Anda di halaman 1dari 12

MINI RISET

MINI RISET
MATA KULIAH
ANATOMI DAN
FISIOLOGI
PRODI S1
PENDIDIKAN IPA

Skor Nilai :

HEMATOLOGI

OLEH

NAMA : LILI NURINDAH SYARI


NIM. : 4173351012
KELAS : DIK A

PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019 / 2020
KATA PENGGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, dimana atas berkat dan karunia-
Nya pengkritisi dapat menyelesikan Mini Riset ini tepat dan waktu.
Mini Riset ini merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi dalam satu semester.
Dalam penyusunan laporan ini terdapat beberapa komponen yang harus dipenuhi dan harus
sesuai dengan sistematika yang telah ditentukan. Pengkritisi berharap laporan critical journal
ini membawa manfaat bagi pembaca. Dan laporan ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
pembuatan jurnal dan menambah informasi yang berkaitan dengan penelitian.
Penulisan Mini Riset ini tidak terlepas dari kesalahan baik dalam penggunaan tanda
baca atau penggunaan kalimat yang kurang tepat. Oleh sebab itu, pengkritisi meminta maaf
atas kekurangan tersebut. Guna memperbaiki kesalahan di masa yang akan datang, maka
penulis mengharapkan adanya saran serta kritikan yang membangun.

Medan, 4 Desember 2019

LILI NURINDAH SYARI


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hematologi dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran mengenai sel darah, organ
pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta organ pembentuk darah.
Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan berhenti ketika terjadi luka
atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan berlangsung,
gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih seketika. Sebuah
kejadian yang mungkin tampak sederhana dan biasa saja di mata Anda, tapi tidak bagi para ahli
biokimia. Penelitian mereka menunjukkan, peristiwa ini terjadi akibat bekerjanya sebuah
sistem yang sangat rumit. Hilangnya satu bagian saja yang membentuk sistem ini, atau
kerusakan sekecil apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak berfungsi.

Darah manusia berwarna merah, namun dalam hal ini warna darah ada dua jenis warna
merah pada darah manusia. Warna merah terang menandakan bahwa darah tersebut
mengandung banyak oksigen, sedangkan warna merah tua menandakan bahwa darah tersebut
mengandung sedikit oksigen atau dalam arti lain mengandung banyak karbondioksida. Warna
merah pada darah disebabkan oleh adanya hemoglobin. Hemoglobin adalah protein pernafasan
(respiratory protein) yang mengandung besi (Fe) dalam bentuk heme yang merupakan tempat
terikatnya molekul-molekul oksigen.

Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia
asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Mampu Mengetahui bagian-bagian darah.

2. Mengetahui fungsi darah.

3. Mengetahui hubungan darah dengan kesehatan.

1.3 TUJUAN

1. Mampu Mengetahui bagian-bagian darah.

2. Mengetahui fungsi darah.

3. Mengetahui hubungan darah dengan kesehatan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Hematologi


Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang
membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport. Darah merupakan
jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian
korpuskuli.

Dalam arti lain hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran mengenai
sel darah, organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta organ
pembentuk darah. Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan berhenti
ketika terjadi luka atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan
berlangsung, gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih
seketika. Sebuah kejadian yang mungkin tampak sederhana dan biasa saja di mata Anda, tapi
tidak bagi para ahli biokimia. Penelitian mereka menunjukkan, peristiwa ini terjadi akibat
bekerjanya sebuah sistem yang sangat rumit. Hilangnya satu bagian saja yang membentuk
sistem ini, atau kerusakan sekecil apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak
berfungsi.

Darah harus membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan ketika keadaannya telah
pulih seperti sediakala, darah beku tersebut harus lenyap. Sistem ini bekerja tanpa kesalahan
sedikit pun hingga bagian-bagiannya yang terkecil. Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah
harus segera terjadi demi mencegah kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus
menutupi keseluruhan luka, dan yang lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada
lapisan paling atas yang menutupi luka. Jika pembekuan darah tidak terjadi pada saat dan
tempat yang tepat, maka keseluruhan darah pada makhluk tersebut akan membeku dan
berakibat pada kematian.

2.2. Pengertian Darah


Darah adalah kendaraan atau medium untuk transportasi jarak jauh berbagai bahan
antara sel dan lingkungan eksternal atau antara sel itu sendiri. Warna merah darah keadaannya
tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan carbondiosida di dalamnya. Darah yang
banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya O2 dalam darah diambil melalui
pernafasan, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolisme dalam
tubuh. Visikositas atau kekuatan darah lebih kental dari pada air yang mempunyai BJ 1,041 −
1,067, temperatur 38⁰C dan pH 7,37 – 7,45.

Karena darah sangat penting maka harus terdapat mekanisme yang dapat memperkecil
kemungkinan kehilangan darah apabila terjadi kerusakan pembuluh darah, trombosit (keping
darah) penting dalam hemostasis perhentian pendarahan dari suatu pembuluh darah yang
cedera. Darah membentuk sekitar 8% berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata 5 liter
pada wanita dan 5,5 liter pada laki-laki.

2.3. Komposisi Darah

Volume darah di dalam tubuh manusia kurang lebih 1/14 atau 8% dari berat badan.
Pada prinsipnya darah berfungsi sebagai alat pengangkut zat-zat makanan, sisa-sisa
metabolisme, dan hormon. Selain itu, darah juga berperan dalam mengatur keseimbangan
asam-basa cairan tubuh dan menyebabkan panas tubuh yang berlebihan dari suatu bagian tubuh
merata ke bagian tubuh yang lainnya, bahkan darah berperan pula dalam perlindungan tubuh.
2.3.1. Plasma Darah (Bagian cair darah)

Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah mengandung 90% air,
sedangkan selebihnya adalah protein-protein darah (albumin, globulin, dan fibrinogen),
bermacam-macam garam, zat-zat makanan dari saluran pencernaan, sisa-sisa metabolisme
yang diangkut menuju alat ekskresi, hormon, dan gas-gas yang terlarut.

Di dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut yaitu:

1. Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotik

2. Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibodi

3. Fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah.

2.3.2. Bagian Padat Darah

1. Eritrosit (Sel Darah Merah)

Eritrosit disebut juga sebagai sel darah merah. Warna merah pada eritrosit disebabkan
oleh adanya hemoglobin. Hemoglobin tersusun dari senyawa besi hemin dan suatu jenis
protein, yaitu globin. Peranan utama eritrosit adalah sebagai pengangkut oksigen dari paru-
paru ke seluruh tubuh. Peranan lain eritrosit adalah menjaga keseimbangan asam-basa cairan
darah dan juga mengangkut O2 di dalam tubuh. Setiap molekul hemoglobin (Hb) mengandung
4 atom besi dan setiap atom besi dapat mengangkut 1 molekul oksigen (O2). Molekul-molekul
oksigen tersebut diangkut oleh Hb dalam bentuk oksihemoglobin.
Jumlah eritrosit pada seorang pria dewasa ± 5.400.000 sel per mm3 dan pada seorang
wanita dewasa ± 4.800.000 sel per mm3. Diameter sel-sel ini sekitar 7 mikron dengan ketebalan
2 mikron, sedangkan kadar hemoglobin normal berkisar antara 14 sampai 16 gram per 100
milimeter darah. Pembentukan eritrosit terjadi di dalam sumsum tulang pipih (tulang belakang)
dan tulang pipa. Umur eritrosit rata-rata 120 hari, setelah itu akan dihancurkan di dalam limpa
dan hati. Kurang lebih 3 juta sel yang dihancurkan setiap detiknya dan sebanyak itu pula harus
dihasilkan eritrosit yang baru. Senyawa hemin dari hemoglobin yang sudah dihancurkan
diubah menjadi pigmen empedu berupa biliverdin dan bilirubin. Sebagian besar zat besi dari
penghancuran haemoglibin tersebut diangkut kembali ke dalam sumsum tulang untuk
pembentukan eritrosit baru.

2. Leukosit (Sel Darah Putih)

Leukosit atau sel darah putih tidak mengandung pigmen, diameternya rata-rata lebih
besar daripada eritrosit, yaitu berkisar antara 8 sampai 15 mikron dan masing-masing
mengandung inti sel. Pembentukan leukosit terjadi pada limfa, kelenjar-kelenjar limfoid, dan
sumsum merah pada tulang. Pada seorang dewasa dalam keadaan normal, jumlahnya lebih
kurang 5.000 sampai 10.000 sel per mm3 darah.

Jumlah leukosit dapat meningkat dengan cepat pada penderita penyakit tertentu,
keadaan ini disebut leukositosis, misalnya pada penderita radang paru-paru. Pada penderita
leukimia, jumlah leukosit dapat mencapai 1 juta per mm3 atau lebih dan ini sangat berbahaya
karena sel-sel pada sumsum tulang yang menghasilkan eritrosit digantikan oleh sel-sel leukimia
sehingga menghambat pembentukan eritrosit. Lain halnya dengan penyakit tipus, jumlah
leukosit menurun karena penyakit ini merusak jaringan-jaringan limfoid yang banyak terdapat
pada dinding usus. Kekurangan sel-sel darah putih ini disebut leukopeni.

Leukosit dikelompokkan berdasarkan keberadaan butiran-butiran yang terdapat pada


cairan selnya menjadi agranulosit, yaitu leukosit yang tidak memiliki butiran-butiran sehingga
cairan sel jernih, tetapi memiliki satu inti yang besar. Jenis sel darah putih ini dihasilkan oleh
jaringan-jaringan limfoid dan dapat dibedakan menjadilimfosit dan monosit. Bentuk leukosit
lain adalah granulosit, pada cairan sel terdapat butiran-butiran yang menyerap zat warna
tertentu dan inti sel berlekuk-lekuk. Granulosit dihasilkan oleh sumsum merah pada tulang dan
dapat dibeda-bedakan lagi berdasarkan kemampuannya menyerap zat warna menjadi neutrofil,
eosinofil, dan basofil.
a. Limfosit mengandung sedikit cairan sel dan mempunyai sifat amuboid sehingga dapat keluar
dari pembuluh darah. Jenis sel darah putih ini sangat berperan dalam melawan bakteri
penyebab penyakit karena kemampuannya untuk menghasilkan zat-zat antibodi.

b. Monosit mengandung banyak cairan sel dan bersifat fagosit terhadap bakteri. Jumlahnya
menempati urutan ketiga paling banyak setelah neutrofil dan limfosit.

c. Neutrofil merupakan jenis leukosit yang paling banyak, yaitu antara 65 sampai 705 dari
seluruh jumlah leukosit. Bentuk intinya beraneka ragam dan pada cairan sel terdapat
butiran-butiran yang menyerap zat warna netral Neutrofil bersifat amuboid dan fagosit.

d. Eosinofil memiliki inti yang terdiri dari dua belahan dan butiran-butiran pada cairan selnya
dapat menyerap zat warna eosin yang bersifat asam. Eosinofil bergerak lambat dan bersifat
fagosit terhadap partikel-partikel asing di sekitarnya. Jumlah eosinofil meningkat pada
keadaan alergi, misalnya asma dan infeksi cacing tambang.

e. Basofil memiliki inti yang berbentuk seperti huruf S, butiran-butiran pada cairan selnya dapat
menyerap zat warna yang bersifat basa. Geraknya lambat dan peranannya masih belum jelas.

3. Keping-Keping Darah (Trombosit)

Komponen darah yang satu ini berupa kepingan-kepingan (platelet) yang tidak berinti.
Oleh karena itu, kurang tepat jika disebut sebagai trombosit yang berarti sel darah pembeku.
Keping-keping darah bentuknya tidak beraturan dengan ukuran lebih kecil daripada eritrosit
serta tidak berwarna dan juga tidak dapat bergerak sendiri, tetapi hanya mengikuti aliran darah.
Dalam keadaan normal jumlahnya ± 250.000 keping per mm kubik. Keping darah ini berasal
dari megakaryosit di dalam sumsum merah pada tulang dan berperan dalam proses pembekuan
darah.

Proses pembekuan darah merupakan suatu proses yang rumit dan melibatkan banyak
faktor antihemofili, yaitu faktor-faktor yang berperan untuk menghentikan perdarahan. Proses
pembekuan darah dimulai ketika terjadi kerusakan pada pembuluh darah yang menyebabkan
keping-keping darah keluar dari pembuluh bersama-sama dengan komponen darah lainnya.
Keping-keping darah mudah pecah setelah bersinggungan dengan udara atau permukaan yang
kasar sehingga enzim tromboplastinogenase yang terdapat di dalamnya keluar dan bercampur
dengan plasma darah.

Pada plasma darah terdapat tromboplastinogen yang merupakan salah satu komponen
globulin, zat ini diaktifkan oleh enzim tromboplastinogenase menjadi tromboplastin.
Sementara itu pada plasma darah terdapat pula protrombin yang dihasilkan hati dengan bantuan
vitamin K. Protrombin hanya dapat berperan dalam proses pembekuan darah jika telah
diaktifkan menjadi enzim trombin. Untuk mengaktifkannya dibutuhkan pula tromboplastin dan
ion kalsium (Ca2+).

Peranan enzim trombin ialah mengubah fibrinogen, yaitu salah satu protein darah yang larut
dalam plasma darah menjadi fibrin berbentuk jalinan serat-serat halus yang akan menjaring
sel-sel darah. Dengan demikian, terjadilah gumpalan darah pada bagian pembuluh darah yang
rusak dan gumpalan ini menghalangi darah agar tidak ke luar dari pembuluh tersebut.

Proses pembekuan darah tidak akan terjadi jika salah satu dari faktor-faktor
antihaemofili tidak tersedia. Artinya pendarahan tidak dapat dihentikan atau dikenal sebagai
hemofilia. Namun, jika proses pembekuan terjadi di dalam pembuluh darah maka gumpalan
darah (embolus) dapat menyumbat pembuluh-pembuluh darah. Keadaan yang disebut
embolisme ini menghambat pemberian zat-zat makanan dan oksigen bagi jaringan sehingga
dapat menyebabkan kematian jaringan tersebut.

Pada keadaan yang normal, darah yang keluar dari pembuluh darah akan mengalami
proses pembekuan. Namun, darah yang diambil dari seseorang untuk dipindahtugaskan harus
diupayakan agar tidak membeku, salah satu cara di antaranya, yaitu dengan menambahkan
senyawa organik tertentu, misalnya natrium sitrat yang akan mengikat ion Ca2+ sehingga
menghambat pembekuan trombin. Selain itu, perlu juga penyimpanan pada ruang bersuhu
rendah agar enzim-enzim yang berperan sebagai faktor antihemofili tidak berfungsi.

2.4. Fungsi Darah


Fungsi darah terdiri atas :

1. Sebagai alat pengangkut. Ini dimaksudkan darah sebagai alat tranportasi dalam tubuh.
2. Mengambil oksigen atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
jaringan tubuh.
3. Mengangkat karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
4. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk di edarkan dan di bagikan keseluruh
jaringan tubuh.
5. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantaraan leukosit dan antibody atau zat-zat anti racun.
6. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh

2.5. Gangguan pada Sistem Peredaran Darah


Banyak penyakit serta kelainan yang disebabkan oleh sistem peredaran darah manusia.
Di bawah ini adalah beberapa penyakit ataupun kelainan yang disebabkan oleh sel – sel darah
:1. Anemia
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
sel darah merah hingga di bawah normal sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen
dalam jumlah yang diperlukan tubuh. Penyakit tersebut dapat disebabkan dari pendarahan
hebat, seperti akibat kecelakaan, berkurangnya pembentukan sel darah merah, dan
meningkatnya penghancuran sel darah merah.

Anemia biasanya banyak diderita oleh kaum perempuan. Hal ini disebabkan karena
setiap satu bulan sekali perempuan mengalami pendarahan yang lumayan banyak yaitu saat
menstruasi. Anemia dapat menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga, dan kepala
terasa melayang.pengobatan yang diberikan pada pasien anemia berupa tranfusi darah. Salah
satu tindakan pencegahannya adalah dengan rajin mengonsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi, misalnya bayam, atau bisa juga dengan mengonsumsi suplemen
penambah darah.

2. Leukemia

Leukemia adalah kanker dari sel-sel darah. Penyakit tersebut disebabkan oleh
pertumbuhan sel-sel darah putih yang tak terkendali. Leukemia terjadi jika proses pematangan
dari stem sel menjadi sel darah putih dalam sumsum tulang menghasilkan perubahan ke arah
keganasan. Pengobatan yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan kemoterapi, kemoterapi
berguna untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Selain kemoterapi, penderita
leukimia bisa juga melakukan transplantasi sumsum tulang, namun transplantasi sumsum
tulang adalah proses yang cukup rumit karena memerlukan pendonor sumsum tulang dengan
tingkat kecocokan yang cukup tinggi.

3. Hemofilia

Hemofilia adalah penyakit yang bersifat menurun (genetik), maksudnya dapat


diturunkan pada keturunannya. Penderita penyakit ini tidak dapat menghentikan pendarahan
akibat luka karena darahnya sukar membeku. Untuk pengobatan penderita hemofilia sepertinya
agak sulit dilakukan, karena penyakit ini adalah penyakit keturunan. Pada pendarahan yang
cukup serius, misalnya saja mengalami kecelakaan, maka penderita hemofilia bisa saja
mengalami kematian karena darahnya sukar membeku. Sebaiknya para penderita hemofilia
berhati-hati dengan benda-benda tajam ataupun sesuatu yang bisa menyebabkan mereka
mengeluarkan darah. Hemofilia hanya diderita oleh kaum laki-laki, tetapi gen ini dibawa oleh
perempuan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang
membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport. Darah merupakan
jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian
korpuskuli. Dalam arti lain hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran mengenai
sel darah, organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta organ
pembentuk darah.

Darah adalah kendaraan atau medium untuk transportasi jarak jauh berbagai bahan
antara sel dan lingkungan eksternal atau antara sel itu sendiri. Warna merah darah keadaannya
tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan carbondiosida di dalamnya. Darah yang
banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya O2 dalam darah diambil melalui
pernafasan, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolisme dalam
tubuh. Volume darah di dalam tubuh manusia kurang lebih 1/14 atau 8% dari berat badan. Pada
prinsipnya darah berfungsi sebagai alat pengangkut zat-zat makanan, sisa-sisa metabolisme,
dan hormone.

DAFTAR PUSTAKA

Richard.Whill.Gordon A. Wayse.Margaret Anderson., 1941., Animal Physiology.,


ISBN 978 – 087893-559-8. U.S.A

Anda mungkin juga menyukai