TINJAUAN PUSTAKA
6
7
protein ASI yang diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang dua
kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi. Hal ini yang memungkinkan bayi
akan sering menderita diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang
menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.
3. Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat
jumlahnya.Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan
hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan
akan berbeda dengan 10 menit kemudian, kadar lemak pada hari pertama berbeda
dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan
kebutuhan energi yang diperlukan. Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung
lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah
dicerna karena mengandubg enzim lipase.Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega
6, dan DHA yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak.
Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak apabila
dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI
sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam
linoleatdalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan PASI yaitu 6:1.
Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh, yang
berfungsi memacu perkembangan sel syaraf otak bayi.
4. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah,
tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan.Zat besi dan
kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan
jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI, kandungan mineral
jumlahnya tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat diserap. Hal ini akan
memperberat kerja usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan
meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan
kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi
atau gangguan metabolisme.
9
5. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan
bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum
mampu membentuk vitamin K (Baskoro, 2008).
a. Refleks Prolaktin
Refleks ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap
payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola
ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus
kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk
ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar
ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI.
b. Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)
Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada
payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks
memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut :rooting refleks (refleks
menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan
lidahnya. Let-down refleksmudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang
mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan
terhadap let down refleks mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup
mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih
gelisah dan semakin mengganggu let down refleks.
c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap
kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau
klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung
dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat.Masalah
pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang
diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang
tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari
ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin
dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.
d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat
mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI
secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan
16
adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena
AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat
meningkatkan kadar hormon oksitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang
produksi ASI.
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan
air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk
mendapatkan dan menelan susu (Suparyanto, 2010). Pemberian ASI Eksklusif
yang berkelanjutan telah ditetapkan sebagai salah satu intervensi yang paling
efektif dan murah untuk mencegah kematian pada bayi dan anak-anak. Anak-anak
yang mendapat ASI eksklusif 14 kali lebih mungkin untuk bertahan hidup dalam
enam bulan pertama kehidupan dibandingkan anak yang tidak diberikan ASI.
Mulai menyusui pada hari pertama setelah lahir dapat mengurangi risiko kematian
bayi baru lahir hingga 45%, namun hanya 39% bayi dibawah enam bulan di
seluruh dunia mendapatkan ASI eksklusif pada tahun 2012. (UNICEF, 2013).
Pemberian ASI Eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan meningkatkan
pertumbuhan, kesehatan dan status pertahanan bayi baru lahir dan ini adalah salah
satu bentuk obat pencegahan alami yang terbaik. ASI Eksklusif mengurangi angka
kematian balita sampai 13% pada negara dengan penghasilan rendah (Dachew,
2014).
4. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks) dengan cara:
Menyentuh pipi dengan putting susu atau, Menyentuh sisi mulut bayi.
5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. Usahakan
sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga putting
susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar
dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah bayi
mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi
(Suparyanto, 2010).
ASI, teknik menyusui, dan kerugian jika tidak memberikan ASI Eksklusif
(Wahyuningsih, 2010).
3. Sikap
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan yang objek tadi (Suparyanto, 2010). Sikap adalah
keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang
memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua
objek dan situasi yang berkaitan dengannya. (Widayatun, 2009).
Menurut Azwar (2009), pengukuran sikap dapat dilakukan dengan
menggunakan Skala Likert, dengan kategori sebagai berikut :
Pernyataan Positif :
- Sangat Setuju : SS
- Setuju : S
- Tidak Setuju : TS
- Sangat Tidak Setuju : STS
Cara untuk memberi interpretasi terhadap skor individual adalah
membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata skor kelompok dimana
responden tersebut termasuk.Perbandingan relatif ini menghasilkan interpretasi
skor individual sebagai lebih atau kurang favorabel dibandingkan dengan rata-rata
kelompoknya. Perbandingan tersebut harus dinyatakan dalam satuan deviasi
standar kelompok, artinya mengubah skor individual menjadi skor standar.
Menurut Rusli (2000) dengan menciptakan sikap yang positif mengenai ASI
dan menyusui dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI secara esklusif
(Wahyuningsih, 2010).
4. Psikologis
a. Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita (estetika).
Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan, dan
khawatir dengan menyusui akan tampak menjadi tua.
b. Tekanan batin.
Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi
sehingga dapat mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama
menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui.
21
e. Fisik ibu
Alasan Ibu yang sering muncul untuk tidak menyusui adalah karena ibu sakit,
baik sebentar maupun lama.Sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang
mengharuskan Ibu untuk berhenti menyusui.Lebih jauh berbahaya untuk mulai
memberi bayi berupa makanan buatan daripada membiarkan bayi menyusu dari
ibunya yang sakit.
f. Emosional
Faktor emosi mampu mempengaruhi produksi air susu ibu. Menurut Kartono
(2007) bahwa aktifitas sekresi kelenjar-kelenjar susu itu senantiasa berubah-
ubah oleh pengaruh psikis/kejiwaan yang dialami oleh ibu. Perasaan ibu dapat
menghambat/meningkatkan pengeluaran oksitosin. Perasaan takut, gelisah,
marah, sedih, cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan mempengaruhi refleks
oksitosin, yang akhirnya menekan pengeluaran ASI. Sebaliknya, perasaan ibu
yang berbahagia, senang, perasaan menyayangi bayi; memeluk, mencium, dan
mendengar bayinya yang menangis, perasaan bangga menyusui bayinya akan
meningkatkan pengeluaran ASI.
luar yang meragukan perlunya ASI. Ayahlah yang menjadi benteng pertama saat
ibu mendapat godaan yang datang dari keluarga terdekat, orangtua atau mertua.
Ayah juga harus berperan dalam pemeriksaan kehamilan, menyediakan makanan
bergizi untuk ibu dan membantu meringankan pekerjaan istri. Kondisi ibu yang
sehat dan suasana yang menyenangkan akan meningkatkan kestabilan fisik ibu
sehingga produksi ASI lebih baik. Lebih lanjut ayah juga ingin berdekatan dengan
bayinya dan berpartisipasi dalam perawatan bayinya, walau waktu yang
dimilikinya terbatas (Roesli, 2000).
Ayah yang berperan mendukung ibu agar menyusui sering disebut breastfeeding
father. Pada dasarnya seribu ibu menyusui mungkin tidak lebih dari sepuluh orang
diantaranya tidak dapat menyusui bayinya karena alasan fisiologis. Jadi, sebagian
besar ibu dapat menyusui dengan baik.Hanya saja ketaatan mereka untuk
menyusui ekslusif 4-6 bulan dan dilanjutkan hingga dua tahun yang mungkin
tidak dapat dipenuhi secara menyeluruh. Itulah sebabnya dorongan ayah dan
kerabat lain diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan diri ibu akan
kemampuan menyusui secara sempurna (Khomsan, 2006).
2. Perubahan sosial budaya
a. Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.
Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya
emansipasi dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan masyarakat menyebabkan
turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui. Pekerjaan terkadang
mempengaruhi keterlambatan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Secara
teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk
memperhatikan kebutuhan ASI.
Pada hakekatnya pekerjaan tidak boleh menjadi alasan ibu untuk berhenti
memberikan ASI secara eksklusif. Untuk menyiasati pekerjaan maka selama ibu
tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI perah yang telah diperoleh satu hari
sebelumnya.
Secara ideal tempat kerja yang mempekerjakan perempuan hendaknya
memiliki “tempat penitipan bayi/anak”. Dengan demikian ibu dapat membawa
bayinya ke tempat kerja dan menyusui setiap beberapa jam. Namun bila kondisi
tidak memungkinkan maka ASI perah/pompa adalah pilihan yang paling tepat.
23
Bagi bayi:
- Mengurangi resiko
Faktor yang infeksi lambung, usus,
mempengaruhi ibu dan alergi
dalam pemberian ASI: Diberikan ASI Eksklusif - Mengurangi resiko
1. Pendidikan obesitas
2. Pengetahuan - Kebal terhadap penyakit
3. Sikap - Aspek kecerdasan
Bagi Ibu:
- Manfaat psikologis
- Manfaat biologis
- Manfaat ekonomis
Bagi Negara:
- Menghemat devisa
Negara
- Negara lebih sehat
- Penghematan pada
sektor kesehatan
- Menurunkan angka
Diare ISPA Malnutrisi kematian bayi
Pendidikan
Pengetahuan
ASI Eksklusif
Sikap
2.6 Hipotesa
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Penelitian yang
merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif (Sugiyono, 2014).
- Diduga ada hubungan pendidikan, pengetahuan, dan sikap ibu menyusui
terhadap pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan
Heran Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu
- Diduga tidak ada hubungan pendidikan, pengetahuan, dan sikap ibu
menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Pekan Heran Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu