Anda di halaman 1dari 18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Aspek Legal Keperawatan


Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun
sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak
saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-
masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan. Untuk mewujudkan
keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Setiap perawat harus mempunyai ”body of knowledge” yang spesifik, memberikan
pelayanan kepada masyarakat melalui praktik keprofesian yang didasari motivasi
altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik profesi. Para praktisi
dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang pendidikan tinggi.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja
kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu (1)bidang Professional,
Ethical and Legal Practice, (2)bidang Care Provision and Management (3)dan
bidang Professional Development. Profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat
utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif,
komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan
pelayanan yang penting kepada masyarakat.
Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang
bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada masyarakat,
baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas. Beberapa ciri profesionalisme
tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti kompetensi dan kewenangan
yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah
dengan sikap altruis (rela berkorban). Kemampuan atau kompetensi, diperoleh
seorang profesional dari pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan
diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui
pemberian izin.
Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni
kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh
sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi (registered nurse)
yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP. Aspek legal Keperawatan pada
kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada
penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK)
bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila
bekerja secara perorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki
kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan.
Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang
diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan
khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus
dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja
yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di
bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus
dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi
masing-masing. Aspek Legal keperawatan tidak terlepas dari Undang-Undang dan
Peraturan tentang praktek Keperawatan.

B. Dasar Hukum Keperawatan


PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN
PRAKTIK PERAWAT
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
3. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis
yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan secara
perorangan dan/atau berkelompok.
4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan standar
prosedur operasional.
5. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat
kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Obat Bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter.
7. Obat Bebas Terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter.
8. Organisasi Profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

BAB II PERIZINAN
Pasal 2
(1) Perawat dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau praktik mandiri.
(3) Perawat yang menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat(2)
berpendidikan minimal Diploma III (D III) Keperawatan.

Pasal 3
(1) Setiap Perawat yang menjalankan praktik wajib memiliki SIPP.
(2) Kewajiban memiliki SIPP dikecualikan bagi perawat yang menjalankan praktik
pada fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri.
Pasal 4
(1) SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
(2) SIPP berlaku selama STR masih berlaku.

Pasal 5
(1) Untuk memperoleh SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Perawat harus
mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan
melampirkan: a. fotocopy STR yang masih berlaku dan dilegalisir; b. surat
keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik; c. surat
pernyataan memiliki tempat praktik; d. pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm
sebanyak 3 (tiga) lembar; dan e. rekomendasi dari Organisasi Profesi.
(2) Surat permohonan memperoleh SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana tercantum dalam Formulir I terlampir.
(3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan untuk 1 (satu)
tempat praktik.
(4) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana tercantum dalam
Formulir II terlampir.

Pasal 6
Dalam menjalankan praktik mandiri, Perawat wajib memasang papan nama praktik
keperawatan.

Pasal 7
SIPP dinyatakan tidak berlaku karena:
a. tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPP.
b. masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang.
c. dicabut atas perintah pengadilan.
d. dicabut atas rekomendasi Organisasi Profesi.
e. yang bersangkutan meninggal dunia.
BAB III PENYELENGGARAAN PRAKTIK
Pasal 8
(1) Praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga.
(2) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
(3) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
kegiatan:
a. pelaksanaan asuhan keperawatan;
b. pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan
masyarakat; dan c. pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer.
(4) Asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi
pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi keperawatan.
(5) Implementasi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi
penerapan perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan.
(6) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi
pelaksanaan prosedur keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan
konseling kesehatan.
(7) Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dapat memberikan obat bebas dan/atau obat bebas terbatas.

Pasal 9
Perawat dalam melakukan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.
Pasal 10
(1) Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak
ada dokter di tempat kejadian, perawat dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
(2) Bagi perawat yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter
dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah, dapat melakukan pelayanan
kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
(3) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus mempertimbangkan kompetensi, tingkat kedaruratan dan kemungkinan untuk
dirujuk.
(4) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
(5) Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah terdapat dokter,
kewenangan perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku.

Pasal 11
Dalam melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak:
a. memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik keperawatan
sesuai standar;
b. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan/atau keluarganya;
c. melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi;
d. menerima imbalan jasa profesi; dan
e. memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan dengan
tugasnya.

Pasal 12
(1) Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk:
a. menghormati hak pasien;
b. melakukan rujukan;
c. menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundangan-undangan;
d. memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan
pelayanan yang dibutuhkan;
e. meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan;
f. melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis; dan
g. mematuhi standar.
(2) Perawat dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu pelayanan
profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau organisasi profesi. (3) Perawat dalam
menjalankan praktik wajib membantu program Pemerintah dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


Pasal 13
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan
dengan mengikutsertakan organisasi profesi.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan
untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi
masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi
kesehatan.

Pasal 14
(1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan tindakan administratif
kepada perawat yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan
praktik dalam Peraturan ini.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. teguran lisan; b. teguran tertulis; atau c. pencabutan SIPP.

BAB V KETENTUAN PERALIHAN


Pasal 15
(1) SIPP yang dimiliki perawat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1239/Menkes/SK/IV/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat masih tetap
berlaku sampai masa SIPP berakhir.
(2) Pada saat peraturan ini mulai berlaku, SIPP yang sedang dalam proses perizinan
dilaksanakan sesuai ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1239/Menkes/SK/IV/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat.
BAB VI KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat
sepanjang yang berkaitan dengan perizinan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 17
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

C. Standart Praktik Keperawatan


Standar praktek keperawatan adalah : ekspektasi minimal dalam
memberikan asuhan keperawatan yang aman,efektif, dan etis.standar praktek
keperawatan merupakan komitmen profesi keperawatan dalam melindungi
masyarakat terhadap praktek yang dilakukan oleh anggota profesi. (Alim 2011)
Banyak masalah yang terjadi dilayanan kesehatan di sebabkan kurangnya
pengetahuan oleh para tenaga kesehatan mengenai apa yang menjadi tugas dan
wewenangnya dalm memberikan layanan kesehatan baik di rumah sakit,praktek
kelompok maupun prktek mandiri. (Abdul, 2011)
Dengan adanya standar keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan ke pasien diharapkan perawat mempunyai patokan atau pedoman
dalam memberikan layanan kesehatan ,sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara
profesi yang satu dengan yang lain,dan tidak sampai terjadi mal praktek (Munjida,
2011).
Fokus utama standar praktek keperawatan adalah klien. Digunakan untuk
mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan yang diberikan dalam upaya
mencapai pelayanan keperawatan. Melalui standar praktek dapat diketahui apakah
intervensi atan tindakan keperawatan itu yang telah diberi sesuai dengan yang
direncanakan dan apakah klien dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Standar praktik keperawatan merupakan acuan untuk praktik
keperawatan yang harus dicapai oleh seorang perawat dan dikembangkan untuk
membantu perawat melakukan validasi mutu dan mengembangkan keperawatan.

1. Faktor yang Mempengaruhi Standar Praktik Keperawatan


Proses keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam
aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan
(Doengoes,2000). Proses keperawatan terbagi menjadi 5 langkah yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Dengan tidak di lakukannya proses keperawatan yang benar maka pasien tidak
mendapat asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan
mencegah masalah kesehatan yang baru bahkan memperlambat proses
kesembuhan dari pasien tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi standar praktek keperawatan antara lain :
a. Kecakapan intelektual
b. Ilmu pengetahuan
c. Percaya diri perawat
d. Sarana
e. Komunikas
f. Pengalaman kerja perawat
g. Motivasi pasien untuk sembuh
h. Kedisiplinan

2. Ciri – ciri Standar Praktek Keperawatan


Standar praktek keperawatan ini digunakan untuk mengetahui proses dan hasil
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien sebagai fokus utamanya.
a. Praktek keperawatan profesional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Otonomi dalam pekerjaan
2. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat
3. Pengambilan keputusan yang mandiri
4. Kolaborasi dengan disiplin lain
5. Pemberian pembelaan
6. Memfasilitasi kepentingan pasien

3. Tipe Standar Keperawatan


Dua kategori standar keperawatan yang diterima secara luas adalah standar
asuhan (standar of care) atau pertanyaan yang menguraikan level asuhan yang
akan diterima oleh pasien,dan standar praktek. (standar of practice) atau harapan
terhadap kinerja perawat dalam memberikan standar asuhan . Aktifitas
pemantaan dan evaluasi memastikan bahwa level perawatan pasien dan kinerja
perawat telah dicapai dengan baik. Dua macam kinerja ini di rancang untuk
mendukung perawat dalam praktek sehari-hari dengan menyediakan suatu
sruktur untuk praktek tersebut dan untuk membantu perawat dalam
mengidentifikasi kontribusi keperawatan dalam perawatan pasien.
a. Standar praktek
Standar praktek meliputi kebijakan (police), uraian tugas (job
deskription), dan standar kinerja (performance standar). Ia menuntun perawat
dalam melaksanakan perawatan pasien. Ia juga menetapkan level kinerja yang
perlu diperlihatkan oleh perawat untuk memastikan bahwa standar asuhan
akan dicapai dan menggambarkan definisi institusi tentang apa yang dapat
dilakukan oleh perawat. Kebijakan menetapkan sumber-sumber atau kondisi
yang harus tersedia untuk menfasilitasi pemberian asuhan.
Uraian tugas mencerminkan kompetensi, pendidikan, dan pengalaman
yang diperlukan bagi semua staf yang memiliki peran atau posisi sebagai
perawat. Sedangkan standar kinerja diturunkan dari uraian tugas dan
menyediakan ukuran untuk mengevaluasi level perilaku perawat yang
didasarkan atas pengetahuan, ketrampilan, dan pencapaian aktifitas kemajuan
profesional.
b. Standar Asuhan
Standar asuhan meliputi prosedur, standar asuhan genetik, dan rencana
asuhan (care plans). Mereka merupakan alat untuk memastikan perawatan
pasien yang aman dan memastikan hasil yang berasal dari pasien ini. Prosedur
adalah urain tahap pertahap tentang bagaimana melakukan keterampilan
psikomotor dan bersifat orientasi tugas. Protokol meliputi lima kategori
utama: manajemen pasien dengan peralatan invasi, manajemen pasien dengan
peralatan non invatif; manajemen status fisiologis dan psikologis; dan
diagnosa keperawatan tertentu. Standar asuhan genetik menguraikan harapan
asuhan minimal yang disediakan bagi semua pasien diamanapun pasien
dirawat. Rencana asuhan dibuat dan biasanya mempunyai hubungan dengan
diagnosa medis pasien dan diagnosa keperawatan pasien.

4. Tujuan Standar Praktek Keperawatan


Standar praktek keperawatan mempunyai tujuan umum
untuk meningkatkan asuhan atau pelayanan keperawatan dengan cara
memfokuskan kegiatan atau proses pada usaha pelayanan untuk memenuhi
kriteria pelayanan yang diharapkan berguna bagi :
a. Perawat
Pedoman membimbing perawat dalam menentukan tindakan keperawatan
yang dilakukan terhadap klien.
b. Rumah sakit
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan di rumah
sakit.
c. Klien
Perawatan yang tidak lama, biaya yang ditanggung keluarga menjadi ringan.
d. Profesi
Alat perencanaan mencapai target dan sebagai ukuran evaluasi
e. Tenaga kesehatan lain
Mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat saling
menghormati dan bekerja sama dengan baik.

5. Manfaat Praktek Keperawatan


a. Praktek Klinis
Memberikan serangkaian kondisi untuk mengevaluasi kualitas askep dan
merupakan alat mengukur mutu penampilan kerja perawat guna memberikan
feeedback untuk perbaikan.
b. Administrasi Pelayanan Keperawatan
Memberikan informasi kepada administrator yang sangat penting dalam
perencanaan pola staf, program pengembangan staf dan mengidentifikasi isi
dari program orientasi.
c. Pendidikan Keperawatan
Membantu dalan merencanakan isi kurikulum dan mengevaluasi penampilan
kerja mahasiswa.
d. Riset Keperawatan
Hasil proses evaluasi merupakan penilitian yang pertemuannya dapat
memperbaiki dan meningkatkan kualitas askep.
e. Sistem Pelayanan Kesehatan
Implementasi standar dapat meningkatkan fungsi kerja tim kesehatan dalam
mengembangkan mutu askep dan peran perawat dalam tim kesehatan
sehingga terbina hubungan kerja yang baik dan memberikan kepuasan bagi
anggota tim kesehatan.

6. Metode dan Implementasi Standar Praktek Keperawatan


Metode yang digunakan untuk menyusun standar keperawatan, yaitu:
a. Proses Normatif: Standar dirumuskan berdasarkan pendapat ahli profesional
dan pola praktek klinis perawat di dalam suatu badan/institusi tertentu.
b. Proses Empiris: Standar dirumuskan berdasarkan hasil penilitian dan praktek
keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan.

7. Pendidikan Keperawatan
Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia
mencakup:
a. Pendidikan Vokasional
yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk memiliki
keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik
Indonesia.
b. Pendidikan Akademik
yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan
terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu
c. Pendidikan Profesi
yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta
didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup program pendidikan


diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor.Sesuai dengan amanah UU
Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tersebut Organisasi Profesi yaitu Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan Asosiasi Pendidikan Ners Indonesia
(AIPNI), bersama dukungan dari Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas), telah menyusun dan memperbaharui kelengkapan sebagai suatu
profesi.

Sejak 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan


Kemendiknas melalui project Health Profession Educational Quality (HPEQ),
memperbaharui dan menyusun kembali Standar Kompetensi Perawat Indonesia,
Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar Pendidikan
Ners, standar borang akreditasi pendidikan ners Indonesia. dan semua standar
tersebut mengacu pada Peraturan Presiden Nomor.8 tahun 2012 tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan sat ini sudah diselesaikan
menjadi dokumen negara yang berkaitan dengan arah dan kebijakan tentang
pendidikan keperawatan Indonesia.

D. Tanggung Jawab Dan Tanggung Gugat Perawat


Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas yang
berhubungandengan peran tertentu dari perawat. Tanggung jawab perawat secara
umum :
1. Menghargai martabat setiap pasien dan keluarganya
2. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, proseur atau obat ± obatan
tertentu danmelaporkan penolakan tersebut kepada dokterdan orang ± orang
yang tepat ditempat tersebut.
3. Menghargai hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi
4. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan ± pertanyaan pasien
dan memberikaninformasi biasanya diberikan oleh dokter
5. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal ± hal penting kepada
orang yangtepat.

Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah mempertanggungjawabkan perilaku dan


hasil ± hasilnyatermasuk dlam lingkup peran profesional seseorang sebagaimana
tercermin dalam laporan pendidik secara tertulis tentang perilaku tersebut dan hasil
± hasilnya. Terhadap dirinya sendiri, pasien, profesi, sesama karyawan dan
masyarakat. Akuntabilitas bertujuan :

1. Mengevaluasi praktisi ± praktisi profesional baru dan mengkaji ulang praktisi ±


praktisi yangsudah ada
2. Mempertahankan standar perawatan kesehatan
3. Memberikan fasilitas refleksi profesional, memikirkan etis dan pertumbuhan
pribadi sebagai bagian yang profesional perawatan kesehatan
4. Memberikan dasar untuk keputusan eti

Tanggung gugat dalam transaksi terapeutik :

1. Contractual Liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban dari
hubungankontraktual yang sudah disepakati
2. Vicarious Liability
Tanggung gugat yang timbul atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan
yang ada dalamtanggung jawabnya
3. Liability in Tort
Tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum

Tanggung gugat pada setiap proses keperawatan:


1. Tahap pengkajian
Perawat bertanggung gugat mengumpulkan data atau informasi, mendorong
partisipasi pasiendan penentuan keabsahan data yang dikumpulkan.
2. Tahap diagnosa keperawatan
Perawat bertanggung gugat terhadap keputusan yang dibuat tentang masalah ±
masalahkesehatan pasien seperti pertanyaan diagnostik.
3. Tahap perencanaan
Perawat bertanggung guga untuk menjamin bahwa prioritas pasien juga
dipertimbangkan dalammenetapkan prioritas asuhan.
4. Tahap implementasi
Perawat bertanggung gugat untuk semua tindakan yang dilakukannya dalam
memberikan asuhankeperawatan.
5. Tahap evaluasi
Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan tindakan
keperawatan.
Penerapan Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
1. Kontrak
Ada 2 jenis kontrak yang paling banyak dilakukan dalam keperawatan :
a. Kontrak antara perawat dengan pihak / insitusi
b. Kontrak antara perawat dengan pasien

Kontrak dinyatakan sah apabila memenuhi syarat :


a. Ada persetujuan antara pihak ± pihak yang membuat perjanjian
b. Ada kecakapan pihak ± pihak untuk membuat perjanjian
c. Ada suatu hal tertentu dan ataua suatu sebab yang halal

E. Perjanjian Atau Kontrak Dalam Perwalian


Kontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi antara dua atau
lebih partai untuk mengerjakan atau tidak sesuatu. Dalam konteks hukum, kontrak
sering di sebut dengan perikatan atau perjanjian. Perikatan artinya mengikat orang
yang satu dengan orang lain. Hukum perikatan di atur dalam UU hukum Perdata
pasal 1239 "Semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang
tidak mempunyai nama tertentu, tunduk pada ketentuan-ketentuan umum yang
termasuk dalam bab ini dan bab yang lalu." Lebih lanjut menurut ketentuan pasal
1234 KUHPdt, setiap perikatan adalah untuk memberikan, berbuat sesuatu atau
untuk tidak berbuat sesuatu. Perikatan dapat dikatakan sah bila memenuhi syarat
sbb:
1. Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian
(Consencius)
2. Ada kecakapan thp pihak2 untuk membuat perjanjian (capacity)
3. Ada sesuatu hal tertentu ( a certain subjec matter) dan ada sesuatu sebab yg halal
(Legal Cause) (Muhammad 1990)
4. Kontrak perawat-pasien dilakukan sebelum melakukan asuhan keperawatan.
5. Kontrak juga dilakukan sebelum menerima dan di terima di tempat kerja
6. Kontrak P-PS di gunakan untuk melindungi hak-hak kedua belah pihak yg
bekerja sama
7. Kontrak juga untuk menggugat pihak yg melanggar kontrak yg di sepakati
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aspek legal keperawatan adalah suatu aturan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya.
Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktik profesi, sehingga tidak terlepas dari Undang-Undang
dan Peraturan tentang praktek Keperawatan. Fungsi hukum dari aspek legal
dalam praktik keperawatan merupakan suatu pedoman atau kerangka dalam
menjalankan praktik keperawatan. Dengan hukum tersebut, perawat dapat
menentukan batas – batas kewenangan serta hak dan tanggung jawab sebagai
perawat.
Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas yang
berhubungandengan peran tertentu dari perawat. Tanggung gugat
(akuntabilitas) adalah mempertanggungjawabkan perilaku dan hasil ±
hasilnya termasuk dlam lingkup peran profesional seseorang sebagaimana
tercermin dalam laporan pendidik secara tertulis tentang perilaku tersebut dan
hasil ± hasilnya. Terhadap dirinya sendiri, pasien, profesi, sesama karyawan
dan masyarakat. Perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat
kepada pasien, sehingga aspek legal keperawatan sebagai pedoman perawat
perlu dijalankan dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Mimin, Suhaemin. 2003. Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kathleen koenig Blass. 2006. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep


dan Perspektif Edisi 4.Jakarta : EGC
https://mustafatanjong.blogspot.co.id/2016/06/makalah-aspek-legal-keperawatan.html

Anda mungkin juga menyukai