Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan pertama mengenai sindrom klinefelter dipublikasikan oleh Harry

Klinefelter dan rekannya di Rumah Sakit Massachusetts, Boston.[2] Ketika itu

tercatat 9 pasien laik-laki yang memiliki payudara membesar, rambut pada tubuh

dan wajah sedikit, testis mengecil, dan ketidakmampuan memproduksi sperma.[2]

Pada akhir tahun 1950-an, para ilmuwan menemukan bahwa sindrom yang

dialami 9 pasian tersebut dikarenakan kromosom X tambahan pada lelaki

sehingga mereka memiliki kromosom XXY. Pada tahun 1970-an, para ilmuwan

menyatakan bahwa kelainan klinefelter merupakan salah satu kelainan genetik

yang ditemui pada manusia, yaitu 1 dari 500 hingga 1 dari 1.000 bayi laki-laki

yang dilahirkan akan menderita sindrom ini.

Sindrom Klinefelter adalah kelainan genetik yang biasanya banyak terjadi

pria. Pria dengan kelainan ini, tidak mengalami perkembangan seks sekunder

yang normal seperti penis dan testis yang tidak berkembang, perubahan suara

(suara lebih berat tidak terjadi), bulu-bulu di tubuh tidak tumbuh; biasanya tidak

dapat membuahkan (tidak subur) tanpa menggunakan metoda-metoda

penyuburan khusus.
2

Mereka mungkin mempunyai masalah-masalah lain, seperti sedikit

dibawah kemampuan inteligensia, perkembangan bicara yang terhambat,

kemampuan verbal yang kurang dan masalah-masalah emosional dan tingkah

laku. Meskipun demikian ada juga yang memiliki intelegensia diatas rata-rata

dan tidak ada perkembangan emosional atau masalah-masalah tingkah laku.

Sekitar 1 pada 500 sampai 1 pada 1000 bayi-bayi laki-laki yang dilahirkan

mengidap sindrom Klinefelter.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari Sindrom Klinefelter.

2. Untuk mengetahui etiologi dari Sindrom Klinefelter.

3. Untik mengetahui patofisiologi dari Sindrom Klinefelter.

4. Untuk mengetahui klasifikasi dari Sindrom Klinefelter.

5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari Sindrom Klinefelter.

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Sindrom Klinefelter.

C. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Mahasiswa dapat lebih memahami dan mengerti definisi Parkinson disease,

dan lebih mengetahui patofisiologi dari penyakit Parkinson ini.

2. Manfaat Praktisi

Dapat menjadi sumber informasi tentang Parkinson disease, dan dapat

menjadi bahan referensi serta tolok ukur dalam pengklasifikasian Parkinson

disease.
3

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Sindrom Klinefelter (SK) merupakan kelainan akibat adanya kromosom

seks tambahan (47,XXY) yang menyebabkan hipergonadotropik hipogonadisme,

dan infertilitas. Penampilan pasien SK hampir tidak berbeda dengan mereka

yang berkariotip normal, tanpa gejala klinis yang khas selama masa anak,

sehingga diagnosis ditegakkan setelah usia remaja atau dewasa muda.

Keterlambatan dalam penegakkan diagnosis dapat menyebabkan hilangnya

kesempatan tata laksana untuk memperbaiki hipogonadisme, gangguan kognitif,

dan faktor-faktor psikososial. Dilaporkan kasus anak laki-laki 13 tahun dengan

keluhan ginekomastia. Pada pemeriksaan fisis ditemukan bentuk tubuh

eunokoid, volume testis yang kecil dan teraba keras. Pemeriksaan laboratorium

menunjukkan peningkatan kadar LH dan FSH, dengan kadar testosteron yang


4

masih dalam rentang normal. Diagnosis SK ditegakkan melalui pemeriksaan

analisis kromosom dengan hasil 47, XXY (Sari Pediatri 2009).

B. Sejarah

Laporan pertama mengenai sindrom klinefelter dipublikasikan oleh Harry

Klinefelter danrekannya di Rumah Sakit Massachusetts, Boston. Ketika itu

tercatat 9 pasien laki-laki yangmemiliki payudara membesar, rambut pada tubuh

dan wajah sedikit, testis mengecil, danketidakmampuan memproduksi sperma.

Pada akhir tahun 1950-an, para ilmuwan menemukan bahwa sindrom yang

dialami 9 pasien tersebut dikarenakan kromosom X tambahan pada lelaki

sehingga mereka memiliki kromosom XXY. Pada tahun 1970-an, para ilmuwan

menyatakan bahwa kelainan klinefelter merupakan salah satu kelainan genetik

yang ditemui pada manusia,yaitu 1 dari 500 hingga 1 dari 1.000 bayi laki-laki

yang dilahirkan akan menderita sindrom ini. (Price, 2012).

C. Etiologi

Rudolph (2006), laki-laki biasanya

mempunyai satu kromosom X dan satu kromosom

Y; mereka yang mengidapsindrom Klinefelter

mempunyai kurang lebih satu tambahan kromosom


5

X. Untuk alasan itu,mereka mungkin digambarkan sebagai pria dengan XXY

atau pria dengan sindrom XXY. Padakasus-kasus yang jarang, beberapa pria

dengan sindrom Klinefelter memiliki sebanyak tiga atauempat kromosom X atau

satu atau lebih tambahan kromosom Y.Kelebihan kromosom X pada laki-laki

terjadi karena terjadinya nondisjungsi meiosis ( meioticnondisjunction )

kromosom seks selama terjadi gametogenesis (pembentukan gamet) pada

salahsatu orang tua. Nondisjungsi meiosis adalah kegagalan sepasang kromosom

seks untuk memisah(disjungsi) selama proses meiosis terjadi. Akibatnya,

sepasang kromosom tersebut akanditurunkan kepada sel anaknya,sehingga

terjadi kelebihan kromosom seks pada anak. Sebesar 40% nondisjungsi meiosis

terjadi pada ayah, dan 60% kemungkinan terjadi pada ibu. Sebagian besar

penderita sindrom klinefelter memiliki kromosom XXY, namun ada pula yang

memilikikromosom XXXY, XXXXY, XXYY, dan XXXYY.

D. Patofisiologi

Dalam buku Doenges (2007) pada kondisi normal manusia memiliki 46

kromosom, terdiri dari 44 kromosom tubuh dan 2 kromosom seks. Kromosom

seks ini akan menentukan apakah anda laki-laki atau perempuan. Normalnya

laki-laki memiliki kromosom seks berupa XY sedangkan wanita XX. Pada

proses pembentukan gamet terjadi reduksi jumlah kromosom yang mulanya

berjumlah 46 menjadi 23.

Pada tahap tersebut juga terjadi pemisahan kromosom seks, misalnya pada

pria XY berpisah menjadi X dan Y begitupun dengan wanita XX menjadi X dan


6

X. Jika terjadi pembuahan pria maupun wanita akan menyumbangkan satu

kromosom seksnya begitupun dengan kromosom tubuhnya sehingga terbentuk

individu baru dengan 46 kromosom.

Pada sindrom klinefelter terjadi gagal pisah pada pria dan atau wanita. Jika

yang gagal berpisah adalah kromosom seks dari pria maka gamet yang dia

sumbangkan memiliki kromosom seks XY yang nantinya akan menyatu dengan

kromosom X dari wanita dalam proses pembuahan sehingga yang terjadi adalah

bentuk abnormal 47,XXY (bentuk ini adalah bentuk yang umumnya terjadi pada

sindrom klinefelter).

Ataupun bila wanita menyumbangkan XX dan pria menyumbangkan Y.

Atau bentuk lain yang terjadi akibat pria menyumbangkan XY dan wanita

menyumbangkan XX sehingga yang terjadi adalah sindrom klinefelter berbentuk

48,XXXY.

Selain dapat terjadi akibat gagal berpisah pada saat pembentukan gamet,

sindrom klinefelter juga dapat disebabkan oleh gagal berpisah pada tahap mitosis

setelah terjadinya pembuahan membentuk mosaik klinefelter 46,XY/47,XXY.

Biasanya bentuk gejala klinis pada bentuk mosaik ini lebih ringan dari pada

bentuk klasiknya tetapi hal ini tergantung dari sebanyak apapun mosaiknya.

E. Manifestasi Klinis

1. Mental

Anak laki-laki dengan kromosom XXY cenderung memiliki kecerdasan

intelektual IQ di bawahrata-rata anak normal. Sebagian penderita klinefelter


7

memiliki kepribadian yang kikuk, pemalu,kepercayaan diri yang rendah,

ataupun aktivitas yang dilakukan dibawah level rata-rata(hipoaktivitas). Pada

sebagian penderita sindrom ini juga terjadi autisme. Hal ini terjadi

karena perkembangan tubuh dan neuromotor yang abnormal. Kecenderungan

lain yang dialami penderita klinefelter adalah keterlambatan dan kekurangan

kemampuan verbal, sertaketerlambatan kemampuan menulis. Sifat tangan

kidal juga lebih banyak ditemui pada penderita sindrom ini dibandingkan

dengan manusia normal. Pada pasien dewasa, kemampuan seksualnyalebih

tidak aktif dibandingkan laki-laki normal. (Price, 2012).

2. Fisik

Gambar sebelah kiri: Gejala perbesaran payudara (ginekomastia) salah

satu ciri sindrom klinefelter.

Gejala klinis dari sindrom klinefelter ditandai dengan perkembangan

ciri-ciri seksual yang abnormal atau tidak berkembang, seperti testis yang

kecil dan aspermatogenesis (kegagalanmemproduksi sperma). Testis yang

kecil diakibatkan oleh sel germinal testis dan sel selitan (interstital cell) gagal
8

berkembang secara normal. Sel selitan adalah sel yang ada di antara selgonad

dan dapat menentukan hormon seks pria. Selain itu, penderita sindrom ini

juga mengalamidefisiensi atau kekurangan hormon androgen, badan tinggi,

peningkatan level gonadotropin, danginekomastia. Penderita klinefelter akan

mengalami ganguan koordinasi gerak badan, sepertikesulitan mengatur

keseimbangan, melompat, dan gerakan motor tubuh yang melambat.

Dilihatdari penampakan fisik luar, penderita klinefelter memiliki otot yang

kecil, namun mengalami perpanjangan kaki dan lengan.Mereka mungkin

mempunyai masalah-masalah lain, seperti sedikit dibawah

kemampuaninteligensia, perkembangan bicara yang terhambat, kemampuan

verbal yang kurang danmasalah-masalah emosional dan tingkah laku.

Meskipun demikian ada juga yang memilikiintelegensia diatas rata-rata dan

tidak ada perkembangan emosional atau masalah-masalahtingkah laku.

Sekitar 1 pada 500 sampai 1 pada 1000 bayi-bayi laki-laki yang

dilahirkanmengidap sindrom Klinefelter (Price, 2012).

F. Diagnosis

Diagnosis Sindrom Klinefelter biasanya baru terlihat tanda-tandanya

setelah penderita memasuki masa pubertas, untuk mendiagnosis biasanya dokter

menggunakan karyotipe berdasarkan hasil analisisyang diambel dari sample

darah. Hasil analisis akan menunjukkan karyotipe kromosom penderitayang

memiliki kelebihan kromosom seks X (Doenges, 2007).


9

Sindrom Klinefelter juga dapat didiagnosis selama kehamilan seorang

wanita. Dokter dapatmencari kelainan kromosom dalam sel yang diambil dari

cairan ketuban yang mengelilingi janin(amniosentesis), atau dari plasenta

(chorionic villus sampling (CVS)).Walaupun gangguan ini biasa, banyak pria

dengan sindrom Klinefelter tidak menyadari merekamengidapnya dan hidup

secara normal. Mereka tidak menyadari kelainan tanda-tanda fisik,emosional

atau mental dari gangguan ini. Oleh karena itu banyak ahli kesehatan lebih suka

untuk menyebutkan pria dengan tambahan kromosom X ini sebagai ³pria XXY´.

Ini menghilangkan beberapa hal negatif yang menyangkut istilah

³sindrom´.Tanda-tanda dari sindrom Klinefelter berbeda dari satu orang dengan

orang lain. Perbedaantersebut umumnya bergantung pada jumlah dari tambahan

kromosom X pada sel-sel dan berapa banyak sel-sel yang telah terpengaruh.

Mereka yang memiliki lebih dari satu kromosom Xumumnya mempunyai

beberapa gejala-gejala berat, termasuk keterbelakangan mental.Diagnosis

ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil analisa

kromosom(kariotip).Diagnosis bisa ditegakkan pada berbagai keadaan:# Bayi

masih berada dalam kandungan.Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan

amniosintesis (analisa cairan ketuban).Prosedur ini tidak dilakukan secara rutin,

tetapi hanya dilakukan jika terdapat riwayat keluargadengan kelainan genetik

atau jika usia ibu lebih dari 35 tahun.# Pada awal masa kanak-kanak.Diduga

suatu sindroma Klinefelter jika seorang anak laki-laki terlambat berbicara

danmengalami kesulitan dalam membaca serta menulis. Anak laki-laki dengan


10

XXY tampak lebihtinggi dan kurus, serta pasif dan pemalu.# Remaja.Remaja

laki-laki merasa malu ketika menyadari bahwa payudaranya agak membesar,

karena itumereka berobat ke dokter.# Dewasa.Diagnosis biasanya merupakan

akibat dari adanya kemandulan. Pada pemeriksaan fisik, testis tampak lebih

kecil. Untuk memperkuat diagnosis sindroma ini, dilakukan pemeriksaan

kadar hormon gonadotropin (Doenges, 2007).

G. Pencegahan

Gejala klinefelter pada janin jarang sekali terdeteksi, kecuali bila

menggunakan deteksi sebelum-kelahiran (prenatal detection). Sindrom ini

kadang-kadang dapat diturunkan dari ayah penderita klinefelter ke anaknya, oleh

karena itu perlu dilakukan deteksi sebelum-kelahiran. Sebagian kecil penderita

klinefelter dapat tetap fertil dan memiliki keturunan karena adanya mosaiksisme

(mosaicism), yaitu adanya campuran sel normal dan sel klinelfelter sehingga sel

normal tetap memiliki kemampuan untuk berkembang biak. Semakin cepat

dideteksi, penderita klinefelter dapat lebih cepat ditangani dengan terapi

farmakologi dan terapi psikologi sebelum memasukidunia sekolah. Tindakan

pencegahan lain yang harus dilakukan adalah uji kemampuanmendengar dan

melihat, dan terapi fisik untuk mengatasi masalah motorik dan

keterlambatan bicara. Terapi hormon testoteron pada usia 11-12 tahun

merupakan salah satu tindakan pencegahan keterbelakangan perkembangan

karakteristik seksual sekunder pada pria penderitaklinefelter (Rudolph, 2006).


11

H. Pengobatan

Sindrom Klienefelter biasanya tidak pernah terdiagnosa sebelum usia

mendekati remaja (sekitar usia 11 sampai 12 tahun), ketika pria mulai masuk

masa puber. Pada tahap ini, testis anak tersebut gagal berkembang seperti yang

terlihat normal pada masa puber. Testis tersebut tidak mencapai ukuran orang

dewasa, tidak dapat untuk menghasilkan testoteron yang cukup, dantidak dapat

menghasilkan sperma yang cukup bagi seseorang untuk menjadi seorang ayah

bagianaknya. Efek yang utama dari sindroma Klinefelter adalah pada fungsi

testis. Testis menghasilkanhormon pria testosteron dan jumlah hormon ini pada

penderita sindroma Klinefelter menurun (Price, 2012).

Pada saat penderita berusia 10-12 tahun, perlu dilakukan pengukuran

testosteron dalam darahnyasecara periodik (misalnya setiap tahun). Jika

kadarnya rendah (sehingga tidak terjadi perubahanseksual yang seharusnya

dialami setiap anak laki-laki pada masa pubertas) atau jika timbul gejalayang

disebabkan oleh gangguan metabolisme hormon, maka dilakukan pengobatan

dengan pemberian hormon testosteron.Yang paling sering digunakan adalah

depotestosteron, yang merupakan hormon testosteronsintetis, disuntikkan 1

kali/bulan. Sejalan dengan pertambahan umur penderita, secara bertahapdosisnya

perlu ditingkatkan dan diberikan lebih sering.Hasil dari pengobatan adalah

perkembangan fisik dan seksual yang normal, yaitu berupa pertumbuhan rambut

kemaluan, penambahan ukuran penis dan skrotum (kantung zakar), pertumbuhan


12

janggut, suara menjadi lebih dalam serta otot lebih berisi dan lebih kuat

(Rudolph, 2006).

Keuntungan lain yang diperoleh dari terapi testosteron adalah:

- Pikiran lebih jernih

- Lebih bertenaga

- Tremor tangan berkurang

- Pengendalian diri yang lebih baik

- Dorongan seksual lebih besar

- Lebih mudah menyesuaikan diri di sekolah dan tempat bekerja

- Lebih percaya diri.

Pria dewasa mampu menjalani fungsi seksual yang normal (ereksi dan

ejakulasi), tetapi tidak mampu menghasilkan sperma dalam jumlah yang

normal. Pembedahan : jika ginekomastia mennyebabkan masalah kosmetik,

dapat dilakukan masektomi (Rudolph, 2006).

I. Prognosis

Studi awal pria dengan sindrom Klinefelter XXY menghasilkan temuan

yang mengganggu peningkatan risiko gangguan kejiwaan, kriminalitas, dan

keterbelakangan mental. Hasil ini dianggap sangat dipertanyakan karena tak

sesuai dengan analisis awal (Doenges, 2007).

Bayi dengan bentuk XXY sedikit berbeda dari anak-anak sehat. Hasil dari

satu penelitian Kohort pada bayi XXY nonmosaic muda dari 2 tahun

menemukan bahwa neonatus XXY paling dilaporkan memiliki genitalia eksterna


13

normal dan tinggi dan berat badan dalam kisaran normal dan tidak dismorfik.

Indikasi untuk karyotyping pascakelahiran termasuk ambulasi tertunda dan

keterampilan berbicara. Temuan ini bersama dengan fitur klinis dan biologis

dilaporkan sebelumnya menunjukkan bahwa deteksi dini sindrom Klinefelter

sangat penting dalam memantau masalah perkembangan potensial.

Meskipun anak laki-laki dengan 47, kariotipe XXY mungkin berjuang

melalui masa remaja dengan sukses akademis terbatas, banyak frustrasi, dan,

dalam beberapa kasus, kesulitan emosional atau perilaku yang serius, langkah

yang paling menuju kemerdekaan penuh dari keluarga mereka saat mereka

memasuki masa dewasa. Beberapa telah menyelesaikan pendidikan sarjana dan

dalam tingkat normal (Price, 2012).

Temuan dari studi termasuk 87 pria Australia dengan sindrom Klinefelter

menyimpulkan bahwa orang dewasa didiagnosis dengan penyakit ini di

kemudian hari mengalami kesulitan pribadi dan psikososial yang sama

dibandingkan dengan mereka yang didiagnosis di usia muda. Orang-orang ini

akan mendapat manfaat dari deteksi dini dan intervensi.

Masa hidup diduga normal. Hipogonadisme, libido rendah, dan masalah

psikososial dapat dibantu dengan pengobatan testosterone sementara

ginekomastia dapat dikoreksi dengan mastektomi.

J. Pathway Klinefelter

1. Kromosom XY
14

2. Kegagalan pemisahan kromosom XY

3. Hasil kromosom yang abnormal XXY

4. Kegagalan pembentukan organ

5. Perkembangan abnormal pd neuromotor

6. Kecerdasan IQ

7. Keterlambatan berbicara

8. Kesulitan berbicara

9. Sulit mengekspresikan pikiran

MK : Hambatan interaksi sosial

Perkembangan yang abnormal pada sel selitan dan sel germial

Tidak terbentuknya hormon seks pria

Hormon testosteron

Pengecilan testis

Kegagalan produksi sperma

Infertil

MK : HDR

MK : DISFUNGSI SEKSUAL
15

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sindrom Klinefelter (SK) merupakan kelainan akibat adanya kromosom

seks tambahan (47,XXY) yang menyebabkan hipergonadotropik hipogonadisme,

dan infertilitas. Penampilan pasien SK hampir tidak berbeda dengan mereka

yang berkariotip normal, tanpa gejala klinis yang khas selama masa anak,

sehingga diagnosis ditegakkan setelah usia remaja atau dewasa muda.

Pada kondisi normal manusia memiliki 46 kromosom, terdiri dari 44

kromosom tubuh dan 2 kromosom seks. Kromosom seks ini akan menentukan

apakah anda laki-laki atau perempuan. Normalnya laki-laki memiliki kromosom

seks berupa XY sedangkan wanita XX. Pada proses pembentukan gamet terjadi
16

reduksi jumlah kromosom yang mulanya berjumlah 46 menjadi 23. Pada tahap

tersebut juga terjadi pemisahan kromosom seks, misalnya pada pria XY berpisah

menjadi X dan Y begitupun dengan wanita XX menjadi X dan X. Jika terjadi

pembuahan pria maupun wanita akan menyumbangkan satu kromosom seksnya

begitupun dengan kromosom tubuhnya sehingga terbentuk individu baru dengan

46 kromosom.

B. SARAN

Mahasiswa diharapkan:

1. Mengetahui pengertian dari sindrom klinefelter

2. Mengetahui etiologi dari Sindrom Klinefelter.

3. Mengetahui patofisiologi dari Sindrom Klinefelter.

4. Mengetahui klasifikasi dari Sindrom Klinefelter.

5. Mengetahui pemeriksaan diagnostic dari Sindrom Klinefelter.

6. Mengetahui penatalaksanaan dari Sindrom Klinefelter.

Anda mungkin juga menyukai