Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan
oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik
laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak
dan orang dewasa (1). World Health Organization (WHO) tahun 2013
memperkirakan ada sekitar 198 juta kasus malaria dan 584.000 kematian di
seluruh dunia. Malaria di Indonesia terdapat 343.527 kasus dan 45 yang
menimbulkan kematian. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan lebih dari 90
negara, dan mengenai hampir 40 % populasi dunia. Lebih dari 90 % kasus malaria
terjadi di sub-Sahara Afrika (2)
Secara Nasional angka kesakitan malaria selama tahun 2005–2015
cenderung menurun yaitu dari 4,1 per 1.000 penduduk berisiko (penduduk yang
tinggal menetap di wilayah endemis malaria) pada tahun 2005 menjadi 0,85 per
1.000 penduduk berisiko pada tahun 2015. Target Rencana Strategi
Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan malaria (API/Annual Parasite
Incidence) tahun 2015 < 1 per 1.000 penduduk beresiko (3).
Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa
obligat intraseluler dari genus Plasmodium yang dibawa oleh nyamuk
Anopheles sp. Penularan malaria terjadi bila terdapat interaksi antara parasit
Plasmodium sp., host-definitive (nyamuk Anopheles) dan manusianya sendiri.
Keberadaan penyakit malaria tergantung dari populasi host-definitive yang
meningkat, dipengaruhi oleh intensitas hujan tinggi, sumber parasit, dan
imunitas manusia yang menurun (4).
Malaria terbagi dalam beberapa spesies yang dapat ditemukan pada
tubuh manusia yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium
malariae, dan Plasmodium ovale, serta Plasmodium knowlesi. Plasmodium
knowlesi yang selama ini ada pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
kini ditemukan pada tubuh manusia. Plasmodium falciparum merupakan
penyebab infeksi terberat pada spesies Plasmodium karena dapat
menyebabkan manifestasi akut. Bila tidak diobati maka pasien malaria dapat
menyebabkan kematian (5).
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
Untuk malaria berat diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria WHO. Terdapat
dua cara untuk mengetahui penderita positif malaria yaitu dengan Rapid
Diagnostic Test (RDT). Pedoman pengobatan WHO saat ini mengusulkan bahwa
sedapat mungkin semua pasien malaria harus diuji dengan hapusan darah tipis
dan atau hapusan darah tebal menggunakan mikroskop. Penggunaan RDT dan
hanya mereka dengan hasil tes positif menerima pengobatan anti malaria.
Diagnosis konvensional dengan pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT)
sediaan malaria, darah tebal maupun tipis, untuk melihat parasit intraselluler
dengan pengecatan giemsa masih merupakan pilihan utama dan menjadi gold
standar bagi tes diagnostik malaria lain. Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test
(RDT) dapat digunakan sebagai pemeriksaan alternatif. Kelebihan Rapid
Diagnostic Test (RDT) adalah dapat dikerjakan secara sederhana, cepat (kurang
dari 1 jam) dan hasilnya mudah diinterpretasikan tetapi lemah dalam hal
spesifisitas dan sensitifitasnya (6).
B. Tujuan
Untuk melihat keberadaan Plasmodium dan mengetahui jenis Plasmodium
di dalam darah (sediaan darah tebal dan darah tipis).
C. Manfaat
Kegiatan ini diharapkan dapat melatih keterampilan dan mendapatkan
pengalaman yang berguna dalam menerapkan ilmu yang didapatkan selama
perkuliahan.
DAFPUS

1. Wardani DWSR, Nisa A. Hubungan Antara Faktor Individu dan Faktor


Lingkungan dengan Kejadian Malaria. Jurnal Majority 2016. 5(1):86-91.
2. World Health Organization. 2017. World malaria report 2017. Switzerland.
3. Kemenkes RI, 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
4. Sir Oktafina, et al. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Malaria Di Kecamatan Kabola, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) Tahun 2014. Indonesian Journal of Health Ecology 2015. 14(4):
334-341.
5. Kementerian Kesehatan RI, 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus
Malaria. Jakarta : Direktorat P2PTVZ.
6. Kurniawan RP. Gambaran Pemeriksaan Malaria Menggunakan Rapid
Diagnostic Test (RDT) Di Puskesmas Tanjung Kasuari dan Remu Kota
Sorong. Jurnal Inovasi Kesehata 2019. 1(1): 63-69.

Anda mungkin juga menyukai