Anda di halaman 1dari 5

NIM : 221810183

Nama : Annisa Putri Anggraini


Kelas : 2KS4

Quiz: Perumusan masalah

1. Pernyataan umum tentang masalah yang dihadapi


Berupa pertanyaan:
Apakah baby boomers memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk menyebarkan
hoax melalui media sosial dibanding kelompok usia lain?
Istilah terkait:
a) Baby boomers: istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang yang lahir
antara tahun 1946-1964. (Wikipedia)
b) Kecenderungan: kecondongan (hati); kesudian; keinginan (kesukaan) akan. (KBBI)
c) Hoax: informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar
adanya. (Wikipedia)
d) Media sosial: media daring, dengan para penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan
dunia virtual. (Wikipedia) Dalam hal ini, media sosial adalah Facebook, Twitter,
dan/atau WhatsApp.
2. Tuliskan asal muasal, latar belakang, lingkungan, dan/atau karakteristik masalah
a) Latar Belakang Masalah
Internet merupakan media informasi yang tidak bisa lepas dari kehidupan
masyarakat saat ini. Hampir setiap lapisan masyarakat telah mengenal internet dan
mengandalkannya sebagai sumber daya informasi. Namun arus informasi yang cepat
melalui internet juga dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat.
Tersebarnya informasi palsu (hoax) secara masif dan cepat menjadi salah satu masalah
yang ditimbulkan dan juga salah satu bukti bahwa internet bisa menjadi alat yang sangat
berbahaya.
Peristiwa Pemilihan Umum presiden tahun 2019 yang marak dengan hoax yang
tersebar melalui media sosial menggambarkan bahwa hoax mampu sebuah negara
mengalami konflik dan pecah. Bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat pun tidak
lepas dari penyebaran hoax. Maraknya hoax juga menjadi isu saat pemilihan presiden
Amerika Serikat tahun 2016 lalu yang memenangkan Donald Trump. Selain memicu

1/5
konflik, dampak berbahaya lain dari hoax adalah bahwa hoax dapat membuat otak
terkontaminasi oleh informasi palsu yang terus tertimbun dalam memori otak manusia
secara berkala. Akibatnya, manusia menjadi salah persepsi dalam pengambilan keputusan
terhadap suatu isu.
Penelitian menjelaskan bahwa keterbatasan perhatian seseorang dan juga laju
informasi yang cukup pesat dapat membuat hoax tersebar dan viral. Proses kognitif
seseorang dalam mencerna informasi juga dapat membuat hoax tersebar secara viral.
Sebagian orang hanya memberikan perhatian dan menyebarkan suatu informasi
berdasarkan kepercayaan saja meskipun informasi tersebut terbukti salah. Namun, apakah
kegagalan berpikir dan menanggapi informasi merupakan faktor satu-satunya mengapa
hoax tersebar dan viral? Atau ada faktor lain mengingat negara maju seperti Amerika
Serikat dengan indeks literasi urutan ke-7 dunia dan sistem pendidikan terbaik ke-14
dunia masih dilanda isu hoax? Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
mengetahui apakah faktor usia berpengaruh terhadap kecenderungan untuk menyebarkan
hoax.

b) Lingkungan (Scope) Masalah


Penulis membatasi masalah-masalah yang akan dibahas, meliputi:
• Kelompok usia yang diuji dimulai dari usia 17 tahun.
• Media sosial yang dijadikan sebagai platform adalah Facebook, Twitter,
dan/atau WhatsApp.
• Format berita/informasi yang disebarkan berupa tulisan, foto, dan/atau video.

3. Tuliskan literatur yang anda baca untuk mendalami masalah di atas


Penulis Jurnal Andrew Guess, Jonathan Nagler, and Joshua Tucker
Less than you think: Prevalence and predictors of fake
Judul Jurnal
news dissemination on Facebook
Tahun Jurnal 2019
Menguji karakteristik individu yang berkaitan dengan
Tujuan Penelitian penyebaran berita palsu selama kampanye presiden
Amerika Serikat tahun 2016.
• Berbagi konten mengenai kampanye presiden
tersebut adalah kegiatan yang relatif jarang
Hasil Penelitian
dilakukan
• Kelompok konservatif, yang pada tahun 2016

2/5
sebagian besar berorientasi pro-Trump, lebih
cenderung berbagi artikel dari domain berita palsu
daripada kelompok liberal maupun moderat.
• Peneliti juga menemukan pengaruh usia yang tinggi
(setelah mengontrol faktor keberpihakan dan
ideologi): rata-rata, pengguna Facebook berusia di
atas 65 tahun membagikan hampir tujuh kali lebih
banyak artikel dari domain berita palsu dibanding
kelompok usia termuda.

Penulis Jurnal S. Mo Jones-Jang, Tara Mortensen, and Jingjing Liu


Does Media Literacy Help Identification of Fake News?
Judul Jurnal
Information Literacy Helps, but Other Literacies Don’t
Tahun Jurnal 2019
Menguji apakah individu dengan literasi yang lebih besar
(media, informasi, berita, dan literasi digital) lebih baik
Tujuan Penelitian
dalam mengenali berita palsu, dan yang mana dari literasi
ini yang paling relevan.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa literasi informasi
— tetapi bukan literasi lainnya — secara signifikan
Hasil Penelitian
meningkatkan kemungkinan mengidentifikasi berita
palsu.

Penulis Jurnal Pratiwi Utami


Hoax in Modern Politics: The Meaning of Hoax in
Judul Jurnal
Indonesian Politics and Democracy
Tahun Jurnal 2018
Mengeksplorasi peran hoax bagi politik kontemporer
Tujuan Penelitian Indonesia dan menyelidiki karakteristik hoax yang
beredar di media sosial selama Pemilu Jakarta 2017.
Penelitian ini mempersepsikan hoax seperti meme dalam
hal cara mereka merombak bahan dari sumber yang ada
untuk memanfaatkan ide atau sentimen orang yang
terkait. Hoax sebagai meme mengubah item aslinya ke
dalam bentuk artefak baru, dengan pesan baru yang
Hasil Penelitian
beresonansi dengan kepercayaan yang ada di masyarakat.
Akibatnya, hoax dapat menciptakan budaya berdasarkan
kepercayaan bersama di antara masyarakat. Di
era polarisasi yang semakin meningkat, hoax memiliki
potensi untuk menjadi sarana keberpihakan politik.

3/5
Bagaimanapun, dengan kecenderungan untuk
mengalahkan kebenaran dan membuat orang menjauh
dari fakta-fakta, hoax bisa menjadi ancaman bagi
demokrasi partisipatif.

Penulis Jurnal Dedi Rianto Rahadi

Judul Jurnal Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media Sosial

Tahun Jurnal 2017


Mengetahui perilaku pengguna media sosial di
Tujuan Penelitian lingkungan Universitas Presiden dalam menanggapi
informasi hoax.
Penelitian ini menunjukkan perilaku pengguna media
sosial dalam menanggapi informasi hoax cukup beragam
dengan latar belakang pengguna yang juga beragam.
Pengguna memahami informasi hoax dan dampak yang
muncul setelahnya menyebarkannya. Alasan utama para
Hasil Penelitian
pengguna menyebarkan informasi hoax adalah untuk
mempengaruhi pendapat / sikap orang lain. Alasan
lainnya adalah untuk menjadi viral. Pengguna media
sosial juga memahami bahwa informasi hoax dapat
memecah belah bangsa.

Kunto Adi Wibowo, Eni Maryani, Nindi Aristi, dan Detta


Penulis Jurnal
Rahmawan

Judul Jurnal Does Media Literacy Help People Identify Fake News?

Tahun Jurnal 2018


Menguji faktor –faktor yang berpengaruh terhadap
Tujuan Penelitian kecenderungan dalam menyebarkan hoax melalui media
sosial di lingkup masyarakat Jawa Barat.
• Penelitian ini menemukan bahwa faktor usia, tingkat
pendidikan, dan jenis kelamin tidak berpengaruh
terhadap kecenderungan orang menyebarkan hoax.
• Orang yang cenderung menyebarkan hoax adalah
Hasil Penelitian yang lebih sering dan lebih lama durasi penggunaan
internetnya, yang dibuktikan dari pengeluaran
mereka yang cukup tinggi untuk internet.
• Faktor-faktor lain seperti faktor kepercayaan
seseorang terhadap konspirasi, faktor agama, dan

4/5
faktor kepercayaan diri dengan kecakapannya
bermedia sosial berpengaruh terhadap
kecenderungan orang menyebarkan hoax.
• Hampir 70% dari responden memiliki
kecenderungan yang rendah untuk menyebarkan
hoax.

4. Tuliskan kembali masalah yang dihadapi menjadi masalah riset


a) Bagaimana kecenderungan menyebarkan hoax berdasarkan kelompok usia selama
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia tahun 2024?
b) Apakah kelompok usia di atas 65 tahun memiliki kecenderungan yang tinggi untuk
menyebarkan hoax dibanding kelompok usia lain?

5/5

Anda mungkin juga menyukai