (2011-2016)
dalamMusasizi B, dkk (2018) , Uganda kehilangan produktivitas US $ 310 juta
pertahun karena tingginya tingkat stunting, gangguan kekurangan yodium,
defisiensi besi, dan berat badan lahir rendah, dan kekurangan gizi berkontribusi
terhadap hilangnya sekitar 4,1% dari produk domestik bruto. Malnutrisi mahal
untuk diobati. Sebagai contoh mengobati, kekurangan gizi akut mebutuhkan lebih

1
2

dari US $ 120 per anak (3).


Maka dari itu nutrisi anak diseluruh dunia masih terhambat, dimana semua
derajat dampak negative gizi pada kesehatan dan manajemen terpadu balita sakit
memerlukan petugas kesehatan untuk menilai status gizi setiap anak. Meskipun
risiko kematian terbesar dalam SAM (rasio odds 9,4 dibandingkan dengan anak-
anak non-kekurangan gizi), karena jumlah besar terkena, kematian paling malnutri
on associated terjadi pada anak dengan gizi buruk ringan dan sedang. Kegagalan
untuk mengidentifikasi gizi melewatkan kesempatan untuk mencegah jangka
morbiditas berdampak pada kualitas hidup, pembangunan, prestasi pendidikan dan
ekonomi dalam kehidupan dewasa (2).

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tren Epidemiologi Gizi?
2. Bagaimana Permasalahan Gizi?

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Secara umum, makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang
epidemiologi dan tren gizi.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus pada makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mampu menjelaskan bagaimana Tren Epidemiologi Gizi.
b. Mampu menjelaskan bagaimana Permasalahan Gizi.

C. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami maksud dan
tujuan epidemiologi dan tren gizi serta dapat mengenal segala hal yang berkaitan
dengan epidemiologi dan tren gizi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tren Epidemiologi Gizi


Pada tahun 2011, hampir 6,9 juta anak di bawah usia 5 tahun meninggal di
seluruhdunia, sebagian besar kematian yang terkait dengan peningkatan
kerentananterhadap penyakit karena kekurangan gizi. Diperkirakan 178 juta anak
di bawah 5 menderita stunting, sebagian besar disub-Sahara Afrika dan Asia
Selatan-Tengah. Dari jumlah tersebut, 160 juta (90%) tinggal di hanya 36 negara,
yang mewakili hampirsetengah (46%) dari 348 juta anak di negara-negara
tersebut. Diperkirakan 55 juta anak-anak yang terbuang, 19 juta dari mereka
terpengaruh dan berisiko tinggi kematian dini (4).
Tingkat stunting (tinggi-untuk defisit usia), underweight (beratbadan-untuk-
usia defisit) dan wasting (berat badan-untuk-height defisit) menurun secara global,
sedangkan prevalensi kelebihan berat badan (berat badan-untuk-tinggi) dan
obesitas meningkat. Sekitar 24% darianak-anak di dunia di bawah usia 5 tahun
yang terhambat, 7,5% yang terbuangdan 6,1% kelebihan berat badan. Prevalensi
tertinggi stunting dan wastingdiamati di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Prevalensi stunting menurun di banyak negara, di mana kelebihan
berat badanmeningkat (5).
Perkiraan Nasional di Brazil, perwakilan dari gizi anak tidak tersedia untuk
Brasilsejak 2007. Analisis tren nasional menunjukkan penurunan besar
dalampengerdilan-dari 37% pada tahun 1974-75 sampai 7% di 2006-2007 dan
pada underweight. Survei nasional yang dilakukan sampai dengan tahun
2007tidak menunjukkan peningkatan prevalensi overweight antara anak-
anakbalita, namun sumber data lain menunjukkan bahwa prevalensi di 5-19tahun
rentang usia meningkat dengan cepat (5).
Di Indonesia, berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2008-2009 menunjukkan angka kematian balita sebesar 46 per
1.000 kelahiran hidup atau setiap hari ada 566 kematian balita. Sedangkan status

3
4

gizi buruk sekitar 1,5 juta dan 150.000 anak menderita gizi buruk tingkat berat
(marasmus-kwasiorkor). Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
pada tahun 2010, di Indonesia dilaporkan Angka Kematian Neonatal (AKN),
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBA) berturut-turut
sebesar 19/1000 kelahiran hidup (KH), 34/1000 dan 44/1000 KH dari target AKB
dan AKBA tahun 2015 23/1000 KH dan 32/1000 KH (6).
Berdasarkan Riskesdas 2013 terjadi peningkatan anak stunting dari 36,8%
pada tahun 2010 menjadi37,2% pada tahun 2013. Selama 20 tahun terakhir,
penanganan masalah stunting sangat lambat. Secara global,persentase anak-anak
yang terhambat pertumbuhannya menurun hanya 0,6 persen per tahun sejak tahun
1990.WHO mengusulkan target global penurunan kejadian stunting pada anak
dibawah usia lima tahun sebesar 40%pada tahun 2025, namun diprediksikan
hanya 15-36 negara yang memenuhi target tersebut (7).

B. Permasalahan Gizi
Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama global, disebabkan tidak
hanyaoleh kekurangan zat besi, tetapi juga terkait dengankekurangan gizi lain,
seperti vitamin A, B6 dan B12, riboflavin, dan asamfolat. Selain kekurangan gizi,
infeksi umum, penyakit kronis, malaria dancacingan juga menyebabkan anemia.
Di negara-negara maju,kekurangan zat besi merupakan penyebab utama dari
anemia, sementaradi negara-negara berkembang (terlepas dari besi), vitamin A,
seng, danasam folat adalah faktor nutrisi yang penting juga (4).
Anemia merupakan penurunan kadar hemoglobin, hitung eritrosit, dan
hematokrit sehingga jumlah eritrosit dan/atau kadar hemoglobin yang beredar
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
Biasanya anemia ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin kurang dari 13,5
g/dL pada pria dewasa dan kurang dari 11,5 g/dL pada wanita dewasa. 4 Penyebab
terjadinya anemia, yaitu: asupan yang tidak adekuat, hilangnya sel darah merah
yang di sebabkan oleh trauma, infeksi, perdarahan kronis, menstruasi, dan
penurunan atau kelainan pembentukan sel, seperti: hemoglobinopati, talasemia,
sferositosis herediter, dan defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrogenase (8).
5

Malnutrisi dan diare berjalan beriringan; mikronutrien defisiensi melekat


pada kondisi ini. Diperkirakan kematian di negara berkembang karena akun diare
akut 35%, disentri 20%, dan diare persisten non-disentri untuk 45% dari total
diare kematian. Diare, pada gilirannya, tidak hanya mengarah pada lebih jauh
kehilangan zat gizi mikro, terutama seng, tetapi juga memburuk kemampuan
penyerapan usus, dengan demikianmenempatkan anak pada risiko yang
meningkat. Faktor yang meningkatrisiko diare akut menjadi persisten meliputi
malnutrisi sebelumnya, defisiensi mikronutrien khususnya untuk seng dan vitamin
A, gangguan sementara pada kekebalan yang dimediasi sel, infeksi berurutan
dengan berbagai patogen, dan kurangnya pemberian ASI eksklusifselama 4 bulan
awal kehidupan, khususnya di Indonesiasehubungan dengan penggunaan susu
sapi (4).
Diare merupakan keadaan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk
tinja yang encer atau cair. diare terbagi atas 2 macam yaitu diare akut dan diare
kronik. Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung kurang
dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa
disertai lendir dan darah. Diare kronik adalah diare yang berlangsung
terusmenerus selama lebih dari 2 minggu atau lebih dari 14 hari, yang secara
umum diikuti kehilangan berat badan secara signifikan dan masalah nutrisi. Diare
dapat mengakibatkan berkurangnya nafsu makan dan gangguan pencernaan yang
menyebabkan menurunnya absorbsi zat-zat nutrisi dalam tubuh sehingga
menimbulkan malnutrisi (9).
Prevalensi stunting adalah indikator penting dari kemajuan dalam
kelangsungan hidup anak, mencerminkan paparan jangka panjang untuk orang
miskinkesehatan dan nutrisi, terutama dalam 2 tahun pertama kehidupan. Anak-
anak di bawah usia 5 di seluruh dunia miliki potensi pertumbuhan yang sama, dan
prevalensi pengerdilan di atas level 3% yang diharapkan pada populasi yang
bergizi baik menunjukkan perlunya tindakan perbaikan. Ke-61 negara
berkembang dengan data yang tersedia sejak 2006 memiliki levelstunting di atas
ambang 3%. Secara mayoritas dari negara-negara ini, lebih dari 1 dari 3 anak
6

terhambat, situasi yang membutuhkan perhatian segera. Stunting sangattinggi di


antara populasi termiskin dalam negara berkembang (4).
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang merupakan akibat
dari kekurangan gizi kronis dan/atau infeksi berulang yang menyebabkan anak
terlalu pendek untuk usianya.1 Kurangnya asupan gizi dapat berlangsung sejak
dalam kandungan namun, kondisi stunting nampak setelah usia 2 tahun. Anak
pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah kondisi anak dengan
panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan
dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006.
Anak yang mengalami stunting berdampak pada tingkat kecerdasannya dan rentan
terhadap penyakit, sehingga di masa depan berisiko menurunnya tingkat
produktivitas. Pada akhirnya, efek jangka panjang akan menghambat
pertumbuhan ekonomi negara, meningkatnya angka kemiskinan dan memperluas
ketimpangan social (10).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu masalah pokok kesehatan di Negara-negara sedang berkembang
adalah masalah gangguan terhadap kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh
kekurangan gizi. Namun, sebagian besar Negara secara teratur hanya melacak
indicator gizi yang terbatas sementara lebih sedikit memperhatikan kisaran
manifestasi kekurangan gizi. Akibatnya, kebijakan dan strategi nutrisi hanya
merupakan instrumen, yang tidak dirancang dengan baik untuk mengatasi
berbagai bentuk kekurangan gizi atau dirancang terlalu luas, untuk memberikan
panduan konkret tentang tuas program yang dapat diatur untuk mengatasi masalah
gizi. Dimana semua kematian yang disebabkan oleh gizi, termasuk pembatasan
pertumbuhan di-utero, wasting, pengerdilan, mikro nutrein defisiensi dan sub
optimum menyusui. Akibatnya, signifikan pengurangan lebih lanjut dalam di
bawah lima kematian hanya akan dicapai dengan peningkatan pencegahan dan
pengelolaan kekurangan gizi.
Maka dari itu nutrisi anak diseluruh dunia masih terhambat, dimana semua
derajat dampak negative gizi pada kesehatan dan manajemen terpadu balita sakit
memerlukan petugas kesehatan untuk menilai status gizi setiap anak. Kegagalan
untuk mengidentifikasi gizi melewatkan kesempatan untuk mencegah jangka
morbiditas berdampak pada kualitas hidup, pembangunan, prestasi pendidikan dan
ekonomi dalam kehidupan dewasa. Oleh karena itu, usaha-usaha perbaikan gizi
masyarakat dinegara ini merupakan salah satu usaha kesehatan yang menonjol,
yang menjadi bagian dari program pembangunan nasional.

B. Saran
Agar langkah-langkah antisipatif perbaikan gizi dapat berjalan dengan
efektif, maka keterlibatan dan kerja sama masyarakat dengan pemerintah sangat
dibutuhkan. Masyarakat hendaknya sadar akan pentingnya gizi dan mengikuti apa

7
8

Yang disarankan pemerintah selama saran-saran itu baik dan benar. Pemerintah,
sebagai pelayan masyarakat, juga hendaknya melayani masyarakat dengan
sepenuh hati. Tidak menyalah gunakan wewenang dan kekuasaan yang
dipercayakan oleh rakyat karena pemerintah adalah orang-orang yang dipilih oleh
rakyat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pati S, Mahapatra S, Sinha R, Pati S, Samal SN. Community Management of


Acute Malnutrition (CMAM) in Odisha, India: A Multi-Stakeholder
Perspective. Front Public Heal. 2018;6(June):1–7.
2. Kramer C V., Allen S. Malnutrition in developing countries. Paediatr Child
Heal (United Kingdom) [Internet]. 2015;25(9):422–7. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.paed.2015.04.002
3. Musasizi B, Kiracho EE, Kamukama S, Babughirana G. Assessment of
Public Health Units’ Capacity to Manage Under-Five Malnutrition: A Case
Study of Kamuli District, Uganda. Int J Stud Nurs. 2018;3(3):100.
4. Bhutta ZA, Salam RA. Global nutrition epidemiology and trends. Ann Nutr
Metab. 2012;61(suppl 1):19–27.
5. Gonçalves H, Barros FC, Buffarini R, Horta BL, Menezes AMB, Barros
AJD, et al. Infant nutrition and growth: Trends and inequalities in four
population-based birth cohorts in Pelotas, Brazil, 1982-2015. Int J Epidemiol.
2019;48:I80–8.
6. Elisanti AD. Pemetaan Status Gizi Balita di Indonesia. Indones J Heal Sci.
2017;1(1):37–42.
7. Mitra M. Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi untuk
Mencegah Terjadinya Stunting (Suatu Kajian Kepustakaan). J Kesehat
Komunitas. 2015;2(6):254–61.
8. Lestari IP, Lipoeto NI, Almurdi. Hubungan konsumsi zat besi dengan
kejadian anemia pada murid SMP Negeri 27 Padang. Kesesehatan Andalas.
2017;6(3):507–11.
9. Sampul MP, Ismanto AY, Pondaag L. HUBUNGAN DIARE DENGAN
KEJADIAN MALNUTRISI PADA BALITA DI IRINA E BAWAH RSUP
PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO. J Keperawatan. 2015;3(1).
10. Amelia Halim L, Warouw SM, Ch Manoppo JI. Hubungan Faktor-Faktor
Risiko Dengan Stunting Pada Anak Usia 3-5 Tahun Di Tk/Paud Kecamatan
Tuminting. J Med dan Rehabil [Internet]. 2018;1(2):1–8. Available from:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmr/article/view/22302

Anda mungkin juga menyukai