Anda di halaman 1dari 18

ALAT-ALAT PENDIDIKAN

A. Pengertian Alat-Alat Pendidikan


Menurut Zakia Drajat alat dan media pendidikan memiliki arti yang sama yaitu
sebagai sarana pendidikan. Term alat berarti barang sesuatu yang dipakai untuk
mencapai suatu maksud sedangkan media berasal dari bahasa latin dan bentuk
jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Dalam hal ini, batasan makna media pendidikan dirumuskan pada beberapa
batasan. Diantaranya, Gegne menyebutkan bahwa media atau alat adalah berbagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang peserta didik
untuk belajar. Sementara Briggs mendefenisikan media sebagai segala bentuk alat
fisik yang dapat menyajikan pesan yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Dari dua defenisi ini pengertian media mengacu pada penggunaan alat yang
berupa benda untuk membantu proses penyampaian pesan.
Menurut Vernus yang dikutip oleh Zakia Darajat bahwa media pendidikan adalah
sumber belajar, baik berupa manusia dan benda atau peristiwa yang membuat
peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan atau perubahan sikap.
Pengertian media yang dikemukakan oleh Vernus selain berupa benda juga
mengatakan pendidik juga sebagai figur sentral atau model dalam proses interaksi
edukatif.
Adapun Sutari Imam Barnadip mengemukakan bahwa alat pendidikan ialah
tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan
untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan ternyata mencakup pengertian
yang luas, termasuk ke dalamnya alat yang berupa benda maupun yang bukan
benda. Alat pendidikan yang berupa benda seperti ruangan kelas, perlengkapan
belajar dan yang sejenisnya. Alat ini biasanya disebut sebagai alat peraga,
sedangkan yang berupa benda dapat berupa situasi pergaulan, perbuatan, teladan,
nasehat, bimbingan, contoh, teguran, anjuran, ganjaran, perintah, tugas, ancaman
maupun hukuman yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dari berbagai pengertian di atas alat dan media memiliki arti yang sama atau tidak
dapat dibedakan secara jelas. Jadi dapat disimpulkan bahwa alat atau media
pendidikan dalam perspektif filsafat pendidikan Islam adalah tindakan atau
perbuatan atau situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Alat ini biasanya disebut sebagai alat peraga, sedangkan yang
berupa benda dapat berupa situasi pergaulan, perbuatan, teladan, nasehat,
bimbingan, contoh, teguran, anjuran, ganjaran, perintah, tugas, ancaman maupun
hukuman yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
B. Macam-Macam Alat Pendidikan
Alat pendidikan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu alat-alat pendidikan
yang bukan benda
1. Pembiasaan
Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting sekali, terutama bagi
anak-anak yang masih kecil. Sebagai permulaan dan pangkal pendidikan
pembiasaan merupakan alat yang satu-satunya. Sejak lahir anak-anak harus dilatih
dengan pembiasaan-pembiasaan dan perbuatan-perbuatan yang baik, seperti
dimandikan dan ditidurkan pada waktu tertentu, diberi makan dengan teratur dan
sebagainya. Makin besar anak itu kebiasaan yang baik harus tetap diberikan dan
dilaksanakan.
Pembiasaan yang baik penting artinya bagi pembentukan watak anak-anak dan
juga akan terus berpengaruh kepada anak itu sampai hari tuanya.

Syarat-syarat pembiasaan antara lain:


a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, sebelum anak itu mempunyai
kebiasaan yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan
b. Pembiasaan itu hendaknya terus menerus (berulang-ulang), dijalankan secara
teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. Untuk itu
dibutuhkan pengawasan
c. Pendidikan hendaknya konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap
pendirian yang telah diambilnya. Jangan memberi kesempatan untuk melanggar
pembiasaan yang telah ditetapkan itu.
d. Pembiasan yang mula-mula mekanistis itu harus makin menjadi pembiasan
yang disertai kata hati anak itu sendiri.
Hal itu mungkin jika secara berangsur-angsur disertai pula dengan penjelasan-
penjelasan dan nasehat-nasehat dari si pendidik sehingga makin lama timbullah
pengertian dalam diri anak didik.
2. Pengawasan
Pembiasaan yang baik membutuhkan pengawasan. Aturan-aturan dan larangan-
larangan dapat berjalan dan ditaati dengan bak jika disertai dengan pengawasan
yang terus menerus. Terus menerus di sini dimaksudkan adalah pendidik
hendaknya konsekuen, apa yang telah dilarang hendaknya selalu dijaga jangan
sampai dilanggar dan apa yang telah diperintahkan jangan sampai diingkari.
Pengawasan itu penting sekali dalam mendidik anak-anak. Tanpa pengawasan
berarti membiarkan anak berbuat sekehendaknya. Anak tidak dapat membedakan
yang baik dan yang buruk, mengetahui mana yang seharusnya dihindari atau tidak
senonoh, dan mana yang boleh dan harus dilaksanakan, mana yang
membahayakan dan mana yang tidak.
Jadi dalam hal ini harus ada perbandingan antara pengawasan dan kebebasan.
Tujuan mendidik adalah membentuk anak supaya akhirnya dapat berdiri sendiri
dan bertanggung-jawab sendiri atas perbuatannya, mendidik ke arah kebebasan.
Makin besar anak itu makin dikurangi pengawasan terhadapnya dan sebaliknya
makin diperbesar kebebasan yang diberikan kepadanya.
3. Perintah
Dalam islam perintah disebut juga dengan amar ma’ruf. Perintah bukan hanya apa
yang keluar dari mulut seseorang dan yang harus dikerjakan oleh orang lain,
melainkan dalam hal ini termasuk pula peraturan-peraturan umum yang harus
ditaati oleh anak-anak. Tiap-tiap perintah dan peraturan dalam pendidikan
mengandung norma-norma kesusilaan, jadi bersifat memberi arah atau
mengandung tujuan ke arah perbuatan susila. Perintah dalam pendidikan islam
bersifat memberi arah atau mengandung tujuan kearah perbuatan yang mulia.
Syarat-syarat memberi perintah:
a. Perintah hendaknya terang dan singkat, jangan terlalu banyak komentar
sehingga mudah dimengerti oleh anak.
b. Perintah hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan umur anak sehingga
jangan sampai memberi perintah yang tidak mungkin dikerjakan oleh anak. Tiap-
tiap perintah hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan anak.
c. Kadang-kadang kita perlu mengubah perintah menjadi permintaan sehingga
tidak terlalu keras kedengarannya
d. Jangan terlalu banyak dan berlebihan memberikan perintah, sebab dapat
mengakibatkan anak itu tidak patuh, melainkan menentang
e. Pendidik hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah diperintahkannya. Suatu
perintah harus ditaati oleh seorang anak berlaku pula bagi anak yang lain
f. Suatu perintah yang bersifat mengajak si pendidik turut melakukannya,
umumnya lebih ditaati oleh anak dan dikerjakannya dengan gembira.

4. Larangan
Larangan biasanya dikeluarkan jika anak melakukan sesuatu yang tidak baik, yang
merugikan atau yang membahayakan dirinya. Seorang ibu atau ayah yang sering
melarang perbuatan anaknya, dapat mengakibatkan bermacam-macam sikap atau
sifat yang kurang baik pada anak itu, seperti:
a. Keras kepala atau melawan
b. Pemalu dan penakut
c. Perasaan kurang harga diri
d. Kurang mempunyai perasaan bertanggung jawab
e. Pemurung atau pesimis
f. Acuh tak acuh terhadap sesuatu.
5. Keteladanan
Dalam pendidikan, alat pendidikan yang paling diutamakan adalah teladan. Pada
diri anak-anak terdapat rasa bangga pada orang tua mereka. Dalam istilah agama
dikenal dengan Uswatun Hasanah (tauladan yang baik). Terutama dalam masalah
ini perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari guru atau pendidik
dalam pepatah sering kita dengar bahwa guru kencing berdiri murid kencing
berlari. Pendidik dalam konteks ilmu pendidikan islam berfungsi sebagai warasatu
al- anbiya. Fungsi ini pada hakikatnya mengemban misi sebagai rahmatan lil
‘alamin yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan taat pada
hukum Allah. Misi ini dikembangkan kepada pembentikan kepribadian yang
berjiwa tauhid, kreatif, beramal shaleh dan berakhlak mulia. Menurut al Ghazali
seperti yang disitir oleh fatiyah hasan sulaiman, terdapat beberapa sifat penting
yang harus dimiliki oleh pendidik sebagai orang yang diteladani, yaitu : amanah
dan tekun bekerja, lemah lembut dan kasih sayang terhadap peserta didik, dapat
memahami dan berlapang dada dalam ilmu dan terhadap orang-orang yang
diajarkan, tidak rakus pada materi, berpengetahuan luas, istiqamah dan memegang
teguh prinsip islam. Sifat-sifat penting yang harus ada dalam diri peserta didik
menurut al-Ghazali, yaitu: rendah hati, mensucikan diri dari segala keburukan,
taat dan istiqamah.
6. Hukuman
Dalam islam hukuman disebut juga dengan ‘iqab. Abdurrahman an-Nahlawi
menyebutkan dengan tarhid yang berarti ancaman atau intimidasi melalui
hukuman karena melakukan sesuatu yang dilarang. Menurut Amir Daien Indra
Kusuma menyebutkan hukuman adalah suatu perbuatan dimana kita secara sadar,
dan sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain, yang baik dari segi
kejasmanian maupun kerohanian orang itu mempunyai kelemahan dibandingkan
diri kita, dan oleh karena itu kita mempunyai tanggung jawab untuk
membimbingnya dan melindunginya. Tujuan memberi hukuman kepada anak
didik adalah sebagai berikut:
a. Hukuman diberikan karena ada pelanggaran
b. Hukuman diberikan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran
Berikut ini beberapa ciri-ciri pemberian hukuman sesuai dengan perspektif
pendidikan islam oleh Asma Hasan Fahmi :
a. Hukuman diberikan untuk memperoleh perbaikan dan pengarahan.
b. Memberikan kesempatan kepada anak memperbaiki kesalahannya sebelum
dipukul. Anak yang belum berusia sepuluh tahun tidak boleh dipukul, kalaupun
dipukul tidak boleh lebih dari tiga kali.
c. Pendidik harus tegas dalam melaksanakan hukuman, artinya apabila sikap keras
pendidik telah dianggap perlu, maka harus dilaksanakan dan diutamakan dari
sikap lunak dan kasih sayang.
7. Ganjaran
Ganjaran adalah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa
senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Umumnya,
anak mengetahui bahwa pekerjaan atau perbuatan yang menyebabkan mendapat
ganjaran itu baik. Pendidik bermaksud juga supaya dengan ganjaran itu anak
menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki dan mempertinggi prestasi
yang telah dicapainya.
Macam-macam contoh perbuatan atau sikap pendidik yang dapat merupakan
ganjaran bagi anak didiknya yaitu
a. Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu jawaban yang
diberikan oleh seorang anak
b. Guru memberi kata-kata yang menggembirakan (pujian)
c. Pekerjaan biasa juga menjadi suatu ganjaran
d. Ganjaran yang ditujukan kepada seluruh kelas sangat perlu
e. Ganjaran biasa juga berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi
anak-anak.
Dalam Al-quran surat al-kahfi
       •  
      •   

“Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu
“maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini
terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu
anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan.”
Kalau perkataan tersebut diucapkan sebagai ganjaran terhadap kekuasaan Allah
yang tidak memerlukan pujian, tentulah perlu lagi mengucapkannya kepada
keberhasilan yang dicapai manusia yang biasanya suka dipuji.
DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an
Anshari Hafi, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya,
1983.
Jalaluddin,Teolog pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta,2003.
Purwanto Ngalim,Ilmu Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Jakarta,1995.
Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan
karena pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia. Atau
dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk “memanusiakan”
manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar
dan “sempurna” sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya sebagai manusia.
Pendidikan dapat mengubah manusia dari yang asalnya tidak tahu menjadi tahu,
asalnya tidak baik menjadi baik. Sedemikian pentingnya nilai pendidikan bagi
manusia, maka keharusan untuk mendapatkannya pun adalah suatu keharusan. Hal
ini sebagaimana dikatakan Sadulloh U. (2009:9) bahwa pendidikan itu merupakan
suatu keharusan bagi manusia karena pada hakekatnya manusia lahir dalam
keadaan tidak berdaya dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara
dirinya sendiri. Manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang
tuanya. Karena itu pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa mutlak
diperlukan manusia.

Penyampaian ilmu atau pesan tersebut membutuhkan adanya alat atau


sarana demi tercapainya tujuan pendidikan. Alat atau sarana yang dapat
menunjang tercapainya suatu tujuan pendidikan tersebut dinamakan alat
pendidikan. Mengingat bahwa alat pendidikan tersebut begitu penting dalam
usaha penyampaian ilmu atau pesan bagi seorang pendidik, maka pemahaman
tentangnya menjadi sangat mendasar bagi seorang pendidik. Dengan alasan inilah
penulis terdorong untuk menulis makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud alat-alat pendidikan?
2. Apa macam-macam alat pendidikan?
3. Apa kriteria pemilihan alat pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian alat-alat pendidikan.
2. Dapat mengetahui macam-macam alat pendidikan.
3. Dapat mengetahui kriteria pemilihan alat pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Alat-alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan
untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan
merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian
tujuan pendidikan yang diinginkan. Selain dari pada itu alat pendidikan juga bisa
diartikan segala perlengkapan yang dipakai dalam usaha pendidikan. Dalam
praktek pendidikan, istilah alat pendidikan sering diindentikkan dengan media
pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media.
Namun yang dimaksud disini adalah alat pendidikan bukan media pendidikan.
Alat pendidikan adalah langkah-langkah yang diambil demi kelancaran
proses pelaksanaan pendidikan . Jadi, alat pendidikan itu berupa usaha dan
perbuatan yang secara konkrit dan tegas dilaksanakan, guna menjaga agar proses
pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil. Namun secara umum, alat
pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan . Sementara itu, Ahmad D. Marimba memandang alat pendidikan dari
aspek fungsinya, yakni ; alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu
mempermudah usaha mencapai tujuan, alat sebagai tujuan untuk mencapai tujuan
selanjutnya. Menurut pendapat ini, alat pendidikan bisa berupa usaha/perbuatan
atau berupa benda/perlengkapan yang bisa memperlancar/mempermudah
pencapaian tujuan pendidikan.
2.2 Macam-macam Alat Pendidikan
Mengenai macam-macam alat pendidikan, kita dapat membedakan alat-
alat pendidikan ke dalam dua golongan yaitu:
a. Alat Pendidikan Preventif
Alat pendidikan preventif ialah alat yang bersifat pencegahan. Tujuan alat
pendidikan preventif itu diadakan jika maksudnya mencegah anak sebelum ia
berbuat sesuatu yang tidak baik. Dan untuk menjaga agar hal-hal yang dapat
menghambat atau menggangggu kelancaran dari proses pendidikan bisa
dihindarkan. Misalnya, tata tertib, anjuran dan perintah, larangan dan paksaan.
b. Alat Pendidikan Represif
Alat pendidikan represif disebut juga alat pendidikan kuratif atau alat
pendidikan korektif. Alat pendidikan represif bertujuan untuk menyadarkan
anak kembali kepada hal-hal yang benar, yang baik dan tertib. Alat
pendidikan represif diadakan bila terjadi sesuatu perbuatan yang dianggap
dengan peraturan-peraturan, atau sesuatu perbuatan yang dianggap melanggar
peraturan. Misalnya, pemberitahuan, teguran, hukuman dan ganjaran.
Namun ada pendapat lain yang mengatakan alat-alat pendidikan yang
bukan benda :
1. Pembiasaan
Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting sekali,
terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Sebagai permulaan dan
pangkal pendidikan pembiasaan merupakan alat yang satu-satunya. Sejak
lahir anak-anak harus dilatih dengan pembiasaan-pembiasaan dan
perbuatan-perbuatan yang baik, seperti dimandikan dan ditidurkan pada
waktu tertentu, diberi makan dengan teratur dan sebagainya. Makin besar
anak itu kebiasaan yang baik harus tetap diberikan dan dilaksanakan.
Pembiasaan yang baik penting artinya bagi pembentukan watak anak-anak
dan juga akan terus berpengaruh kepada anak itu sampai hari tuanya.
Syarat-syarat pembiasaan antara lain:
a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, sebelum anak itu
mempunyai kebiasaan yang berlawanan dengan hal-hal yang
akan dibiasakan.
b. Pembiasaan itu hendaknya terus menerus (berulang-ulang),
dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu
kebiasaan yang otomatis. Untuk itu dibutuhkan pengawasan.
c. Pendidikan hendaknya konsekuen, bersikap tegas dan tetap
teguh terhadap pendirian yang telah diambilnya. Jangan
member kesempatan untuk melanggar pembiasaan yang telah
ditetapkan itu.
d. Pembiasan yang mula-mula mekanistis itu harus makin
menjadi pembiasan yang disertai kata hati anak itu sendiri.
Hal itu mungkin jika secara berangsur-angsur disertai pula
dengan penjelasan-penjelasan dan nasehat-nasehat dari si
pendidik sehingga makin lama timbullah pengertian dalam diri
anak didik.
2. Pengawasan
Pembiasaan yang baik membutuhkan pengawasan. Aturan-aturan
dan larangan-larangan dapat berjalan dan ditaati dengan baik jika disertai
dengan pengawasan yang terus menerus. Terus menerus di sini
dimaksudkan adalah pendidik hendaknya konsekuen, apa yang telah
dilarang hendaknya selalu dijaga jangan sampai dilanggar dan apa yang
telah diperintahkan jangan sampai diingkari.
Pengawasan itu penting sekali dalam mendidik anak-anak. Tanpa
pengawasan berarti membiarkan anak berbuat sekehendaknya. Anak tidak
dapat membedakan yang baik dan yang buruk, mengetahui mana yang
seharusnya dihindari atau tidak senonoh, dan mana yang boleh dan harus
dilaksanakan, mana yang membahayakan dan mana yang tidak.
Jadi dalam hal ini harus ada perbandingan antara pengawasan dan
kebebasan. Tujuan mendidik adalah membentuk anak supaya akhirnya
dapat berdiri sendiri dan bertanggungjawab sendiri atas perbuatannya,
mendidik ke arah kebebasan. Makin besar anak itu makin dikurangi
pengawasan terhadapnya dan sebaliknya makin diperbesar kebebasan yang
diberikan kepadanya.
3. Perintah
Dalam islam perintah disebut juga dengan amar ma’ruf. Perintah
bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang dan yang harus
dikerjakan oleh orang lain, melainkan dalam hal ini termasuk pula
peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh anak-anak. Tiap-tiap
perintah dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-norma
kesusilaan, jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan ke arah
perbuatan susila. Perintah dalam pendidikan islam bersifat memberi arah
atau mengandung tujuan kearah perbuatan yang mulia.
Syarat-syarat memberi perintah :
a. Perintah hendaknya terang dan singkat, jangan terlalu banyak
komentar sehingga mudah dimengerti oleh anak.
b. Perintah hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan umur
anak sehingga jangan sampai memberi perintah yang tidak
mungkin dikerjakan oleh anak. Tiap-tiap perintah hendaknya
disesuaikan dengan kesanggupan anak.
c. Kadang-kadang kita perlu mengubah perintah menjadi
permintaan sehingga tidak terlalu keras kedengarannya.
d. Jangan terlalu banyak dan berlebihan memberikan perintah,
sebab dapat mengakibatkan anak itu tidak patuh, melainkan
menentang.
e. Pendidik hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah
diperintahkannya. Suatu perintah harus ditaati oleh seorang
anak berlaku pula bagi anak yang lain.
f. Suatu perintah yang bersifat mengajak si pendidik turut
melakukannya, umumnya lebih ditaati oleh anak dan
dikerjakannya dengan gembira.
4. Larangan
Larangan biasanya dikeluarkan jika anak melakukan sesuatu yang
tidak baik, yang merugikan atau yang membahayakan dirinya. Seorang ibu
atau ayah yang sering melarang perbuatan anaknya, dapat mengakibatkan
bermacam-macam sikap atau sifat yang kurang baik pada anak itu, seperti:
a. Keras kepala atau melawan.
b. Pemalu dan penakut.
c. Perasaan kurang harga diri.
d. Kurang mempunyai perasaan bertanggungjawab.
e. Pemurung atau pesimis.
f. Acuh tak acuh terhadap sesuatu.
5. Keteladanan
Dalam pendidikan, alat pendidikan yang paling diutamakan adalah
teladan. Pada diri anak-anak terdapat rasa bangga pada orang tua mereka.
Dalam istilah agama dikenal dengan Uswatun Hasanah (tauladan yang
baik). Terutama dalam masalah ini perlu mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh dari guru atau pendidik dalam pepatah sering kita
dengar bahwa guru kencing berdiri murid kencing berlari. Pendidik dalam
konteks ilmu pendidikan islam berfungsi sebagai warasatu al-anbiya.
Fungsi ini pada hakikatnya mengemban misi sebagai rahmatan lil ‘alamin
yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan taat pada
hukum Allah. Misi ini dikembangkan kepada pembentukan kepribadian
yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal shaleh dan berakhlak mulia.
Menurut al Ghazali seperti yang disitir oleh fatiyah hasan
sulaiman, terdapat beberapa sifat penting yang harus dimiliki oleh
pendidik sebagai orang yang diteladani, yaitu : amanah dan tekun bekerja,
lemah lembut dan kasih sayang terhadap peserta didik, dapat memahami
dan berlapang dada dalam ilmu dan terhadap orang-orang yang diajarkan,
tidak rakus pada materi, berpengetahuan luas, istiqamah dan memegang
teguh prinsip islam. Sifat-sifat penting yang harus ada dalam diri peserta
didik menurut al-Ghazali, yaitu: rendah hati, mensucikan diri dari segala
keburukan, taat dan istiqamah.
6. Hukuman
Dalam islam hukuman disebut juga dengan ‘iqab. Abdurrahman
an-Nahlawi menyebutkan dengan tarhid yang berarti ancaman atau
intimidasi melalui hukuman karena melakukan sesuatu yang dilarang.
Menurut Amir Daien Indra Kusuma menyebutkan hukuman adalah suatu
perbuatan dimana kita secara sadar, dan sengaja menjatuhkan nestapa
kepada orang lain, yang baik dari segi kejasmanian maupun kerohanian
orang itu mempunyai kelemahan dibandingkan diri kita, dan oleh karena
itu kita mempunyai tanggung jawab untuk membimbingnya dan
melindunginya. Tujuan memberi hukuman kepada anak didik adalah
sebagai berikut:
a. Hukuman diberikan karena ada pelanggaran
b. Hukuman diberikan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran
Berikut ini beberapa ciri-ciri pemberian hukuman sesuai dengan
perspektif pendidikan islam oleh Asma Hasan Fahmi :
a. Hukuman diberikan untuk memperoleh perbaikan dan pengarahan.
b. Memberikan kesempatan kepada anak memperbaiki kesalahannya
sebelum dipukul. Anak yang belum berusia sepuluh tahun tidak boleh
dipukul, kalaupun dipukul tidak boleh lebih dari tiga kali.
c. Pendidik harus tegas dalam melaksanakan hukuman, artinya apabila
sikap keras pendidik telah dianggap perlu, maka harus dilaksanakan dan
diutamakan dari sikap lunak dan kasih sayang.
7. Ganjaran
Ganjaran adalah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat
merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.
Umumnya, anak mengetahui bahwa pekerjaan atau perbuatan yang menyebabkan
mendapat ganjaran itu baik. Pendidik bermaksud juga supaya dengan ganjaran itu
anak menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki dan mempertinggi
prestasi yang telah dicapainya.
Macam-macam contoh perbuatan atau sikap pendidik yang dapat
merupakan ganjaran bagi anak didiknya yaitu :
a. Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan
suatu jawaban yang diberikan oleh seorang anak.
b. Guru memberi kata-kata yang menggembirakan (pujian).
c. Pekerjaan biasa juga menjadi suatu ganjaran.
d. Ganjaran yang ditujukan kepada seluruh kelas sangat perlu
e. Ganjaran biasa juga berupa benda-benda yang menyenangkan
dan berguna bagi anak-anak.
Adapun ditinjau dari segi wujudnya, maka alat pendidikan itu dapat
berupa:
1. Benda-benda sebagai alat bantu pendidikan ( hardware).
Banyak sekali macamnya yang termasuk kedalam benda-benda yang
dianggap sebagai alat bantu pendidikan, diantaranya mencakup meja,
kursi, papan tulis, penghapus, kapur tulis, buku, peta, dan sebagainya.
2. Perbuatan pendidik ( software)
a. Teladan
Teladan merupakan segala tingkah laku, cara berbuat, dan
berbicara yang ada pada diri pendidik yang kemungkinan akan
ditiru oleh si anak didik. Dengan teladan ini, lahirlah gejala
identifikasi positif, yakni penyamaan diri dengan orang yang ditiru.
Identifikasi positif itu penting sekali dalam pembentukan
kepribadian. Karena itulah teladan merupakan alat pendidikan yang
utama, sebab terikat erat dengan pergaulan dan berlangsung secara
wajar. Hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam hal ini
adalah kejelasan tentang tingkah laku mana yang harus ditiru
ataupun sebaliknya.
b. Anjuran, suruhan dan perintah
Perintah adalah tindakan pendidik yang menyuruh anak didik
melakukan sesuatu yang diharapkan untuk mencapai tujuan
tertentu. Jika pada teladan anak dapat melihat, di dalam anjuran,
suruhan, atau perintah anak mendengar apa yang harus dilakukan.
c. Larangan
Larangan merupakan tindakan pendidik menyuruh anak didik
supaya tidak melakukan sesuatu atau menghindari tingkah laku
tertentu demi tercapainya tujuan pendidikan tertentu.
d. Pujian dan hadiah
Pujian danm hadiah merupakan tindakan pendidik yang
fungsinya memperkuat penguasaan tujuan pendidikan tertentu yang
telah dicapai oleh anak didik. 4 Hadiah dalam hal ini tidak mesti
selalu berwujud barang. Anggukan kepala dengan wajah berseri,
menunjukan jempol si pendidik, sudah merupakan satu hadiah yang
pengaruhnya besar sekali, seperti memotivasi, menggembirakan,
dan menambah keprcayaan dirinya.
e. Teguran
Teguran merupakan tindakan pendidik untuk mengoreksi
pencapaian tujuan pendidik oleh anak didik. Teguran dapat berupa
kata-kata, tetapi juga dapat berupa isyarat-isyarat, misalnya
pandangan mata yang tajam, menunjuk dengan jari, dan
sebagainya.
f. Peringatan dan ancaman
Peringatan diberikan kepada anak yang telah beberapa kali
melakukan pelanggaran, dan telah diberikan teguran pula atas
pelanggarannya. Dalam memberikan peringatan ini, biasanya
disertai dengan ancaman akan sanksinya. Karena itulah, ancaman
merupakan tindakan pendidik mengoreksi secara keras tingkah laku
anak didik yang tidak diharapkan dan disertai perjanjian jika
terulang lagi akan dikenakan hukuman atau sanksi.
g. Hukuman
Hukuman ialah memberikan atau mengadakan nestapa atau
penderitaan dengan sengaja kepada anak didik dengan maksud agar
penderitaan tersebut betul-betul dirasakannya, bukan untuk
meniksa si anak didik tetapi untuk menuju kearah perbaikan.
2.3 Kriteria Pemilihan Alat Pendidikan
Muharam A. (2009:135) meskipun alat pendidikan kebendaan/material
seperti: lahan, gedung, prabot dan perlengkapan lebih berkaitan dengan kegiatan
pendidikan di sekolah, namun karena sifat pendidikan secara umumpun
memanfaatkan pentingnya peran alat pendidikan berbentuk material, maka
beberapa kriteria berikut ini perlu dipahami dan dijadikan pertimbangan pendidik
dalam menjalankan kegiatan pendidikan seperti:
a. Alat pendidikan hendaklah terbuat dari alat yang kuat dan tahan lama
dengan memperhatikan keadaan setempat.
b. Pembuatan alat pendidikan mudah dan dapat dikerjakan secara masal.
c. Biaya alat pendidikan relative murah.
d. Alat pendidikan hendaknya enak dan nyaman bila ditempati atau dipakai
sehingga tidak mengganggu keamanan pemakainya.
e. Alat pendidikan relatif ringan untuk mudah dipindah-pindahkan.
Secara lebih rinci syarat-syarat alat pendidikan yang harus diperhatikan pendidik
adalah:
a. Ukuran fisik terdidik, agar pemakaianya fungsi dan efektif.
b. Bentuk dasar yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Sesuai dengan aktivitas terdidik dalam proses pendidikan.
2) Kuat, mudah pemeliharaan dan mudah dibersihkan.
3) Mempunyai pola dasar yang sederhana.
4) Mudah dan ringkas untuk disimpan atau disusun.
5) Fleksibel, sehingga mudah digabungkan dan dapat pula berdiri sendiri.
c. Kontruksi perabot hendaknya:
1) Kuat dan tahan lama.
2) Mudah dikerjakan secara masal.
3) Tidak terganggu keamanan terdidik.
4) Bahannya mudah didapat di pasaran dan disesuaikan dengan keadaan
setempat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Alat pendidikan berperan penting dalam proses belajar mengajar untuk
mewujudkan tujuan pendidikan yang sesuai dengan harapan. Peran alat
pendidikan perlu dikembangkan secara optimal agar menunjang kelancaran proses
pendidikan.
Alat pendidikan itu sendiri terdiri dari dua jenis yaitu alat pendidikan
material dan alat pendidikan non material. Alat pendidikan material adalah segala
bentuk perlengkapan yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar
yang mencakup sarana dan prasarana. Sebaliknya, alat pendidikan non material
adalah berupa suatu tindakan dan perbuatan atau situasi yang dengan sengaja
dilakukan untuk membantu pencapaian tujuan pendidikan. Karakteristik alat
pendidikan menjadi bagian yang perlu dipahami oleh pendidik dalam
melaksanakan proses pendidikan.
Penggunaaan alat pendidikan dipengaruhi oleh kecakapan pendidik yang
harus menyesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai, dan sebagai seorang
pendidik sebaiknya harus menghindari tindakan yang memaksa. Penggunaan alat
pendidikan juga dipengaruhi oleh pribadi yang akan memakainya. Pemakai alat
pendidikan juga harus dapat menyesuaikan diri dengan tujuan yang dikandung
oleh alat itu. Penggunaan alat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan
sifat kepribadian pemakainya yang merupakan sifat khas dari alat pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu dan Uhbiyati Nur. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Indrakusuma Amir. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surubaya: Usaha Nasional.
Ngalimpurwanto. 1985. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Sadulloh, dkk. 2009. Pedagogika. Bandung: UPI Press.
http://starawaji.wordpress.com/2009/05/21/alat-alat pendidikan

Anda mungkin juga menyukai