Bahasa Indo Fix
Bahasa Indo Fix
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang ragam bahasa
Indonesia dan macam-macam ragam bahasa Indonesia ditinjau dari berbagai
aspek. Dan memenuhi tugas bahasa Indonesia.
1
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi pemakaian bahasa. Bachman menyatakan bahwa ragam
bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara. Dengan kata lain, ragam bahasa adalah variasi berbeda-beda
yang disebabkan karena berbagai faktor yang terdapat dalam masyarakat, seperti usia,
pendidikan, agama, bidang kegiatan dan profesi, latar belakang budaya daerah, dan
sebagainya.
Akibat berbagai faktor yang disebutkan di atas, maka bahasa indonesia pun
mempunyai ragam bahasa. Chaer membagi ragam Bahasa indonesia menjadi tujuh ragam
bahasa, diantaranya:Ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Ragam bahasa ini disebut
dengan istilah idiolek. Idiolek adalah variasi bahasa yang menjadi ciri khas individu atau
seseorang pada saat berbahasa tertentu.Ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok
anggota masyarakat dari wilayah tertentu, yang biasanya disebut dengan istilah dialek.
Misalnya, ragam Bahasa Indonesia dialek Bali berbeda dengan dialek Yogyakarta.
Ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari
golongan sosila tertentu, misalnya disebut sosiolek. Misalnya ragam bahasa masyarakat
umum ataupun golongan buruh kasar tidak sama dengan ragam bahasa golongn
terdidik.Ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan suatu bidang tertentu, seperti
kegiatan ilmiah, sastra, dan hukum. Ragam ini disebut juga dengan istilah fungsiolek,
contohnya ragam bahasa sastra dengan ragam bahasa ilmiah. Ragam bahasa sastra
biasanya penuh dengan ungkapan atau kiasan, sedangkan ragam bahasa ilmiah biasanya
bersifat logis dak eksak.
Ragam bahasa yang biasa digunakan dalam situasi formal atau situasi resmi biasa
disebut denga istilah baku atau bahasa standar. Bahasa baku atau bahasa standar adalah
bahasa yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Bahasa baku biasanya
dipakai dalam bahasa resmi, seperti dalam perundang-undangan, surat menyurat dan
rapat resmi, serta tidak dipakai untuk segala keperluan tetapi hanya untuk komunikasi
3
resmi, wawancara teknis, pembicaraan didepan umum, dan pembicaraan dengan orang
yang dihormati. Di luar itu dipakai ragam bahasa tidak baku.
Ragam bahasa yang biasa digunakan dalam situasi informal atau tidak resmi yang
biasa disebut dengan istilah ragam nonbaku atau nonstandar. Dalam ragam ini kaidah-
kaidah tata bahasa seringkali dilanggar.Ragam bahasa yang digunakan secara lisan yang
biasa disebut bahasa lisan.
A. Waktu
1. Ragam Resmi (formal)
Dilihat berdasarkan bahasa tulis, ragam bahasa resmi ini lebih bersifat sebagai
penulisan ilmiah atau akademik. Penulisannya sangat dipengaruhi dengan criteria ejaan
yang disempurnakan (EYD), bahasa yang baku, penggunaan tanda baca yang
tepat.Dilihat berdasarkan bahasa lisan, pengucapan dalam ragam bahasa resmi ini tidak
dipengaruhi oleh dialek atau logat bahasa daerah.
Contoh ragam bahasa resmi, misalnya laporan penulisan hasil penelitian, penulisan
proposal, penulisan skripsi atau thesis dan pidato atau presentasi secara resmi.
2. Ragam Tidak Resmi (informal)
Dilihat berdasarkan bahasa tulis, biasanya merupakan penulisan yang non ilmiah.
Penulisan bahasanya tidak begitu dipengaruhi oleh criteria aturan EYD dan bahasa
baku.Dilihat berdasarkan bahasa lisan, pengucapannya lebih bebas tanpa ada aturan
resmi,dapat juga menggunakan bahasa prokem, atau bahasa percakapan bahasa sehari-
sehari.
Contoh ragam bahasa tidak resmi, misalnya surat-menyurat, dan bahasa gaul anak
muda zaman sekarang.
B. Tempat
1. Ragam bahasa yang digunakan oleh seseorang yang berbeda ragam bahasanya
dengan orang lain yang disebut dialek. Misalnya, ragam bahasa yang digunakan oleh
orang dari suku Sunda akan berbeda dengan bahasa serta dialek yang digunakan
seseorang dari suku Ambon.
2. Ragambahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat di suatu wilayah
tertentu yang membedakannya dari bahasa yang dipakai oleh sekelompok anggota
masyarakat di wilayah lainnya yang disebut dialek. Misalnya, bahasa Indonesia
4
dialek Minang yang diucapkan oleh orang di daerah Padang akan berbeda dengan
bahasa Indonesia dialekJ awa yang diucapkan oleh orang di daerah Solo.
3. Ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat di suatu lingkungan
tertentu yang berbeda dari suatu bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat
di suatu lingkungan social lainnya. Misalnya, ragam bahasa atau dialek yang
digunakan oleh orang-orang di lingkungan pasar akan berbeda dengan ragam bahasa
atau dialek yang digunakan oleh orang-orang di kantor atau sekolah.
4. Ragam bahasa yang dipergunakan oleh sekelompok masyarakat di suatu lingkungan
kelas social tertentu akan berbeda dengan ragam bahasa atau dialek yang digunakan
oleh sekelompok masyarakat di lingkungan kelas social lainnya. Misalnya, bahasa
atau dialek yang dipergunakan oleh orang-orang dari lingkungan kelas sosial yang
tinggi akan berbeda dari bahasa atau dialek yang digunakan oleh orang-orang dari
kelompok kelas social menengah atau kelas social rendah.
C. Sosiokultural
Bahasa sebagai sarana pengembangan kebudayaan mengandung makna bahwa
Bahasa berperan sebagai alat atau sarana kebudayaan, untuk mengembangkan
kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan Indonesia dikembangkan melalui bahasa Indonesia.
Khazanah kebudayaan Indonesia dijelaskan dan disebarkan melalui bahasa Indonesia,
sebab penerimaan kebudayaan hanya bias terwujud apabila kebudayaan itu
dimengerti,dipahami dan dijunjung masyarakat itu sendiri. Sarana untuk memahami
kebudayaan adalah bahasa.
Hubungan budaya dengan bahasa merupakan hubungan yang berlanjut secara terus
menerus.Struktur social menimbulkan ragam struktur bahasa atau ragam linguistic
tertentu terutama dalam berperilaku.Perilaku tersebut pada gilirannya menghasilkan
kembali struktur sosial yang baru. Hal ini akan berlanjut seperti lingkaran; pola social
tertentu aka menghasilkan pola linguistic tertentu yang pada gilirannya menghasilkan
kembali pola social dan seterusnya.
Stratifikasi social dalam suatu masyarakat menimbulkan ragam bahasa, dan
selanjutnya ragam bahasa memperkokoh stratifikasisosial.DiInggris anak-anak
yangberasaldari orang tua yang berstatuspekerja di pabrik tidak diperkenankan masuk
universitas. Hal seperti ini juga kita temui di Indonesia walau tidak setragis di
Inggris,misalnya katan dalem dalam bahasa Jawa. Kata ini digunakan apabila lawan
berbicara lebih tinggi kedudukannya.
5
D. Situasi
6
b. Situasi
2. Ragam Lengkap
a. Pengertian Ragam Lengkap
Ragam bahasa lengkap adalah ragam bahasa yang digunakan dalam suasana
resmi.
b. Situasi
Ragam bahasa lisan adalah suatu ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap
(organ of speech).Dalam ragam bahasa lisan ini, kita harus memperhatikan beberapa hal
seperti tata bahasa, kosakata, dan lafal dalam pengucapannya.
7
b. Situasi
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan
besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya.
Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan
unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi
ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi
pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara,
dengan demikian tidak harus dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf
mitring serta tidak menggunakan kata kata yang baku.
8
3) Didalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subyek, predikat, dan
objek tidak selalu dinyataka. Undur-unsur itu kadang dapat ditinggakan. Hal ini
disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu dengan gerak, mimik,
pandangan, anggukan, atau intonasi.
Contoh :
“Tiga puluh”
“Bisa kurang?”
4) Berlangsung cepat;
5) Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6) Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
7) Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara,
dengan demikian tidak harus dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf
mitring.
2. Ragam tulisan
a. Pengertian Ragam Tulisan
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan media
tulis seperti kertas dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
b. Situasi
Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat
kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah
remaja, iklan, atau poster.
c. Ketaatan Terhadap Kaidah Yang Berlaku
Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan
kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa
seperti bentuk kata atau pun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran
penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca daam mengungkapkan ide
9
d. Ciri-ciri ragam tulis :
1) Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.
2) Bersifat objektif.
3) Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu.
4) Mengemban konsep makna yang jelas.
5) Harus memperhatikan unsur gramatikal.
6) Berlangsung lambat.
7) Jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya juga jeas, dan runtut.
8) Selalu memakai alat bantu;
9) Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
10) Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan
tanda baca.
1. Ragam Baku
a. Pengertian Ragam Baku
Ragam bahasa baku adalah ragam yang diakui oleh sebagian besar masyarakat
pemakai bahasan sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa
dalam penggunaanya. Ragam bahasa baku merupakan kaidah bahasa yang lebih lengkap
dibandingkan dengan ragam tidak baku.
Bahasa baku merupakan bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran atau
pemikiran teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan
dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan secara efektif,
baik, dan benar. Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan
10
diungkapkan kembali. Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar
karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.
2) Bahasa baku harus memiliki kaidah dan aturan yang relatif tetap dan luwes.
4) Kecendekiaan.
2) Penanda kepribadian
Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda kepribadian. Bahasa Indonesia
baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa- bahasa lainnya. Bahasa
Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa Indonesia
baku. Dengan bahasa Indonesia baku kita menyatakan identitas kita. Bahasa Indonesia
baku berbeda dengan bahasa Malaysia atau bahasa Melayu di Singapura dan Brunai
Darussalam. Bahasa Indonesia baku dianggap sudah berbeda dengan bahasa Melayu Riau
11
yang menjadi induknya.
3) Penambah wibawa pembicaraan di depan umum, yaitu ceramah, kuliah, khotbah.
4) Kerangka acuan di dalam konteks pertama dan kedua didukung oleh bahasa
Indonesia baku tulis. Konteks kedua dan ketiga didukung oleh bahasa Indonesia
baku lisan. Di luar konteks itu dipergunakan bahasa Indonesia nonbaku atau bahasa
Indonesia nonstandar.
2) Membuat laporan
8) Surat menyurat antar organisasi, instansi atau lembaga, dan lain sebagainya.
12
Memeroleh Memperoleh
Memerkosa Memperkosa
Memerlukan Memperlukan
Mengreditkan Mengkreditkan
2.Ragam Non-Baku
a. Pengertian Bahasa Non-Baku
Istilah bahasa nonbaku ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah
bahasa nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa
nonstandar”, “ragam takbaku”, bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”. Suharianto
berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah satu
variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam
pemakaian bahasa tidak resmi
Ragam bahasa tidak baku adalah kata yang cara pengucapan atau penulisannya
tidak memenuhi kaidah – kaidah umum tersebut. Ragam tidak baku banyak
mengandung unsur-unsur dialek dan bahasa daerah sehingga ragam bahasa tidak baku
banyak sekali variasinya. Selain dialek, ragam bahasa tidak
baku juga bervariasi dalam hal lafal atau pengucapan, kosa kata, struktur kalimat
dan sebagainya. Untuk mengatasi keanekaragaman pemakaian bahasa yang merupakan
variasi dari bahasa tidak baku maka diperlukan bahasa bahasa baku atau bahasa
standar. Mengapa? Karena bahasa baku tidak hanya ditandai oleh kesergaman dan
ketunggalan ciri-cirinya tetapi juga ditandai oleh keseragaman dan ketunggalan fungsi-
fungsinya.
b. Ada berbagai faktor yang mengakibatkan kta-kata tidak baku bisa terucap, di
antaranya:
1) Yang menggunakan bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan dari kata yang
dimaksud.
2) Yang menggunakan bahasa tidak memperbaiki kesalahan dari pemakaian suatu
13
kata, inilah yang mengakibatkan kata tidak baku selalu muncul.
3) Yang menggunakan kata bahasa sudah terpengaruh oleh orang-orang yang terbiasa
dengan menggunakan kata tidak baku.
4) Orang yang menggunakan bahasa sudah terbiasa memakai kata tidak baku.
5) Memiliki arti yang sama meskipun terkesan berbeda dengan bahasa baku
Contoh kata tidak baku, misalnya seperti: aktip, pasip, efektip, karna, poto, bis,
obyek, tekhnik, nasehat, biosfir, dan lain sebagainya.Contoh kalimatnya: saya akan
makan siang di rumah hari ini.
a. Ragam Resmi (Formal), yaitu bahasa yang dipakai dalam komunikasi resmi
seperti rapat resmi, pidato dan jurnal ilmiah. oleh karena itu memakai bahasa
14
yang lebih sopan adalah hal yang tepat.
b. Ragam Beku, yaitu bahasa yang digunakan pada acara hikmat dan sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti upacara pernikahan, keputusan pengadilan
dan kegiatan rohani.
c. Ragam Konsultatif, yaitu bahasa yang digunakan dalam pertukaran informasi atau
kegiatan transaksi dalam suatu percakapan yang membahas tentang suatu hal yang
diketahui oleh masing-masing pembicara seperti percakapan di sekolah atau di
pasar.
d. Ragam Akrab, yaitu bahasa yang digunakan diantara orang yang memiliki
hubungan sangat akrab atau intim. seperti dalam pembicaraan berumah tangga.
e. Ragam Santai (Casual), yaitu bahasa yang digunakan untuk acara yang bersifat
tidak resmi dan dapat dipakai untuk orang yang cukup akrab (misal teman)
atau orang yang belum dikenal dengan akrab (baru kenal). seperti pembicaraan
dalam perkumpulan dengan teman-teman
a. Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik
kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan.
b. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola
kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang
ikuti.
c. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget;
uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
d. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam
bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus
mengikuti aturan ini.
e. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada
lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal
baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa
daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/
dan bukan /kalo/.
f. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan
bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan
15
komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar
atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.
16
17
18
19
20
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah
Disempurnakan (PUEBI), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para
warga negara Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia
dengan baik serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada.
3.2 Saran
Sebaiknya kita atau siapa pun penduduk di Indonesia menggunakan ragam
bahasa yang baik dan benar sehingga keberadaan ragam bahasa itu sendiri tidak
punah dengan adanya bahasa-bahasa yang terkadang jauh dari aturan bahasa yang
ada di Indonesia bahkan bertentangan.
19
DAFTAR PUSTAKA
19