160112170039
Pembimbing :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
DAFTAR ISI
1
3.2 Melanosis .................................................................................................... 13
3.3 Smoker’s melanosis ................................................................................... 14
3.3.1 Definisi.................................................................................................. 14
3.3.2 Etiopatogenesis ..................................................................................... 15
3.3.3 Gambaran Klinis ................................................................................... 15
3.3.4 Diagnosis Banding ................................................................................ 16
3.3.5 Perawatan .............................................................................................. 17
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 19
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
bahkan seringkali sudah tidak dianggap sebagai suatu kebiasaan yang buruk.
Sebatang rokok yang diisap oleh seseorang menyebabkan banyak dampak negatif,
merugikan akibat merokok karena rongga mulut adalah lokasi pertama yang
terpapar langsung asap rokok ketika seseorang merokok. Rangsangan asap rokok
pigmentasi pada mukosa mulut. Salah satu fenomena yang paling umum terjadi
dan dikenali pada perokok adalah tampaknya pigmentasi melanin yang disebut
tetapi tidak merata dan ireguler pada gingiva fasial anterior maksila dan
mandibular. Secara histologis, temuan ini tidak spesifik dalam bentuk jumlah
melanin yang meningkat di lapisan basal. Temuan histologis serupa dapat dilihat
pada makula melanotik, serta dalam berbagai kondisi lain yang dapat muncul
sebagai pigmentasi difus (Alawi, 2013). Lesi berwarna coklat, datar, dan tidak
3
4
karakteristik anatomi dan estetik dari individu. Warna gingiva ditentukan oleh
ketebalan epitel, tingkat keratinisasi, adanya dan tingkat deposisi melanin, dan
jaringan ikat yang mendasarinya termasuk irigasi darah dengan adanya pigmen
LAPORAN KASUS
Usia : 34 tahun
Agama : Kristen
Pekerjaan : PNS
Alamat : Antapani
2.1.2 Anamnesis
Pasien laki-laki usia 34 th datang dengan keluhan gusi terlihat hitam di
bagian depan sejak beberapa tahun yang lalu, tidak terasa sakit namun
Pasien terakhir ke dokter gigi 2 tahun yang lalu untuk ditambal. Pasien tidak
sejak ±20 th yang lalu dan menghabiskan ± 2 bungkus/hari. Pasien ingin gusinya
diperiksa.
5
6
2.1.4 Alergi
Disangkal
Suhu : Afebris
Kulit : TAK
Hidung : TAK
Telinga : TAK
Kelenjar Limfe :
Uvula : Normal
Tonsil : T1-T1
Palatum : Normal
Lidah : TAK
Gingiva :
berbatas irregular
Konsistensi Kenyal
Resesi -
Stippling +
Pitting test -
Mccall Feston -
Stillman Cleft -
8
Eksudat -
Kalkulus -
Status gigi :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
cs
Gambar 2.1 Gambar gingiva pasien, terdapat lesi hiperpigmentasi di rahang atas
Pasien diinstruksikan untuk menyikat gigi 2x sehari, yaitu pagi setelah sarapan
dan malam sebelum tidur, serta diberitahu agar menyikat lidahnya. Pasien
Pasien diberitahu tentang dampak rokok bagi kesehatan gigi dan mulut. Pasien
2. Observasi
2.2.1 Anamnesis
Pasien datang kembali untuk melakukan kontrol gusinya yang berwarna
rokok yang tadinya 2 bungkus (24 batang) menjadi 20 batang dalam 2 hari
terakhir.
Kulit : TAK
Hidung : TAK
10
Telinga : TAK
Kelenjar Limfe :
Uvula : Normal
Tonsil : T1-T1
Palatum : Normal
Lidah : TAK
Gingiva :
11
berbatas irregular
Konsistensi Kenyal
Resesi -
Stippling +
Pitting test -
Mccall Feston -
Stillman Cleft -
Eksudat -
Kalkulus -
Status gigi :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
cs
12
2. Observasi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
melapisi jaringan ikat dan lamina propia dengan submukosa yang lebih dalam.
Tiga tipe utama mukosa yang ditemukan dalam rongga mulut, yaitu maticatory
Gambar 3.1 Gambaran histologis umum dari mukosa mulut tersusun dari epitel
skuamosa bertingkat yang melapisi lamina propia. Submukosa yang terlihat lebih
dalam.
3.2 Melanosis
Melanosis adalah gangguan produksi melanin, ditandai dengan
penggelapan warna kulit (Dorland, 2011). Melanosis oral adalah lesi pigmen fokal
jinak (coklat atau hitam) pada mukosa rongga mulut, meskipun lesi rongga mulut
13
14
adalah pigmen endogen yang paling yang paling umum, yang merupakan efek
antara hormon pada wanita dan merokok. Secara klinis, lesi biasanya muncul
terutama pada mandibula di labial anterior gingiva dan papila interdental (Kumar,
2011).
melanosis dihasilkan dari melanin yang dihasilkan oleh melanosit yang ada
dilapisan basal epitel oral. Smoker’s melanosis adalah suatu kondisi yang terkait
dengan stimulasi melanosit yang disebabkan oleh asap rokok (Monteiro, 2015).
Melanosis pada perokok atau smoker’s melanosis adalah pigmentasi melanin yang
abnormal dan jinak pada mukosa mulut (Laskaris, 2006). Melanosis makula difus
15
pada mukosa bukal, lateral, lidah, palatum dan dasar mulut terkadang terlihat
pada wanita dengan gambaran makula difus berwarna hitam kecoklatan pada
gingiva, mukosa bukal, bibir dan palatum keras. Diagnosis berdasarkan tanda
3.3.2 Etiopatogenesis
Penyebab dari smoker’s melanosis adalah mengisap rokok yang
dasarnya karena materi stimulan pada asap rokok mencapai melanosit pada
gingiva. Cara pertama melalui mukosa dan saliva, sedangkan cara kedua melalui
gingiva melalui mukosa dan saliva. Asap rokok yang panas mengandung nikotin
dan mengalami deposisi pada sel basal lapisan epitel mukosa mulut. Cara kedua
adalah melalui rute sistemik. Sebagian besar asap memasuki sirkulasi darah
karena perokok bernafas melalui hidung sehingga nikotin dan benzopirin ada
dalam sirkulasi darah dan mempengaruhi melanosit secara tidak langsung (Vieta,
2017).
Pigmentasi yang terjadi pada mukosa pipi dan palatum terkait dengan kebiasan
16
durasi dan dosis yang digunakan (Laskaris, 2006). Secara histologis, melanosis
basilar dengan inkonteninsia melanin diamati, dan lesi tidak memiliki potensi
lapisan basal epitel dan dipindahkan ke keratosit yang berdekatan melalui organel
terikat membran yang disebut melanosom. Melanin juga disintesis oleh sel nevus,
yang berasal dari neural crest dan ditemukan di kulit dan mukosa (Gondak, 2012).
1. Pigmentasi Fisiologis
di mukosa mulut dapat saja merupakan suatu hal yang bersifat fisiologis, terutama
Jenis pigmentasi ini biasanya persisten, simetris, dan secara klinis terlihat
sebagai daerah berwarna hitam atau coklat yang ukurannya bervariasi. Daerah
yang sering terkena adalah gingiva, diikuti oleh mukosa pipi, palatum, dan bibir.
Pigmentasi lebih menonjol di daerah yang yang mendapatkan tekanan atau friksi
2006). Berbagai obat dapat menyebabkan pigmentasi mukosa oral. Pigmentasi ini
pigmentasi oral. Pigmen tidak terbatas pada mukosa mulut dan juga ditemukan di
kuku dan di kulit. Terakhir, kontrasepsi oral dan kehamilan terkadang dikaitkan
2003).
cokelat atau hitam dengan tepi tidak teratur atau melanosis yang difus. Daerah
yang sering terkena adalah mukosa pipi, lidah, palatum dan gingiva. Diagnosis
dibuat berdasarkan riwayat kasus dan gambaran klinis yang ditemukan (Laskaris,
2006).
3.3.5 Perawatan
Tidak ada perawatan yang dianjurkan. Menghentikan kebiasaan merokok
oral. Laser CO2 dilaporkan menyebabkan kerusakan minimal pada periosteum dan
tulang di bawah gingiva namun memiliki penetrasi dalam yang cukup (0,1mm)
untuk mencapai melanosit pada area melanosit yang berpigmen. Laser CO 2 adalah
18
metode aplikasi yang berguna, efektif, dan aman dalam menghilangkan pigmen
(Monteiro, 2015).
BAB IV
PEMBAHASAN
mengeluhkan gusi berwarna kecoklatan pada gusi bagian depan. Pasien memiliki
riwayat merokok sejak ± 20 th dan masih merokok sampai saat ini. Pasien
Tidak ada gejala lain yang menyertai, pasien tidak pernah mengobati keluhannya.
gingiva bagian labial rahang atas dan bawah Berdasarkan anamnesis dan
Terapi yang diberikan pada pasien adalah DHE (Dental Health Education)
berhenti untuk merokok serta menjaga kebersihan mulutnya dengan menyikat gigi
dua kali sehari setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam.
Pasien sudah mengurangi jumlah konsumsi rokok dari 2 bungkus (24 batang)
perhari menjadi 20 batang dalam 2 hari terakhir. Pasien tetap diinstruksikan untuk
Pasien juga sangat kooperatif dan melakukan instruksi perawatan dengan baik.
19
BAB V
KESIMPULAN
pasien mengalami smoker’s melanosis. Pada pemeriksaan klinis terdapat lesi makula
hiperpigmentasi pada gingiva bagian labial rahang atas dan bawah. Smoker’s
melanosis yang dialami pasien disebabkan oleh kebiasaan merokok pasien yang
sudah berlangsung sejak ±20 th yang lalu hingga sekarang, dengan menghabiskan
gingivanya. Pasien diberitahu tentang dampak rokok bagi kesehatan gigi dan mulut.
20
DAFTAR PUSTAKA
Alawi, Faizan. 2013. Pigmented Lesion of Oral Cavity: An Update. Den Clin North
Am. Vol 57(4): 699-710
Dorland, W.A. Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 28.Jakarta:
EGC
Giulia, M., Luca V., Cinzia C. 2018. Oral mucosa pigmented lesions: an overview of
the recent literature and 3 case reports. Dentist Case Rep. Vol. 2(3): 40-43
Gondak, Rogerio A., Rogerio, da Silva J., Jacks, J., et al. 2012. Oral Pigmented
Lesions: Clinicopathologic Features and Review of The Literature. Journal
section: Oral Medicine and Pathology. Vol 17(6): 919-24
Greenberg, Martin S. and Glick, Michael. 2003. Burket’s Oral Medicine Diagnosis
and Treatment. 10th ed. Canada: BC Decker Inc
Laskaris, George M.D., D.D.S., Ph.D. 2006. Pocket Atlas of Oral Diseases. New
York: Thieme
Vieta C., Riani S., Cucu Z. 2017. Gambaran Klinis Smoker’s Melanosis Pada
Perokok Kretek Ditinjau dari Lama Merokok. Jurnal Kedokteran Gigi
Unpad. Vol 29(1):16-24
21