Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian Pendidikan Islam

Sebelum penulis mengemukakan tentang pengertian Pendidikan Agama Islam,


terlebih dahulu didefinisikan kata pendidikan. Pendidikan dalam bahasa Inggris
disebut dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan, sedangkan
dalam bahasa Arab sering diterjemahkan dengan “tarbiyah”. Kata tarbiyah lebih luas
konotasinya, yaitu mengandung arti “memelihara, membesarkan dan mendidik,
sekaligus mengandung makna mengajar (had}anah)”.5 Ramayulis mendefinisikan
pendidikan sebagai “bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja
terhadap anak didik oleh orang dewasa agar menjadi dewasa”.6 Sedangkan Menurut
Ahmad D. Marimba Pendidikan adalah “Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh
sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama”.7

Dengan demikian pendidikan berarti interaksi dalam diri individu dengan


masyarakat sekitarnya baik dilihat dari segi kecerdasan atau kemampuan, minat
maupun pengalaman. Mendidik adalah usaha atau tindakan yang dilakukan secara
sadar dengan bantuan alat pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga
terbentuk manusia yang bertanggung jawab. Berdasarkan definisi-definisi tentang
pendidikan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah
proses yang terdiri dari usaha yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap siterdidik,
baik berupa bimbingan, pengarahan, pembinaan, ataupun latihan.

Tujuan yang inggin dicapai adalah membawa siterdidik kearah terbentuknya


kepribadian yang utama, baik jasmani maupun rohani bagi perjalanan hidupnya di
masa yang akan datang. Pendidikan Islam para ahli mendefinisikannya sebagai
berikut: Menurut Ahmad D. Marimba “pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani
dan rohani yang berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.8 Menurut Zakiyah Darajat, bahwa
“pendidikan agama Islam adalah usaha terhadap anak didik agar kelak dapat
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai
pandangan hidup”.9 Menurut Zuhairini menyatakan, bahwa “Pendidikan Islam adalah
usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan
ajaran Islam”.10
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama
Islam adalah bimbingan dan asuhan terhadap anak agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama
Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu
sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia
dan akhirat.

B. Dasar Pendidikan Islam

Setiap kegiatan untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan atau
dasar tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan agama Islam
sebagai sebuah kejayaan juga harus mempunyai landasan atau dasar yang sejalan
dengan ajaran al-Qur’an dan Hadis.

1. Al-Qur’an

Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami


dari ayat Al-Qur’an itu sendiri, Firman Allah :

“Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan
agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan
itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.

Ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar
yaitu yang berhubungan masalah keimanan yang disebut ‘aqidah, dan yang
berhubungan dengan amal yang disebut shari‘ah. Ajaran-ajaran yang berkaitan
dengan iman tidak banyak dibicarakan dalam al-Qur’an, tidak sebanyak ajaran
yang berkenaan dengan amal perbuatan. Ini menunjukkan bahwa amal perbuatan
manusia dalam hubungan dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan manusia
sesamanya (masyarakat), dengan alam dan lingkungan, dengan makhluk lainnya,
termasuk dalam ruang lingkup amal saleh.
Pendidikan karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk
membentuk manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup mu’amalah. Pendidikan
sangat penting karenaia ikut menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan
manusia, baik pribadi maupun masyarakat.12 Di dalam al-Qur’an terdapat banyak
ajaran yang berisi prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha
pendidikan. Sebagai contoh dapat direnungkan kisah Luqman mengajari anaknya.
Sebagaimana firman Allah:

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi


pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".

Cerita di atas menggariskan prinsip materi pendidikan yang terdiri dari


dari masalah iman, akhlak, iabadah, sosial dan ilmu pengetahuan. Ayat lain
menceritakan tujuan hidup dan tentang nilai sesuatu kegiatan dan amal saleh. Itu
berarti bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup tersebut. Oleh
karena itu pendidikan Islam harus kembali pada al-Qur’an sebagai sumber utama
dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam. Dengan kata lain,
pendidikan Islam harus berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an yang penafsirannya dapat
dilakukan berdasarkan ijtihad yang disesuaikan dengan perubahan dan
pembaharuan.

Di samping itu firman Allah di atas bahwa materi pelajaran Luqman yang
diberikan kepada putranya, maka dapatlah dipahami sebagai berikut:

a. Pendidikan ketauhidan , artinya anak-anak harus dibimbing agar bertuhan


kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan hal ini mencakup: (a) mensyukuri nikmat,
(b) meyakini adanya suatu pembalasan , dan (c) melarang keras syirik. Materi
ini merupakan asas utama dalam pendidikan, mendasari pendidikan segi-segi
yang lain;
b. Pendidikan akhlak, maksudnya anak-anak itu harus memiliki akhlak terpuji.
Dan ini yang mendasari akhlak mereka pada gurunya;
c. Pendidikan salat, artinya anak-anak harus mengerjakan salat sebagai salah satu
tanda utama akan kepatuhan kepada Allah, dan salat itu kelak akan menjadi
dasar bagi amal-amal saleh lainnya, bila salatnya baik, maka amal-amalnya
yang lain akan dengan sendirinya baik;
d. Pendidikan amar ma‘ru>f nahi munkar, artinya anak-anak harus bersifat
konstruktif bagi perbaikan kehidupan masyarakat;
e. Pendidikan ketabahan dan kesabaran, aertinya anak-anak itu harus ulet dan
sabar, dan keduanya ini merupakan sifat yang tidak dapat dipisahkan.
Mencapai hal-hal di atas harus disertai dengan keuletan dan kesabaran. Sebab
didalam menggapai cita-cita tidaklah selalu dengan mudah, seringkali problem
merintangi. Keuletan dan kesabaran itulah yang betul-betul sangat
diperlukan.14
2. As-Sunnah

Dasar kedua pendidikan Islam adalah al-Sunnah yang mempunyai arti


segala yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW berupa perkataan, perbuatan
dan ketetapan yang berkaitan dengan hukum.15 Al-Sunnah berisi pedoman untuk
kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat
manusia seutuhnya dan muslim yang bertaqwa. Al-Sunnah merupakan landasan
kedua dengan pembinaan pribadi manusia muslim.16 Nabi Muhammad SAW
bersabda bahwa menuntut ilmu maka akan mengetahui adanya Dhat Allah dan
sifatnya, akan mengetahui bagaimana cara ibadah, mengetahui haram dan halal,
dengan ilmu akan mengetahui adanya tingkah laku hati (prilaku hati) seperti
akhlaq terpuji (sabar,syukur, dermawan, budi pekerti, jujur, ikhlas), akhlaq tercela
(dendam, dengki, takabur, riya, marah dan bermusuhan). Seperti dalam Hadits
Nabi:

“Menuntut Ilmu wajib bagi setiap orang Islam”.

Sesunggunya umat manusia akan kekal karena akhlaq, maka apabila


akhlaq mereka hilang maka bangsa akan musna, oleh karena itu yang menolong
agama samawi adalah orang Islam. Umat-umat terdahulu selalu tertanamkan
urusan yang paling besar adalah akhlaq.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dasar pendidikan Islam adalah
al-Qur’an dan al-Sunnah yang memuat dua prinsip dasar yaitu aqidah dan
syari’ah. Wilayah syariah mencakup aspek ibadah, muamalah, akhlak dan
keilmuan lainnya, sedangkan aqidah mencakup keimanan dan keyakinan,
keimanan dengan rukun Iman, Iman kepada Allah, Iman kepada Allah, Iman
kepada Malaikat, Iman kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul, Iman
kepada hari akhir, Iman kepada Qadha dan Qadar. Selain Al-Qur’an dan As-
Sunnah, yang menjadi sumber pendidikan agama Islam adalah pemahaman para
ulama dalam bentuk qiyas syar’i, ijma’ yang diakui, ijtihad dan tafsir yang benar
dalam bentuk hasil pengetahuan kemanusiaan dan akhlak, dengan merujuk kepada
kedua sumber asal al- Qur’an dan al-Sunnah) sebagai sumber utama.18

C. Tahapan Pendidikan Islam

Hakekat pendidikan Islam itu tidak lain adalah realisasi fungsi rububiyah Allah
(Pendidikan Islam) terhadap manusia dalam rangka menyiapkan dan membimbing
serta mengarahkannya, agar nantinya mampu melaksanakan tugas kekhalifahan di
muka bumi dengan sebaik-baiknya. Proses rububiyah Allah terhadap manusia itu pun
berlangsung secara berangsung-angsur dan bertahap sampai mencapai tahap
kesempurnaan. Proses tersebut sebagaimana disyaratkan dalam al-Qur’an, secara
global melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap takhliq (penciptaan/konsepsi).

Pada tahap ini, fungsi pendidikan Islam ialah mempersiapkan segala


sesuatu yang memungkinkan dan diperlukan untuk terbentuk atau terciptanya
anak/generasi baru yang sehat dan memiliki potensi fitrah yang murni dan kuat.
Untuk itu fungsi pendidikan tersebut adalah menjaga dan mengarahkan agar proses
penciptaan/konsespsi generasi baru tersebut berlangsung secara alami (sunnah
Allah) dan tidak menyimpang atau melanggar batas-batas dan ketentuan yang telah
ditetapkan Allah.

Dalam hal ini paling tidak berhubungan dengan dua ketentuan hukum yang
harus diperhatikan, yaitu: (1) hukum yang berkaitan dengan makanan, sebagai
pembentuk sel tubuh dan sel benih, dan (2) hukum, yang berkaitan dengan
pernikahan yang melegalisasi proses pembentukan janin. Fungsi pendidikan dalam
hal ini adalah mempersiapkan terbentuknya sel-tubuh dan sel benih dengan jalan
selalu memakan yang halal dan sehat, dan menjaga agar proses
konsepsi/pembentukan janin tidak terjadi kecuali dalam ikatan pernikahan yang
sah.24

2. Tahap taswiyah (penyempurnaan ciptaan).

Yaitu proses proses bertumbuhkembangnya potensi fitran anak secara


bertahap dan berangsung-angsur sampai sempurna. Proses ini sebenarnya
merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari proses penciptaan/konsepsi yang
berlangsung sebelumnya dalam kandungan.

Dalam tahap ini, secara umum fungsi pendidikan Islam adalah


mempersiapkan kondisi dan situasi serta memberikan perlakuan dan tindakan yang
diperlukan agar seluruh potensi dasar/fitrah anak bisa bertumbuhkembang dan
aktual secara fungsional, sehingga anak mampu hidup dan menyesuaikan diri
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Untuk itu fungsi pendidikan
paling tidak harus mencakup fungsifungsi: (1) pemberian dan pemenuhan segala
kebutuhan hidup anak, baik fisik (makan, gerak, istirahat dan sebagainya), maupun
psikis (rasa aman, kasih sayang dan sebagainya), agar pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan psikis anak berlangsung secara wajar dan normal, tanpa
mengalami gangguan dan hambatan apapun. Fungsi ini sebenarnya merupakan
fungsi alami orang tua terhadap anaknya, (2) pemberian kesempatan dan fasilitas
yang seluas-luasnya kepada anak untuk secara intesif mengenal, berkomunikasi,
baik fisik, psikis anak baik kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya
bertumbuhkembang secara fungsional dan mampu menyesuaikan diri dengan
kehidupan sosial budaya masyarakatnya dengan baik. Fungsi ini hakekatnya
merupakan realisasi dari pertumbuhan dan perkembangan serta fungsionalisasi
dari alat-alat potensial, yang berupa pendengaran, penglihatan dan hati nurani.

3. Tahap taqdir (tahap penentuan)

Yaitu tahap/proses tumbuhkembangnya potensi individual yang akan


menetukan kapasitas dan kapablititas serta kualitas masingmasing, yang sekaligus
menunjukkan dan menentukan pembagian bidang tugas, kewenangan dan
tanggungjawab masing-masing dalam kehidupan masyarakatnya. Tahap atau
proses penentuan itu pada dasarnya merupakan kelanjutan dan optimalisasi serta
spesialisasi dari tahap sebelumnya. Kalau pada tahap sebelumnya menekankan
pada pengembangan potensi dasar umum yang ada pada setiap anak, maka pada
tahap penentuan ini penekanannya pada pengembangan potensi, bakat, dan minat
masing-masing secara individual, dan optimal, sehingga tampak perbedaan
kapasitas, kapabilitas dan kualitas masing-masing.

Pada tahap ini, fungsi pendidikan Islam adalah mempersiapkan segala


kondisi dan situasi serta memberikan perlakuan dan tindakan yang diperlukan agar
semua potensi bakat dan minat individual yang ada pada setiap anak bisa
tumbuhkembang secara optimal, dan mengarahkannya secara fungsional dalam
bidang tugas dan lapangan kerja yang sesuai dengan kapasitas, kapabilitas dan
kualitas masing-masing. Dengan demikian fungsi pendidikan pada tahap ini
menghendaki berlangsungnya pendidikan yang bersifat kejuruan dan keahlian
serta profesionalisme dalam semua bidang kehidupan. Di samping itu fungsi
pendidikan Islam juga harus berusaha meningkatkan kualitas dan efektivitas
bidang tugas dan lapangan kerja/pengabdian masing-masing.

4. Tahap hidayah.

Yaitu proses pengarahan dan bimbingan agar setiap orang mampu


melaksanakan tugas-tugas hidupnya sesuai dengan bidang tugas/pengabdiannya
masing-masing secara efektif dan mengarahkan serta mendayagunakannya untuk
merealisasi tugas dan fungsi kekhalifahan manusia di muka bumi ini. Tahap ini
pada dasarnya merupakan proses mewarisi dan mengembangkan kualitas sistem
kehidupan sosial budaya dan lingkungan yang telah dicapai oleh generasi
sebelumnya, dan mengelola serta mengaturnya sesuai dngan aturan-aturan yang
ditetapkan Allah, sehingga menjadi sistem kehidupan sosial budaya dan
lingkungan yang Islami dan kondusif terhadap pelaksanaan tugas kekhalifahan
manusia di muka bumi ini. Fungsi pendidikan Islam pada tahap ini menekankan
pada pendidikan yang bersifat individual, yaitu dalam bentuk pengarahan,
pembiasaan dan pelatihan agar: (1) setiap orang mampu melaksanakan tugas-tugas
hidupnya dengan sebaik-baiknya dengan dan menjadikan bidang tugas atau
lapangan kerjanya sebagai sarana dan media ibadah kepada Allah, (2) setiap orang
mampu memberikan sumbangan dan partisipasi secara aktif dan kreatif dalam
membangun kehidupan bersama yang adil dan sejahtera, (3) setiap orang mampu
mewujudkan dalam perilaku dirinya perilaku atau akhlak mulia dan memelihara
jalur komunikasi yang harmonis dengan masyarakat dan lingkungan, (4) setiap
orang mampu mengevaluasi dan memperbaiki diri dalam sumbangan dan
partsipasinya terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi kekhalifahan manusia di
muka bumi

Keempat tahapan dan fungsi pendidikan Islam di atas secara bertahap dalam
kenyataannya bukanlah merupakan tahapan yang terpilah, melainkan tahapn yang
saling tumpang tindih. Artinya tumbuh dan berkembangnya tahap berikutnya tidaklah
harus menunggu tuntasnya tahap sebelumnya, tetapi kenyataannya suatu tahap sudah
mulai tumbuh, sementara tahap sebelumya belum berkembang dengan sempurna.
Mengenai tahapan kewajiban dan tanggung jawab orang tua untuk mendidik
perkembangan anak-anaknya dalam hadis tarbawi (pendidikan), sebagaimana
disampaikan pada sabda Nabi Muhammad SAW.:

“Anas berkata: Rasulullah SAW bersabda: Anak itu pada hari ketujuh dari
kelahirannya diaqiqahi, diberi nama, dihilangkan dari segala kotoran. Jika
sudah berumur 6 tahun ia dididik, bila sudah berumur 9 tahun, maka ia
dipisahkan dari tempat tidur, bila sudah berumur 13 tahun, maka ia boleh
dipukul agar mau bersembahyang (keharusan), bila ia sudah berumur 16 tahun
boleh dinikahkan. Setelah itu ayah berjabatangan dengannya dan mengatakan:
“Saya telah mendidik, mengajar, dan menikahkan kamu, saya mohon
perlindungan kepada Allah dari fitnah/cobaan bagimu di dunia dan siksaanmu
di akhirat”.

Dilihat dari hubungan dan tanggungjawab orang tua terhadap anak, maka
tahapan tanggungjawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa dibebankan kepada
orang lain, sebab guru dan pemimpin umat umpamanya, dalam memikul tahapan
pendidikan hanyalah merupakan keikutsertaan. Dengan kata lain, tahapan
tanggungjawab pendidikan yang dibebankan oleh para pendidik selain orang tua
adalah merupakan pelimpahan dari tanggungjawab orang tua yang dengan sebab lain
tidak mungkin melaksanakan pendidikan anaknya secara sempurna.

Konsep tahapan tanggungjawab pendidikan Islam perspektif hadis tarbawi


(pendidikan) di atas secara umum yang menjadi beban orang tua sekurang-kurangnya
harus dilaksanakan dalam rangka:

a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari
tanggungjawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk
mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
b. Melindungi dan menjamin keamanan, baik jasmani maupun rohaniah, dari
berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup
yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
c. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang
untuk memiliki pengetahuan dan kecapakan seluas dan setinggi mungkin yang
dapat dicapainya.
d. Membahagiakan anak, baik di dunia maupun di akhirat, sesuai dengan pandangan
dan tujuan hidup muslim.31

Melihat lingkup konsep tahapan tanggungjawab pendidikan Islam yang


meliputi kehidupan dunia dan akhirat dalam arti yang luas dapatlah diperkirakan
bahwa orang tua tidak mungkin dapat memikulnya sendiri secara “sempurna”, lebih-
lebih dalam masyarakat yang senantiasa maju dan berkembang. Hal ini bukanlah
merupakan “aib” karena tanggungjawab tersebut tidaklah harus sepenuhnya dipikul
orang tua secara sendiri-sendiri, sebab mereka sebagai manusia mempunyai
keterbatasan-keterbatsan. Namun demikian patutlah diingat bahwa setiap orang tua
tidak dapat terlepas tanggungjawab itu. Artinya, pada akhirnya tahapan pendidikan
Islam itu berada dan kembali kepada orang tua juga.

Anda mungkin juga menyukai