Askep Tidak Punya Uang Dan Isolasi Sosial
Askep Tidak Punya Uang Dan Isolasi Sosial
PENDAHULUAN
Miller (2009) mengemukakan bahwa fase berhenti kerja atau pensiun pasti
akan dialami oleh seluruh lansia dan pada saat itu mengakibatkan pendapatan
(uang) menurun serta perubahan peran dan status sosial. Pada fase tersebut tugas
lansia adalah harus mampu beradaptasi dengan masa pensiun dan penurunan
pendapatan yang terjadi (Rosdahl dan Kowalski, 2012).
Isolasi sosial menarik diri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
penyebab dan faktor pencetus. Faktor penyebab terdiri dari faktor perkembangan,
faktor biologis, dan faktor sosiokultural. Sedangkan faktor pencetus terjadinya
isolasi sosial terdiri dari stress sosiokultural dan stressor psikologi. Terlepas dari
faktor predisposisi dan presipitasi terdapat beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap prilaku menarik diri pada lansia yaitu usia, pensiun dari pekerjaan dan
kehilangan orang yang berarti.Usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap isolasi sosial pada lansia, tingkat isolasi ini meningkat seiring usia.
Beberapa lansia memilih isolasi, lansia lainnya tidak (Potter & Perry, 2009, hlm
334). Pensiun dari pekerjaan juga mempengaruhi prilaku isolasi sosial pada lansia.
Kehilangan peran kerja sering memiliki dampak besar bagi orang yang telah
pensiun, seperti hilangnya interaksi sosial dan interpersonal yang terjadi pada
lingkungan kerja ( Potter & Perry, 2009, hlm 334). Faktor lain yang juga
berhubungan dengan terjadinya isolasi sosial pada lansia yaitu kehilangan orang
yang berarti. Pengalaman kehilangan melalui kematian kerabat dan teman
merupakan bagian kehidupan yang dialami lansia ( Potter & Perry, 2009, hlm
337). Kegagalan individu untuk menerima kehilangan yang terjadi pada
kehidupan akan mengakibatkan perilaku menarik diri pada lansia.
2. Tujuan Khusus
1. Konsep Lansia dan Proses penuaan
a. Untuk mengetahui definisi lansia.
b. Untuk mengetahui batasan usia lansia.
c. Untuk mengetahui teori penuaan.
2. Konsep Impecunity pada Lansia
a. Untuk mengetahui definisi Impecunity pada lansia.
b. Untuk mengetahui perubahan fisik lansia yang berhubungan
dengan impecunity.
c. Untuk mengetahui faktor lain penyebab ketidaklayakan bekerja
pada lansia.
d. Untuk mengetahui WOC impecunity pada lansia.
e. Untuk mengetahui dampak impecunity pada lansia.
f. Untuk mengetahui peran perawat pada lansia yang mengalami
impecunity.
g. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawata pada lansia
dengan impecunity.
3. Konsep Isolasi Sosial pada Lansia
a. Untuk mengetahui definisi isolasi sosial pada lansia.
b. Untuk mengetahui etiologi isolasi sosial pada lansia.
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala isolasi sosial pada lansia
d. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis isolasi sosial pada
lansia.
e. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawata pada lansia
dengan isolasi sosial.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
d. Factor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga
yang anggota keluarga yang menderita skizofrenia.
Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila
salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan
bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur
otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan
volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
6) Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh
faktor internal maupun eksternal, meliputi:
a. Stressor Sosial Budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan
pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat
dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan
isolasi sosial.
b. Stressor Biokimia
1. Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal
dan mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan
indikasi terjadinya skizofrenia.
2. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah
akan meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu
kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan
dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan
indikasi terjadinya skizofrenia.
3. Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah
ditemukan pada pasien skizofrenia. Demikian pula
prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh
dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun
penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan
dengan tingkah laku psikotik.
4. Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan
gejala-gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang
dapat merubah stuktur sel-sel otak.
c. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering
terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun
biologis.
d. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
Intesitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah
akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan
pada tipe psikotik.
3. Terapi Kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang meliputi:
1) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien
sewaktu bangun tidur.
2) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu
semua bentuk tingkah laku/perbuatan yang berhubungan
dengan BAB dan BAK.
3) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi,
dalam kegiatan mandi dan sesudah mandi.
4) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
keperluan berganti pakaian.
5) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada
waktu, sedang dan setelah makan dan minum.
6) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan
dengan kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan
dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-
lain.
7) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien
mengerti dan dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri,
seperti, tidak menggunakan/menaruh benda tajam
sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat
ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
8) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien
untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku
pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan
gejala primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal
ini yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur)
tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan
sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien
untuk melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien,
misalnya menegur kawannya, berbicara dengan kawannya
dan sebagainya.
2) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien
untuk melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti
tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya
jika ada kesulitan dan sebagainya.
3) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu
berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan
saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam
berkomunikasi.
4) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
kemampuan bergaul dengan orang lain secara kelompok
(lebih dari dua orang).
5) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan
dengan ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan
rumah sakit.
6) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan
dengan tata krama atau sopan santun terhadap kawannya
dan petugas maupun orang lain.
7) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien
yang bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori
lingkungannya, seperti tidak meludah sembarangan, tidak
membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya.
- Konsep diri
1) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan
perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh .
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang ,
mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.
2) Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan .
3) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit , proses menua , putus sekolah, PHK.
4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri.
a) Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam
melakukan hubunga social dengan orang lain terdekat
dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam
masyarakat.
b) Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk
ibadah ( spritual)
f. Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak
mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka
menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang
lain, Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga
dalam hidup.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian.
3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
4) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktivitas
didalam dan diluar rumah
5) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan
benar.
h. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain( lebih sering
menggunakan koping menarik diri).
i. Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi
ECT, Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
2. Pemeriksaan Fisik
Meliputi Tanda Tanda vital ;Tekanan darah, Nadi, Suhu, Respirasi
; TB ; BB ; Keluhan fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
1) Minnesolla Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
Adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan oleh psikiater
dan psikolog dalam menentukan kepribadian seseorang yang
terdiri dari 556 pernyataan benar atau salah.
2) Elektroensefalografik (EEG)
Suatu pemeriksaan dalam psikiatri untuk membantu
membedakan antara etiologi fungsional dan organik dalam
kelainan mental.
3) Test laboratorium kromosom darah untuk mengetahui apakah
gangguan jiwa disebabkan oleh genetik.
4) Rontgen kepala untuk mengetahui apakah gangguan jiwa
disebabkan kelainan struktur anatomi tubuh.
4. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan
menarik diri.
2) Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah
3) Defisit Perawatan Diri
5. Intervensi Keperawatan
TTINDAKAN MANIPULASI
LINGKUNGAN
§ 1.Libatkan dalam makan bersama
§ 2.Perlihatkan sikap menerima dengan
cara melakukan kontak singkat tapi
sering
§ 3.Berikan reinforcement positif
setiap Klien berhasil melakukan suatu
tindakan
4.Orientasikan Klien pada waktu,
tempat, dan orang sesuai
kebutuhannya
BAB 3
KASUS SEMU
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. A
Tanggal Pengkajian : 06 November 2019
1. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : Tn. A
Umur : 75 tahun
2. DATA :
KELUARGA
Nama : Ny. S
Hubungan : Istri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Mulyorejo Tengah, Surabaya
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama: Klien mengatakan tidak memiliki penghasilan
4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES
MENUA):
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB : √
Perubahannafsu makan : √
Masalah tidur : √
Kemampuan ADL : √
KETERANGAN : Keterbatasan gerak dalam pemenuhan kebutuhan
ADL
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan lesi : √
KETERANGAN : Kulit Tn. A dalam keadaan baik
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : √
Pembengkakankel : √
limfe
Anemia : √
KETERANGAN : Tidak ada keluhan
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit : √
kepala
KETERANGAN : Tn. A mengatakan sering pusing
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : √
penglihatan
Pakai kacamata : √
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Tn. A mengeluh pandangan berkurang
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan : √
pendengaran
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan : √
membersihkan telinga
Dampak pada ADL : Terkadang ketika dipanggil dari jarak yg tidak terlalu
jauh dan suara normal, Tn. A tidak mampu
mendengar.
KETERANGAN : Pendengaran kurang kemungkinan karena faktor
usia.
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada hidung
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : 2x sehari, hanya ketika mandi.
KETERANGAN : Gigi tidak lengkap lagi, mulut dan gigi tampak
kurang bersih
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANGAN : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN : RR 18x/menit
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal : √
nocturnal
Orthopnea : √
Murmur : √
Edema : √
KETERANGAN : Tekanan darah 140/90 mmHg
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu : √
makan
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan pola BAB : √
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : BAB 2 hari sekali
KETERANGAN : Tn. A mengalami penurunan nafsu makan
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : √
Frekuensi : Tidak terhitung
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √
Inkontinensia : √
Nyeri berkemih : √
Pola BAK : Normal
KETERANGAN : -
14 Reproduksi (laki-laki)
.
Ya Tidak
Lesi : √
Disharge : √
Testiculer pain : √
Testiculer massa : √
Perubahan gairah sex : √
Impotensi : √
Reproduksi
(perempuan)
Lesi :
Discharge :
Postcoital bleeding :
Nyeri pelvis :
Prolap :
Riwayat menstruasi :
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : .................................................................................
.................................................................................
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalah gaya berjalan : √
Nyeri punggung : √
Pola latihan : Pola latihan berjalan Tn. A dengan berjalan jarak
pendek .
Dampak ADL : Tn. A tidak mampu berjualan
KETERANGAN : Gangguan disebabkan oleh riwayat asam urat dan
faktor usia.
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : √
Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : √
KETERANGAN : Tidak ada kelainan patologis dan fisiologis.
Spiritual
Aktivitas ibadah : Tn. A rajin beribadah dimasjid
Hambatan : Jika asam urat dan hipertensinya kambuh atau Tn. A
merasa lelah, Tn. A beribadah dirumah
KETERANGAN :
6. LINGKUNGAN :
Lampiran
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
Interpretasi:
0-20 = ketergantungan total
21-60 = Ketergantungan berat
61-90 = ketergantungan sedang
91-99 = ketergantungan ringan
100 = mandiri
(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)
2. Aspek Kognitif
Total nilai 30 29 29
Inteprestasi hasil
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : tidak ada gangguan kognitif
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 06/11/2019 14 detik
2
3
Rata-rata Waktu TUG 14 detik
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun
waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan
bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer& Woolacott: 2000; Kristensen,
Foss & Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
4. GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 0 1 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 1
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
6. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar 0 1 0
melakukan sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 0 1 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 0 1 1
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 0 1 0
Jumlah 7
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan
depresi
5. Status Nutrisi
Total score 10
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6≥ : High nutritional risk
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman- ADAPTATION 1
teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERSHI 1
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan P
masalah dengan saya
1. DS : Ketidakberdayaan (00125)
- Tn. A mengatakan sudah satu bulan tidak bekerja
karena tubuhnya mudah lelah sehingga tidak
memiliki penghasilan
- Tn. A mengatakan aktivitasnya berkurang
sehingga banyak hal yang tidak dapat dilakukan
DO :
- Tn. A terlihat lemas dan menunjukan ekspresi
lelah
- Tes Indeks Barthel = 85
- Tes fungsi sosial = 5
- Tes GDS = 7
2. DS : Ketidakefektifan manajemen
kesehatan (00078)
- Tn. A mengatakan sering merasa pusing
- Tn. A mengatakan jarang periksa ke pelayanan
kesehatan untuk memeriksakan keadaannya
- Tn. A mengatakan jarang mengkonsumsi obat
DO :
- Tn. A memiliki riwayat hipertensi dan asam urat
- Status nutrisi = 10
Diagnosa Keperawatan :
Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NO KEPERAWATA NOC NIC
N
Nama : Ny.U
Tanggal Pengkajian : 20 Oktober 2017
2. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : Ny.U
Umur : 65 tahun
2. DATA :
KELUARGA
Nama : Tn. S
Hubungan : Anak Kandung
Pekerjaan : Kuli bangunan
Alamat : Jln. Kedung Sroko 4, Surabaya
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama: Klien mengeluh malu karena sering mengompol
4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES
MENUA):
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB : √
Perubahannafsu makan : √
Masalah tidur : √
Kemampuan ADL : √
KETERANGAN : Keterbatasan gerak dalam pemenuhan kebutuhan
ADL
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan lesi : √
KETERANGAN : Kulit Ny.U dalam keadaan baik
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : √
Pembengkakan kel : √
limfe
Anemia : √
KETERANGAN : Tidak ada keluhan
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit : √
kepala
KETERANGAN : Rambut tampak tidak terawat
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : √
penglihatan
Pakai kacamata : √
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Ny.U mengeluh pandangan berkurang
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan : √
pendengaran
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan : √
membersihkan telinga
Dampak pada ADL : Terkadang ketika dipanggil dari jarak yg tidak terlalu
jauh dan suara normal, Ny.U tidak mampu
mendengar.
KETERANGAN : Pendengaran kurang kemungkinan karena faktor
usiadan di perparah karena kotoran telinga yang
menyumbat namun Ny.U tidak menggunakan alat
bantu dengar
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada hidung
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : 2x sehari, hanya ketika mandi.
KETERANGAN : Gigi tidak lengkap lagi, mulut dan gigi tampaak
kurang bersih
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANGAN : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN : RR 16x/menit
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal : √
nocturnal
Orthopnea : √
Murmur : √
Edema : √
KETERANGAN : Tekanan darah 130/80 mmHg
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu : √
makan
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan pola BAB : √
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : BAB 3 hari sekali
KETERANGAN : Ny.U mengalami penurunan nafsu makan
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : √
Frekuensi : Tidak terhitung
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √
Inkontinensia : √ -
Nyeri berkemih : √
Pola BAK : Sering Ngompol
KETERANGAN : ada kelainan patologis dan fisiologis.
14 Reproduksi (laki-laki)
.
Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Perubahan gairah sex :
Impotensi :
Reproduksi
(perempuan)
Lesi : √
Discharge : √
Postcoital bleeding : √
Nyeri pelvis : √
Prolap : √
Riwayat menstruasi : Tidak terkaji
Aktifitas seksual : Menurun
Pap smear : √
KETERANGAN : .................................................................................
.................................................................................
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalah gaya berjalan : √
Nyeri punggung : √
Pola latihan : Pola latihan berjalan Ny.U dengan berjalan jarak
pendek .
Dampak ADL : Ny.U tidak pernah pergi
KETERANGAN : ADL Ny. U terganggu
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : √
Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : √
KETERANGAN : Tidak ada kelainan patologis dan fisiologis.
6. LINGKUNGAN :
Kamar : kurang rapi dan tidak wangi/ bau pesing
Lampiran
7. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
Interpretasi:
0-20 = ketergantungan total
21-60 = Ketergantungan berat
61-90 = ketergantungan sedang
91-99 = ketergantungan ringan
100 = mandiri
(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)
8. Aspek Kognitif
Total nilai 30 22 22
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : tidak ada gangguan kognitif
9. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 20/10/2017 12 detik
2
3
Rata-rata Waktu TUG 12 detik
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun
waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan
bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer& Woolacott: 2000; Kristensen,
Foss & Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
10. GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 1
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 1
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 5
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan
depresi
Total score 5
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6≥ : High nutritional risk
1. DS : Isolasi sosial
(00053)
- Tn.S mengatakan bahwa Ny.U lebih sering
berdiam diri di kamar dan tiduran
DO :
DO :
Diagnosa Keperawatan :
Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
Peningkatan integritas
keluarga (7100)
- Pertimbangkan perasaan
keluargaa terhadap situasi
yang mereka hadapi
- Monitor hubungan
keluarga saat ini
- Identifikasi tipe
mekanisme koping
keluarga
Peningkatan keterlibatan
keluarga (7110)
- Identifikasi defisit
perawatan diri klien
- Identifikasi kemampuan
anggota keluarga untuk
terlibat dalam perawatan
klien
- Informasikan faktor-faktor
yang dapat meningkatkan
kondisi klien pada anggota
keluarga
5.1 Kesimpulan
Penurunan fungsi tubuh pada lansia dapat memengaruhi
produktivitas lansia ketika bekerja. Sehingga fenomena yang terjadi pada
lansia adalah adanya fase pension baik bagi pekerja formal maupun
informal. Pada lansia pekerja formal terdapat sistem batasan usia
maksimum seseorang dipekerjakan sehingga ia akan diberhentikan dari
pekerjaanya. Sedangkan orang dengan pekerjaan informal (misal
berdagang) memang tidak ada pensiun atau pemberhentian bekerja namun
penurunan fungsi tubuh seiring bertambahnya usia pasti akan memaksa
seseorang untuk menurunkan intensitas pekerjaannya atau justru
menghentikannya sendiri.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lansia yang mengalami kemiskinan
adalah kondisi dimana lansia memiliki pendapatan yang lebih rendah
akibat proses menua yaitu penurunan kemampuan dalam aktivitas fisik
yang menyebabkan penurunan produktivitas sehingga lansia memasuki
masa pensiun.
Isolasi sosial menarik diri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
penyebab dan faktor pencetus. Faktor penyebab terdiri dari faktor
perkembangan, faktor biologis, dan faktor sosiokultural. Sedangkan faktor
pencetus terjadinya isolasi sosial terdiri dari stress sosiokultural dan
stressor psikologi. Terlepas dari faktor predisposisi dan presipitasi terdapat
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap prilaku menarik diri pada
lansia yaitu usia, pensiun dari pekerjaan dan kehilangan orang yang
berarti.Usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
isolasi sosial pada lansia, tingkat isolasi ini meningkat seiring usia.
Beberapa lansia memilih isolasi, lansia lainnya tidak (Potter & Perry,
2009, hlm 334).
Pensiun dari pekerjaan juga mempengaruhi prilaku isolasi sosial
pada lansia. Kehilangan peran kerja sering memiliki dampak besar bagi
orang yang telah pensiun, seperti hilangnya interaksi sosial dan
interpersonal yang terjadi pada lingkungan kerja ( Potter & Perry, 2009,
hlm 334). Faktor lain yang juga berhubungan dengan terjadinya isolasi
sosial pada lansia yaitu kehilangan orang yang berarti. Pengalaman
kehilangan melalui kematian kerabat dan teman merupakan bagian
kehidupan yang dialami lansia ( Potter & Perry, 2009, hlm 337).
Kegagalan individu untuk menerima kehilangan yang terjadi pada
kehidupan akan mengakibatkan perilaku menarik diri pada lansia.
5.2 Saran
Pada pasien lansia yang mengalami isolasi sosial dan tidak punya
uang sangat dipengaruhi oleh pandangan keluarganya. Untuk mengatasi
masalah isolasi sosial dan tidak punya uang yang di alami lansia sangat di
butuhkan dukungan dan peran aktif keluarga dalam perawatannya,
begitupun dengan dukungan lingkungan sekitarnya dan perhatian dari
tenaga kesehatan. Peran keluarga seringkali tidak jelas. Organisasi anggota
keluarga bekerja sama dengan tenaga professional untuk mengembangkan
gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan
stress keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Ananta, L. A. W. & Wulan, R., 2011. Pola Aktivitas Sehari-Hari pada Pasien
Demensia di Instalasi Rawat Jalan RS. Baptis Kediri. Jurnal STIKES
RS Baptis Kediri, 4(2)
Anna Budi Keliat, SKp. 2006. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial
Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Anonim. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial. Diakses pada
tanggal 24 Juli 2012
pada http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan-
pada-klien-dengan-isolasi-sosial/
Ciorba, A., Bianchini, C., Pelucchi, S. & Pastore, A., 2012. The Impact of
Hearing Loss on The Quality of Life of Elderly Adults. Clinical
Interventions in Aging, Volume 7, pp. 159-163.
Dethier, J. J., Pestieau, P. & Ali, R., 2011. The Impact of A Minimum Pension
on Old Age Poverty and Its Budgetary Cost: Evidence from Latin
America. Revista de Economia del Rosario, 14(2), pp. 135-163.
Hayati, R. & Nurviyandari, D., 2014. Depresi Ringan pada Lansia Setelah
Memasuki Masa Pensiun. Depok: Skripsi Universitas Indonesia.
Kurniasih, D., 2013. Stres dan Strategi Coping Lansia pada Masa Pensiun yang
Berstatus Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan Polanharjo Kabupaten
Klaten. Yogyakarta: Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta :
EGC
Lee, J. & Smith, J. P., 2009. Work, Retirement, and Depression. J Popul
Ageing,Volume 2, pp. 57-71.
Miller, C. A., 2009. Nursing for Wellness in Older Adults. US: Lippincott
Williams & Wilkins.
Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.
Utomo, B., 2010. Hubungan antara Kekuatan Otot dan Daya Tahan Otot
Anggota Gerak Bawah dengan Kemampuan Fungsional Lanjut Usia.
Surakarta: Tesis Universitas Sebelas Maret.
Wang, C.-W., Chan, C. L. & Chi, I., 2014. Overview of Quality of Life
Research in Older People with Visual Impairment. Advances in Aging
Research, Volume 3, pp. 79-94