Anda di halaman 1dari 14

FUNGSI STATISTIKA DAN INFORMATIKA DALAM KEILMUAN DAN SUMBER

PENGETAHUAN DAN KRITERIA KEBENARAN


D
I
S
U
S
U
N
Oleh:

NAMA KELOMPOK I : 1. Saverianus Waruwu


2. Mesbin Duha
3. Lesnawati Harefa
PROGRAM / SEM : S2 PAK / I
MATA KULIAH : Filsafat Ilmu
DOSEN : Prof. Dr. Binur Panjaitan, M.Pd

INSTITUT AGAMA KRISTEN PROTESTAN NEGERI TARUTUNG


PROGRAM PASCA SARAJANA
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara etimologi pengetahuan yang dalam bahasa inggris yaitu knowledge adalah
kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Sedangkan secara terminologi,
menurut Drs. Sidi Gazaliba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan
tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Jadi
semua pengetahuan itu adalah milik dari isi pikiran. Jadi pengetahuan merupakan hasil proses dari
usaha manusia untuk tahu. Loren Bagus dalam kamus filsafatnya menjelaskan bahwa
pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.
Pada peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam
dirinya sendiri yang sedemikian aktif, sehingga yang mengetahui itu menyusun yang
diketahui itu pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif. Dalam arti luas pengetahuan berarti
semua kehadiran intensional objek dalam subjek. Tetapi dalam arti sempit dan berbeda
dengan imajinasi atau pemikiran belaka, pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti
(kebenaran; kepastian). Di sini subjek sadar akan hubungan-hubungannya sendiri dengan objek dan
sadar akan hubungan objek dengan eksistensi. Pada umumnya, adalah tepat kalau
mengatakan pengetahuan hanya merupakan pengalaman ‘sadar´. Karena sangat sulit melihat
bagaimana persisnya suatu pribadi dapat sadar akan suatu eksisten tanpa kehadiran eksisten
itu didalam dirinya. Sedangkan orang pragmatis yang direpresentasikan oleh Jhon Dewey,
mereka tidak membedakan pengetahuan dengan kebenaran. jadi kebenaran harus benar, kalau
tidak benar maka itu kontradiksi. Dari beberapa pengertian tentang pengetahuan diatas, dari
berbagai aspek dan sudut pandangnya, ada juga yang mengatakan bahwa pengetahuan adalah
kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka pastilah dalam kehidupan manusia
terdapat pengetahuan dan kebenaran. Burhanuddin Salam mengklasifikasikan bahwa
pengetahuan yang diperoleh manusia dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu
Pengetahuan biasa (common sense) yaitu pengetahuan biasa, atau dapat kita pahami bahwa
pengetahuan ini adalah pengetahuan yang karena seseorang memiliki sesuatau karena
menerima secara baik. Orang menyebut sesuatu itu merah karena memang merah, orang
menyebut benda itu panas karena memang benda itu panas dan seterusnya. Pengetahuan Ilmu
(science) yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat kuantitatif dan objektif, seperti ilmu alam dan
sebagainya. Pengetahuan Filsafat, yakni ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran
yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada
universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Pengetahuan Agama, yaitu pengetahuan
yang hanya didapat dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak
dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Jadi perbedaan antara pengetahuan dan ilmu
adalah jika pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu manusia untuk memahami suatu objek
tertentu, sedangkan ilmu (science) adalah pengetahuan yang bersifat positif dan sistematis.

B. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang dikemukakan adalah:

1. apa pengertian dari Statistika dan informatika ?


2. apa fungsi Statistika dan informatika dalam keilmuan ?
3. Bagaimana untuk mengetahui hakikat pengetahuan dan dari mana sumber
pengetahuan?
4. Bagaimana telaah epistemologi terhadap kebenaran?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui apa yang menjadi pengertian dari Statistika dan informatika
dalam dunia ke ilmuan

2. untuk mengetahui peranan dan fungsi dari Statistika dan Informatika dalam ke
ilmuan

3. Untuk mengetahui hakikat tentang pengetahuan dan sumbernya

4. Untuk mengetahui krietria-kriteria kebenaran


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN STATISTIKA

Kata statistika berasal dari bahasa latin, yaitu status yang berarti negara atau untuk
menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan ketatanegaraan. Pada awalnya statistik hanya
berkaitan dengan sekumpulan angka mengenai penduduk suatu daerah atau negara dan
pendapatan masyarakat. Termasuk pula, kumpulan angka yang dibutuhkan oleh pemerintah
dalam mneyelesaikan beberapa masalah. Statistika adalah ilmu dan atau seni yang berkaitan
dengan cara (metode) pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi hasil analisis untuk
mendapatkan informasi guna pengambilan keputusan dan penarikan kesimpulan.

Metode penyajian dan penafsiran kejadian-kejadian yang bersifat peluang dalam


suatu penyelidikkan terencana atau penelitian ilmiah. Pekerjaan penyajian atau penafsiran ini
membutuhkan data, data ini diolah menjadi informasi yang berguna untuk bahan
pengambilan keputusan. Sedangkan statistic data, informasi, atau hasil penerapan algoritma
statistika pada suatu data. Statistika sering digunakan dalam berbagai ilmu pengetahuan
(ilmu alam atau atau ilmu sosial) dan pemerintahan. Bahkan peng-apikasi-an nya sering
digunakan dala kehidupan sehari-hari. Misalnya votting dalam memilih ketua kelas, quick
count, bahan skripsi, dan lain-lain.

Berikut pengertian statistika menurut para ahlinya:

Croxton dan Cowden, mengatakan “ Statistika adalah metode untuk mengumpulkan,


mengolah dan menyajikan, serta menginterpretasikan data yang berwujud angka-angka”.

Anderson dan Bancroft, mengatakan “ Statistika adalah ilmu dan seni perkembangan dan
metode paling efektif untuk pengumpulan, pentabulasian, penginterpresatian data kuantitatif
sedemikian rupa, sehingga kemungkinan salah dalam kesimpulan dan estimasi dapat
diperkirakan dengan penggnaan penalaran induktif yang didasarkan pada matematika
probabilitas (peluang). Prof. Dr. Sujadna, mengatakan “Statistika adalah pengetahuan yang
berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan penganalisisannya, dan
penarikkan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan.

1. Tujuan Statistika
Ialah suatu pendekatan modern untuk menyajikan mengenai konsep-konsep dasar dan
metode statistik secara lebih jelas dan langsung dapat membantu seseorang didalam
pengembangan daya kritik dalam suatu kegiatan pengambilan keputusan dengan
menggunakan cara-cara kuantitatif. Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dpaat
dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah.
Tahap-tahap tersebut dikenal dengan kerangka berpikir ilmiah logico- hypothetico-verivikasi,
melalui proses sebagai berikut:

a. perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang


jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasi faktor-faktor yang terkait di dalamnya

b. penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, yang merupakan


argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang
saling mengakait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun
secara rasional berdasarkan premis-premis ilimiah yang telah teruji kebenarannya, dengan
memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.

c. perumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap


pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan simpulan dari kerangka berpikir yang
dikembangkan

d. pengajuan hipotesis, yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan


dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang
mendukung hipotesis tersebut atau tidak

e. penarikan simpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang


diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang
cukup untuk mendukung hipotesis, maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, jika dalam
proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis, maka hipotesis itu
ditolak.

2. Manfaat Statistik

Manfaat Statistik ialah membantu orang-orang khususnya dalam mengambil keputusan yang
selanjutnya dipakai dasar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berbagai kegiatan yang
dilakukan. Dari statement dan pernyataan diatas dapat kita simpulkan disadari atau tidak,
Statistika sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak. Mahasiswa yang berjurusan teknik
informatika membutuhkan statistika sangat luas dan dapat berhubungan dengan industri dan
komputasi. Dengan mempelajari statistika diharapkan mahasiswa dapat memperluas
pikiranya, bahwa mahasiswa membutuhkan statistik untuk pembuatan skripsi. Selain itu
mahasiswa dapat mempelajari keragaman akibat pengukuran, mengendalikan proses,
merumuskan informasi dari data, dan membantu pengambilan keputusan berdasarkan data.

3. Hubungan Informasi dan Statistika

Pengenalan pola merupakan bidang dalam pembelajaran mesin dan dapat diartikan
sebagai “tindakan mengambil data mentah dan bertindak berdasarkan klasifikasi data.
Dengan demikian ia merupakan himpunan kaidah bagi pembelajaran selia (supervised
learning). Salah satu aplikasinya adalah pengenalan suara, klasifikasi teks dokumen dalam
kategori (contoh. Surat-E spam/bukan-spam), pengenalan tulisan tangan, pengenalan kode
pos, secara otomatis pada sampul surat, atau sistem pengenalan wajah manusia. Aplikasi ini
kebanyakan menggunakan analisis citra bagi pengenalan pola yang berkenaan dengan citra
digital sebagai input kedalam sistem pengenalan pola. Perhitungan statistika modern banyak
dilakukan oleh komputer, dan bahkan beberapa perhitungan hanya dapat dilakukan oleh
komputer berkecepatan tinggi, misalnya jaringan saraf tiruan. Revolusi komputer telah
membawa implikasi perkembangan statistika dimasa mendatang, dengan penekanan baru
pada statistika eksperimental dan empirik.

Jadi statistika memberikan alat analisis data bagi berbagai bidang ilmu. Kegunaannya
bermacam-macam: mempelajari keragaman akibat pengukuran, mengendalikan proses,
merumuskan informasi dari data, dan membantu pengambilan keputusan berdasarkan data.
Statistika, karena sifatnya yang objektif , seringkali merupakan satu-satunya alat yang bisa
diandalkan untuk keperluan-keperluan diatas.
B. SUMBER PENGETAHUAN DAN KRITERIA KEBENARAN

1. Sumber Pengetahuan

Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Namun dari mana pengetahuan itu
diperoleh atau lewat apa pengetahuan itu di dapat. Dari sana timbul pertanyaan bagaimana
kita memperoleh pengetahuan atau dari mana sumber pengetahuan didapat. Sebelum
membahas sumber pengetahuan, terlebih dahulu mengetahui tentang
hakikat pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental. Mengetahui
sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun
gambaran tentang fakta yang ada diluar akal. Persoalannya kemudian adalah apakah gambar
itu sesuai dengan fakta atau tidak? Apakah gambaran itu benar? Atau apakah gambaran itu
dekat dengan kebenaran atau jauh dari kebenaran?

Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan, yaitu:

a. Realisme

Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan menurut


realisme adalah gambaran atau copy yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata
(dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah copy dari
yang asli yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang terdapat dalam
foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila
sesuai dengan kenyataan.

b. Idealisme

Idealisme adalah menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-


benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental
atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan bagi seorang idealis
hanya merupakan gambaran subjektif dan bukan gambaran objektif tentang realitas. Subjektif
dipandang sebagai suatu yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran
tersebut. Karena itu, pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran.
Yang diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang
yang mengetahui atau (subjek)
Setelah kita me ngetahui tentang hakikat pengetahuan dan pemaparan kedua madzhab
yang menjelaskan hakikat ilmu itu sendiri, maka yang menjadi pertanyaan lanjutan adalah
dari mana pengetahuan itu bersumber? Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh dengan
menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal
ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan:

1. Empirisme

Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini
manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada
kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi.

Dengan inderanya, manusia dapat mengatasi taraf hubungan yang semata-mata fisik dan
masuk ke dalam medan intensional, walaupun masih sangat sederhana. Indera
menghubungkan manusia dengan hal-hal konkret-material. Pengetahuan inderawi bersifat
parsial. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan antara indra yang satu dengan indra yang
lainnya, berhubungan dengan sifat khas fisiologis indera dan dengan objek yang dapat
ditangkap sesuai dengannya. Masing-masing indra menangkap aspek yang berbeda mengenai
barang atau makhluk yang menjadi objeknya. Jadi pengetahuan inderawi berada menurut
perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas organ-organ tertentu.

2. Rasionalisme

Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan
yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui
kegiatan menangkap objek. Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep
rasional atau ide-ide universal. Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata yang
bersifat universal. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip universal adalah abstraksi dari
benda-benda kongkret, seperti hukum kausalitas atau gambaran umum tentang benda tertentu.
Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat
diperoleh dengan akal budi saja.

3. Intuisi

Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran


tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah dan tiba-tiba saja
menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Tanpa melalui proses berfikir yang berliku-
liku tiba-tiba saja dia sudah sampai disitu. Jawaban atas permasalahan yang sedang
dipikirkannya muncul dibenaknya bagaikan kebenaran yang membukakan pintu. Atau bisa
juga, intuisi ini bekerja dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar, artinya jawaban atas
suatu permasalahan ditemukan tidak tergantung waktu orang tersebut secara sadar sedang
menggelutnya. Namun intuisi ini bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar
untuk menyusun pengetahuan secara teratur maka intuisi ini tidak bisa diandalkan.

4. Wahyu

Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.


Pengetahuan ini disalurkan oleh nabi-nabi yang diutusnya sepanjang zaman. Agama
merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman,
namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat transedental seperti latar belakang
penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti. Pengetahuan ini didasarkan kepada
kepercayaan akan hal-hal yang ghaib (supernatural). Keparcayaan kepada Tuhan yang
merupakan sumber pengetahuan, kepercayaan kepada nabi sebagai perantara dan
kepercayaan terhadap wahyu sebagai cara penyampaian,merupakan dasar dari penyusunan
pengetahuan ini. Kepercayaan merupakan titik tolak dalam agama. Suatu pernyataan
harus dipercaya dulu untuk dapat diterima: pernyataan ini bisa saja selanjutnya dikaji dengan
metode lain.

2. Pengetahuan Menurut Kristen

Wawasan tentang yang kudus yang telah menghilang dari konsepsi Barat tentang
pengetahuan merupakan titik sentral dalam teori Islami tentang pengetahuan. Sesungguhnya
yang membedakan cara berpikir Islami dari cara Barat, adalah keyakinan yang tidak
tergoyahkan dari cara berfikir yang pertama bahwa Allah berkuasa atas segala hal dan bahwa
segala sesuatunya tertmasuk pengetahuan, berasal dari satu-satunya sumber yang tidak lain
adalah Allah. Oleh karena sumber pengetahuan adalah yang Kudus, maka tujuan pengetahuan
itu tidak lain adalah kesadaran mengenai yang Kudus. Sumber pengetahuan menurut Kristen,
bahwa mereka percaya bahwa pengetahuan mengenai sifat Allah, kedaulatan Allah,
penciptaan alam semesta, kehidupan di akhir zaman dan mengenai masalah-masalah lainnya
yang bersifat transendental berasal langsung dari Allah dan dalam prinsipnya tidak dapat
diperdebatkan. Metafisiska memang membahas masalah-masalah itu, akan tetapi karena
sifatnya transendental, lintas-empiri dan supra-inderawi, maka masalah-masalah itu kedap
terhadap segala upaya dari kaum terpandai sekalipun di dunia, dan oleh karenanya dianggap
bagai ³tidak terpecahkan´ walaupun diakui sebagai masalah-masalah abadi filsafat. Oleh
karena pembahasan yang mendasar itu artinya masalah-masalah abadi filsafat oleh para ahli
metafisika, tidak membuahkan hasil-hasil yang bermanfaat, maka metafisika dinyatakan
sebagai tidak signifikan, tidak kognitif, dan proposisi-proposisi metafisika sebagai tidak
bermakna. Disamping pengalaman inderawi dan rasio para filosof Kisten juga mengakui
intuisi sebagai jalan memperoleh pengetahuan. Oleh sebab itu, apa yang dinyatakan sebagai
tidak signifikan dan tidak kognitif dengan alasan tidak dapat diferifikasi dan tidak empiris
masih bisa bermakna, apabila sudah diakui bahwa pengetahuan juga bisa diperoleh melalui wahyu.
Pengetahuan yang diwahyukan itu pasti mutlak, tidak dapat disangsikan lagi dan abadi. Oleh
sebab itu maka, masalah-masalah yang sifatnya metafisis tidak dapat dibahas atau diper-
debatkan. Akal terlalu lemah untuk memahami masalah-masalah itu karena dalamnya
misterius dan transcendental.

2. Kriteria Kebenaran

Berfikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa
yang disebut benar bagi seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Karena itu, kegiatan
berfikir adalah usaha untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu atau kriteria
kebenaran. Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannyakarena sifat dan
watak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan alam metafisika tentunya tidak sama dengan
pengetahuan tentang alam fisik. Alam fisik pun memiliki perbedaan ukuran kebenaran bagi
setiap jenis dari bidang pengetahuan. Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan
berkembangnya epistemologi. Telaah epistemologi terhadap kebenaran membawa orang
kepada sesuatu kesimpulan bahwa perlu dibedakan adanya tiga jenis kebenaran, yaitu
kebenaran epistemologi, kebenaran ontologis, dan kebenaran semantis. Kebenaran
epistemologis adalah kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia, kebenaran
dalam arti ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala
sesuatu yang ada atau diadakan. Kebenaran dalam arti semantik adalah kebenaran yang
terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa

Namun, dalam pembahasan ini dibahas kebenaran epistemologis karena kebenaran


yang lainnya secara inheren akan masuk dalam kategori kebenaran epistemologis. Teori yang
menjelaskan epistemologis adalah sebagai berikut :

a. Teori korespondensi
Menurut teori korespondensi, kebenaran atau keadaan benar itu apabila ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang
dituju oleh pernyataan atau pendapat tersebut. Dengan demikian, kebenaran epistemologis
adalah kemanunggalan antara subjek dan objek. Pengetahuan ini dikatakan benar apabila
didalam kemanunggalan yang sifatnya intrinsik, intensional, dan pasif-aktif terdapat
kesesuaian antara apa yang ada didalam objek. Hal itu karena puncak dari proses kognitif
manusia terdapat di dalam budi pikiran subjek itu benar sesuai dengan apa yang ada di dalam
objek. Suatu proposisi atau pengertian adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang
diselaraskannya, yaitu apabila ia menyatakan apa adanya. Kebenaran itu adalah yang
bersesuaian dengan fakta, yang berselaras dengan realitas, yang serasi dengan situasi
aktual. Dengan demikian, kebenaran dapat didefinisikan sebagai kesetiaan pada realitas
objektif . yaitu, suatu pernyataan yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan
situasi. Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan mengenai fakta dengan fakta aktual:
atau antara putusan dengan situasi seputar yang diberi interpretasi. Mengenai teori
korespondensi tentang kebenaran dapat disimpulkan sebagai berikut : Dua hal yang sudah
diketahui sebelumnya, yaitu pernyataan dan kenyataan. Menurut teori ini, kebenaran adalah
kesesuaian antara pernyatan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu sendiri.
Sebagaimana contoh dapat dikemukakan : «Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia ».
pernyataan ini disebut benar karena kenyataannya Jakarta memang Ibukota Republik
Indonesia. Kebenarannya terletak pada hubungan antara pernyataan dengan kenyataan.
Adapun jika dikatakan Bandung adalah ibukota Republik Indonesia, pernyataan itu salah
karena tidak sesuai antara pernyataan dengan kenyataan. Suatu proposisi itu cendrung untuk
benar jika proposisi itu saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lain yang benar, atau
jika arti yang dikandung oleh proposisi yang saling berhubungan dengan pengalaman kita.
Kepastian mengenai kebenaran sekurang-kurangnya memiliki empat pengertian, dimana satu
keyakinan tidak dapat diragukan kebenarannya, sehingga disebut pengetahuan. Pertama,
pengertian yang bersifat psikologis. Kedua, pengertian yang bersifat logis. Ketiga,
menyamakan kepastian dengan keyakinan yang tidak dapat dikoreksi. Keempat, pengertian
akan kepastian yang digunakan dalam pembicaraan umum, dimana hal itu diartikan sebagai
kepastian yang yang didasarkan pada nalar yang tidak dapat diragukan atau dianggap salah.

b. Teori pragmatisme Tentang kebenaran

Teori selanjutnya adalah teori pragmatisme tentang kebenaran. Pragmatisme berasal


dari bahasa yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan,
sebutan bagi filsafat yang dikembangkan oleh Wiliam James di Amerika Serikat. Menurut
filsafat ini benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada asas
manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat.

Menurut teori pragmatisme, suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur dengan
kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia. Teori,
hipotesa atau ide adalah benar apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan, apabila
ia berlaku dalam praktik, apabila ia mempunyai nilai praktis. Kebenaran terbukti oleh
kegunaannya, oleh hasilnya, dan oleh akibat-akibat praktisnya. Jadi kebenaran ialah apa saja yang
berlaku.

c. Agama Sebagai Teori Kebenaran

Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Salah satu cara untuk menemukan suatu
kebenaran adalah melalui agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan
jawaban atas segala persoalaan asasi yang dipertanyakan manusia; baik tentang alam,
manusia, maupun tentang tuhan. Kalau ketiga teori kebenaran sebelumnya lebih
mengedepankan akal, budi, rasio, dan reason manusia, dalam agama yang dikedepankan adalah wahyu
yang bersumber dari Tuhan. Suatu hal itu dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran agama
atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak. Oleh karena itu, sangat wajar ketika Imam al-
Ghazali merasa tidak puas dengan penemuan-penemuan akalnya dalam mencari suatu
kebenaran. Akhirnya al-Ghazali sampai pada kebenaran yang kemudian dalam tasawuf
setelah dia mengalami proses yang panjang. Tasawuf lah yang menghilangkan keragu-raguan
tentang segala sesuatu. Kebenaran menurut agama inilah yang dianggap oleh kaum sufi
sebagai kebenaran multak; yaitu kebenaran yang sudah tidak dapat diganggu gugat lagi.
Namun al-Ghazali tetap merasa kesulitan menentukan kriteria kebenaran. Akhirnya
kebenaran yang didapat adalah kebenaran sujektif atau inter-subjektif
BAB III

D. PENUTUP/KESIMPULAN

Statistika banyak digunakan dalam berbagai bidang ilmu diantaranya adalah ekonomi,
astronomi, biologi, psikologi, industri dan lain sebagainya. Di dalam bidang ilmu industri
sendiri terdapat teknik informatika yang juga menggunakan ilmu statistika.

Pengetahuan merupakan sesuatu yang paling berharga bagi kehidupan manusia, dan
dengan pengetahuan yang kemudian dia bisa berpikir tentang alam ini, berpikir tentang
kebenaran yang selalu dicari, berpikir tentang kebesaran Tuhan melalui alam ciptannya ini,
maka dia menjadi makhluk yang paling berguna dan paling mulia dari pada makhluk yang
lain.

Akan tetapi jika seorang manusia dengan obsesi pengetahuannya, yang kemudian
akhirnya merusak lingkungan, mengabaikan keharmonisan alam, hingga membunuh
sesamanya, maka dengan itu dia bisa menjadi makhluk yang paling mengerikan dan paling
hina diantara makhluk lain.

Dengan pengetahuan yang berorientasi pada pencarian kebenaran dengan berbagai


kriteria dan versi yang telah dipaparkan diatas, maka hendaklah kita bisa lebih arif dan
bijaksana dalam menyikapi fenomena yang terjadi dengan berbagai perbedaan yang ada,
bagaimana bisa mengakomodir semua perbedaan tersebut menjadi suatu hubungan yang
harmonis dan bersanding bersama untuk berjalan bareng menuju kemajuan kehidupan
bersama yang lebih baik.
Akhirnya demikianlah presentasi yang bisa kami paparkan semoga bisa ikut memberi
kontribusi positif bagi dunia pemikiran kita supaya bisa lebih dewasa dalam bersikap dan
lebih bijak menerima perbedaan dalam keilmuwan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

A, Qadir C. 2002 Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Jakarta : Pustaka Obor
Indonesia.

Bagus, Lorens. 1996 Kamus Filsafat, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Bakhtiar, Amsal. 2006 Filsafat Ilmu, cet. I, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Suriasumantri, Jujun S. 2009 Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XVI, Jakarta :
Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai