Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN DENGAN

ENDOMETRITIS
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan
Basic Life Support (BLS)

Dosen Pengampu : Sulikah, S.ST.,M.Kes.

Disusun Oleh :
Kelompok 10
1. Ainayya Putri D. [P27824218020]
2. Salsa Bella R. [P27824218035]
3. Ryestilia Oktavia A. [P27824218036]

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
2020

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Dengan Endometritis”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi
DIII Kebidanan Kampus Magetan. Dalam penyusunan makalah ini, kami
mengucapkan terimakasih terutama kepada:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya


kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Teta Puji Rahayu, SST.,M.Keb selaku Ketua Prodi DIII
Kebidanan Kampus Magetan
3. Ibu Sulikah, S.ST., M.Kes selaku dosen pengajar mata kuliah
Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya Prodi DIII Kebidanan Kampus Magetan
4. Serta teman-teman sejawat kami yang telah berkenan bekerjasama
sehingga dalam pembuatan makalah ini dapat berjalan dengan lancar.
Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam segi pembahasan, penulisan, dan penyusunan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing mata
kuliah Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal untuk
menyempurnakan makalah ini.

Magetan, 19 Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB 1 Tinjauan Teori..............................................................................................6

1.1 Pengkajian Data.........................................................................................6

1.2 Diagnosa Kebidanan..................................................................................9

1.3 Perencanaan...............................................................................................9

1.4 Pelaksanaan.............................................................................................18

1.5 Evaluasi...................................................................................................18

BAB 2 Tinjauan Kasus...........................................................................................19

2.1 Pengumpulan Data..................................................................................19

2.2 Diagnosa Kebidanan................................................................................25

2.3 Perencanaan.............................................................................................26

2.4 Pelaksanaan.............................................................................................26

2.5 Evaluasi...................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29

3
BAB 1

TINJAUAN TEORI
1.1 Pengertian

Radang selaput lendir rahim atau endometritis adalah peradangan


yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding
rahim, yang terjadi akibat infeksi.

Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman


memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan
dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
Endometritis dibagi menjadi 3 macam:
1) Endometritis postpartum
Peradangan yang terjadi setelah melahirkan.
2) Endometritis sinsitial
Peradangan pada dinding rahim akibati tumor jinak yang disertai sel
intisial dan trofoblas yang banyak.
3) Endometritis tuberkulosa
Peradangan pada endometrium dan tuberculosa.

1.2 Klasifikasi

Menurut [ CITATION Wik02 \l 1033 ]


a. Endometritis akut
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada
endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9,
sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-
9. Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi,
dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi
leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan
interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan
infeksi pada abortus dan partus.Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis
akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkanendometritis akut.
Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus. Pada abortus septik dan

4
sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan
melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium,
ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya.
Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh
gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi,
kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta
daerah sekitarnya nyeri pada perabaan.Sebab lain endometritis akut ialah
tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atauabortus, seperti
kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD (intra
uterinedevice) ke dalam uterus, dan sebagainya.Tergantung dari virulensi
kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut
tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di
sekitarnya.Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang
tidak seberapa patogen padaumumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan
sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisanfungsional dari endometrium
pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling
penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
 Gejalanya :
a) Demam
b) Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-
kadang keluar flour yang purulent
c) Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
d) Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau
parametrium tidak nyeri
 Terapi :
a) Uterotonika.
b) Istirahat, letak fowler.
c) Antibiotika.
d) Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan
corpus carsinoma. Dapat diberiestrogen.

b. Endometritis Kronik
Endometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena
itu infeksi yang tidak dalammasuknya pada miometrium, tidak dapat
mempertahankan diri, karena pelepasan lapisanfungsional darn
endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik

5
ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja
tidak besar artinya karena sel itu jugaditemukan dalam keadaan normal
dalam endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika adalah leukorea dan
menorargia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya. Endometritis kronis
ditemukan:
a) Pada tuberkulosis.
b) Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
c) Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri
d) Pada polip uterus dengan infeksi.
e) Pada tumor ganas uterus.
Pada salpingo ± oofaritis dan selulitis pelvik.Endometritis
tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital.
Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah
endometrium yang meradangmenahun.Pada abortus inkomplitus dengan
sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan vilikorealis di
tengah-tengah radang menahun endometrium.Pada partus dengan sisa
plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan danorganisasi
dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang
dinamakan polip plasenta.Endometritis kronika yang lain umumnya akibat
ineksi terus-menerus karena adanya benda asingatau polip/tumor dengan
infeksi di dalam kavum uteri.
 Gejalanya :
a) Flour albus yang keluar dari ostium.
b) Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.Terapi :
c) Perlu dilakukan kuretase.

1.3 Penyebab / Predisposisi


1) Aborsi
2) Kelahiran kembar
3) Kerusakan jalan lahir
4) Kelanjutan retensio plasenta yang mengakibatkan involusi pasca
persalinan menjadi menurun
5) Adanya korpus luteun persisten.
6) Persalinan Pervaginam,
Jika dibandingkan dengan persalinan perabdominan/sc, maka timbulnya
endometritis pada tersalinan pervaginam relatif jarang. Bila persalinan
pervaginam disertai penyulit yaitu pada ketuban pecah prematur yang

6
lama, partus yang lama dan pemeriksaan dalam berulang, maka kejadian
endometritis akan meningkat sampai mendekati 6%. Bila terjadi
korioamniotis intrapartum, maka kejadian endometritis akan lebih tinggi
yaitu mencapai 13%.
7) Persalinan SC
SC merupakan faktor predisposisi utama timbulnya endometritis dan
erat kaitannya dengan status sosial ekonomi penderita. Faktor resiko
penting untuk timbulnya infeksi adalah lamanya proses persalinan dan
ketuban pecah, pemeriksaan dalam berulang dan pemakaian alat
monitoring janin internal. Karena adanya faktor resiko tersebut america
college of obsetricians andgynekologists menganjurkan pemberian
antibiotika profilaksis pada tindakan secsio caesarea.
8) Bakteriologi
Meskiun pada serviks umumnya terdapat bakteri, kavum uteri
biasanya steril sebelum selaput ketuban pecah. Sebagai akibat proses
persalinan dan manipulasi yang dilakukan selama proses persalinan
tersebut, cairan ketuban dam mungkin uterus akan terkontaminasi oleh
bakteri aerob dan anaerob.
Bakteri anaerob :
a. peptosreptococcus sp
b. peptococcus sp
c. bakterioides sp
d. klostridium sp
Bakteri aerob gram positif:

a. enterococcus
b. grub B streptococcus

Bakteri gram negatif: Echerichia coli.


1.4 Patogenesis
Rahim merupakan organ yang steril sedangkan di vagina terdapat
banyak mikroorganisme oportunistik. Mikroorganisme dari vagina ini dapat
secara asenden masuk ke rahim terutama pada saat perkawinan atau
melahirkan. Bila jumlah mikroorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim
mengalami gangguan maka dapat terjadi endometritis. Kejadian endometritis
kemungkinan besar terjadi pada saat kawin suntik atau penanganan kelahiran
yang kurang higienis, sehingga banyak bakteri yang masuk, seperti bakteri

7
non spesifik (E. coli, Staphilylococcus, Streptococcus dan Salmonella),
maupun bakteri spesifik (Brucella sp, Vibrio foetus dan Trichomonas foetus).
Infeksi uterus pada persalinan pervaginam terutama terjadi pada tempat
implantasi plesenta, desidua, dan miometrium yang berdekatan.bakteri yang
berkoloni diserviks akan dan vagina akan menginvasi tempat implantasi
plasenta saat itu biasanya merupakan sebuah luka dengan diameter _kurang
lebih 4 cm dengan permukaan luka berbenjol – benjol karena banyaknya
vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk
tumbuhnya kuman-kuman patogen
Infeksi uterus pasca operasi sesar umumnya akibat infeksi pada luka
operasi selain infeksi yang terjadi pada tempat implantasi plasenta.

1.5 Gejala Klinik

1) Suhu tubuh berkisar melebihi 38 -39 0c


2) Menggigil
3) Demam biasanya timbul pada hari ke-3 disertai nadi yang cepat.
4) Nadi cepat
5) Nyeri abdomen
6) Pada pemeriksaan bimanual teraba agak mem besar, nyeri dan
lembek.
7) Lokhea berbau menyengat namun ada juga yang tidak yaitu yang
disebabkan olek sreptococcus lokheanya bening dan tidak berbau.
8) Lendir vagina berwarna keputihan sampai kekuningan yang
berlebihan
9) Rahim membesar
1.6 Diagnosis
Endometritis dapat terjadi secara klinis dan subklinis. Diagnosis
endometritis dapat didasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan rektal,
pemeriksaan vaginal dan biopsi. Keluhan kasus endometritis biasanya
beberapa kali dikawinkan tetapi tidak bunting, siklus birahi diperpanjang
kecuali pada endometritis yang sangat ringan. Pemeriksaan vaginal dapat
dilakukan dengan menggunakan vaginoskop dengan melihat adanya lendir,
lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina
dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba dinding rahim agak kaku
dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi
(tergantung derajat infeksi).
1.7 Terapi

8
Terapi endometritis, dapat dilakukan melalui pemberian antibiotik
sistemik, irigasi rahim, pemberian hormon estrogen untuk menginduksi respon
rahim, dan injeksi prostaglandin untuk menginduksi estrus. Pengobatan yang
direkomendasikan untuk endometritis yang agak berat adalah memperbaiki
vaskularisasi dengan mengirigasi uterus mempergunakan antiseptik ringan
seperti lugol dengan konsentrasi yang rendah. Irigasi diulangi beberapa kali
dengan interval 2-3 hari. Antibiotik diberikan secara intra uterin dan intra
muskular. Leleran dapat dikeluarkan dengan menyuntikkan preparat estrogen.
Untuk endometritis ringan cukup diberikan antibiotika intra uterin.
1.8 Penatalaksanaan
1) Pada penderita endometritis ringan pasca persalinan normal
pengobatan dengan antibiotika oral biasanya memberikan hasil yang baik.
2) Pada penderita sedang dan berat , termasuk panderita pasca secsio
caesarea, perlu diberikan antibiotik spektrum luas secara intravena, dan
biasanya penderita akan membaik dalam waktu 48 – 72 jam.
3) Bila setelah 72 jam demam tidak membaik perlu dicari dengan
lebih teliti penyebabnya karena demam yang menetap ini jarang yang
disebabkan oleh resistensi bakteri terhadap antibiotika atau suatu efek
samping obat.
4) Penyulit endometritis yang sering menimbulkan demam yang
menetap ini diantaranya parametrial flegmon, abses pelvis atau tempat
insisi, infeksi pada hematom dan pelvik trombo flebitis. Oleh karenanya,
pada kasus endometritis yang berat dan disertai penyulit perlu
dipertimbangkan intervensi bedah untuk drainase abses atau evakuasi
jaringan yang rusak.

9
BAB 2
TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN
NIFAS DENGAN ENDOMETRITIS
2.1 Data Subjektif
1. Biodata
a) Nama
Untuk dapat mengenal atau mengenali nama ibu dan untuk mencegah
kekeliruan bila ada nama yang sama [ CITATION Rom11 \l 1033 ]
b) Umur
Penyulit pada kehamilan remaja, lebih tinggi dibandingkan kurun
waktu ”reproduksi sehat” antara usia 20-30 tahun. Keadaan ini
disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga
dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan
pertumbuhan janin [ CITATION Man10 \t \l 1057 ]
c) Agama
Informasi tentang pilihan agama klien dan berbagai praktik terkait
agama yang harus diobservasi dapat menuntun ke suatu diskusi
tentang pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi keagamaan
dalam kehamilan dan kelahiran, perasaan tentang jenis kelamin tenaga

10
kesehatan dan beberapa kasus, penggunaan produk darah [ CITATION
Mar11 \l 1057 ]
d) Pendidikan
Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan. Informasi ini
membantu klinis memahami klien sebagai individu dan memberi
gambaran kemampuan baca tulisnya [ CITATION Mar11 \l 1057 ]
e) Pekerjaan
Pekerjaan rutin (pekerjaan rumah tangga) dapat dilaksanakan. Bekerja
sesuai dengan kemampuan, dan makin dikurangi dengan semakin tua
kehamilan [ CITATION Man10 \t \l 1057 ]
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui apakah
klien berada dalam keadaan utuh dan untuk mengkaji potensi kelainan
prematur dan pajaan terhadap bahaya lingkungan kerja yang dapat
merusak janin [ CITATION Mar11 \l 1057 ]
f) Penghasilan
Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat
menimbulkan berbagai masalah kebidanan [ CITATION Man10 \t \l
1057 ]
g) Umur Kawin
Penyulit pada kehamilan remaja, lebih tinggi dibandingkan kurun
waktu ”reproduksi sehat” antara usia 20-30 tahun. Keadaan ini
disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga
dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan
pertumbuhan janin [ CITATION Man10 \t \l 1057 ]
h) Lama / berapa kali kawin.
Ditanyakan pada ibu berapa lama kali kawin untuk membantu
menentukan bagaimana keadaan alat kelamin dalam ibu. [ CITATION
Han09 \t \l 1057 ]
i) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
[ CITATION Amb10 \l 1033 ]
2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
masa nifas [ CITATION Amb10 \l 1033 ]. Keluhan pada ibu nifas dengan
endometritis yaitu merasa panas tinggi, keluar darah bernanah dan uterus
serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan [ CITATION Wik10 \t \l
1033 ]
3. Riwayat Kesehatan Lalu dan Sekarang

11
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya. Seperti
adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM,
Hipertensi, Asma, yang dapat mempengaruhi masa nifas [ CITATION
Amb10 \l 1033 ]
4. Riwayat Kebidanan
Gejala klinik : mengalami menoragia kemungkinan disebabkan oleh
gangguan kontraksi miometrium.
Pasien mengeluh dismenore ini semakin lama semakin berat. [ CITATION
Sar14 \l 1033 ]
5. Riwayat persalinan yang lalu
Ibu yang pernah melahirkan dengan sectio cessaria, ketuban pecah, partus
lama, anemia, perdarahan, jaringan plasenta yang bertahan [ CITATION
Sof10 \l 1033 ]
6. Riwayat KB
Ibu dengan riwayat KB AKDR terutama IUD [ CITATION Sof10 \l
1033 ]
7. Pola Kebiasaan sehari hari [ CITATION Sof10 \l 1033 ]
a. Aktivitas dan istirahat
Baisanya ibu terganggu karena sakit kepala dan kurang tidur
b. Pola makan
Nafsu makan ibu berkurang

2.2 Data Obyektif


1. Pemeriksaan Umum.
a. Keadaan Umum
Pasien dengan endometritis keadaan umumnya tampak sehat akan
tetapi keadaanya akan bertambah buruk seiring dengan bertambah
parahnya penyakit dan tingkat nyeri yang dialami dan dikeluhkan.
[ CITATION Hel10 \l 1033 ]
b. Keadaan Emosi
Tergantung dari tingkat penerimaan pasien dan tingkat dukungan dari
keluarga
Tanda – Tanda Vital
a. Tekanan Darah
Pada pasien dengan endometritis tekanan darah bisa naik atau turun
sesuai dengan kondisi ibu. [ CITATION Hel10 \l 1033 ]
b. Nadi

12
Pada pasien dengan endometritis terjadi peningkatan nadi akibat
adanya nyeri yang dirasakan pasien yang berkaitan juga dengan
adanya peningkatan suhu tubuh. [ CITATION Hel10 \l 1033 ]
c. Suhu
Pada pasien dengan edometritis dapat ditandai dengan terjadinya
peningkatan suhu terutamanya mulai hari ketiga sampai akhirnya suhu
akan mulai menurun. Peningkatan suhu tubuh 38-39oC[ CITATION
Hel10 \l 1033 ]
Apabila demam yang terjadi datang setelah < 12 jam pasien
mengalami partus, maka,kemungkinan besar pasien mengalami
endometritis akut, pada umumnya, gejala klinis yangterjadi tampak
jelas.
d. Respirasi
Mengalami peningkatan seiring peningkatan nadi,suhu dan nadi bisa
mencapai 25x/menit[ CITATION Hel10 \l 1033 ]
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen
Pada inspeksi uterus tampak membesar
Pada palpasi nyeri tekan,uterus teraba lembek dan pada pemeriksaan
per rectal.Teraba dinding rahim agak kaku dan adanya massa berupa
timbunan cairan yang tidak berfluktuasi. (sastrawinata,2010)
b. Genetalia
Dapat dilihat adanya pengeluaran lender serviks atau keputihan
berwarna kekuningan bahkan dapat berbau tergantung dari tingkat
keparahan infeksi. [ CITATION Sas10 \l 1033 ]. Pada umumnya,
perdarahan pada vagina terjadi pada endometritis kronik. Padasaat itu,
eritrosit dari dinding uterus dapat memasuki sekresi normal pada
vaginawanita. Hal ini akhirnya menyebabkan terjadi perdarahan pada
vagina sekalipun pasien tidak sedang dalam siklus mestruasi.
c. Lochea bertambah banyak berwarna merah atau coklat dan berbau.
Sering disertai subinvolusi. [ CITATION Sas10 \l 1033 ]
d. Pemeriksaan dalam dapat dijumpai : terdapat nyeri tekan dan
sedikit lunak bila dilakukan pemeriksaan bimanual sebelum
prahaid(tanda Halban) (Anwar, 2014)

3. Pemeriksaan penunjang

13
a. Pemeriksaan penunjang : melakukan USG dapat melihat adanya
uterus yang membesar secara difus dan gambaran penebalan dinding
rahim terutama pada bagian posterior dengan fokus-fokus
ekogenik,rongga endometritis eksentrik,adanya penyebaran dengan
gambaran hiperokoik,kantung-kantung kistik 5-7 mm yeng menyebar
menyerupai gambaran sarang lebah (Anwar,2014)
b. Pada pemeriksaan darah biasanya ditemukan adanya peningkatan
leukosit yang biasanyaditemukan 15.000 – 30.000 sel/µl. Pada
umumnya, pemeriksaan ini juga bukan merupakan pemeriksaan yang
spesifik untuk infeksi endometritis.
2.3 Assesment
2.4 Penatalaksanaan

DAFTAR PUSTAKA

14
Ambarwati. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Krisnadi, S. R. (2010). Obstetri Emergensi. Jakarta: Sagung Seto.
Prawirohardjo, S. (2014). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
RI, D. (1995). Farmakope Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Romauli. (2011). Buku Ajar Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sastrawinata. (2010). Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.
Varney, H. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka.
Wiknjosastro. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

15

Anda mungkin juga menyukai