Disusun oleh :
Kelompok 3
Estiningtiyas A 101911133107
Fayza N. I. 101911133108
IKM 1B 2019
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan hikmah,
hidayah, kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah ini yang berjudul “Krisis
Moral Kebangsaan Hoaks dan Ujaran Kebencian” ini dapat terselesaikan. Kami juga
berterima kasih kepada bu Adel yang memberikan tugas ini untuk pembelajaran dan
penilaian untuk mata kuliah Bahasa Indonesia ini.
Makalah ini akan membahas masalah mengenai krisi moral yang terjadi akibat dari hoaks
dan ujaran kebencian. Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah
ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bisa membangun menuju kesempurnaan dari pada pembaca untuk kesempurnaan
makalah kami selanjutnya. Kami berharap dalam penulisan makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami sendiri dan para pembaca serta dapat mengembangangkan dan meningkatkan
prestasi di masa yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1
seperti whatsapp, line, telegram biasanya terjadi melalui grup ke grup lain sehingga
terjadinya penyebaran hoaks dan melalui media sosial facebook, twitter, instagram,
dan path.
Persebaran berita bohong (hoaks) dan ujaran kebencian di media sosial sudah
sangat mengkhawatirkan. Salah satu contoh yang bisa kita ambil adalah saat
menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) beberapa
waktu yang lalu. Penyebaran hoaks dan ujaran kebencian tidak hanya dilakukan oleh
satu atau dua orang saja. Banyak oknum yang menyebarkan hal tersebut ke media
sosial dan tidak sedikit masyarakat yang percaya. Tanpa disadari ujaran kebencian
yang di unggah di media sosial ini menyebabkan perpecahan antar bangsa.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengaruh fenomena hoaks melalui media sosial terhadap sila
ketiga Pancasila
1.3.2 Mengetahui peran pemerintah dan masyarakat dalam menyikapi hoaks
1.3.3 Mengetahui contoh-contoh kasus yang ada di Indonesia yang
berhubungan dengan hoaks dan ujaran kebencian dan menganalisisnya
1.4 Manfaat
Manfaat dari terbuatnya makalah ini agar kita mengetahui faktor penyebab dan
dampak-dampak dari hoaks dan ujaran kebencian, agar kedepannya fenomena
tersebut dapat diminimalisir.
2
BAB 2 PEMBAHASAN
3
Pancasila, khususnya sila ketiga, Persatuan Indonesia. Adanya hoaks dapat memecah
belah persatuan dan kesatuan bangsa dikarenakan timbul rasa kurang menghargai satu
sama lain, dan memaksakan kehendak. Selain itu, pembahasan mengenai berita hoaks
ini juga berkaitan erat dengan pancasila sila pertama yaitu ‘’Ketuhanan Yang Maha
Esa’’ yang menuntut kita kepada kebaikan,kedamaian, dan kebenaran. Pancasila
adalah pegangan bangsa Indonesia dan sumber dari segala sumber hukum Dalam
setiap silanya pastilah mengandung makna yang dalam. Seperti nilai-nilai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Yang sudah sepatutnya kita aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Pada masa sekarang, nilai-nilai Pancasila sudah mulai memudar. Sudah mulai
terbawa kita sebagai manusia harus lebih bijak menggunakan teknologi dan bisa
menerapkan nilai-nilai Pancasila lebih baik bukan malah memudar. Arus modern
globalisasi yang masuk perlu dipilah mana yang baik untuk di baca dan ditonton. Jadi,
dapat dipilih mana yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia, mana yang tidak.
Meskipun ada yang bagus dan menarik tapi kalau tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia, sudah sikap kita untuk tidak menerima. Selain itu pemikiran yang
semakin maju dan luas jangan sampai disalahgunakan, apalagi sampai melunturkan
nilai-nilai Pancasila dan ingin mengubah Pancasila. Akan menjadi sesuatu yang
berguna jika digunakan untuk kepentingan yang bermanfaat bagi diri sendiri,
masyarakat, agama, dan negara.
Sila kedua Pancasila yang berbunyi ‘’Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab’’
terdapat nilai yang berkaitan dengan sikap yang harus dilakukkan oleh masyarakat
dalam menghadapi kasus hoaks yaitu berani membela kebenaran dan keadilan.
Mereka harus tahu bahwa hoaks itu merupakan suatu hal yang kesalahan, maka sudah
seharusnya kita menentangnya, bukannya malah mendukung dan menyukseskan
kasus hoaks tersebut. Sebagai negara yang berdemokrasi Pancasila haruslah
didasarkan pada Pancasila. Pengamalan dari nilai yang terkandung dalam Pancasila,
benar-benar dilakukan. Karena proses untuk melahirkan Pancasila tidaklah mudah
dan membutuhkan proses yang panjang. Dengan asas gotong royong yang sudah
menjadi budaya bangsa Indonesia, perlu adanya sikap untuk tidak mementingkan diri
sendiri. Adanya kerjasama gotong royong yang tercipta, maka hidup akan lebih
dinamis. Dan lebih mudah bersimpati dan empati dengan orang lain sehingga tidak
banyak manusia yanng tertipu dengan adanya kasus-kasus hoaks.
2.2 Peran Pemerintah dan Masyarakat Dalam Menyikapi Hoaks
4
2.2.1 Peran pemerintah
Menurut Badan Siber, Kominfo , Polri juga bersama-sama
memerangi berita hoaks ditengah tensi masyarakat yang mudah
tersulutkan karena berita hoaks. Beberapa langkah yang dilakukan oleh
pemerintah dalam memerangi berita hoaks :
2.2.1.1 Penegakan hukum :
Penegakkan hukum berupa penangkapan dan hukuman
penjaga kepada penyebar dan pembuat seperti pada Undang-
Undang Informasi Transaksi Elektronik (UU ITE) dan KUHP.
Seperti pada ketentuan pidana pada UU ITE tercantum rincian
ancaman pidana penyebar hoaks. Pasal 45 atau 2 UU ITE
berbunyi setiap orang yang memenuhi unsur yang dimaksud
dalam pasal 28 ayat 1 atau ayat 2 maka dipidana penjara paling
lama enam tahun dan atau denda paling banyak Rp1 miliar.
2.2.1.2 Melibatkan penyelenggara platform :
Penyebaran hoaks banyak terjadi di media sosial, untuk
itu ia berharap penyelenggara platform tersebut dilibatkan untuk
melawan hoaks, misalnya pemerintah memberlakukan denda bagi
penyelenggara media sosial yang tidak melakukan langkah yang
cukup untuk meredam informasi tidak benar.
2.2.1.3 Edukasi masyarakat dan Sosialisasi masyarakat :
Selain itu, perlu ada edukasi bagi masyarakat untuk
melapor bila menemukan hoaks dan pelakunya. Pengguna
internet dapat melapor ke aduankonten@mail.kominfo.go.id
dengan menyertakan tautan dan foto gambar tersebut. Selain
melalui jalur pemerintah, sekarang ini muncul gerakan
masyarakat yang peduli terhadap peredaran berita palsu, antara
lain adalah Masyarakat Indonesia Anti Hoaks.
2.2.2 Peran masyarakat
Dalam kondisi “War of Minds” yaitu perang pemikiran, dimana
berita hoaks tersebar untuk membentuk suatu stigma dan paradigm bagi
pembaca dan pengguna media sosial, Dalam situasi apapun, Badan Siber,
Polri, KPU dan Kominfo tidak dapat bekerja dengan sendirian, oleh karena
itu harus adanya kesadaran dari masyarakat untuk tidak mudah terpancing
begitu saja akan berita-berita yang belum teruji kebenarannya. Maka dari
itu, Dibutuhkan suatu pemikiran kritis dan mencoba untuk melihat lebih
dalam tentang kebenaran suatu berita dan konten yang diposting di sosial
media. Salah satu kekuatan dalam keamanan negara salah satu nya adalah
mahasiswa sebagai moral force atau kekuatan moral. Pada dasarnya
mahasiswa adalah generasi pembelajar yang berlandaskan oleh ilmu ,
dimana ilmu memiliki pepatah “manusia boleh bersalah tetapi tidak boleh
berbohong.”
Berikut beberapa langkah kecil yang dapat dilakukan sebagai masyarakat
dalam memerangi berita hoaks yang beredar :
Menguji kebenaran berita tersebut.
5
Tidak menyebar luaskan berita begitu saja
Mensosialisakan dampak dari berita hoaks
Menegur pengirim konten berita jika terjadi adanya hoaks dan
ujaran kebencian
Follow konten yang positif dan Unfollow konten yang negative.
2.3 Contoh Kasus yang Ada Di Indonesia yang Berhubungan dengan Hoaks dan
Ujaran Kebencian
Selama ini, kasus penyebaran ujaran kebencian dan hoaks melalui media
sosial cukuk menjadi perhatian masyarakat. Contoh kasus ujaran kebencia yang
kami cari dinternet salah satunya adalah kasus Ki Grndeng Pamungkas.
Paranormal Ki Gendeng Pamungkas membuat video sepanjang 54 detik yang
yang memuat unsur kebencian yang bersifat rasial. Video itu dibuatnya pada 2
Mei 2017. Selain video, Ki Gendeng juga memproduksi atribut seperti kaus,
stiker, jaket, hingga kantong plastik bermuatan kebencian suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA). Bahkan, Ki Gendeng membagikan atribut berkonten
SARA itu kepada orang-orang di lingkungannya. Kepada polisi, ia mengaku
sudah lama memendam kebencian terhadap etnis tertentu.
Selain itu, kasus hoaks yang kita cari diinternet adalah kasus sebuah
masjid yang dibakar di Papua. Beredearnya kabar itu melalui aplikasi pesan
Whatssap. Kepolisian memastikan, informasi tersebut hoaks alias bohong.
Kepolisian menyatakan, peristiwa yang sebenarnya terjadi adalah, kebakaran
Masjid Agung Belopa di Kompleks Perkantoran Pemerintah Kabupaten Luwu,
Sulawesi Selatan pada Selasa 29 Januari 2019 lalu. "Sejak dua pekan terakhir
pascakejadian di Papua, kian marak konten-konten hoaks. Tim siber kemudian
berselancar dan menemukan soal masjid itu siang tadi di medsos. Sepertinya ada
pihak-pihak yang memang sengaja melakukan provokasi, sebar gambar seperti itu
supaya orang emosi," kata Dicky, Sabtu 31 Agustus 2019.
Kasus-kasus di atas dapat kita lihat bahwa berita bohong dan ujaran
kebencian dapat dengan mudah disebarkan di dunia virtual seperti di media sosial.
Berdasarkan adanya kasus-kasus ini dapat memperburuk dan merusak keutuhan
bangsa Indonesia dimana seakan – akan mengadu domba antar ras dan bahkan
suatu agama dengan agama lainnya seperti kasus pembakaran rumah ibadah tadi.
Tentunya, salah satu kelompok akan merasa di intimidasi sehingga membuat
kelompok tersebut dengan sengaja menyampaikan kembali berita hoaks tersebut
kepada keluarga atau kelompok yang memiliki keyakinan yang sama. Jika berita
6
hoaks tersebut sudah tersebar luas dapat memicu suatu gerakan yang ditujukkan
kepada kelompok agama lain yaitu bisa dengan cara mengintimidasi agama
tersebut dan dengan begitu menyebabkan perpecahan di antara rakyat Indonesia.
Perselisihan diantara kedua agama tersebut dapat berjalan dengan waktu yang
lama. Sebagai hukumannya orang yang membuat berita hoaks tersebut harus
diamankan dan dihukum dengan hukuman yang setimpal.
7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kasus hoaks dan ujaran kebencian bukanlah suatu kejadian yang jarang terjadi,
melainkan sudah menjadi camilan dimulut masyarakat tanpa menyadari penyebab
dari hal hal yang sering dilakukan dalam cara menerima informasi dengan benar
demikian juga bagi orang-orang yang berprofesi sebagai penyebar hoaks harusnya
pemerintah lebih mempertegas hukum tentang penyebaran berita hoaks yang
dilakukan banyak orang, bagi kita anak bangsa marilah mulai berkarya sesuai degan
perkembanngan teknologi yang kian meningkat dan memanfaatkan alat alat yang
tecipta supaya negara kita aman dengan asupan-asupan yang tidak baik untuk
perkembangan yang lebih baik dengan adanya berita berita hoaks yang menyebar
akan mengakibatkan suatu hal yang kecil menjadi berakibat fatal.
3.2 Saran
Berdasarkan kehidupan yang serba teknologi ini, berita hoaks dan ujaran
kebencian semakin marak dari tahun ke tahun, maka dari itu masyarakat diimbau
untuk tidak langsung percaya begitu saja terhadap suatu berita. Perlunya kerja sama
lebih antara apparat penegak hokum, organisasi masyarakat dan masyarakat untutk
melakukan pencegahan dan penanggulangan ke setiap daerah yang masyarakatnya
masih belum paham dan mengetahui apa itu hoaks dan ujaran kebencian dan UU yang
mengatur mengenai hoaks dan ujaran kebencian serta dampak yang ditimbulkan dari
pelaku penyebar hoaks dan ujaran kebencian. Kita sebagai masyarakat harus lebih
berhati-hati dan lebih bijak dalam menggunakan media internet khususnya media
sosial sehingga tidak sembarang menyebarluaskan informasi yang mengandung
kebencian maupun informaso lain yang belum jelas kebenarannya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Nadia Kemala Movanita, Ambaranie. (2017). "11 Kasus Ujaran Kebencian dan Hoaks
yang Menonjol Selama 2017",
https://nasional.kompas.com/read/2017/12/24/23245851/11-kasus-ujaran-kebencian-
dan-hoaks-yang-menonjol-selama-2017?page=all.
9
x
11