BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
operasi minyak dan gas sekaligus menjadi pusat bangunan dari setiap
departemen yang ada diperusahaan ini.Hingga saat ini hampir 200
sumur telah dibor di lapangan badak untuk mendapatkan volume dan
potensi hidrokarbon yang besar.Pengeboran sumur-sumur ini
dilengkapi dengan beberapa fasilitas produksi gas, produksi minyak
mentah, stabilisasi konsesial, pemanfaatan gas, tankpram dan power
plant.Namun karena umur lapangan ini yang telah tua, maka
manajemen terhadap reservoir menjadi lebih kompleks.Gas yang
dihasilkan di lapangan badak disalurkan menjadi 56 km ke utara
melalui pipa berdiameter besar dan bertekanan tinggi menuju Bontang
LNG Plant dan Perusahaan Industri Kalimantan Timur yang terdiri
dari 7 perusahaan pupuk dan perusahaan petrokimia.Minyak dan
kondensat disalurkan menuju Unocal Operated Santan
Terminal.Lapangan Badak saat ini telah jauh berkembang pesat dari
sejak pertama kaliwilayah ini ditemukan.Hal ini terlihat dari kemajuan
infra strukturnya dan perekonomian sekitar.
b. Lapangan Nilam
Lapangan Nilam yang ditemukan pada juli 1974 ini memiliki hampir
1.000 sumber terpisah dan 167 lapisan tanah, sehingga menyebabkan
lapangan ini begitu kompleks. Lapangan seluas 40.000 ha ini
memproduksi sekitar 30% produksi gas yang berasal dari 218 sumber
di Nilam, delapan sumur di Lempake dan dua lapangan baru yang
mulai dimanfaatkan ditahun 2002. Gas dan minyak yang diproduksi
dikumpulkan di 6 stasiun pengumpulan (Satelit 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 yang
selanjutnya diproses di Nilam Central Plant (NCP).Sungai Mahakam
yang menjadi jalur distribusi dari Lapangan Nilam membuat
transportasi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan perahu.
c. Lapangan Samberah
Lapangan Samberah ditemukan pada januari 1974 dan merupakan
wilayah yang paling utama dari keseluruhan area
pengeboran.Lapangan ini juga memiliki banyak reservoir minyak dan
56
gas dengan kedalaman produksi mulai dari 1.000 feet hingga 10.000
feet.Hingga tahun 2009, yaitu sebesar 180MMSCFD (One Milion
Cubic Feet per Day).Gas dan minyak dari lapangan Samberah
selanjutnya dikumpulkan di plant Samberah 13 dan Samberah 14
untuk dilakukan proses pemisahan tiga fase yakni gas, minyak dan air.
Gas yang dihasilkan akan dialirkan ke jalur pipa Badak-Bontang,
minyak dipompakan ke tangki pengumpulan di Badak dan air
terproduksi dialirkan ke Instalasi Pengelolahan Air Limbah (Polution
Control Unit) di Samberah 14 kemudian dipompakan ke Badak untuk
diinjeksikan. Gas dan minyak yangdiproduksikan harus di kirim
sebagai konsekunsi fokusnya pengembangan di wilayah Badak dan
Nilam. Untuk Meningkatkan daya produksi direncanakan untuk
meningkatkan pengeboran dimasa yang akan datang dan meningkatkan
fasilitas yang digunakan.
d. Lapangan Mutiara, Pamaguan, dan Beras
Pada tahun 1974, menemukan sumber minyak di daerah
Pamaguan.Kemudian pada tahun 1991 cadangan gas pada daerah ini
dikembangkan. Pada tahun 1993, kembali menemukan sumber minyak
dan gas lain yaitu di daerah Mutiara dan Beras. Selanjutnya lapangan
Mutiara, Beras, dan Pemaguan tergabung dalam satu wilayah lapangan
mutiara yang merupakan wilayah paling selatan dari keseluruhan area
pengeboran.Lapangan Mutiara yang merupakan lapangan terbesar,
berlokasi di selatan Sungai Mahakam di sebelah barat Kota Kecil
Handil.Namun sumber minyak terbesar berasal dari lapangan Beras
yang berlokasi disebelah selatan lapangan Mutiara.Sedangkan
lapangan Pamaguan yang menjadi lapangan yang paling awal
ditemukan, berlokasi disebelah utara Lapangan Mutiara dan terletak di
pinggir Sungai Dondang.Produksi gas meningkat secara signifikan di
tahun 1999 dan tahun 2003 sebagai hasil dari strategi kebijakan yang
matang untuk memaksimalkan recovery dan hasil dari percepatan
57
a. Logogram
Gagasan dasarnya adalah“circular energy” yang divisualisasikan
seperti bentuk huruf “e” sebagai huruf awal nama Perseroan yaitu
elnusa dan ruang lingkup bisnis Perseroan yaitu jasa energi. struktur
bentuk logogram bulat, bermaknadinamis dan sempurna. Elnusa
sebagai perusahaan jasa, memiliki semangat dan kekuatan besar
yang secara dinamis berperilaku responsif, adaptif, dan inovatif
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Sempurna
adalah komitmen dan integritas elnusa untuk membangun negeri
melalui bisnis jasa energi. Konfigurasi gradasi ketebalan garis
pada logogram menciptakan impresi kecepatan berputar yang
mengartikulasikan continuous improvement dalam penguasaan
teknologi, peningkatan mutu sumberdaya insani, dan menghasilkan
profesionalisme yang terpercaya guna mengakselerasi pertumbuhan
bisnis dan pengembangan usaha. Komposisi warna logogram
mencerminkan karakteristik dan nilai inti elnusa: hijau = Clean;
merah = Respectful; biru = Synergy.
b. Logotype
Tulisan ‘elnusa’ menggunakan huruf Frutiger sain Bd v.1
denganformat huruf kecil (lowercase) dan tebal (bold), hal ini
memberi kesan elnusa ramah dan tegas.
58
5. Struktur Organisasi
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Umur
Umur karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk
Wilayah Muara Badak dapat dilihat pada tabel 4.1 :
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi berdasarkan umur karyawan Service
Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak
c. Status Pernikahan
Status Pernikahan karyawan Service Well Company PT. Elnusa
Tbk Wilayah Muara Badak dapat dilihat pada tabel 4.3 :
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi berdasarkan status pernikahan
karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk
Wilayah Muara Badak
e. Masa Kerja
61
g. Stres Kerja
62
Stres Kerja
No Usia Tidak Total % p value
Stres
% Stres %
Kerja
Kerja
Dewasa
Madya (41- 10 25 4 10 14 35
1 60 tahun)
Dewasa 0,048
Awal (18-40 10 25 16 40 26 65
2 tahun)
Jumlah 20 50 20 50 40 100
Sumber : Data Primer, 2018
Dari tabel tersebut terlihat dari 14 responden dengan usia
dewasa madya (41-60 tahun), proporsi tertinggi yang mengalami stres
63
Stres Kerja
No Masa Kerja Tidak Total % p value
Stres
% Stres %
Kerja
Kerja
1 > 3 tahun 18 45 8 20 26 65
2 ≤ 3 tahun 2 5 12 30 14 35 0,001
Jumlah 20 50 20 50 40 100
Sumber : Data Primer, 2018
Dari tabel tersebut terlihat dari 26 responden dengan masa
kerja > 3 tahun, proporsi tertinggi yang mengalami stres kerja
berjumlah 18 responden (45%), terdapat pula responden masa kerja >
3 tahun yang tidak mengalami stres kerja berjumlah 8 responden
(20%).Adapun dari 14 responden dengan masa kerja ≤ 3 tahun,
proporsi tertinggi yang tidak mengalami stres kerja berjumlah 12
responden (30%), terdapat pula responden masa kerja ≤ 3 tahun yang
mengalami stres kerja berjumlah 2 responden (5%). Hasil uji statistik
64
Stres Kerja
No Beban Kerja Tidak Total % p value
Stres
% Stres %
Kerja
Kerja
1 Tinggi 16 40 9 22,5 25 62,5
2 Rendah 4 10 11 27,5 15 37,5 0,024
Jumlah 20 50 20 50 40 100
Sumber : Data Primer, 2018
Dari tabel tersebut terlihat dari 25 responden dengan beban
kerja tinggi, proporsi tertinggi yang mengalami stres kerja berjumlah
16 responden (40%), terdapat pula responden beban kerja tinggi yang
tidak mengalami stres kerja berjumlah 9 responden (22,5%). Adapun
dari 15 responden dengan beban kerja rendah, proporsi tertinggi yang
tidak mengalami stres kerja berjumlah 11 responden (27,5%), terdapat
pula responden beban kerja rendah yang mengalami stres kerja
berjumlah 4 responden (10%). Hasil uji statistik diperolehp value =
0,024< 0,05 sehingga Ho ditolak yaitu ada hubungan beban kerja
dengan stress kerja pada karyawan Service Well Company PT. Elnusa
Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
C. Pembahasan
65
salah satu faktor yang penting, semakin tinggi usia semakin mudah
mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor fisiologis yang
telah mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuanseperti
kemampuan visual, berpikir,mengingat dan mendengar (Kawatu, 2012).
Menurut Anoraga dalam Munandar (2011), semakin tua seseorang maka
orang tersebut semakin rentan mengalami stres, sedangkan menurut
Gunarsa dalam Munandar (2011), seseorang akan rentan mengalami stres
pada usia 21–40 tahun dan pada usia 40–60 tahun.
Umur adalah salah satu faktor yang penting, semakin tinggi usia
semakin mudah mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh
faktor fisiologis yang telah mengalami kemunduran dalam berbagai
kemampuan seperti kemampuan visual, berpikir, mengingat dan
mendengar. Biasanya pekerja yang memiliki umur yang lebih muda
memiliki penglihatan dan pendengaran lebih tajam, gerakan yang lincah
serta daya tahan tubuh yang kuat. Tetapi, untuk jenis pekerjaan lain umur
yang lebih tua biasanya lebih berpengalaman dan pemahaman yang lebih
banyak, sehingga pada jenis pekerjaan tertentu umur dapat memicu
terjadinya stres kerja (Munandar, 2010).
Biasanya pekerja yang memiliki umur yang lebih muda memiliki
penglihatan dan pendengaran lebih tajam, gerakan yang lincah serta daya
tahan tubuh yang kuat. Tetapi, untuk jenis pekerjaan lain umur yang lebih
tua biasanya lebih berpengalaman danpemahaman yang lebih banyak,
sehingga pada jenis pekerjaan tertentu umur dapat memicu terjadinya stres
kerja (Munandar, 2011). Kategori umur tua yang mengalamistres berat
bisa terjadi karena kondisi fisikyang semakin menurun karena faktor
umursudah tidak seimbang dengan beban kerjayang diterimanya. Kategori
umur tua yang mengalami stres ringan bisa diakibatkanoleh kondisi fisik
yang sudah tidak kuatnamun masih bias mengedalikan bebankerja yang
diterimanya sehingga hanyamengalami stres ringan.
Menurut Bayuwega (2016) hubungan antara umur dengan tingkat
stres kerja membentuk kurva “U” terbalik. Tingkat stres yang dialami
70
ditempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja yang baru biasanya belum
mengetahui secara mendalam pekerjaan dan keselamatannya, selain itu
tenaga kerja baru mementingkan selesainya sejumlah pekerjaan yang
diberikan kepada mereka.Dalam suatu perusahaan pekerja-pekerja baru
yang kurang pengalaman sering mendapat kecelakaan sehingga perhatian
khusus perlu diberikan kepada mereka. Lama kerja seseorang dapat
dikaitkan dengan pengalaman yang didapatkan di tempat kerja. Semakin
lama seorang pekerja semakin banyak pengalaman dan semakin tinggi
pengetahuannya dan keterampilannya.Masa kerja yang lebih lama
menunjukkan pengalaman yang lebih seseorang dibandingkan dengan
rekan kerja lainnya, sehingga sering masa kerja/pengalaman kerja menjadi
pertimbangan sebuah perusahaan dalam mencari pekerja.
Masa kerja dihitung sejak adanya hubungan kerja antara pekerja
dan pengusaha atau sejak pekerja pertama kali mulai bekerja di perusahaan
dengan berdasarkan pada Perjanjian Kerja. Hal ini merujuk pada Pasal 50
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan disebutkan hubungan kerja terjadi karena adanya
perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Perjanjian kerja yaitu
perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang
memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak sebagaimana
diatur dalam Pasal 1 angka 14Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Menurut Pasal 56 ayat (1)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu (PKWT)
atau untuk waktu tidak tertentu (“PKWTT”). Dengan demikian pekerja
dengan PKWT yang kemudian diangkat menjadi pekerja dengan PKWTT,
selama masih dalam 1 (satu) perusahaan, masa kerja dihitung sejak
pertama kali adanya hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha.Jadi
dalam hal ini masa kerja dihitung berdasarkan sejak adanya perjanjian
kerja sampai perjanjian kerja selesai. Jika pernah berhenti dan berakhirnya
perjanjian kerja, kemudian bekerja kembali dengan perjanjian kerja yang
75
rutinitas dalam bekerja, sehingga pada akhirnya Hal ini disebabkan karena
semakin lama masa kerja maka semakin besar pula beban dan tanggung
jawab yang ditanggungnya.
3. Hubungan beban kerja dengan stress kerja pada karyawan Service Well
Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
Hasil penelitian mengenai hubungan beban kerja dengan stress
kerja pada karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah
Muara Badak tahun 2018 terlihat dari 25 responden dengan beban kerja
tinggi yang mengalami stres kerja berjumlah 16 responden (40%). Hal ini
dikarenakan beban kerja yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemakaian
energi yang berlebihan, sehingga memicu terjadinya kelelahan, baik
kelelahan mental maupun kelelahan fisik yang dapat menyebabkan
terjadinya overstress.
Terdapat pula responden beban kerja tinggi yang tidak mengalami
stres kerja berjumlah 9 responden (22,5%). Hal ini dikarenakan usia yang
masih muda dan pengalaman yang banyak sehingga pekerjaan mudah
dilakukan.
Adapun dari 15 responden dengan beban kerja rendah, yang tidak
mengalami stres kerja berjumlah 11 responden (27,5%). Hal ini
dikarenakan pekerjaan mudah dilakukan, didukung usia yang masih muda
dan pengalaman yang banyak sehingga pekerjaan mudah dilakukan.
Terdapat pula responden beban kerja rendah yang mengalami stres
kerja berjumlah 4 responden (10%).Hal ini dikarenakan beban kerja yang
tidak optimal merupakan salah satu sumber stres. Beban kerja yang terlalu
sedikit akan menyebabkan rasa jenuh dan menimbulkan kebosanan pada
pekerja.
Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,024 < 0,05 sehingga Ho
ditolak yaitu ada hubungan beban kerja dengan stress kerja pada karyawan
Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan Azizah (2013) yang menunjukkan bahwa beban kerja mental
77
lebih dominan dari pada beban kerja fisiknya. Hal ini disebabkan karena
pekerjaan karyawan lebih banyak berupa aktivitas mental seperti berpikir
daripada aktivitas fisiknya. Sebagian besar subjek penelitian mempunyai
tingkat beban kerja mental renda yakni sebesar 54,3% responden. Pada uji
hubungan antara beban kerja dengan stres kerja menggunakan uji korelasi
Rank Spearman diperoleh p value sebesar 0,300 > 0,05 yang berarti Ho
diterima dan Ha ditolak sehingga disimpulkan tidak ada hubungan antara
beban kerja mental dengan stres kerja.
Stres merupakan dampak penting dari iteraksi antara pekerjaan
individu.Stres dalam konteks ini adalah keadaan tidak seimbang dalam diri
seseorang individu yang sering kali termanifestasi lewat gejala seperti
insomnia, keringat berlebihan, gugup dan tidak tenang.Samosir (2008)
menyebutkan bahwa faktor paling dominan menjadi timbulnya stres
adalah beban kerja.
Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau
aplikasi kesehatan masyarakat dalam suatu masyarakat pekerja dan
masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental dan sosial
bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut,
melalui usaha-usaha preventif, promotif, dan kuratif dalam batas-batas
pelayanan dasar terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan
kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja cenderung
diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah
kesehatan kerja secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja.Menyeluruh
dalam arti usaha-usaha preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative,
higienis, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaanya dan
sebagianya.Aktivitas fisik yang berlebihan serta tugas dan beban kerja
yang menumpuk juga merupakan sebuah masalah dalam pekerjaan bagi
manusia.Aktivitas fisik dan tugas serta beban kerja yang menumpuk yang
dibarengi ketidakmampuan manusia dalam menyesuaikan diri dapat
mengakibatkan masalah psikologis bagi tenaga kerja.Masalah psikologis
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan
usia, masa kerja dan beban kerjadengan stress kerja pada karyawan Service
Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
84
1. Ada hubungan usia dengan stress kerja pada karyawan Service Well
Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
2. Ada hubungan masa kerja dengan stress kerja pada karyawan Service Well
Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
3. Ada hubungan beban kerja dengan stress kerja pada karyawan Service
Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
B. Saran
Dari kesimpulan mengenai hubungan usia, masa kerja dan beban
kerjadengan stress kerja pada karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk
Wilayah Muara Badak tahun 2018, maka dapat disarankan sebagai berikut :
1. Perusahaan harus terus memantau tingkat stres kerja karyawannya dengan
memberikan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya dan tingkat beban
kerjanya pun disesuaikan dengan kemampuan karyawan. Apabila stres
kerja naik pada tingkat yang tinggi maka perusahaan dapat menambah
nilai kompensasi baik berupa tambahan bonus, uang makan, serta
tambahan hari libur, dan lain-lain. Sebagai langkah untuk mengurangi
stres kerja karyawan agar kinerjanya tetap terjaga.
2. Bagi peneliti berikutnya yang ingin mengadakan penelitian serupa, agar
dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan mengangkat objek
penelitian pada perusahaan lainnya dengan jenis pekerjaan yang berbeda.
3. Menambahkan variabel bebaslain, yang mungkin berpengaruh terhadap
stress kerja karyawan misalnya variabel lingkungan kerja, variabel konflik
kerja, variabel etos kerja dan lain-lain.