Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktikum hidrolika merupakan penerapan mengenai aliran pada
saluran baik itu saluran terbuka maupun saluran tertutup, tetapi dalam
praktikum hidrolika kali ini dilakukan pada saluran terbuka. Pelaksanaan
praktikum hidrolika ini bertujuan untuk memberikan keterampilan praktis
kepada mahasiswa dalam mempelajari ilmu hidrolika saluran terbuka dan
ilmu-ilmu air yang lain. Keterampilan praktis yang dimaksud yaitu penerapan
ilmu pada kenyataan rekayasa meliputi: bagaimana cara pengambilan data,
bagaimana cara pengoprasian alat, dan bagaimana cara kita mengolah data
menjadi sebuah informasi yang bisa dipahami dengan jelas serta bisa dipakai
sebagai data dalam perencanaan saluran dan sebagainya.
Mahasiswa akan melakukan pengaamatan terhadap aliran yang
terjadi dengan berbagai lokasi dan variasi muka air. Bangunan ukur yang
digunakan dalam praktikum hidrolika untuk kelompok kami yaitu pintu air.
Tujuan akhir dari praktikum hidrolika ini yaitu:
a. Mampu menganalisa besarnya koefisien pengaliran, loncatan air,
kecepatan aliran, tekanan air serta debit yang melalui bangunan ukur
tersebut.
b. Mampu menggambarkan profil muka air, grafik hubungan sifat-sifat
aliran.
c. Mampu menganalisa sifat aliran pada saluran tersebut, baik secara
perhitungan maupun secara visual.
d. Mengerti dengan materi yang didapatkan secara teori didalam
perkuliahan dengan cara mengaplikasikan langsung didunia nyata.

1.2 Aliran Saluran Terbuka


Saluran terbuka merupakan saluran yang mengalirkan air dengan
permukaan bebas. Aliran saluran terbuka merupakan aliran saluran yang
memiliki ruang bebas walaupun berada pada saluran tertutup. Sedangkan

1
aliran saluran tertutup merupakan aliran saluran yang tidak memiliki ruang
bebas kecuali oleh tekanan hydrolic(y). Kedua jenis aliran tersebut dalam
beberapa hal memiliki kesamaan. Penyelesaian masalah pada aliran saluran
terbuka jauh lebih sulit dibandingkan dengan aliran saluran tertutup.
Dikarenakan bentuk penampang yang tidak teratur (terutama sungai),
kesulitan menentukan kekasaran seperti sungai berbatu sedangkan pipa tidak,
serta kesulitan pengumpulan data lapangan.
Pada umumnya penyelasaian untuk aliran saluran terbuka lebih
berdasarkan pada hasil pengamatan dibandingkan dengan aliran saluran
tertutup.
Debit pada penampang saluran untuk sembarang aliran dinyatakan dengan
rumus:
Q = V . A ....................................................... (1-1)
Dimana: Q = debit (m3/detik)
V = kecepatan (m/detik)
A = luas penampang melintang tegak lurus arah aliran (m2)
Adapun perbandingan rumus energy untuk kedua type aliran tersebut adalah:
Aliran saluran tertutup:
𝑃1 𝑣12 𝑃2 𝑣22
ℎ1 + ρg + = ℎ2 ρg + + ℎ𝑓.........................................................(1-2)
2𝑔 2𝑔

Aliran saluran terbuka:


𝑣12 𝑣22
ℎ1 + = ℎ2 + ℎ𝑓..........................................................................(1-3)
2𝑔 2𝑔

1.3 Klasifikasi Saluran


Saluran dapat berbentuk alami (sungai, paluh dan muara) dengan
penampang melintang atau kemiringan memanjang berubah-ubah (varriying
cross section) disebut “Non Prismatic Channel”.
Saluran buatan jika penampang dan kemiringannya konstan (constant
cross section) disebtu “Prismatic Channel”. Contohnya saluran irigasi dan
gorong-gorong yang mengalir sebagian. Penampanag saluran buatan
biasanya direncanakan berdasarkan bentuk geometri yang umum, seperti

2
bentuk persegi panjang sering dipakai untuk saluran yang dibangun dengan
bahan yang stabil seperti kayu, logam atau kaca.
Model saluran yang dibuat dilaboratorium untuk kebutuhan penelitian
termasuk saluran buatan yang dibentuk oleh mahasiswa. Sifat-sifat hidrolik
saluran semacam ini dapat diatur menurut keinginan atau direncanakan untuk
memenuhi persyaratan tertentu.Oleh karena itu, penerapan teori hidrolika
untuk saluran buatan dapat membuahkan hasil yang cukup sesuai dengan
kondisi sesungguhnya jika dilakukan dengan teliti.

1.4 Tipe Aliran


Terdapat beberapa tipe aliran dalam aliran saluran terbuka.
Penggolongan tipe aliran berdasarkan perubahan kedalaman aliran sesuai
dengan waktu dan ruang.
Secara garis besarnya penggolongan aliran saluran terbuka yaitu
aliran tetap (steady flow) dan aliran tidak tetap (unsteady Flow). Aliran dalam
saluran terbuka dikatakan teap jika kedalaman aliran tidak berubah selama
jangka waktu tertentu. Aliran dikatakan tidak tetap jika kedalamannya
berubah tidak sesuai dengan waktu.
Aliran tetap dibagi menjadi aliran seragam dan aliran berubah. Aliran
saluran terbuka dikatakan seragam apabila kedalam air sama pada setiap
penampang saluran, sedangkan aliran berubah jika kedalaman aliran berubah
sepanjang saluran. Aliran berubah tersebut dibagi menjadi dua yaitu aliran
berubah tiba-tiba dan aliran berubah lambat laun. Dikatakan aliran berubah
tiba-tiba apabila kedalamannya mendadak berubah pada jarak yang cukup
pendek contohnya pada terjunan air. Sedangkan dikatakan aliran berubah
lambat laun apabila kedalamannya berubah dalam jangka waktu yang lama,
misalnya akibat penampang salurannya.
Aliran tidak tetap dibagi menjadi aliran seragam tak tetap dan aliran
berubah tak tetap. Aliran seragam tak tetap praktis tidak mungkin terjadi
karena permukaan air berfluktuasi sepanjang waktu dan tetap sejajar dengan
dasar saluran. Aliran berubah tak tetap terdiri dari aliran tak tetap lambat laun
dan aliran tak tetap berubah tiba-tiba. Untuk aliran berubah tak tetap,

3
kedalaman alirannya berubah sepanjang waktu dan ruang. Aliran tak tetap
berubah lambat laun dimana kedalaman aliran berubah sepanjang waktu dan
ruang dengan perubahan kedalaman aliran secara lambat laun. Dan dikatakan
aliran tak tetap berubah tiba-tiba dimana aliran berubah sepanjang waktu dan
ruang dengan perubahan aliran secara tiba-tiba.
Ditinjau dari kecepatan aliran maka aliran saluran terbuka dapat
digolongkan menjadi dua yaitu Aliran seragam dan Berubah. Yang mana
dikatakan aliran seragam (uniform flow) apabila kecepatan aliran pada waktu
tertentu tidak berubah sepanjang saluran yang ditinjau, sedangakan jika
kecepatan aliran pada saat tertentu berubah terhadap jarak, maka aliran
tersebut dikatakan aliran tidak seragam atau aliran berubah (nonuniform flow
or varied flow).

1.5 Kedalaman Air


Aliran pada saluran terbuka dapat diklasifikasikan berdasarkan
pengaruh kekentalan fluida (v =viskositas) dan gaya grafitasi (g).

1.6 Aliran Laminer Dan Turbulen


Perbandingan gaya-gaya yang disebabkan oleh Inersia, gravitasi dan
kekentalan dikenal sebgai bilangan Reynolds (Re) ditulis sebagai berikut:
𝑉.𝑙
𝑅𝑒 = ............................................................................. (1-4)
𝑣

Dimana : V = kecepatan rata-rata aliran


l = panjang karakteristik (m)
h untuk aliran terbuka
D untuk alliran tertutup
v = viskositas kinematik (m2/dt)
Dalam aliran ini, jika nilai Re kecil aliran akan meluncuk lapisan
diatas lapisan lain yang dikenal sebagai Aliran Laminar. Sedangkan jika
aliran-aliran tadi tidak terdapat garis edar tertentu yang dapat dilihat maka
aliran tersebut dikatakan Aliran Turbulen. (Aliran Laminer terjadi jika Re <
500, dan Aliran Turbulen terjadi jika Re > 1000, serta untuk kondisi 500 < Re
< 1000 aliran ini klasifikasikan sebagai Aliran Transisi).

4
1.7 Aliran Sub-Kritis, Kritis dan Super-Kritis
Aliran dikatakan kritis apabila kecepatan aliran sama dengan
kecepatan gelombang gravitasi dengan amplitudo kecil. Gelombang gravitasi
dapat dibangkitkan dengan merubah kedalaman. Jika kecepatan aliran lebih
kecil daripada kecepatan kritis maka aliran disebut sub-kritis, sedangkan jika
kecepatan alirannya lebih besar daripada kecepatan kritis maka aliran tersebut
disebut super-kritis. Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut
adalah nisbah antara gaya gravitasi dan gaya Inersia, yang dinyatakan dengan
bilangan Froude (Fr), yaitu:
𝑉
𝐹𝑟 = ......................................................................... (1-6)
√𝑔.ℎ

Dimana : V = kecepatan aliran (m/det)


h = kedalaman aliran (m)
g = percepatan gravitasi (m/det2)

1.8 Manfaat dan Tujuan


 Manfaat dari praktikum pengukuran hidrolika ini adalah :
a. Agar mahasiswa mengerti dalam penggunaan alat ukur current meter.
b. Agar mahasiswa mengerti tentang pengukuran debit dengan
pelampung.
c. Agar mahasiswa dapat menentukan hubungan head dengan debit pada
bangunan ukur cippoleti.
 Tujuan dari pengukuran hidrolika ini adalah :
a. Menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur
cipoletti.
b. Mengukur elevasi muka air dengan taraf meter.
c. Mengukur debit dengan current meter.
d. Menganalisa debit aliran melalui pintu air.

5
BAB II
PERCOBAAN PINTU AIR

2.1 Teori Dasar


Pintu air yang airnya mengalir melalui bagian bawah struktur
dinamakan pintu air aliran bawah, contonhnya pintu air gesek tegak.
Sebaliknya jika air mengalir di atas struktur dinamakan pintu air aliran atas.
Secara hidrolis contoh pintu air aliran atas adalah sekat dan sejenisnya.
Dengan menggunakan persamaan rumus debit pada penampang saluran
dinyatakan dengan rumus:
𝑉
Q = V . A atau 𝑄 = 𝑇 ................................................. (A.1)

Dimana: Q = debit (m3/detik)


V = kecepatan (m/detik)
A = luas penampang melintang tegak lurus arah aliran (m2)
T = rata-rata waktu air (detik)
Dalam praktikum bab ini dilakukan percobaan menggunakan ember,
maka untuk menghitung volume air sama dengan luas lingkaran dikali rata-
rata waktu air masuk, yaitu :
𝑉 = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 ....................................................... (A.2)
Kemudian untuk mencari A yaitu :
A = B x h .................................................................. (A.3)
P = B + 2h ............................................................... (A.4)
𝐴 Bxh
R= = 𝐵+2ℎ ........................................................... (A.5)
𝑃

Dengan : P = keliling basah (m)


h = tinggi kedalaman air (m)
B = lebar air (m)
R = jari-jari Hidrolik (m)

Kemudian dengan menggunakan persamaan energi dapat di


tunjukkan bahwa besarnya debit pelepasan yang melalui pintu air aliran
bawah adalah :

6
V12
Q = Cd × b × a × √2 × g × (y1 + α ) .............. (A.6)
2g

Dimana : Cd = koeefisien debit


b = panjang pintu air (m)
a = tinggi bukaan pintu (m)
g = gravitasi (9,81 m/det2)
V12
𝛼 = tinggi energi kecepatan aliran (m)
2g

Lihat gambar 2-1

Gambar 2.1. Pintu Air Aliran Bawah

Aliran pelepasan dari pintu,munking (teredam) atau bebas


,tergantung pada kedalaman air bawah.Untuk keperluan studi
exprimen,pemakaian istilah titik energi kecepatan aliran pada persamaan (2-
1) dapat dihilangkan dan pengaruh tinggi energi kecepatan tersebut
dimasukkan dalam koefisien debit (Cd) jadi:
Q = Cd × b × a × √2 × g × y1 .............................. (A.7)
Dimana :
Cd = koefisien debit yang tergantung pada geometri struktur
,kedalaman aliran huru dan kedalaman aliran hilir. Perbandigan
antara y2 dengan a merupakan fungsi dari besaran koefisien
kontraksi (Cc) :
Cc = y2/a ................................................................ (A.8)
Dimana : y2 = kedalaman hilir aliran (m)
a = tinggi buka pintu (m)
Perbandingan antara a dengan y1 merupakan fungsi dari besaran koofisien
kecepatan (Cv) :
Cv = a/y1 ............................................................... (A.9)

7
Dimana : a = tinggi bukaan pintu (m)
y1 = kedalaman hulu aliran
Koofisien debit (Cd) untuk saluran terbuka dapat dinyatakan sebagai berikut
:
Cv×Cc
Cd = .................................................... (A.10)
a×Cc 2
√(1−( ) )
𝑦1

Dimana : Cv = koofisien kecepatan


Cc = koofisien kontraksi
a = tinggi bukaan pintu air (m)
y1 = kedalaman hulu aliran (m)
Untuk aliran tenggelam yang melalui pintu air dimana kedalaman
hilir aliran lebih besar dari pada tinggi bukaan pintu, persamaan debit pada
aliran tenggelam tersebut dapat dinyatakan dengan rumusan:
Q = Cd × b × a × √2 × g × y1 ............................... (A.11)
Dimana :
Cd = koofisien debit untuk aliran tenggelam (dapat di peroleh dari
gambar bawah ini)
b = panjang pintu air (m)
a = tinggi bukaan pintu (m)
g = gravitasi (9,81 m/det2)
y1 = kedalaman hulu aliran (m)

Gambar 2.2. Koefisien Debit Untuk Pintu Air Gesek Tegak Vertikal Aliran
Tenggelam

8
Gaya yang bekerja pada pintu air dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :

Gambar 2.3. Gaya-gaya yang bekerja pada pintu air

Pada aliran tetap suatu saluran terbuka berlaku persamaan momentum


linear yaitu penjumlahan aljabar dari semua resultan gaya harizontal yang
terjadi pada suatu massa zat cair. Untuk sebuah aliran, persamaan momentum
linear dengan arah harizontal dapat dinyatakan dengan rumusan :
Fx = F1 − F2 − F3 ................................................... (A.12)
Dimana : F1 = gaya horisontal aliran sebelum pintu air
= 1/2 × ρ × g × 𝑦12
F2 = gaya horisontal setelah pintu air
= 1/2 × ρ × g × 𝑦12
Fx = ρ × g(V2 × V1)
F3 = gaya reaksi dari pintu terhadap aliran
(y2−y1)2
= 1/2 × ρ × g × (y1+y2)

Dengan adanya gaya reaksi dari pintu terhadap aliran maka akan
terjadi gaya tolak dari pintu aliran (F13 )yang merupakan distribusi tekanan
non hidrostatis :
F1 3 = 1/2 × ρ × g(y12 × y22 ) ................................ (A.13)
Dimana : ρ = berat satuan air (kg/m3)
g = gravitasi (9,81 m/det2)
y1 = kedalaman hulu aliran (m)
y2 = kedalaman hilir aliran (m)

9
Untuk harga debit yang konstan,persamaan energi spesifik dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Q2 V2
E = y + 2gA2 atau E = y + 2g ..................................... (A.14)

Dimana : y = kedalaman aliran yang dituju (m)


V = kecepatan aliran yang dituju (m/s)
g = gravitasi (9,81 m/det2)
Persamaan energi spesifik tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk kurva
parabola sebagai berikut:

Gambar 2.4. Kurva Energi Spesifik

Harga energi espesefik (E) akan minimum pada kedalaman aliran kritis (Yc)
untuk harga E minimum dan Q konstan maka persamaannya :
Vc2
Emin = Yc + ........................................................ (A.15)
2g

Vc2
Dimana : = 1/2 × yc
2g

Maka persamaan (A.15) menjadi :


Emin = 3/2 × Yc ...................................................... (A.16)
Dimana : Yc = kedalaman aliran kritis (m)
Vc = kecepatan aliran kritis (m/det)
g = gravitasi (9,81 m/det2)
Sedangkan kedalaman aliran kritis (Yc) dapat dinyatakan sebagai berikut :
3 Q2
Yc = √(g×b2 ) ............................................................. (A.17)

Dimana : Q = debit aliran (m3/det)

10
b = lebar dasar saluran (m)
g = gravitasi (9,81 m/det2)
Loncatan hidrolis merupakan jenis aliran tidak beraturan yang
kedalaman airnya berupa secara cepat, terjadi apabilah aliran superkritis
berubah menjadi sub kritis melalui kedalaman air kritis pada jarak harizontal
yang relatif pendek. Loncatan hidrolis yang terjadi pada dasar harizontal,
terdiri dari beberapa tipe yang berbeda. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Biro Reklamasi Amerika serikat, tipe-tipe tersebut dapat
dibedakan berdasarkan bilangan froude aliran yang terlihat pada gambar 2.5.:

Bilangan Floude :
V2
F= ................................................................. (A.18)
√(g×y2 )

Dimana : V2 = kecepatan aliran setelah pintu (m/det)


g = gravitasi (9,81 m/det2)
y2 = kedalaman air aliran (m)

Gambar 2.5. Berbagai Tipe Loncatan Hidrolis

Panjang loncatan dapat didefinisikan sebagai antara permukaan depan


loncatan hidrolis sampai suatu titik pada permukaan gulungan ombak yang
seragam menuju ke hilir. Parameter panjang loncatan sangat penting di dalam
perencanaan untuk menentukan ukuran peredam energi yang diakibatkan
adanya loncatan hidrolis. Suatu loncatan hidrlis akan terbentuk pada saluran
,jika memenuhi persamaan :

11
y3 1
= 2 √(1 + 8F 2 ) − 1 .............................................. (A.19)
y2

Dimana : F = bilangan Froude


y2 = kedalaman hilir aliran (m)
y3 = kedalaman Aliran Yang Segera Menuju Keadaan Konstant (M)

Gambar 2.6. Panjang Loncatan Pada Saluran Horizontal

2.2 Peralatan Yang Digunakan


1. Pintu air
2. Saluran terbuka
3. Tandon air sebagai bak tampungan air sementara
4. Pompa air untuk memompa air dari tandon air
5. Motor listrik menjalankan sirkulasi air (pompa air)
6. Meteran taraf untuk menggukur tinggi muka air
7. Penggaris untuk mengukur dimensi pintu air dan tinggi bukaan pintu
8. Ember
9. Stopwatch

2.3 Cara Kerja


1. Siapkan peralatan dan pastikan posisi saluran terbuka horisontal dan
posisi pintu tegak lurus dasar saluran
2. Aturlah tinggi bukaan pintu air dengan penggaris
3. Nyalakan motor listrik dan kemudian buka katup pengaliran agar air
mengalir dalam saluran

12
4. Aturlah tinggi muka air di hulu pintu (Y0) dan pastikan dalam kondisi
konstan, ukur kedalaman muka air (Y1) pada tengah-tengah aliran, dan
(Y3) pada pojok aliran setelah loncatan air
5. Naikkan tinggi bukaan pintu sampai mencapai ketinggian maksimum
6. Ukur panjang loncatan dengan meteran taraf
7. Gunakan ember untuk mengambil air yang mengalir dari alat hidrolika
dan hitung tiap waktu yang telah ditentukan menggunakan stopwatch
8. Amati dan catat hasil percobaan

2.4 Tugas
1. Tentukan jenis aliran pada setiap percobaan pintu air !
2. Tentukan reaksi yang timbul pada setiap pintu air !
3. Tergolong aliran apakah pada setiap percobaan ?
4. Tentukan tipe loncatan air !
5. Apa yang terjadi pada saat perubahan dasar aliran pintu air ?
6. Gambar grafik aliran kritis, sub-kritis dan super-kritis?

2.5 Penyelesaian
 Data hasil pengamatan tinggi air 1,5 cm
5 detik 10 detik 15 detik 20 detik 25 detik
No.
T air (cm) T air (cm) T air (cm) T air (cm) T air (cm)
1 14 24 34 46 52
2 14.5 22.5 33.6 44 52
3 12.5 23.5 34 44.8 52.5
4 14 23.2 34.2 44.2 53
5 14.5 23 33.8 45 53.2
6 14.3 24.2 34 44.6 52.8
7 14.7 23.7 33.9 44.4 53
8 13.8 24 33.7 45 52.5
9 12.8 23.6 34 45.5 53.2
10 12.8 23.8 34 43.8 52
11 14 22 31 40 48
12 12 23.2 30.5 39.8 47.9
13 12.5 23.8 31.2 39.6 49.5
14 12.4 22.8 30.8 40 48.5
15 12.7 25 31.5 40.5 50
16 12 23 31.8 41 49.5

13
17 12.2 22.7 31 41 49.8
18 12.6 23.2 31.2 39 49.8
19 12.3 23 30.7 40.2 50
20 12.8 23.4 31 40.5 49
Rata - rata 13.20 23.43 32.88 42.33 51.00

Data hasil perhitungan data lapangan


Waktu Diameter T air Volume Air Q Y0 B A P D
(det) (m) (m) (m³) (m³/det) (m) (m) (m²) (m²) (m)
5 0.44 0.132 0.020 0.0040 0.23 0.15 0.035 0.61 0.057
10 0.44 0.234 0.036 0.0036 0.23 0.15 0.035 0.61 0.057
15 0.44 0.329 0.050 0.0033 0.23 0.15 0.035 0.61 0.057
20 0.44 0.423 0.064 0.0032 0.23 0.15 0.035 0.61 0.057
25 0.44 0.510 0.078 0.0031 0.23 0.15 0.035 0.61 0.057

Cara perhitungan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan telah diketahui dan ditetapkan :
 Kita ambil sample 1 dengan waktu 5 detik
 Diameter 44 cm
 Lebar Air (B) = 15 cm
Hasil Perhitungan :
∑ T air 132
T air = = = 13,2 detik
n 10

44 2
V air = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 = 3,14 × ( 2 ) × 13,2 = 20060,8 cm3
𝑉 20060,8
Q air = = × 10−6 = 0,004 m3/detik
𝑡 5

A = B × h = 15 × 23 = 345 cm
P = B + 2h = 15 + 2(23) = 61 cm
A 345
D=B= = 23 cm
15

Waktu Diameter T air Volume Air Q Y1 B A P D


(det) (m) (m) (m³) (m³/det) (m) (m) (m²) (m²) (m)
5 0.44 0.132 0.020 0.0040 0.016 0.15 0.002 0.18 0.013
10 0.44 0.234 0.036 0.0036 0.016 0.15 0.002 0.18 0.013
15 0.44 0.329 0.050 0.0033 0.016 0.15 0.002 0.18 0.013
20 0.44 0.423 0.064 0.0032 0.016 0.15 0.002 0.18 0.013
25 0.44 0.510 0.078 0.0031 0.016 0.15 0.002 0.18 0.013

14
∑ T air 132
T air = = = 13,2 detik
n 10

44 2
V air = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 = 3,14 × ( 2 ) × 13,2 = 20060,8 cm3
𝑉 20060,8
Q air = = × 10−6 = 0,004 m3/detik
𝑡 5

A = B × h = 15 × 1,6 = 24 cm
P = B + 2h = 15 + 2(1,6) = 18,2 cm
A 24
D = B = 15 = 1,6 cm

Waktu Diameter T air Volume Air Q Y3 B A P D


(det) (m) (m) (m³) (m³/det) (m) (m) (m²) (m²) (m)
5 0.44 0.132 0.020 0.0040 0.055 0.15 0.008 0.26 0.032
10 0.44 0.234 0.036 0.0036 0.055 0.15 0.008 0.26 0.032
15 0.44 0.329 0.050 0.0033 0.055 0.15 0.008 0.26 0.032
20 0.44 0.423 0.064 0.0032 0.055 0.15 0.008 0.26 0.032
25 0.44 0.510 0.078 0.0031 0.055 0.15 0.008 0.26 0.032

∑ T air 132
T air = = = 13,2 detik
n 10

44 2
V air = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 = 3,14 × ( 2 ) × 13,2 = 20060,8 cm3
𝑉 20060,8
Q air = = × 10−6 = 0,004 m3/detik
𝑡 5

A = B × h = 15 × 5,5 = 82,5 cm
P = B + 2h = 15 + 2(5,5) = 25 cm
A 82,5
D=B= = 5,5 cm
15

 Data Percobaan :
a = 1,5 cm y0 = 23 cm
b = 15 cm y3 = 5,5 cm
ρ = Berat jenis air = 10-3 gr/cm3 Panjang jarak loncatan = 284
cm
1. Perhitungan aliran
y3 5,5
Cc = = = 3,67
a 1,5
3 3
Qr√1 + y × Cc 4000√1 + 23 × 3,67
0
Cv = =
Cc × b × a√2gh 3,67 × 15 × 1,5√2 . 981 . 23

15
4070,461
= = 0,232
17541,3
Cc × Cv 3,67 × 0,232
Cd = =
2 2
√{1 − (2 Cc) } √{1 − (2 3,67) }
h 23

0,85144
= = 0,898
√1 − 0,10185
2. y3 = 5,5 cm > a = 1,5 cm
Maka terjadi aliran tenggelam (sub merged flow)
3. Gaya-gaya yang bekerja pada aliran pintu :
F1 = 0,5 . ρ . g . y02
= 0,5 . 10-3 . 981 . (23)2
= 259,47 = 2,5947 N
F2 = 0,5 . ρ . g . y32
= 0,5 . 10-3 . 981 . (5,5)2
= 14,838 = 0,14838 N
(y1 −y3 )3
F3 = 0,5 . ρ . g . (y1 +y3 )

(23−5,5)3
= 0,5 . 10-3 . 981 . (23+5,5)

= 92,238 = 0,92238 N
F3’ = F1 – F2
= 2,5947 – 0,14838
= 1,67232
F3 ′ 1,67232
= 0,92238
F3

= 1,813
Karena 1,813 > 1, maka pintu air tersebut dapat menahan reaksi
yang timbul terhadap pintu.

4. Energi Spesifik
181
V1 = = 13,7
13,2
181
V2 = = 7,735
23,4

16
V12
Es1 = y0 +
2g
13,72
= 23 +
2 . 981
= 23,096 cm
V22
Es2 = y3 +
2g
7,7352
= 5,5 +
2 . 981
= 5,53 cm
∆Es = Es1 – Es2 = 23,096 – 5,53 = 17,566

3 Qr 2
hc = √
g . b2

3 40002
=√
981 . 152

= 4,17
3 3
Es min = 2 hc = 2 . 4,17 = 6,255

y3 > hc → Maka aliran tergolong aliran sub kritis


y3 = hc → Maka aliran tergolong aliran kritis
y3 < hc → Maka aliran tergolong aliran super kritis

Gambar 1a. Grafik Hubungan Energi Spesifik dan Kedalaman Pada Bukaan
Pintu Air 1,5 cm

17
5. Tipe Loncatan Air
V𝑐 = √2g(Esmin − hc)

= √2 . 981 (6,255 − 4,17)


= 63,959 cm/det
Perhitungan loncatan air :
Diketahui
Hc = 4,17
Esmin = 6,255
VC 2
Esmin = Hc + 2g

V 2
6,255 = 4,17 + 2 . C981

12309,84 = 8181,54 + Vc2


Vc2 = 4128,3
Vc = 64,25
VC
Fr =
√g . hc
64,25
= = 1,005 → 𝑡𝑦𝑝𝑒 𝑢𝑛𝑑𝑢𝑙𝑎𝑟 𝑗𝑢𝑚𝑝
√981 . 4,17

5 detik 10 detik 15 detik 20 detik 25 detik


No.
T air (cm) T air (cm) T air (cm) T air (cm) T air (cm)
1 13 24 35 45 54
2 14 24.2 35.5 45.5 54.5
3 13.7 24.3 36 45.2 53.5
4 13.9 24.7 36.2 46 53.8
5 14.1 24 36 44.5 54.2
6 14 24.5 35.8 45.8 54.5
7 14.1 24.9 35.0 45.2 54.1
8 14.3 26 36.1 45.8 53.9
9 13.8 25.2 36 45.1 54.3
10 13 25.3 36.2 45.3 53.5
11 12.7 22 32.5 40.5 50.2
12 12.5 22.6 32.2 40.8 50.6
13 12.2 22.3 32.8 41.2 49.5
14 12.8 22 33 40.9 49.7
15 12 23 32.2 42 50.1

18
16 13 22.7 32.6 41 50.3
17 13.2 22.8 33 42.5 49.5
18 12.6 22.2 32.7 41.1 51
19 12.4 22.3 31.9 42.3 50.5
20 12.9 22.9 32 42 50.7
Rata - rata 13.17 23.50 34.65 43.20 52.50
 Data hasil pengamatan tinggi air 2 cm

Data hasil perhitungan data lapangan


Waktu Diameter T air Volume Air Q Y0 B A P D
(det) (m) (m) (m³) (m³/det) (m) (m) (m²) (m²) (m)
5 0.44 0.132 0.020 0.0040 0.14 0.15 0.020 0.42 0.048
10 0.44 0.235 0.036 0.0036 0.14 0.15 0.020 0.42 0.048
15 0.44 0.347 0.053 0.0035 0.14 0.15 0.020 0.42 0.048
20 0.44 0.432 0.066 0.0033 0.14 0.15 0.020 0.42 0.048
25 0.44 0.525 0.080 0.0032 0.14 0.15 0.020 0.42 0.048

Cara perhitungan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan telah diketahui dan ditetapkan :
 Kita ambil sample 1 dengan waktu 5 detik
 Diameter 44 cm
 Lebar Air (B) = 15 cm
Hasil Perhitungan :
∑ T air 132
T air = = = 13,2 detik
n 10

44 2
V air = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 = 3,14 × ( 2 ) × 13,2 = 20060,8 cm3
𝑉 20060,8
Q air = = × 10−6 = 0.004 m3/detik
𝑡 5

A = B × h = 15 × 14 = 210 cm
P = B + 2h = 15 + 2(14) = 43 cm
A 210
D=B= = 14 cm
15

Waktu Diameter T air Volume Air Q Y1 B A P D


(det) (m) (m) (m³) (m³/det) (m) (m) (m²) (m²) (m)
5 0.44 0.132 0.020 0.0040 0.018 0.15 0.0027 0.19 0.015
10 0.44 0.235 0.036 0.0036 0.018 0.15 0.0027 0.19 0.015
15 0.44 0.347 0.053 0.0035 0.018 0.15 0.0027 0.19 0.015
20 0.44 0.432 0.066 0.0033 0.018 0.15 0.0027 0.19 0.015
25 0.44 0.525 0.080 0.0032 0.018 0.15 0.0027 0.19 0.015

19
∑ T air 132
T air = = = 13,2 detik
n 10

44 2
V air = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 = 3,14 × ( 2 ) × 13,2 = 20060,8 cm3
𝑉 20060,8
Q air = = × 10−6 = 0.004 m3/detik
𝑡 5

A = B × h = 15 × 1,8 = 27 cm
P = B + 2h = 15 + 2(1,8) = 18,6 cm
A 27
D = B = 15 = 1,8 cm

Waktu Diameter T air Volume Air Q Y3 B A P D


(det) (m) (m) (m³) (m³/det) (m) (m) (m²) (m²) (m)
5 0.44 0.132 0.020 0.0040 0.057 0.15 0.0086 0.26 0.032
10 0.44 0.235 0.036 0.0036 0.057 0.15 0.0086 0.26 0.032
15 0.44 0.347 0.053 0.0035 0.057 0.15 0.0086 0.26 0.032
20 0.44 0.432 0.066 0.0033 0.057 0.15 0.0086 0.26 0.032
25 0.44 0.525 0.080 0.0032 0.057 0.15 0.0086 0.26 0.032

∑ T air 132
T air = = = 13,2 detik
n 10

44 2
V air = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 = 3,14 × ( 2 ) × 13,2 = 20060,8 cm3
𝑉 20060,8
Q air = = × 10−6 = 0.004 m3/detik
𝑡 5

A = B × h = 15 × 5,7 = 85,5 cm
P = B + 2h = 15 + 2(5,7) = 26,4 cm
A 85,5
D=B= = 5,7 cm
15

 Data Percobaan :
a = 2 cm y0 = 14 cm
b = 15 cm y3 = 5,7 cm
ρ = Berat jenis air = 10-3 gr/cm3 Panjang jarak loncatan = 264
cm
1. Perhitungan aliran
y3 5,7
Cc = = = 2,85
a 2
3 3
Qr√1 + y × Cc 4000√1 +
0 14 × 2,85
Cv = =
Cc × b × a√2gh 2,85 × 15 × 2√2 . 981 . 14

20
4147,65
= = 0,293
14170,3
Cc × Cv 2,85 × 0,293
Cd = =
2
2,85 2
√{1 − (2 Cc) } √{1 − (2
h 14 ) }

0,835
= = 0,914
√1 − 0,166
2. y3 = 5,7 cm > a = 2 cm
Maka terjadi aliran tenggelam (sub merged flow)
3. Gaya-gaya yang bekerja pada aliran pintu :
F1 = 0,5 . ρ . g . y02
= 0,5 . 10-3 . 981 . (14)2
= 96,14 = 0,9614 N
F2 = 0,5 . ρ . g . y32
= 0,5 . 10-3 . 981 . (5,7)2
= 15,94 = 0,1594 N
(y0 −y3 )3
F3 = 0,5 . ρ . g . (y0 +y3 )

(14−5,7)3
= 0,5 . 10-3 . 981 . (14+5,7)

= 14,24 = 0,1424 N
F3’ = F1 – F2
= 0,9614 – 0,1594
= 0,802
F3 ′ 0,802
= 0,1424
F3

= 5,632
Karena 5,632 > 1, maka pintu air tersebut dapat menahan reaksi
yang timbul terhadap pintu.
4. Energi Spesifik
56
V1 = = 4,24
13,2
56
V2 = = 2,38
23,5

21
V12
Es1 = y0 +
2g
4,242
= 14 + = 14 cm
2 . 981
V22
Es2 = y3 +
2g
2,382
= 5,7 +
2 . 981
= 5,7 cm
∆Es = Es1 – Es2 = 14 – 5,7 = 8,3

3 Qr 2
hc = √
g . b2

3 40002
=√
981 . 152

= 4,17
3 3
Es min = 2 hc = 2 . 4,17 = 6,255

y3 > hc → Maka aliran tergolong aliran sub kritis


y3 = hc → Maka aliran tergolong aliran kritis
y3 < hc → Maka aliran tergolong aliran super kritis

Gambar 1b. Grafik Hubungan Energi Spesifik dan Kedalaman Pada Bukaan
Pintu Air 2 cm

22
5. Tipe Loncatan Air
V𝑐 = √2g(Esmin − hc)

= √2 . 981 (6,255 − 4,17)


= 63,96 cm/det
Perhitungan loncatan air :
Diketahui
Hc = 4,17
Esmin = 6,255
VC 2
Esmin = Hc + 2g

V 2
6,255 = 4,17 + 2 . C981

12272,31 = 8181,54 + Vc2


Vc2 = 4090,77
Vc = 63,96
VC
Fr =
√g . hc
63,96
= = 0,985 → 𝑡𝑦𝑝𝑒 𝑢𝑛𝑑𝑢𝑙𝑎𝑟 𝑗𝑢𝑚𝑝
√981 . 4,17

 Data hasil pengamatan tinggi air 2,5 cm


5 detik 10 detik 15 detik 20 detik 25 detik
No.
T air (cm) T air (cm) T air (cm) T air (cm) T air (cm)
1 14.5 26 36.5 46.5 56
2 15 26.6 37 47 56.5
3 15.2 26.3 36.5 46. 55.8
4 15.5 26.2 36.6 46.7 57
5 13.9 26 37 46.4 56.2
6 14.5 26.1 36.2 46.6 55.3
7 15.3 26.3 36.4 46.3 55.8
8 15.6 26 37.1 46.2 57.2
9 15.7 26.9 37.2 46.4 56.8
10 15.9 26 36.5 46 56
11 13 24 32 43 49.5
12 13.2 24.1 34 43.7 50
13 13.4 23.9 32.5 44.3 50.8
14 12.7 23.7 33 43.6 50.3

23
15 12.6 23.9 33.7 43.2 49.7
16 12.5 24.5 32.8 44 49.3
17 12.2 24.2 33.1 42.5 49.7
18 12.5 24 32 43.3 49.6
19 12.9 23.9 32.4 44.2 50.5
20 13 23.6 34 43.1 50.6
Rata - rata 12.96 24.56 33.63 43.99 53.13

Data hasil perhitungan data lapangan


Waktu Diameter T air Volume Air Q Y0 B A P D
(det) (m) (m) (m³) (m³/det) (m) (m) (m²) (m²) (m)
5 0.44 0.130 0.020 0.0039 0.10 0.15 0.015 0.35 0.043
10 0.44 0.246 0.037 0.0037 0.10 0.15 0.015 0.35 0.043
15 0.44 0.336 0.051 0.0034 0.10 0.15 0.015 0.35 0.043
20 0.44 0.440 0.067 0.0033 0.10 0.15 0.015 0.35 0.043
25 0.44 0.531 0.081 0.0032 0.10 0.15 0.015 0.35 0.043

Cara perhitungan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan telah diketahui dan ditetapkan :
 Kita ambil sample 1 dengan waktu 5 detik
 Diameter 44 cm
 Lebar Air (B) = 15
Hasil Perhitungan :
∑ T air 130
T air = = = 13 detik
n 10

44 2
V air = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 = 3,14 × ( 2 ) × 13 = 19756,88 cm3
𝑉 19756,88
Q air = = × 10−6 = 0.00395 m3/detik
𝑡 5

A = B × h = 15 × 10 = 150 cm
P = B + 2h = 15 + 2(10) = 35 cm
A 150
D=B= = 10 cm
15

Waktu Diameter T air Volume Air Q Y1 B A P D


(det) (m) (m) (m³) (m³/det) (m) (m) (m²) (m²) (m)
5 0.44 0.130 0.020 0.0039 0.02 0.15 0.003 0.19 0.016
10 0.44 0.246 0.037 0.0037 0.02 0.15 0.003 0.19 0.016
15 0.44 0.336 0.051 0.0034 0.02 0.15 0.003 0.19 0.016
20 0.44 0.440 0.067 0.0033 0.02 0.15 0.003 0.19 0.016
25 0.44 0.531 0.081 0.0032 0.02 0.15 0.003 0.19 0.016

24
∑ T air 130
T air = = = 13 detik
n 10

44 2
V air = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 = 3,14 × ( 2 ) × 13 = 19756,88 cm3
𝑉 19756,88
Q air = = × 10−6 = 0.00395 m3/detik
𝑡 5

A = B × h = 15 × 2 = 30 cm
P = B + 2h = 15 + 2(2) = 19 cm
A 30
D = B = 15 = 2 cm

Waktu Diameter T air Volume Air Q Y3 B A P D


(det) (m) (m) (m³) (m³/det) (m) (m) (m²) (m²) (m)
5 0.44 0.130 0.020 0.0039 0.059 0.15 0.0089 0.27 0.033
10 0.44 0.246 0.037 0.0037 0.059 0.15 0.0089 0.27 0.033
15 0.44 0.336 0.051 0.0034 0.059 0.15 0.0089 0.27 0.033
20 0.44 0.440 0.067 0.0033 0.059 0.15 0.0089 0.27 0.033
25 0.44 0.531 0.081 0.0032 0.059 0.15 0.0089 0.27 0.033

∑ T air 130
T air = = = 13 detik
n 10

44 2
V air = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 = 3,14 × ( ) × 13 = 19756,88 cm3
2
𝑉 19756,88
Q air = = × 10−6 = 0.00395 m3/detik
𝑡 5

A = B × h = 15 × 5,9 = 88,5 cm
P = B + 2h = 15 + 2(5,9) = 26,8 cm
A 86,8
D=B= = 5,9 cm
15

 Data Percobaan :
a = 2,5 cm y0 = 10 cm
b = 15 cm y3 = 5,9 cm
ρ = Berat jenis air = 10-3 gr/cm3 Panjang jarak loncatan = 244
cm
1. Perhitungan aliran
y3 5,9
Cc = = = 2,36
a 2,5

25
3 3
Qr√1 + y × Cc 3900√1 + 10 × 2,36
0
Cv = =
Cc × b × a√2gy0 2,36 × 15 × 2,5√2 . 981 . 10
4140,47
= = 0,298
13883,88
Cc × Cv 2,36 × 0,298
Cd = =
2 2
√{1 − (2 Cc) } √{1 − (2 2,36) }
h 10

0,7
= = 0,79
√1 − 0,223
2. y3 = 5,9 cm > a = 2,5 cm
Maka terjadi aliran tenggelam (sub merged flow)
3. Gaya-gaya yang bekerja pada aliran pintu :
F1 = 0,5 . ρ . g . y02
= 0,5 . 10-3 . 981 . (10)2
= 49,05 = 0,4905 N
F2 = 0,5 . ρ . g . y32
= 0,5 . 10-3 . 981 . (5,9)2
= 17,07 = 0,1707 N
(y0 −y3 )3
F3 = 0,5 . ρ . g . (y0 +y3 )

(10−5,9)3
= 0,5 . 10-3 . 981 . (10+5,9)

= 2,126 = 0,02126 N
F3’ = F1 – F2
= 0,4905 – 0,1707
= 0,3198
F3 ′ 0,3198
= 0,02126 = 15,04
F3

Karena 15,04 > 1, maka pintu air tersebut dapat menahan reaksi
yang timbul terhadap pintu.
4. Energi Spesifik
150
V1 = = 11,54
13

26
150
V2 = = 6,098
24,6
V12
Es1 = y0 +
2g
11,542
= 10 + = 10,068 cm
2 . 981
V22
Es2 = y3 +
2g
6,0982
= 5,9 +
2 . 981
= 5,9 cm
∆Es = Es1 – Es2 = 10,068 – 5,9 = 4,168

3 Qr 2
hc = √
g . b2

3 39002
=√
981 . 152

= 4,1
3 3
Es min = 2 hc = 2 . 4,1 = 6,15

y3 > hc → Maka aliran tergolong aliran sub kritis


y3 = hc → Maka aliran tergolong aliran kritis
y3 < hc → Maka aliran tergolong aliran super kritis

Gambar 1c. Grafik Hubungan Energi Spesifik dan Kedalaman Pada Bukaan
Pintu Air 2,5 cm

27
5. Tipe Loncatan Air
V𝑐 = √2g(Esmin − hc)

= √2 . 981 (6,15 − 4,1)


= 63,42 cm/det
Perhitungan loncatan air :
Diketahui
Hc = 4,1
Esmin = 6,15
VC 2
Esmin = Hc + 2g

V 2
6,15 = 4,1 + 2 . C981

12066,3 = 8044,2 + Vc2


Vc2 = 4022,1
Vc = 63,42
VC
Fr =
√g . hc
63,42
= = 0,99 → 𝑡𝑦𝑝𝑒 𝑢𝑛𝑑𝑢𝑙𝑎𝑟 𝑗𝑢𝑚𝑝
√981 . 4,1
Karena Fr < 1,7 maka terjadi perubahan dasar aliran pintu
menjadi aliran sub kritis secara tiba-tiba.
 Data hasil pengamatan tinggi air 2,8 cm
5 detik 10 detik 15 detik 20 detik 25 detik
No.
T air (cm) T air (cm) T air (cm) T air (cm) T air (cm)
1 14.5 25.8 36 46 56.5
2 13.5 26 36.35 46.2 56
3 14.8 25.2 35.8 46.7 55
4 14.6 25.5 36.2 45.9 54.7
5 14.3 24.9 36.6 47.1 55.3
6 13.9 26.1 35.7 46.3 56.2
7 14 24.7 36.7 45.8 54.9
8 14.2 26 35.8 46.9 55.6
9 13.8 26.2 36.9 47.2 56.8
10 14.1 25.9 35.5 45.7 56.2
11 12.2 23.3 33 43 52
12 12 24 33.5 43.2 52.7
13 12.2 24.6 33.8 43.8 52.5

28
14 12.6 23.9 33.4 43.2 52.7
15 12.1 23.5 34 42 51
16 11.9 23.9 33.2 42.8 51.5
17 12 22.8 33.6 43.1 51.9
18 12.3 23.9 33.9 43.4 52.3
19 12.5 23.2 33 44.2 52.5
20 12.5 23.7 33.4 43.2 53.9
Rata - rata 13.20 24.66 34.82 44.79 54.01

Data hasil perhitungan data lapangan


Waktu Diameter T air Volume Air Q Y0 B A P D
(det) (m) (m) (m³) (m³/det) (m) (m) (m²) (m²) (m)
5 0.44 0.132 0.020 0.0040 0.082 0.15 0.012 0.31 0.039
10 0.44 0.247 0.037 0.0037 0.082 0.15 0.012 0.31 0.039
15 0.44 0.348 0.053 0.0035 0.082 0.15 0.012 0.31 0.039
20 0.44 0.448 0.068 0.0034 0.082 0.15 0.012 0.31 0.039
25 0.44 0.540 0.082 0.0033 0.082 0.15 0.012 0.31 0.039

Cara perhitungan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan telah diketahui dan ditetapkan :
 Kita ambil sample 1 dengan waktu 5 detik
 Diameter 44 cm
 Lebar Air (B) = 15
Hasil Perhitungan :
∑ T air 132
T air = = = 13,2 detik
n 10

44 2
V air = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 = 3,14 × ( 2 ) × 13,2 = 20060,8 cm3
𝑉 20060,8
Q air = = × 10−6 = 0.004 m3/detik
𝑡 5

A = B × h = 15 × 8,2 = 123 cm
P = B + 2h = 15 + 2(8,2) = 31,4 cm
A 123
D=B= = 8,2 cm
15

Waktu Diameter T air Volume Air Q Y1 B A P D


(det) (m) (m) (m³) (m³/det) (m) (m) (m²) (m²) (m)
5 0.44 0.132 0.020 0.0040 0.022 0.15 0.003 0.19 0.017
10 0.44 0.247 0.037 0.0037 0.022 0.15 0.003 0.19 0.017
15 0.44 0.348 0.053 0.0035 0.022 0.15 0.003 0.19 0.017
20 0.44 0.448 0.068 0.0034 0.022 0.15 0.003 0.19 0.017

29
25 0.44 0.540 0.082 0.0033 0.022 0.15 0.003 0.19 0.017

∑ T air 132
T air = = = 13,2 detik
n 10

44 2
V air = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 = 3,14 × ( 2 ) × 13,2 = 20060,8 cm3
𝑉 20060,8
Q air = = × 10−6 = 0.004 m3/detik
𝑡 5

A = B × h = 15 × 2,2 = 33 cm
P = B + 2h = 15 + 2(2,2) = 19,4 cm
A 33
D = B = 15 = 2,2 cm

Waktu Diameter T air Volume Air Q Y3 B A P D


(det) (m) (m) (m³) (m³/det) (m) (m) (m²) (m²) (m)
5 0.44 0.132 0.020 0.0040 0.060 0.15 0.009 0.27 0.033
10 0.44 0.247 0.037 0.0037 0.060 0.15 0.009 0.27 0.033
15 0.44 0.348 0.053 0.0035 0.060 0.15 0.009 0.27 0.033
20 0.44 0.448 0.068 0.0034 0.060 0.15 0.009 0.27 0.033
25 0.44 0.540 0.082 0.0033 0.060 0.15 0.009 0.27 0.033

∑ T air 132
T air = = = 13,2 detik
n 10

44 2
V air = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 = 3,14 × ( 2 ) × 13,2 = 20060,8 cm3
𝑉 20060,8
Q air = = × 10−6 = 0.004 m3/detik
𝑡 5

A = B × h = 15 × 6 = 90 cm
P = B + 2h = 15 + 2(6) = 27 cm
A 90
D = B = 15 = 6 cm

 Data Percobaan :
a = 2,8 cm y0 = 8,2 cm
b = 15 cm y3 = 6 cm
ρ = Berat jenis air = 10-3 gr/cm3 Panjang jarak loncatan = 226
cm
1. Perhitungan aliran
y3 6
Cc = = =2
a 3

30
3 3
Qr√1 + y × Cc 4000√1 + 8,2 × 2
0
Cv = =
Cc × b × a√2gy0 2 × 15 × 2,8√2 . 981 . 8,2
4350,5
= = 0,4
10654,56
Cc × Cv 2 × 0,4
Cd = =
2 2
√{1 − (2 Cc) } √{1 − (2 2 ) }
y 0 8,2

0,8
= = 0,917
√1 − 0,238
2. y3 = 6 cm > a = 2,8 cm
Maka terjadi aliran tenggelam (sub merged flow)
3. Gaya-gaya yang bekerja pada aliran pintu :
F1 = 0,5 . ρ . g . y02
= 0,5 . 10-3 . 981 . (8,2)2
= 32,98 = 0,3298 N
F2 = 0,5 . ρ . g . y32
= 0,5 . 10-3 . 981 . (6)2
= 17,66 = 0,1766 N
(y0 −y3 )3
F3 = 0,5 . ρ . g . (y0 +y3 )

(8,2−6)3
= 0,5 . 10-3 . 981 . (8,2+6)

= 0,37 = 0,0037 N
F3’ = F1 – F2
= 0,3298 – 0,1766
= 0,1532
F3 ′ 0,1532
= 0,0037
F3

= 41,405
Karena 41,405 > 1, maka pintu air tersebut dapat menahan reaksi
yang timbul terhadap pintu.
4. Energi Spesifik
414
V1 = = 31,36
13,2

31
414
V2 = = 16,76
24,7
V12
Es1 = y0 +
2g
31,362
= 8,2 + = 8,7 cm
2 . 981
V22
Es2 = y3 +
2g
16,762
=6+
2 . 981
= 6,14 cm
∆Es = Es1 – Es2 = 8,7 – 6,14 = 2,56

3 Qr 2
hc = √
g . b2

40002
3
= √
981 . 152

= 4,17
3 3
Es min = 2 hc = 2 . 4,17 = 6,255

y3 > hc → Maka aliran tergolong aliran sub kritis


y3 = hc → Maka aliran tergolong aliran kritis
y3 < hc → Maka aliran tergolong aliran super kritis

Gambar 1d. Grafik Hubungan Energi Spesifik dan Kedalaman Pada Bukaan
Pintu Air 2,8 cm

32
5. Tipe Loncatan Air
V𝑐 = √2g(Esmin − hc)

= √2 . 981 (6,255 − 4,17)


= 63,96 cm/det

Perhitungan loncatan air :


Diketahui
Hc = 4,17
Esmin = 6,255
VC 2
Esmin = Hc + 2g

VC 2
6,255 = 4,17 +
2 . 981

12272,31 = 8181,54 + Vc2


Vc2 = 4090,77
Vc = 63,96
VC
Fr =
√g . hc
63,96
= = 1,00 → 𝑡𝑦𝑝𝑒 𝑢𝑛𝑑𝑢𝑙𝑎𝑟 𝑗𝑢𝑚𝑝
√981 . 4,17
Karena Fr < 1,7 maka terjadi perubahan dasar aliran pintu
menjadi aliran sub kritis secara tiba-tiba.

33
 Data hasil pengamatan tinggi air 3,5 cm
5 detik 10 detik 15 detik 20 detik 25 detik
No.
T air (cm) T air (cm) T air (cm) T air (cm) T air (cm)
1 14 26 36.5 46 54
2 14.2 26.3 37 46.5 54.5
3 13.7 25.7 37.7 46.4 54.9
4 13.8 25 37.2 47 55.2
5 14.3 26.7 36.9 46.9 55.7
6 13.9 25.9 37.2 46.7 55.8
7 14.5 26.3 37 47.5 54.9
8 14 25.8 36.8 46.9 55.2
9 13.7 25.7 36.9 47 56
10 13.8 26 37.2 46.2 55.9
11 12.5 24 33 43 52
12 12.3 23.8 32.5 43.1 52.3
13 12.8 24.2 32.7 42.9 52.9
14 11.8 23.5 33 43.3 51.9
15 11.7 22.3 33.2 43 52.6
16 12.1 22.8 32.9 42.7 51
17 12.2 23.2 33.3 42 51.7
18 11.6 24.1 33.5 42.9 52.5
19 12.4 22.9 32.9 43.1 52.9
20 12.6 23.7 33.7 43.9 51.7
Rata - rata 13.10 24.70 35.06 44.85 53.68

Data hasil perhitungan data lapangan


Waktu Diameter T air Volume Air Q Y0 B A P D
(det) (m) (m) (m³) (m³/det) (m) (m) (m²) (m²) (m)
5 0.44 0.131 0.0199 0.004 0.065 0.15 0.010 0.28 0.035
10 0.44 0.247 0.0375 0.004 0.065 0.15 0.010 0.28 0.035
15 0.44 0.351 0.0533 0.004 0.065 0.15 0.010 0.28 0.035
20 0.44 0.449 0.0682 0.003 0.065 0.15 0.010 0.28 0.035
25 0.44 0.537 0.0816 0.003 0.065 0.15 0.010 0.28 0.035

Cara Perhitungan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan telah diketahui dan ditetapkan :
 Kita ambil sample 1 dengan waktu 5 detik
 Diameter 34 cm
 Lebar Air (B) = 15
Hasil Perhitungan :

34
∑ T air 131
T air = = = 13,1 detik
n 10

44 2
V air = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 = 3,14 × ( 2 ) × 13,1 = 19908,86 cm3
𝑉 19908,86
Q air = = × 10−6 = 0.00398 m3/detik
𝑡 5

A = B × h = 15 × 6,5 = 97,5 cm
P = B + 2h = 15 + 2(6,5) = 28 cm
A 97,5
D=B= = 6,5 cm
15

Waktu Diameter T air Volume Air Q Y1 B A P D


(det) (m) (m) (m³) (m³/det) (m) (m) (m²) (m²) (m)
5 0.44 0.131 0.0199 0.004 0.024 0.15 0.004 0.20 0.018
10 0.44 0.247 0.0375 0.004 0.024 0.15 0.004 0.20 0.018
15 0.44 0.351 0.0533 0.004 0.024 0.15 0.004 0.20 0.018
20 0.44 0.449 0.0682 0.003 0.024 0.15 0.004 0.20 0.018
25 0.44 0.537 0.0816 0.003 0.024 0.15 0.004 0.20 0.018

∑ T air 131
T air = = = 13,1 detik
n 10

44 2
V air = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 = 3,14 × ( 2 ) × 13,1 = 19908,86 cm3
𝑉 19908,86
Q air = = × 10−6 = 0.00398 m3/detik
𝑡 5

A = B × h = 15 × 2,4 = 36 cm
P = B + 2h = 15 + 2(2,4) = 19,8 cm
A 36
D = B = 15 = 2,4 cm

Waktu Diameter T air Volume Air Q Y3 B A P D


(det) (m) (m) (m³) (m³/det) (m) (m) (m²) (m²) (m)
5 0.44 0.131 0.0199 0.004 0.061 0.15 0.009 0.27 0.034
10 0.44 0.247 0.0375 0.004 0.061 0.15 0.009 0.27 0.034
15 0.44 0.351 0.0533 0.004 0.061 0.15 0.009 0.27 0.034
20 0.44 0.449 0.0682 0.003 0.061 0.15 0.009 0.27 0.034
25 0.44 0.537 0.0816 0.003 0.061 0.15 0.009 0.27 0.034

∑ T air 131
T air = = = 13,1 detik
n 10

44 2
V air = 𝜋. 𝑟 2 . 𝑇 𝑎𝑖𝑟 = 3,14 × ( 2 ) × 13,1 = 19908,86 cm3
𝑉 19908,86
Q air = = × 10−6 = 0.00398 m3/detik
𝑡 5

A = B × h = 15 × 6,1 = 91,5 cm

35
P = B + 2h = 15 + 2(6,1) = 27,2 cm
A 91,5
D=B= = 6,1 cm
15

 Data Percobaan :
a = 3,5 cm y0 = 6,5 cm
b = 15 cm y3 = 6,1 cm
ρ = Berat jenis air = 10-3 gr/cm3 Panjang jarak loncatan = 216
cm
1. Perhitungan aliran
y3 6,1
Cc = = = 1,74
a 3,5
3 3
Qr√1 + y × Cc 4000√1 +
0 6,5 × 1,74
Cv = =
Cc × b × a√2gy0 1,74 × 15 × 3,5√2 . 981 . 6,5
4000,27
= = 0,387
10316
Cc × Cv 1,74 × 0,387
Cd = =
2 2
√{1 − (2 Cc) } √{1 − (2 1,74) }
y0 6,5

0,67
= = 0,72
√1 − 0,143
2. y3 = 6,1 cm > a = 3,5 cm
Maka terjadi aliran tenggelam (sub merged flow)
3. Gaya-gaya yang bekerja pada aliran pintu :
F1 = 0,5 . ρ . g . y02
= 0,5 . 10-3 . 981 . (6,5)2
= 20,72 = 0,2072 N
F2 = 0,5 . ρ . g . y32
= 0,5 . 10-3 . 981 . (6,1)2
= 18,25 = 0,1825 N
(y0 −y3 )3
F3 = 0,5 . ρ . g . (y0 +y3 )

(6,5−6,1)3
= 0,5 . 10-3 . 981 . (6,5+6,1)

36
= 0,0025 = 0,000025 N
F3’ = F1 – F2
= 0,2072 – 0,1825
= 0,0247
F3 ′ 0,0247
= 0,000025 = 988
F3

Karena 988 > 1, maka pintu air tersebut dapat menahan reaksi
yang timbul terhadap pintu.
4. Energi Spesifik
988
V1 = = 75,4
13,1
988
V2 = = 40
24,7
V12
Es1 = y0 +
2g
75,42
= 6,5 + = 9,4 cm
2 . 981
V22
Es2 = y3 +
2g
402
= 6,1 +
2 . 981
= 6,9 cm
∆Es = Es1 – Es2 = 9,4 – 6,9 = 2,5

3 Qr 2
hc = √
g . b2

3 40002
=√
981 . 152

= 4,17
3 3
Es min = 2 hc = 2 . 4,17 = 6,255

y3 > hc → Maka aliran tergolong aliran sub kritis


y3 = hc → Maka aliran tergolong aliran kritis
y3 < hc → Maka aliran tergolong aliran super kritis

37
Gambar 1e. Grafik Hubungan Energi Spesifik dan Kedalaman Pada Bukaan
Pintu Air 3,5 cm

5. Tipe Loncatan Air


V𝑐 = √2g(Esmin − hc)

= √2 . 981 (6,255 − 4,17)


= 63,96 cm/det
Perhitungan loncatan air :
Diketahui
Hc = 4,17
Esmin = 6,255
VC 2
Esmin = Hc + 2g

V 2
6,255 = 4,17 + 2 . C981

12272,31 = 8181,54 + Vc2


Vc2 = 4090,77
Vc = 63,96
VC
Fr =
√g . hc
63,96
= = 1,00 → 𝑡𝑦𝑝𝑒 𝑢𝑛𝑑𝑢𝑙𝑎𝑟 𝑗𝑢𝑚𝑝
√981 . 4,17
Karena Fr < 1,7 maka terjadi perubahan dasar aliran pintu
menjadi aliran sub kritis secara tiba-tiba.

38
2.6 Kesimpulan
1. Dari perhitungan dan data diatas dapat disimpulkan bahwa setiap
percobaan pintu air 1 sampai 5 merupakan aliran tenggelam (sub merged
flow) karena Y3 lebih besar dari tinggi bukaan pintu air (a).
a (cm) Y3 (cm)
1,5 5,5
2 5,7
2,5 5,9
2,8 6
3,5 6,1

2. Reaksi yang timbul pada percobaan pintu air dapat menahan reaksi dari
aliran air karena gaya reaksi pada pintu aliran lebih besar dari 1 ( F > 1 ).
3. Dari perhitungan energi spesifik dapat disimpulkan pada setiap
percobaan, aliran yang dihasilkan tergolong aliran sub kritis, karena nilai
Y3 lebih besar dari nilai hc (Y3 > hc).
a (cm) Y3 (cm) Hc (cm)
1,5 5,5 4,17
2,5 5,7 4,17
2,8 5,9 4,1
3 6 4,17
3,8 6,1 4,17

4. Tipe aliran air pada percobaan merupakan tipe undulur jump.


5. Dari hasil semua perhitungan yang dihasilkan Fr < 1,7 maka terjadi
perubahan dasar aliran pintu menjadi aliran sub kritis secara tiba-tiba.

39
6. Grafik hubungan energi spesifik dan kedalaman

Gambar 1a. Grafik Hubungan Energi Spesifik dan Kedalaman Pada Bukaan
Pintu Air 1,5 cm

Gambar 1b. Grafik Hubungan Energi Spesifik dan Kedalaman Pada Bukaan
Pintu Air 2 cm

40
Gambar 1c. Grafik Hubungan Energi Spesifik dan Kedalaman Pada Bukaan
Pintu Air 2,5 cm

Gambar 1d. Grafik Hubungan Energi Spesifik dan Kedalaman Pada Bukaan
Pintu Air 2,8 cm

41
Gambar 1e. Grafik Hubungan Energi Spesifik dan Kedalaman Pada Bukaan
Pintu Air 3,5 cm

 Panjang Loncat Air


- Panjang Loncat Air didefinisikan sebagai jarak dari suatu titik tepat sebelum
(hulu) loncatan air (pusaran) sampai dengan suatu titik tepat di belakang
(hilir) pusaran.
- Panjang Loncat Air secara teoritis sukar ditentukan dan biasanya diperoleh
secara empirik.
No. Peneliti Rumus Keterangan
Woyeiski 𝐿 ℎ2
1. = C – 0,05 ℎ1 C=8
(1931) (ℎ2−ℎ1)
Smetana
2. Lj = C (h2 - h1) C=6
(1933)
Silvester
3. Lj = 9.75 (Fr12 - 1)1.01 -
(1964)
USBR Berdasarkan
4. Lj = A (h2 - h1)
Rajaratnam Angka Froude

1) Bukaan 1,5 cm
a. Menggunakan Teori Woyeiski (1931)
𝐿 ℎ2
= C – 0,05 ℎ1
(ℎ2−ℎ1)

𝐿 5,5
= 8 – 0,05 1,6
(5,5−1,6)

𝐿 5,5
= 8 – 0,05 1,6
3,9

42
𝐿
= 7,828
3,9

L = 30,53 cm
b. Menggunakan Teori Smetana (1933)
Lj = C (h2 - h1)
Lj = 6 (5,5 - 1,6)
Lj = 23,4 cm
c. Menggunakan Teori Silvester (1964)
Lj = 9.75 (Fr12 - 1)1.01
Lj = 9.75 (1,0052 - 1)1.01
Lj = 0,093 cm
d. Menggunakan Teori USBR Rajaratnam
Lj = A (h2 - h1)
Lj = 1,005 (5,5 – 1,6)
Lj = 3,92 cm
Untuk bukaan 1,5 cm yang paling mendekati dengan data di lapangan adalah
Teori Woyeiski (1931) yaitu 30,53 cm, dan data lapangan yaitu 55 cm dengan
perbedaan 44,5%

2) Bukaan 2 cm
e. Menggunakan Teori Woyeiski (1931)
𝐿 ℎ2
= C – 0,05 ℎ1
(ℎ2−ℎ1)

𝐿 5,7
= 8 – 0,05 1,8
(5,7−1,8)

𝐿 5,7
= 8 – 0,05 1,8
3,9

𝐿
= 7,842
3,9

L = 30,58 cm
f. Menggunakan Teori Smetana (1933)
Lj = C (h2 - h1)
Lj = 6 (5,7 - 1,8)
Lj = 23,4 cm
g. Menggunakan Teori Silvester (1964)

43
Lj = 9.75 (Fr12 - 1)1.01
Lj = 9.75 (1,0052 - 1)1.01
Lj = 0,093 cm
h. Menggunakan Teori USBR Rajaratnam
Lj = A (h2 - h1)
Lj = 1,005 (5,7 – 1,8)
Lj = 3,92 cm
Untuk bukaan 2 cm yang paling mendekati dengan data di lapangan adalah
Teori Woyeiski (1931) yaitu 30,58 cm, dengan perbedaan 49% dari data
lapangan yaitu 60 cm.

3) Bukaan 2,5 cm
i. Menggunakan Teori Woyeiski (1931)
𝐿 ℎ2
= C – 0,05 ℎ1
(ℎ2−ℎ1)

𝐿 5,9
= 8 – 0,05
(5,9−2) 2

𝐿 5,9
= 8 – 0,05
3,9 2

𝐿
= 7,856
3,9

L = 30,62 cm
j. Menggunakan Teori Smetana (1933)
Lj = C (h2 - h1)
Lj = 6 (5,9 - 2)
Lj = 23,4 cm
k. Menggunakan Teori Silvester (1964)
Lj = 9.75 (Fr12 - 1)1.01
Lj = 9.75 (1,0052 - 1)1.01
Lj = 0,093 cm
l. Menggunakan Teori USBR Rajaratnam
Lj = A (h2 - h1)
Lj = 1,005 (5,9 – 2)
Lj = 3,92 cm

44
Untuk bukaan 2,5 cm yang paling mendekati dengan data di lapangan adalah
Teori Woyeiski (1931) yaitu 30,62 cm, dengan perbedaan 49% dari data
lapangan yaitu 76 cm.

4) Bukaan 2,8 cm
m. Menggunakan Teori Woyeiski (1931)
𝐿 ℎ2
= C – 0,05 ℎ1
(ℎ2−ℎ1)

𝐿 6
= 8 – 0,05 2,2
(6−2,2)

𝐿 6
= 8 – 0,05 2,2
3,8

𝐿
= 7,863
3,8

L = 28,88 cm
n. Menggunakan Teori Smetana (1933)
Lj = C (h2 - h1)
Lj = 6 (6 – 2,2)
Lj = 22,8 cm
o. Menggunakan Teori Silvester (1964)
Lj = 9.75 (Fr12 - 1)1.01
Lj = 9.75 (1,0052 - 1)1.01
Lj = 0,093 cm
p. Menggunakan Teori USBR Rajaratnam
Lj = A (h2 - h1)
Lj = 1,005 (6 – 2,2)
Lj = 3,82 cm
Untuk bukaan 2,8 cm yang paling mendekati dengan data di lapangan adalah
Teori Woyeiski (1931) yaitu 28,88 cm, dengan perbedaan 68,6% dari data
lapangan yaitu 92 cm.

5) Bukaan 3,5 cm
q. Menggunakan Teori Woyeiski (1931)
𝐿 ℎ2
= C – 0,05 ℎ1
(ℎ2−ℎ1)

45
𝐿 6,1
= 8 – 0,05 2,4
(6,1−2,4)

𝐿 6,1
= 8 – 0,05 2,4
3,7

𝐿
= 7,87
3,7

L = 29,13 cm
r. Menggunakan Teori Smetana (1933)
Lj = C (h2 - h1)
Lj = 6 (6,1 – 2,4)
Lj = 22,2 cm
s. Menggunakan Teori Silvester (1964)
Lj = 9.75 (Fr12 - 1)1.01
Lj = 9.75 (1,0052 - 1)1.01
Lj = 0,093 cm
t. Menggunakan Teori USBR Rajaratnam
Lj = A (h2 - h1)
Lj = 1,005 (6,1 – 2,4)
Lj = 3,72 cm
Untuk bukaan 3,5 cm yang paling mendekati dengan data di lapangan adalah
Teori Woyeiski (1931) yaitu 29,13 cm, dengan perbedaan 71,9% dari data
lapangan yaitu 104 cm.
Kesimpulan
1. Dari kelima bukaan, yang paling mendekati dengan data di lapangan adalah
Teori Woyeiski (1931), dengan perbedaan antara 44,5% sampai 71,9%.
2. Penyebab perbedaan data perhitungan dengan data di lapangan disebabkan
oleh alat praktikum yang kurang memadahi, air yang bergelombang.

46
BAB III
PENURUNAN ENERGI SPESIFIK DAN KEDALAMAN KRITIS

3.1 Teori Dasar


Secara umum, persamaan yang menyatakan energi spesifikasi dalam
suatu aliran terbuka adalah :
u2
E = y + 2g ................................................................ (C.1)

Dengan : E = energi spesifik (m)


y = kedalaman air (m)
u = kecepatan aliran (m/det2)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/det2)
Pada kondisi aliran tidak seragam (non uniform flow), nilai E dapat
bertambah atau berkurang. Dalam hal ini, kecepatan rerata u = Q/A. Dimana
Q = debit aliran (m3/detik) dan A = luas penampang basah (m2). Sehingga
untuk nilai E pada setiap penampang dapat dinyatakan dengan :
Q2
E = y + 2gA2........................................................... (C.2)

Untuk saluran dengan penampang segi empat dengan lebar dasar


A=b.y dan debit persatuan lebar q = Q/b, sehingga persamaan (C.2)
menjadi :
Q2 q2
E = y + 2gb2 y2 = y + 2gy2 ..................................... (C.3)

Pada kondisi kedalaman kritis = yc (critical-depth) nilai E adalah


minimum (dE/dy=0), sehingga persamaan (C.3) menjadi :
dE q2
= 0 → 1 − qy3 = 0, atau dapat dinyatakan :
dy

q = g × y 3 .............................................................. (C.4)
Dari persamaan (C.3) dan (C.4), diperoleh :
(gyc3 ) 3
E min = yc + (2gyc2 ) = 2 yc .................................. (C.5)

Pada kondisi kedalaman kritis (yc) dan kecepatan kritis (uc), maka :
q = uc × yc × 1 = uc × yc ................................... (C.6)

47
Dari persamaan (C.4) dan (C.5), diperoleh :
q2 uc2 ×yc2
y3 = = ................................................... (C.7)
g g

atau dapat dinyatakan dengan :


Uc
(g×yc)1/2
= 1 ........................................................... (C.8)

Persamaan (C.3) merupakan pernyataan dari bilangan Froude (F),


yang mana nilai F = 1 merupakan kondisi E min atau kedalaman aliran
adalah “KRITIS”. Kritis untuk menentukan kondisi aliran adalah sebagai
berikut :
F = 1  aliran kritis
F > 1  aliran super kritis
F < 1  aliran sub kritis

3.2 Peralatan yang Digunakan


1. Saluran terbuka
2. Meteran taraf
3. Tabung pitot
4. Pintu tegak (sluice gate)

3.3 Cara Kerja


1. Siapkan peralatan dan pastikan posisi saluran terbuka horisontal dan posisi
pintu tegak lurus dasar saluran.

48
2. Aturlah tinggi bukaan pintu (Yg) = ..... mm dari dasar saluran sebagai
tinggi bukaan awal percobaan.
3. Nyalakan motor listrik dan kemudian buka katup pemasukan agar air
mengalir dalam saluran.
4. Aturlah tinggi muka air dihulu pintu (Y0) = ..... mm, dan pastikan dalam
kondisi konstan.
5. Pada ketinggian Y0 dalam butir (d), ukur dan catat Q, Y1, dan E1.
6. Naikkan tinggi bukaan pintu (Yg) sampai mencapai ketinggian maksimum
= ..... mm dengan setiap interval kenaikkan = ..... mm. Dalam hal ini
ketinggian Yc nilainya dipertahankan seperti dalam butir (d).
7. Setiap kali mengadakan perubahan tinggi bukaan pintu (Yg), ukur dan
catat Q, Y1, dan E1.
3.4 Tugas
1. Gambar grafik antara E0 dengan Y0 dan E1 dengan Y1 dan beikan
kesimpulan!
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi niali E min ?

3.5 Pengolahan Data dan Hasil Hitungan


Tabel 2.1. Data Percobaan
Yg Y0 Y1 Q E1 E0
No.
(m) (m) (m) (m³/det)
1 0.015 0.230 0.016 0.0034 0.01602 0.23002
2 0.020 0.135 0.018 0.0035 0.01806 0.13506
3 0.025 0.100 0.024 0.0035 0.02413 0.10013
4 0.028 0.082 0.022 0.0036 0.02221 0.08221
5 0.035 0.065 0.024 0.0036 0.02431 0.06531

Dengan :
Yg = Tinggi bukaan pintu (m)
Y0 = Tinggi muka air di hulu pintu (m)
Y1 = Tinggi muka air di hilir pintu (m)
Q = Data percobaan pintu air
E1 = Energi spesifik di hilir
E0 = Energi spesifik di hulu

49
Perhitungan Kecepatan :
Diketahui : Q = 0,0035 m 3 /dt
B = 0, 15 m
Y 0 = 0,122 m

Ditanya : V 0 : .....?
Jawab :
A0= Y0 x B
= 0,122 x 0,15
= 0,0183 m 2
Q
V0=
A0
0,0035
= 0,0183

= 0,191 m/det
(untuk selanjutnya dapat dilihat pada tabel 2.2)
Tabel 2.2. Data Kecepatan
Yg Y0 Y1 Q A0 A1 V0 V1 H0 H1
No.
(m) (m) (m) (m³/det) (m²) (m²) (m³) (m³)
1 0.015 0.230 0.016 0.0034 0.035 0.0024 0.100 1.435 0.230021 0.016021
2 0.020 0.135 0.018 0.0035 0.020 0.0027 0.173 1.301 0.135065 0.018065
3 0.025 0.100 0.024 0.0035 0.015 0.0027 0.235 1.308 0.100127 0.024127
4 0.028 0.082 0.022 0.0036 0.012 0.0033 0.292 1.089 0.082211 0.022211
5 0.035 0.065 0.024 0.0036 0.010 0.0036 0.369 0.999 0.065306 0.024306

a) Gambar Grafik
1. Gambar grafik antara E0 dengan Y0

50
Keterangan: jenis alirannya semua adalah sama yaitu superkritis.

2. Gambar grafik antara E1 dengan Y1

Keterangan: jenis alirannya semua adalah sama yaitu superkritis.

b) Menghitung E min
Rumus yang digunakan
Q
Dimana : q = B

 q . Yc 2  3
E min  Yc     Yc
 2g . Yc  2
Keterangan :
Yc = Kedalaman kritis (cm)
Emin = Energi spesifik minimum (cm)

51
q = Debit persatuan lebar (cm2/dt)
Q = Debit (cm3/dt)

Diketahui : Q = 0,0035 m 3 /dt


B = 0,15 m
g = 9,81 m/dt 2
Ditanya : E min : ...?
Q 0,0035
1. q= = = 0,0233 m2/dt
B 0,15
1 1
q2 3 0,02332 3
2. Yc = ( g ) = ( ) = 0,038 m
9,81
3 3
3. E min = 2 × Yc = 2 × 0,038 = 0,057 m

3.6 Kesimpulan
1. Berdasarkan grafik hasil percobaan dapat disimpulkan :
a) Setiap debit memiliki kedalaman kritis yang berbeda.
b) Kedalaman kritis bertambah sebanding dengan pertambahan debit.
c) Gambar grafik antara E0 dengan Y0

52
d) Gambar grafik antara E1 dengan Y1

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bertambahnya ketinggian aliran pada


energi spesifik adalah :
a) Ketinggian muka air.
b) Harga kecepatan masing-masing keadaan debit.

53
BAB IV
PERCOBAAN DEBIT ALIRAN YANG MELALUI SLUICE GATE

4.1 Teori Dasar


Pengaliran air dibawah “sluice gate” mempunyai dua kondisi, yaitu
pengaliran bebas (free flow) dan pengaliran tenggelam (submerged flow).
Kondisi pengaliran bebas dicapai bila aliran didepan pintu adalah
“superkritis”. Untuk kondisi pengaliran tenggelam akan dicapai bila
kedalaman air dibelakang pintu Y1 > Cc. Yg, dalam hal ini Cc = koefisien
konstraksi, dan Yg = tinggi bukaan pintu.
Rumus pengaliran dibawah ini “sluice gate” adalah :
a) Pengaliran bebas
Q = Cd × B × Yg × √2g × (Yo − Cc. Yg)
Dengan :
Q = debit yang melalui pintu (m3/dt)
Cd = koefisien debit
B = lebar pintu (m)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
Yg = tinggi bukaan pintu (m)
Y0 = tinggi muka air dihulu (m)
Cc = koefisien kontraksi = 0,81
b) Pengaliran tenggelam
Q = Cd × B × Yg × √2g × (Yo − Y1)
Dalam hal ini Y1 adalah kedalam air dihilir pintu, Menurut Henry H.R.,
keragaman nilai Cd dengan Yg/Y0 adalah sebagai berikut :

Keragaman nilai Cc dengan Yg/Y0 menurut T.Brooke Benjamin


adalah sebagai berikut :

54
4.2 Peralatan Yang Digunakan
1. Saluran terbuka
2. Meteran taraf
3. Tabung pitot
4. Pintu tegak (sluice gate)

4.3 Cara Kerja


1. Siapkan peralatan dan pastikan posisi saluran terbuka horisontal dan posisi
pintu tegak lurus dasar saluran.
2. Aturlah tinggi bukaan pintu (Yg) = ..... mm dari dasar saluran sebagai
tinggi bukaan awal percobaan.
3. Nyalakan motor listrik dan kemudian buka katup pemasukan agar air
mengalir dalam saluran.
4. Aturlah tinggi muka air dihulu pintu (Y0) = ..... mm, dan pastikan dalam
kondisi konstan.
5. Pada ketinggian Y0 dalam butir (d), ukur dan catat Q, Y1, dan E1.
6. Naikkan tinggi bukaan pintu (Yg) sampai mencapai ketinggian maksimum
= ..... mm dengan setiap interval kenaikkan = ..... mm. Dalam hal ini
ketinggian Y0 nilainya dipertahankan seperti dalam butir (d).
7. Setiap kali mengadakan perubahan tinggi bukaan pintu (Yg), ukur dan
catat Q, Y1, dan H0.
8. Ulangi prosedur diatas dengan aliran yang konstan, tetapi dengan Y0
bervariasi (minimum 5 variasi).

55
4.4 Tugas
1. Hitung nilai Cd untuk setiap nilai Q.
2. Gambar grafik antara Cd dengan Yg/Y0 untuk Yc tetap dan Cd dengan
Yg/Y0 untuk Q yang tetap.
3. Apakah nilai Cc selalu konstan = 0,61.
4. Parameter apa yang paling berpengaruh terhadap nilai Cd.

4.5 Penyelesaian
 Tabel data hasil percobaan debit aliran yang melalui sluice gate
Yg Y0 Y1 Q A0 A1 V0 V1 H0 H1
No.
(m) (m) (m) (m³/det) (m²) (m²) (m³) (m³)
1 0.015 0.230 0.016 0.0034 0.035 0.0024 0.100 1.435 0.230021 0.016021
2 0.020 0.135 0.018 0.0035 0.020 0.0027 0.173 1.301 0.135065 0.018065
3 0.025 0.100 0.024 0.0035 0.015 0.0027 0.235 1.308 0.100127 0.024127
4 0.028 0.082 0.022 0.0036 0.012 0.0033 0.292 1.089 0.082211 0.022211
5 0.035 0.065 0.024 0.0036 0.010 0.0036 0.369 0.999 0.065306 0.024306

Cara perhitungan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan telah diketahui dan ditetapkan :
 Q diambil dari data bab II dengan waktu 5 detik. Dengan rerata nilai Q
 A0 dan A1 berasal dari data bab II
 B = 15 cm
Hasil Perhitungan :
Q × 106 0,0034 × 106
V0 = = = 10 cm/dtk
A0 350
Q × 106 0,0034 × 106
V1 = = = 143,5 cm/dtk
A1 24
V0 10
H0 = Y0 + = 23 + = 23 cm
2g 2 . 981
V1 143,5
H1 = Y1 + = 1,6 + = 1,6 cm
2g 2 . 981

56
Gambar grafik antara Cd dengan Yg/Y0

4.6 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil perhitungan nilai Cd :
a) Aliran merupakan aliran tenggelam (sub merged flow), karena karena
Yg = 3,8 cm > Y1 = 2,7 cm.
2. Berdasarkan grafik hasil percobaan dapat disimpulkan :
a) Setiap debit memiliki kedalaman kritis yang berbeda.
b) Kedalaman kritis bertambah sebanding dengan pertambahan debit.
c) Gambar Grafik antara Cd dengan Yg/Y0

57
BAB V
PERCOBAAN LONCATAN HIDRAULIK

1.1 Teori Dasar


Dalam percobaan “sluice gate” ini, pengaliran diatur sampai
menghasilkan kondisi aliran berubah secara cepat (rapid flow). Dengan
demikian, pada bagian hilir pintu terbentuk loncatan air.
Perbandingan kehilangan tinggi (∆H) dengan kedalaman sebelum
loncatan (ya) dirumuskan seperti berikut :
yb 3
∆H ( −1)
ya
= 4yb ............................................................. (D.1)
ya
ya

Dalam hal ini yb adalah kedalaman air setelah loncatan hidraulik.


Gaya aliran pada suatu penampang dalam saluran terbuka dirumuskan
seperti berikut :
r×g×b×y2 r×Q2
F= + ................................................. (D.2)
2 by

Dengan : F = gaya aliran (N)


r = rapat massa air (kg/m3)
b = lebar saluran (m)
y = kedalaman air (m)
Q = debit aliran (m3/det)
g = percepatan gravitaso (m/det2)

58
1.2 Peralatan Yang Digunakan
1. Saluran terbuka
2. Meteran taraf
3. Tabung pitot
4. Pintu tegak (sluice gate)

1.3 Cara Kerja


1. Siapkan peralatan dan pastikan posisi saluran terbuka horisontal dan posisi
pintu tegak lurus dasar saluran.
2. Nyalakan motor listrik dan kemudian buka katup pemasukan agar air
mengalir dalam saluran.
3. Aturlah tinggi muka air dihulu pintu (Y0) = ..... mm, dengan (Yg) = .....
dan pastikan dalam kondisi konstan.
4. Aturlah tinggi bukaan pintu (Yg) sampai membentuk loncatan hidraulik
detengah-tengah antara pintu dan tali gate.
5. Ukur dan catat nilai-nilai Y1, Ya, H1, H3, dan Q
6. Ulangi prosedur diatas dengan aliran yang konstan, tetapi dengan Y0
bervariasi (minimum 5 variasi).
“Perhatian bahwa pada loncatan kecil, air tidak bergolak tetapi membentuk
gelombang tegak yang mulus (loncatan tidak bergelombang)”.

1.4 Tugas
1. Hitung V1 dan gambar grafik hubungan antara V12/gy1 dengan y3/y1
2. Hitung ∆H/y1 dan gambar grafik hubungan ∆H/y1 dengan y3/y1
3. Hitung nilai yc dan ujilah pakai y1<yc<y3

59
1.5 Penyelesaian
 Data hasil pengamatan :
Yg Y0 Y1 Y3 Q A1 A3 V1 V3 H1 H3 ΔH/Y1
No.
(m) (m) (m) (m) (m³/det) (m²) (m²) (m³) (m³)
1 0.015 0.230 0.016 0.055 0.0034 0.0024 0.0083 1.435 0.417 0.016021 0.055021 2.438
2 0.020 0.135 0.018 0.057 0.0035 0.0027 0.0086 1.301 0.411 0.018065 0.055065 2.056
3 0.025 0.100 0.024 0.059 0.0035 0.0027 0.0089 1.308 0.399 0.024127 0.055127 1.292
4 0.028 0.082 0.022 0.060 0.0036 0.0033 0.0090 1.089 0.399 0.022211 0.055211 1.500
5 0.035 0.065 0.024 0.061 0.0036 0.0036 0.0092 0.999 0.393 0.024306 0.055306 1.292

Perhitungan:
Q . 106 0,0034 . 106
V1 = = = 143,5 cm3 /detik
A1 24
V1 2 = 143,52 = 20592,25 cm6 /detik 2
V1 2 20592,25
= = 13,12 cm4
gY1 981 . 1,6
Y3 5,5
= = 3,44
Y1 1,6

60
Gambar grafik antara V12/gy1 dengan y3/y1

Menghitung ∆H
∆H = H3 – H1
= 5,5 – 1,6
= 3,9 cm
∆H/y1 = 3,9/1,6
= 2,438
y3 5,5
= = 3,438
y1 1,6

61
Gambar grafik hubungan ∆H/y1 dengan y3/y1

62
1.6 Kesimpulan
1. Dari perhitungan kecepatan dan grafik hubungan antara V12/gy1 dengan
y3/y1 yaitu setiap kecepatan aliran air memiliki kecepatan yang berbeda
tergantung pada bukaan pintu air yang dibuka.
2. Dari perhitungan ∆H/y1 dan gambar grafik hubungan ∆H/y1 dengan y3/y1
yaitu setiap bukaan pintu air memiliki kedalaman air yang berbeda juga.

63
BAB VI
PERCOBAAN BROAD-CRESTED WEIR

6.1 Teori Dasar


Pada kondisi aliran di hilir “broad-crested weir” tidak mengalami
“obstruction”, hal ini menunjukkan bahwa kondisi aliran diatas weir,
sehingga dapat dipakai sebagai dasar mengukur energi spesifik. Bila
kecepatan dihulu weir kecil, maka nilai tinggi kecepatannya (u2/2g) dapat
diabaikan dan energi spesifik diatas weir adalah E = H.
Dengan memperhatikan persamaan (C.4) dalam percobaan sluice
gate, maka untuk “broad-crested weir” didalam saluran dengan penampang
segi empat, berlaku :
2E 3/2 2H 3/2
q = g1/2 × yc 3/2 = g1/2 × ( 3 ) ≈ g1/2 × ( 3 )

atau
2H 3/2
Q = b × g1/2 × ( 3 ) ≈ 1,705 × b × H 3/2 ....... (E.1)

Secara umum rumus pengaliran diatas “broad-crested weir” ditulis :


C = Cd × b × H 3/2 ................................................... (E.2)
Dengan :
Q = debit yang melalui weir (m3/det)
b = lebar weir (m)
H = tinggi air diabetes weir (m)
Cd = koefisien debit
Dengan asumsi kedalaman kritis terjadi pada penampang 2, maka
perhitungan debit yang mengalir pada pelimpah dapat dinyatakan sebagai
berikut
Vc 2 2
y = yc + = 3 yc ................................................. (E.3)
2g

maka :
Vc 2 2 2
= 3 yc − yc dan y = 3 yc
2g

1
Vc = .y .2 .g
2 c

64
Vc = √g . yc
Untuk debit persatuan lebar (q) adalah =
q = vc . yc
2
= √g . yc . 3 . y

2 2
= 3 √g . 3 . y . y

2 2
= 3 √g . 3 . g . y1/2 .............................................. (E.4)

Untuk kondisi sebenarnya, debit dipengaruhi oleh koofisien debit, maka


persamaan umum untuk debit bpada pelimpah ambang lebar :
2 2
Q = 3 . Cd . √g . 3 . g . y1/2 . b ................................... (E.5)

Dimana :
Cd = koofisien debit
g = gravitasi (9,81 m/det2)
y1 = tinggi muka air diatas ambang pada hulu pelimpah (m)
b = lebar dasar saluran (m)
Penentuan harga Cd menurut Govina Rao dan Muralidhar dimana Cd
tergantung pada batasan besarnya perbandingan y1/L, dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Untuk Long-crested weir, dengan y1/L < 0,1
Maka :
Cd = 0,561 ( y1 / L )0,022 .................................... (E.6)

2. Untuk Broad-crested weir, dengan 0,1 < y1/L < 0,4


Maka:
Cd = 0,028 ( y1 / L ) + 0,521 .............................. (E.7)

3. Untuk Narrow-crested weir, dengan 0,4 < y1/L < 0,5


Maka :
Cd = 0,120 ( y1 / L ) + 0,492 .............................. (E.8)

65
Gambar 6.1. Bentuk aliran pelimpah ambang lebar dengan variasi harga y1/L

6.2 Peralatan yang digunakan


1. Saluran terbuka
2. Meteran taraf
3. Tabung pitot
4. Bendung ambang lebar (broad-crested weir)
6.3 Cara Kerja
1. Siapkan peralatan dan pastikan posisi saluran terbuka dan bendung
ambang lebar horizontal.
2. Alirkan secara perlahan-lahan sampai melimpah sedikit diatas weir dan
kemudian hentikan aliran air.
3. Ukur dan catat ketinggian air dihulu weir sehingga data batas
permukaannya.
4. Alirkan air kembali untuk mendapatkan ketinggian H tertentu diatas weir,
dan kemudian naikkan aliran air untuk mendapatkan data H yang lain
sebanyak 4 kali dengan interval kenaikan (∆H) = ..... mm.
5. Pada setiap langkah percobaan ukur dan catat nilai H, Q, Yu, Yc, dan L
(panjang pengempangan, lihat gambar diatas).
6. Pada setiap pengaliran amati secara cermat profil aliran diatas weir.

6.4 Tugas
1. Tentukan aliran air yang terjadi pada percobaan ambang lebar !

66
2. Termasuk klasifikasi bendung apakah pada percobaan ambang lebar
tersebut !

6.5 Penyelesaian :
Tabel data hasil percobaan I ambang lebar
Tabel Data Broad Crested Weir
Yu Yc L H Q H^3/2 Cd
No.
(m) (m) (m) (m) (m³/det) (m)
1 0.215 0.035 0.22 0.04 0.0033 0.008 0.526
2 0.165 0.032 0.295 0.04 0.0035 0.008 0.525

Hasil Pengamatan
No 5 detik 8 detik 15 detik ∑t
Rerata =
1 18.8 27 47.5 𝑛
(18.8+19+18.7+19.3+18.5)
2 19 26.7 48 = 5

3 18.7 27.3 48.3 = 18,86 detik


4 19.3 26.9 47.9
5 18.5 26.8 47.7
Rerata 18.86 26.94 47.88

Tabel data
Diameter T air V air Q
Waktu
(cm) (detik) (cm3) (cm3/detik)
5 38 18.86 21378.56 4275.71
8 38 26.82 30401.54 3800.19
15 38 47.88 54273.90 3618.26

38 2
V air = π. r 2 . T air = 3,14 × ( 2 ) × 18,86 = 21378,56 cm3
V 21378,56
Q air = = = 4275,71 cm3/detik
t 5

67
Tabel hasil data
No Q (m3/detik) h^⅔ (m) Cd
1 0,00427571 0,0292 0,076
2 0,00380019 0,0292 0,067
3 0,00361826 0,0292 0,064

h2/3 = 52/3 . 10-2 = 2,92 . 10-2 = 0,0292 m


3 . Qr 3 . 0,00427571
Cd = = = 0,076
2 2
2√3 . g . h2/3 . b 2√3 . 9,81 . 0,0292 . 0,15

Perhitungan
Q total 0,01169417
 Q rata-rata = = = 0,003898 (cm3/detik)
𝑛 3

 Data Percobaan :
b = 15 cm
P = b + (2. Yu) = 15 + (2 x 15) = 45 cm
L = 20 cm
200
V= = 40 cm/dtk
5

1. Koefisien debit
3 . Qr 3 . 0,003898
Cd = = = 0,069
2 2
2√3 . g . h2/3 . b 2√3 . 9,81 . 0,0292 . 0,15

2. Klasifikasi bendung
h = 0,0292 . 102 = 2,92 cm
h 2,92
= = 0,15
L 20
0,1 < h/L < 0,4 → Broad Crested Weir
3. Perhitungan kedalaman kritis
2 v2
Hcritis = 3 . Es » Es = h + 2g
2 402
= 3 . 3,7 = 2,92 + 2.981 = 3,7 cm

= 2,47 cm

68
4. Kecepatan kritis
V kritis = √g . H kritis
= √981 . 2,47
= 49,22 cm/detik

h > Hc → aliran sub kritis


h = Hc → aliran kritis
h < Hc → aliran super kritis
Kontrol Cd
Broad Crested Weir : Cd = 0,611 + 0,08 . h/P
= 0,611 + 0,08 . 2,92/45
= 0,611 + 0,005
= 0,616
Jadi, h = 2,92 cm > Hc = 2,47 cm

Gambar 6a. Profil Aliran Memanjang Ambang Lebar Debit I

Tabel data hasil percobaan II ambang lebar


Tabel data broad crested weir
Jarak Panjang
Yu Yc L h Y1 Y3
Loncatan Loncatan
253 18 20.9 3 17 4.4 1.7 5

69
Hasil Pengamatan
No 5 detik 8 detik 15 detik ∑t
Rerata =
1 19.4 27.5 54.5 𝑛
(19,4+19,6+19,9+19,8+19,6)
2 19.6 28 54.8 = 5

3 19.9 28.1 54.7 = 19,66 detik


4 19.8 27.8 54.6
5 19.6 28.3 55
Rerata 19.66 27.94 54.72

Tabel data
Diameter T air V air Q
Waktu
(cm) (detik) (cm3) (cm3/detik)
5 38 19.66 22285.40 4457.08
8 38 27.94 31671.11 3958.89
15 38 54.72 62027.31 4135.15

38 2
V air = π. r 2 . T air = 3,14 × ( 2 ) × 19,66 = 22285,40 cm3
V 22285,40
Q air = = = 4457,08 cm3/detik
t 5

Tabel hasil data


No Q (m3/detik) h^⅔ (m) Cd
1 0.00445708 0,0269 0,082
2 0.00395889 0,0269 0,073
3 0.00413515 0,0269 0,076

h2/3 = 4,42/3 . 10-2 = 0,0269 m


3 . Qr 3 . 0,00445708
Cd = = = 0,082
2 2
2√3 . g . h2/3 . b 2√3 . 9,81 . 0,0269. 0,15

70
Perhitungan
Q total 0,01255112
 Q rata-rata = = = 0,004184 (cm3/detik)
𝑛 3

 Data Percobaan :
b = 15 cm
P = b + (2. Yu) = 15 + (2 x 20,9) = 56,8 cm
L = 17 cm
253
V= = 50,6 cm/dtk
5

Koefisien debit
3 . Qr 3 .0,004184
Cd = = = 0,077
2 2
2√3 . g . h2/3 . b 2√3 . 9,81 . 0,0269 . 0,15

1. Klasifikasi bendung
h = 0,0269 . 102 = 2,69 cm
h 2,69
= = 0,16
L 17
0,1 < h/L < 0,4 → Broad Crested Weir
2. Perhitungan kedalaman kritis
2 v2
Hcritis = 3 . Es » Es = h + 2g

2 50,62
= 3 . 3,99 = 2,69 + 2.981 = 3,99 cm

= 2,66 cm
3. Kecepatan kritis
V kritis = √g . H kritis
= √981 . 2,66
= 51,08 cm/detik

h > Hc → aliran sub kritis


h = Hc → aliran kritis
h < Hc → aliran super kritis

71
Kontrol Cd
Broad Crested Weir : Cd = 0,611 + 0,08 . h/P
= 0,611 + 0,08 . 2,69/56,8
= 0,611 + 0,005
= 0,615
Jadi, h = 2,69 cm > Hc = 2,66 cm

Gambar 6b. Profil Aliran Memanjang Ambang Lebar Debit II

6.6 Kesimpulan
1. Dari kedua percobaan diatas, didapat bahwa h = 2,92 cm dan 2,69 cm >
Hc = 2,47 cm dan 2,66 cm, oleh karena itu termasuk aliran sub kritis.
2. Karena 0,1 < h/L = 0,15 dan 0,16 < 0,4 klasifikasi bendung masuk dalam
Broad crested weir.

72
DAFTAR PUSTAKA

Anggrahini, Hidrolika Saluran Terbuka, Surabaya : Dieta Pratama, 1997.

Triatmodjo, B., Hidrolika I, Yogyakarta : Beta Offset, 1996.

Praktikum Hidrolika Saluran Terbuka, Malang : UPT FT-UNIBRAW 1990.

Lab Hidrolika.2016.Teknik Sipil.Praktikum Hidrolika.Universitas Tribhuwana


Tunggadewi Malang.

73
74

Anda mungkin juga menyukai