Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan
cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat
secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (WHO Global Report, 2016).
1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan
kalori minimal 8 jam, atau
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik (poliuria,
polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya),
atau
4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5%.
Faktor Resiko :
1. Riwayat :
- Diabetes dalam keluarga
- Diabetes pada saat kehamilan
- Melahirkan bayi dengan berat badan >4kg
2. Obesitas atau kegemukan (dengan IMT >23 kg/m2)
Individu yang mengalami obesitas mempunyai resiko 2,7 kali lebih besar terkena diabetes
mellitus.
3. Umur
- 20 - 45 tahun 8.7%
- > 45 tahun 18% (berhubungan dengan menurunya fungsi tubuh, khususnya
kemampuan dari sel β dalam memproduksi insulin, untuk memetabolisme glukosa)
4. Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)
5. Hiperlipidemia
- Kadar HDL rendah <35 mg.dL
- Kadar lipid darah tinggi >250 mg/dL
6. Faktor – factor lain
- Kurang olahraga
- Pola makan rendah sehat
- Kebiasaan merokok (Kandungan nikotin dalam rokok dapat mengurangi penyerapan
glukosa oleh sel (Tjay& Raharja, 2007). Menyebabkan resiko kerusakan ginjal dan
menghambat absorbsi insulin (Lee, 2009))
Penyebab :
Penyakit diabetes disebabkan karena lemak, hati, dan sel-sel otot di tubuh tidak merespon insulin
dengan benar. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut dengan resistensi insulin. Resistensi insulin
sendiri membuat sel tidak bisa menerima gula darah untuk kemudian diolah menjadi energi. Hal
ini membuat tubuh menganggap bahwa ia sedang kekurangan gula sehingga memecah glikogen
kembali. Pada akhirnya, gula akan terus menumpuk di dalam darah dan terjadilah kadar gula darah
tinggi yang disebut dengan hiperglikemia.
Epidemiologi
WHO memperkirakan bahwa, secara global, 422 juta orang dewasa berusia di atas 18 tahun
hidup dengan diabetes pada tahun 2014. Penderita DM di Indonesia berdasarkan data dari IDF
pada tahun 2014 berjumlah 9,1 juta atau 5,7 % dari total penduduk. Jumlah tersebut hanya untuk
penderita DM yang telah terdiagnosis dan masih banyak penderita DM yang belum terdiagnosis.
Indonesia merupakan negara peringkat ke-5 dengan jumlah penderita DM terbanyak pada tahun
2014. Indonesia pada tahun 2013 berada diperingkat ke7 penderita DM terbanyak di dunia dengan
jumlah penderita 7,6 juta (Perkeni, 2015). WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM
di Indonesia menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
Gambar di atas memperlihatkan prevalensi DM pada tahun 2018 berdasarkan diagnosis
dokter, jenis kelamin, dan daerah domisili. Berdasarkan kategori usia, penderita DM terbesar
berada pada rentang usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun. Selain itu, penderita DM di Indonesia lebih
banyak berjenis kelamin perempuan (1,8%) daripada laki-laki (1,2%). Kemudian untuk daerah
domisili lebih banyak penderita diabetes melitus yang berada di perkotaan (1,9%) dibandingkan
dengan di perdesaan (1,0%).
Pencegahan :
- Hindari factor resiko dan factor pencetus yang dapat menyebabkan terjadinya DM
- Kendalikan factor resiko yang dapat diubah (berat badan, diet lemak berlebih)
- Bila terdapat keluhan khas atau tiddak khas diabetes, segera konsultasikan ke dokter
atau tenaga ahli
- Melakukan medical chek up berkala, dianjurkan bagi mereka yang tergolong resiko
tinggi
1. Pengaturan diet
Diet dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respon sel-sel β terhadap
glukosa (Muhcid dkk., 2005).
- Mengontrol asupan kalori untuk mencapai berat badan ideal
- Mengkonsumsi banyak makanan berserat dan mengurangi makanan berlemak
- Menkonsumsi karbohidrat kompleks diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga
tidak menimbulkan kenaikan gula darah yang tinggi setelah makan,
2. Olah raga
Olahraga dapat meningkatkan fungsi fisiologis tubuh dengan mengurangi kadar glukosa
darah, meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan berat badan (Dellasega& Yonushonis,
2007). Latihan jasmani dapat dilakukan 3-4 kali aktivitas/minggu, Latihan dikerjakan
sedikitnya selama 150 menit/minggu dengan latihan aerobik sedang atau 90 menit/minggu
dengan latihan aerobik berat
3. Menjaga kebersihan diri
Kebersihan diri terutama daerah kaki sangat penting untuk penderita diabetes berkaitan
dengan luka yang sulit sembuh hingga terjadinya borok pada kaki.
4. Melakukan perawatan kaki secara berkala
5. Berhenti merokok
6. Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup
sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
Anti hiperglikemia suntik salah satunya yaitu terapi insulin. Insulin diperlukan pada
keadaan :
HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolic
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
dll