OLEH :
HASTIN SUMEKAR
NIM: PO.71.39.0.16.017
Dengan megucap syukur atas kehadiran Allah SWT, aku persembahan karya
sederhana ini untuk :
Mamak dan bapakku tercinta yang senantiasa dengan ikhlas membimbingku,
memberiku nasehat, serta selalu menyertakan namaku di dalam doa disetiap sujudnya
demi manantikan keberhasilanku, maaf jika aku belum bias menjadi yang terbaik
untuk kalian.
Adik-adikku yang tersayang, Terima kasih untuk selalu bersama mbakmu ini dan
memberikan semangat serta selalu pengertian akan kesibukan dan kesulitan yang
mbakmu alami, maaf jika mbak mu ini belum mampu untuk menjadi mbak yang
terbaik untuk kalian.
Dosen Pembimbingku yang luar biasa, Ibu Mindawarnis, S.Si, Apt, M.Kes. terima
kasih untuk pembelajaran hidup yang ibu berikan sehingga membuka pikiranku bahwa
tidak ada yang tidak bias dilakukan jika kita bersabar dan ikhlas. Serta terima kasih
kepada ibu yang selalu memotivasiku, menenangkanku dan mendengarkan curahan
dan keluh kesah selama membimbingku. Terima kasih ibu, maaf jika selama ini aku
belum bias menjadi anak bimbingmu yang sesuai harapanmu
Sahabat – sahabatku tercinta dan tersayang ama, didi dan ummul yang tergabung di
bawah naungan geng bernama ”KECIL ” terimakasih atas semua
kenyamanan yang telah diberikan, selalu menjadi tempat terbaik untuk bersandar, dan
selalu membantuku dalam terselesainya penelitian ini.
My geng DPPH Squad didi, ummul dan ane, terima kasih ya untuk semua bantuan
yang telah diberikan, rela pulang malam, bolak – balik ke BBLK demi terselesainya
penelitian ini.
Suskes untuk kita semua ya !!! ☺☺
i
BIODATA
Panggilan : Hastin
Agama : Islam
a. Ayah : Yoko
Jumlah Saudara :2
Anak Ke :1
Riwayat Pendidikan :
ii
ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisoional
suatu tanaman obat. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur apakah metode
dewandaru.
Hasil : Kapasitas rata-rata antioksidan kering angin dan oven dengan konsentrasi
0,4860; 0,8046; 1,0747; 1,3813; 1,7083 mgAAE/g sampel dan 0,4860; 0,7536;
oven, namun secara statistik nilai tersebut tidak berbeda secara signifikan.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat izin dan ridho-Nya yang
telah melimpahkan segala nikmat, rahmat, karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Cara
Pengeringan Terhadap Kapasitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Dewandaru
(Eugenia uniflora) Dengan Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak mendapatkan
motivasi, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Ibu Mindawarnis, S.Si, Apt, M.Kes selaku pembimbing dan Ketua Jurusan
Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang yang telah banyak memberikan
bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah ini.
2. Bapak dan Ibu dosen pengajar serta staf Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurusan Farmasi.
3. Kedua Orang Tua dan Keluarga yang tak henti-hentinya memberikan doa
dan motivasi kepada penulis.
4. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Diploma III Farmasi Poltekkes
Kemenkes Palembang, serta
5. Teman-teman yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan
pengalaman yang dimiliki sehingga Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
JUDUL Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
BIODATA
ABSTRAK ........................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................ viii
DAFTAR GRAFIK .......................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN
A. Tumbuhan Dewandaru (Eugenia Uniflora) ................................ 7
1. Taksonomi Tanaman ............................................................ 7
2. Nama Daerah ....................................................................... 7
3. Morfologi ............................................................................. 7
4. Kandungan Kimia ................................................................ 8
5. Potensi ........................................................................ ......... 8
B. Pengeringan ................................................................................ 9
1. Pengertian Pengeringan.................................................. ..... 9
2. Cara Pengeringan ......................................................... ....... 10
C. Ekstraksi ...................................................................................... 13
1. Pengertian Ekstraksi ............................................................ 13
2. Macam-macam Metode Ekstraksi ....................................... 14
3. Cairan Penyari ...................................................................... 12
D. Radikal Bebas...................................................................... ....... 16
1. Definisi Radikal Bebas....... ................................................. 16
2. Tipe-Tipe Radikal Bebas................................................ ..... 17
3. Sumber Radikal Bebas................................................... ...... 18
4. Efek Radikal Bebas Dalam Tubuh.................................. ..... 21
E. Antioksidan ................................................................................. 22
1. Definisi Antioksidan .............................................................. 22
2. Klasifikasi Antioksidan .......................................................... 23
3. Aktivitas Antioksidan..................................................... ....... 24
4. Fungsi Antioksidan........................................................ ........ 25
5. Metode Pengujian Antioksidan........................................ ...... 25
v
F. Baku Pembanding................................................................ ....... 29
G. Spektrofotometri ......................................................................... 30
1. Definisi Spektrofotometri .................................................... 30
2. Warna-Warna Komplementer .............................................. 30
3. Analisa Spektrofotometri................................................ ..... 31
4. Hukum Lambert-Beer..................................................... ..... 33
H. Kerangka Teori ........................................................................... 35
I. Pertanyaan Penelitian............................................................ ...... 36
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di wilayah negara ini. Sebagian
besar sudah dimanfaatkan oleh nenek moyang kita untuk mengobati berbagai
obat tradisional (Pratama, 2016). Salah satu tumbuhan yang digunakan dan diteliti
dewandaru (Eugenia uniflora) berkhasiat sebagai obat batuk, kurap, disentri juga
sebagai antiinflamasi, dan anti diabetes (Einbond, 2004). Berbagai ekstrak daun
2006). Eugenia uniflora merupakan salah satu tanaman yang memiliki prospek
Menurut Supriyati (2010), nilai IC50 ekstrak daun dewandaru terhadap sel
T47D (cell line kanker payudara) sebesar 117 μg/ml dan nilai IC50 ekstrak daun
1
2
dewandaru terhadap sel MCF-7 (sel kanker payudara) sebesar 155 μg/ml. Hasil
ini menunjukkan bahwa daun dewandaru potensial untuk digunakan sebagai terapi
Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang mempunyai elektron
bebas sangat reaktif yang kemudian akan menangkap atau mengambil elektron
dari senyawa lain seperti protein, lipid, karbohidrat dan DNA untuk menetralkan
diri. Radikal bebas dapat masuk kedalam tubuh dan menyerang sel-sel yang sehat
Efek negatif radikal bebas terhadap tubuh dapat dicegah dengan senyawa
elektron, mengikat dan mengakhiri reaksi berantai radikal bebas (Halliwell, 2012).
Antioksidan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan alami dan sintetik.
Antioksidan alami berasal dari ekstraksi bahan alami yang berpotensi menangkap
radikal bebas, sedangkan antioksidan sintetik diperoleh dari hasil sintetis senyawa
Salah satu metode yang paling umum digunakan dalam peredaman radikal
bebas adalah metode DPPH. Metode DPPH dipilih karena metode ini mempunyai
dapat menganalisis sejumlah besar sampel dalam jangka waktu yang singkat
(Aziz, 2017). Menurut Sayuti (2015) pada metode ini, larutan DPPH berperan
3
sebagai radikal bebas yang akan bereaksi dengan senyawa antioksidan sehingga
berubahnya warna ungu tua menjadi warna merah muda atau kuning pucat dan
penangkapan radikal DPPH ini adalah IC50, yaitu konsentrasi senyawa uji yang
dibutuhkan untuk menangkap radikal bebas DPPH sebanyak 50%. Semakin kecil
nilai dari IC50, maka semakin kuat senyawa uji tersebut sebagai penangkap
konsentrasi sampel nilai asam askorbat equivalen (AAE) yang didapatkan dari
panas dan uap air dari permukaan bahan dengan menggunakan energi panas
kimia maupun efek farmakologis yang terkandung dalam suatu tanaman obat.
Menurut Manoi (2006) bahwa pengeringan suatu bahan terlalu lama dan suhunya
yang terlalu tinggi dapat menurunkan mutu karena dapat merusak komponen-
akan terjadi pengurangan kadar air dengan jumlah besar dalam waktu yang
merupakan pengeringan yang paling baik dengan kadar air paling sedikit 8.4%
(Winangsih, 2013). Sedang metode kering angin dianggap murah akan tetapi
(Luliana, 2016).
oven dan kering angin. Perbedaan penelitian yang akan diteliti dengan penelitian
pengeringan, metoda yang digunakan, waktu dan tempat. Pada penelitian ini,
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
(Eugenia Uniflora).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tumbuhan Dewandaru
(a) (b)
berikut :
Divisi : Spermatophyta
7
8
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Eugenia
2. Nama Daerah
3. Morfologi
dengan tinggi lebih dari 5 meter. Batangnya tegak berkayu, berbentuk bulat, dan
berwarna coklat. Daun dewandaru berwarna hijau, yang merupakan daun tunggal,
tersebar berbentuk lonjong dengan ujung runcing dan pangkal meruncing. Tepi
daun rata, pertulangan menyirip dengan panjang lebih dari 5 cm dan lebar kurang
lebih 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga berbetuk tunggal, berkelamin dua
dengan daun pelindung yang kecil berwarna hijau. Kelopak bunga bertaju tiga
sampai lima, memiliki banyak benangsari yang berwarna putih. Putik berbentuk
silindris, makota bunga berbentuk kuku dan berwarna kuning. Buah Eugenia
uniflora berupa buah buni bulat dengan diameter kurang lebih 1,5 cm dan
9
berwarna merah. Bijinya keras, berwarna coklat, dan kecil. Akar yang dimiliki
2002). Tanaman ini menyebar di Indonesia hingga di daerah Sumatera dan Jawa
(Hutapea, 1994).
4. Kandungan Kimia
5. Potensi
batuk, kurap, disentri juga sebagai antiinflamasi, dan anti diabetes (Einbond,
B. Pengeringan
1. Pengertian Pengeringan
mencegah timbulnya jamur dan bakteri, yang membutuhkan air dalam jumlah
terjadinya reaksi enzimatis dan pertumbuhan jamur dan bakteri, terutama untuk
mempersyaratkan kurang dari 5%. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses
biosintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Segera setelah dipanen, terjadi
untuk bertahan hidup, kemudian setelah cadangan makanan habis terjadi kematian
sel. Kecepatan kematian sel tergantung pada jenis tanaman yang dipanen, suhu
dan kelembaban udara. Pada kadar air tertentu (diatas 10%) tanaman yang sudah
dipanen mengalami reaksi enzimatis, kapang dan jamur masih dapat tumbuh
biologis yang cukup beragam, antara lain diuretik, analgetik, pengendur otot, anti-
oksidan dan anti inflamasi. Cara pengeringan dan lama pelayuan akan
11
Untuk daun yang dikeringkan dengan oven, produk berwarna lebih hijau
dibandingkan dengan penjemuran matahari karena suhu oven bersifat lebih stabil
Kadar flavonoid yang tertinggi dihasilkan dari lama pelayuan dengan pengeringan
2. Cara pengeringan
kain atau di atas baki besar dari aluminium, dapat juga bambu/kayu yang dibuat
minggu. Bahan tanaman yang dapat dikeringkan dengan cara ini adalah simplisia
dari akar, rimpang, kulit, dan biji-bijian. Penge-ringan bahan dengan sinar
mengalami pencemaran dan bila terjadi perubahan cuaca secara tiba-tiba akan
burung, dan rodensia. Secara ekonomi, sinar matahari akan lebih menguntungkan
dari alat pengering. Akan tetapi dari segi kualitas, alat pengering buatan akan
memberikan produk yang lebih baik. Selain itu, pengeringan dengan matahari
tidak dapat diterapkan di semua daerah karena kondisi cuaca yang tidak sama.
Sinar ultra violet dari matahari juga dapat menimbulkan kerusakan kandungan
kurkuminoid yang terdapat pada temulawak, kunyit, dan golongan curcuma sangat
peka terhadap sinar ultra violet, sehingga untuk mengeringkan simplisia sebaiknya
atau anyaman bambu didalam suatu ruangan yang terlindung dari sinar matahari
dan hujan. Cara ini biasanya digunakan pada bahan baku simplisia yang
kandungan utamanya minyak atsiri atau senyawa kimia lain yang bersifat
termolabil. Salah satu kelemahan cara ini adalah waktu yang dibutuhkan relatif
lebih lama karena lambatnya penguapan air dalam bahan simplisia sehingga
b) Pengeringan Buatan
memanfaatkan energi panas, listrik atau api. Pada prinsipnya mekanisme kerja alat
pengering adalah pengaliran udara panas yang berasal dari sumber panas tertentu.
panas matahari. Akan tetapi, kecepatan pengeringan tergantung dari tebal bahan
yang dikeringkan. Penggunaan oven biasanya digunakan untuk skala kecil. Oven
yang paling umum digunakan yaitu elektrik oven yang dioperasikan pada tekanan
atmosfer dan yang terdiri dari beberapa tray didalamnya, serta memiliki sirkulasi
udara didalamnya.
dari atau sama dengan 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif
dengan mutu lebih baik, karena pengeringan lebih merata dan waktu yang
diperlukan relatif cepat, tidak tergantung pada cuaca serta kadar air simplisia juga
C. Ekstraksi
1. Pengertian Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
14
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (FI
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Direktorat
mengekstraksi yaitu, air, eter atau campuran etanol dan air. Ekstraksi simplisia
dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau penyeduhan dengan air mendidih
a. Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara bahan
terlindung dari cahaya langsung dalam beberapa waktu dan kocok kembali (Voigt,
1995).
b. Digestasi
Digestasi adalah cara maserasi pada suhu yang di tinggikan (300 - 500C).
Dengan cara ini perolehan bahan aktif agak lebih banyak, meskipun pada saat
pendinginannya pada suhu kamar, bahan ekstraktif dalam skala besar, mengendap
(Voigt, 1995).
15
c. Perkolasi
dengan pelarut yang sesuai kemudian dialirkan secara kontinyu dari atas, yang
akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa
d. Infus
sejumlah kecil air dan setelah didiamkan beberapa saat disiram dengan air
mendidih. Campuran tersebut dibiarkan dalam penangas air dan diaduk berulang-
e. Dekokta
segar menggunakan pelarut air dengan jumlah pemanasan pada suhu 90 - 98°C
f. Sokletasi
Sokletasi adalah bahan yang akan diekstraksi berada dalam kantong ekstrak
didalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu, yang diletakkan
diantara labu suling dari suatu pendinginan aliran balik dan dihubungkan melalui
pipet. Labu yang berisi bahan pelarut akan terkonsensasi dan menetes ke atas
bahan yang diekstrak dan menarik keluar bahan yang disektraksi. Kemudian hasil
g. Destilasi Vakum
16
Memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motode yang
atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang
3. Cairan Penyari
pembuatan ekstrak adalah pelarut yang dapat dengan optimal menarik kandungan
zat aktif dari bahan atau senyawa kandungan lain dimana pelarut yang
diperbolehkan digunakan sampai saat ini adalah air dan alkohol (etanol) serta
1) Selektivitas
3) Ekonomis
4) Ramah lingkungan
5) Keamanan
D. Radikal Bebas
yang mengandung satu atau lebih elektron pada atom atau molekul orbital. Dalam
17
konsentrasi yang tinggi, radikal bebas akan membentuk stress oksidatif, suatu
proses penghancuran yang dapat merusak seluruh sel tubuh (Pham-Huy et al,
2008). Proses kerusakan tubuh ini terjadi bila tidak diimbangi dengan kadar
antioksidan tubuh yang baik. Radikal bebas merupakan molekul yang kehilangan
satu atau lebih elektron pada permukaan kulit luarnya. Contohnya, O2 merupakan
struktur normal dengan elektron yang lengkap dari oksigen. Bila kehilangan
Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen
radikal peroksil (LO-2). Radikal bebas yang mengandung karbon (CCL3-) yang
berasal dari oksidasi radikal molekul organik. Radikal yang mengandung hidrogen
hasil dari penyerangan atom H (H-). Bentuk lain adalah radikal yang mengandung
sulfur yang diproduksi pada oksidasi glutation menghasilkan radikal thiyl (R-S-).
(Arief 2006). Tabel 2.1. menunjukkan struktur radikal bebas biologis yang
1. Endogen
a. Mitokondria
juga berperan dalam reduksi univalen atau divalen O2 sehingga membentuk O2-
atau H2O2. Contohnya, Xantine oksidase dapat menghasilkan O2- atau H2O2
19
b. Mikrosom
bebas. Pada saat berlangsungnya proses transpor elektron, terbentuk O2- dan
H2O2. Autooksidasi dari sitokrom P-450 dan oksidasi dari NADPH oleh NADPH
c. Enzim
O2- yang akan memicu kerusakan sel. Indole amine dioxgenase, enzim yang
d. Fagosit
memicu suatu respiratory burst, yang ditandai dengan peningkatan uptake O2,
2. Eksogen
a. Obat-obatan
itu, radikal juga berasal dari fenilbutason, beberapa asam fenamat dan komponen
2006).
b. Radiasi :
oleh radikal bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) dan radiasi
partikel (partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan beta) menghasilkan radikal
primer dengan cara memindahkan energinya pada komponen seluler seperti air.
Radikal primer tersebut dapat mengalami reaksi sekunder bersama oksigen yang
c. Asap rokok :
peranan yang besar terjadinya kerusakan saluran napas. Telah diketahui bahwa
oksidan asap tembakau menghabiskan antioksidan intraseluler dalam sel paru (in
21
bahwa tiap hisapan rokok mempunyai bahan oksidan dalam jumlah yang sangat
besar, meliputi aldehida, epoxida, peroxida, dan radikal bebas lain yang mungkin
Bahan lain seperti nitrit oksida, radikal peroksil, dan radikal yang mengandung
karbon ada dalam fase gas. Juga mengandung radikal lain yang relatif stabil dalam
fase tar. Contoh radikal dalam fase tar meliputi semiquinone moieties
berulang merupakan penyebab yang sangat mungkin dari desposisi besi dalam
radikal hidroksil yang mematikan dari hidrogen peroksida. Juga ditemukan bahwa
(Arief, 2006).
lipoprotein, dan DNA. Jika tidak diregulasi dengan baik, oxidative stress dapat
2006).
Berikut ini merupakan contoh penyakit dan sistem yang terganggu akibat
radikal bebas:
22
1. Kanker
2. Kardiovaskular
3. Neurologi
4. Respiratori
5. Artritis Reumatoid
6. Nefropati
7. Penyakit Mata
E. Antioksidan
1) Definisi Antioksidan
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki elektron tidak
menyerang dan mengikat elektron molekul yang ada disekitarnya. Target utama
radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh dan lipoprotein, serta unsur
rentan terhadap serangan radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh. Senyawa
radikal bebas didalam tubuh dapat merusak asam lemak tak jenuh ganda pada
membran sel sehingga dinding sel menjadi rapuh, merusak basa DNA sehingga
(Winarsi, 2007).
23
2) Klasifikasi Antioksidan
yaitu
glutation peroksidase.
b) Larut air : asam askorbat (vitamin C), asam urat, protein pengikat
logam
menjadi 3 kelompok,yaitu :
1) Antioksidan primer
senyawa stabil dan mencegah pembentukan radikal bebas baru dan memutus
enzimatis
2) Antioksidan sekunder
bebas atau dengan mengkapnya, sehingga efek negatif radikal bebas bisa dicegah.
24
3) Antioksidan tersier
biomolekuler sel yang rusak akibat efek radikal bebas. ( Winarsi, 2007)
1) Antioksidan alami
Antioksidan yang berasal dari alam didapatkan dari tumbuhan dan telah
katekin.
2) Antioksidan sintetik
3) Aktivitas Antioksidan
4) Fungsi Antioksidan
(Rohmatussolihat, 2009).
penyakit
Menurut Sayuti dan yenrina (2015) DPPH merupakan radikal bebas yang
stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk menilai aktivitas antioksidan
beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam. Prinsip uji DPPH adalah penghilang
bebas stabil dengan warna ungu gelap yang ketika direduksi menjadi bentuk
warnanya akan berubah menjadi kuning. Perubahan tersebut dapat diukur dengan
DPPH. Hal ini dapat terjadi apabila adanya penangkapan satu elektron oleh zat
penggunaannya yang dapat menghasilkan hasil yang bersifat akurat, reliable (hasil
tetap sama jika dilakukan uji berulang-ulang), pengerjaannya yang relative cepat
(hanya membutuhkan waktu dalam hitungan menit) dan praktis (Ain, 2007).
Selain itu, Metode DPPH dipilih karena metode ini juga mempunyai keuntungan
menganalisis sejumlah besar sampel dalam jangka waktu yang singkat (Praditya,
2014).
nilai IC50 yang diperoleh. Jika nilai IC50 suatu ekstrak berada dibawah 50 ppm
maka aktivitas antioksidannya kategori sangat kuat, nilai IC50 berada diantara 50-
100 ppm berarti aktivitas antioksidannya kategori kuat, nilai IC50 berada di antara
100-150 ppm berarti aktivitas antioksidannya kategori sedang, nilai IC50 berada
27
apabila nilai IC50 berada diatas 200 ppm maka aktivitas antioksidannya
(Nc)2) hasil dari reduksi senyawa antioksidan diukur pada panjang gelombang 450
nm. Reaksi yang terjaadi antara reagen Cu(II)-(Nc)2) dengan senyawa antioksidan
yaitu :
(Ar=O) dan Cu(II)-(Nc)2 direduksi hingga muncul warna kelat (Cu(II)- (Nc)2)
Secara stoikiometri ion Cu2+ yang dilepaskan oleh kompleks neokuproin akan
membawa reaksi kesetimbangan redoks ke arah kanan. Hal ini disebabkan adanya
oksidan spesies Cu(Nc) 2²+ yang dilepaskan oleh kompleks neokuproin akan
poliferol dioksidasi lebih cepat, efesien, dan jumlah kelat Cu(I)-Nc yang muncul
pada akhir reaksi redoks ekivalen dengan Cu(II)-Nc yang bereaksi. Proton yang
lipofilik. Selain itu reaksi redoks CUPRAC terhadap berbagai flavanoid tidak
dipengaruhi kandungan asam sitrat dan gula dalam bahan makanan, serta mampu
Prinsip metode ini adalah adanya reduksi ion ferri menjadi ion ferro oleh
akan membuat ion ferro menjadi senyawa kompleks berwarna biru. Reagen lain
yang juga dapat memberikan warna spesifik pada ion ferri adalah 1,10-
tidak bergantung pada keasaman dalam jangka pH 2-9, dan stabil dalam waktu
yang lama. Senyawa kompleks ini dapat dibaca absorbansinya pada λ 510 nm
Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol;
benzena
G. Spektrofotometri
1. Definisi
panjang gelombang tertentu yang sepit, mendekati monokromatis yang diserap zat
untuk analisa kualitatif dan kuantitatif, terutama sangat cocok untuk penetapan
30
2. Warna-Warna Komplementer
Apabila radiasi atau cahaya putih dilewatkan melalui larutan yang berwarna
maka radiasi dengan panjang gelombang tertentu akan diserap secara selektif dan
berwarna terjadi pada daerah warna yang berlawanan dengan warna yang diamati,
misalnya larutan berwarna merah akan menyerap radiasi maksimum pada daerah
warna hijau. Dengan kata lain warna yang diserap adalah warna komplementer
Warna yang dapat dilihat oleh manusia disebut sinar tampak (visible) yang
panjang gelombang dari 400-750nm seperti kita lihat pada pelangi. Warna-warna
komplementer adalah salah satu pasangan dari setiap dua warna dari spektrum
Sumber : Google
3. Analisa Spektrofotometri
a. Analisa Kualitatif
spektrum serapan larutan dalam pelarut dan dengan kadar tertentu untuk
maksimum. Sehingga kesalahan yang disebabkan untuk alat dapat dihindari dan
b. Analisa Kuantitatif
dilakukan dengan mengukur serapan larutan zat dalam pelarut pada panjang
32
kemudian terhadap larutan zat yang diperiksa. Sebagai pengganti zat pembanding
kimia, dapat digunakan kurva baku yang dibuat dari zat pembanding kurva.
(cahaya tampak)
dengan absorban dan larutan standar yang diketahui konsentrasinya. (FI IV,
1995)
4. Hukum Lambert-Beer
(b) yang disinari, dengan bertambahnya sel, maka serapan akan bertambah.
A = k. B
A = serapan
K = konstanta
B = ketebalan sel
33
Menurut Beer, yang berlaku untuk radiasi monokromatis dalam larutan yang
A = k. C
A = serapan
K = konstanta
C = konsentrasi
Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan
dengan konsentrasi dan ketebalan sel yang dapat ditulis dengan persamaan:
A = k.c.b
A = serapan
K = konstanta
C = konsentrasi
B = ketebalan sel
berlainan, yaitu gram per liter atau mol per liter. Nilai tetapan (k) dalam hukum
dalam gram per liter, tetapan disebut dengan absorptivitas (a) dan bila dalam mol
per liter, tetapan tersebut adalah absorptivitas molar (ε). Jadi dalam sistem
Dimana:
34
A = serapan
a = absorptivitas
b = ketebalan sel
c = konsentrasi
ε = absorptivitas molar
merupakan konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan
suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi (Day and
Underwood, 1999).
35
H. Kerangka Teori
Daun Dewandaru
(Eugenia uniflora)
Kurang efisien waktu tapi metabolit Terjadi Pengurangan Jumlah Air Yang Besar Dalam
sekunder terjaga (Pramono, 2006) Waktu Singkat (Muller et al, 2006)
Baku Standar
Metode DPPH Vitamin C
Perubahan warna
Ungu → Kuning
(Sayuti dan Yenrina, 2015)
Kapasitas Antioksidan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
kering angin dengan suhu ruang (alamiah) dan kering oven dengan suhu 50°C
UV-Vis.
Kesehatan Palembang.
C. Objek Penelitian
uniflora) dengan kriteria daun tua yang berwarna hijau segar dengan bentuk dan
ukuran yang sama yang diambil dari halaman rumah sendiri yang berada di
36
37
1. Alat
Alat-alat yang akan digunakan yaitu Alat destilasi vakum, Botol maserasi
(Pyrex), Gelas ukur (Pyrex), Labu ukur (Pyrex), Neraca analitik balance
2. Bahan
uniflora), pereaksi DPPH, larutan etanol, aquadest, Vitamin C, serbuk Mg, larutan
E. Prosedur Kerja
b. Setelah itu, daun Dewandaru dirajang halus dengan pisau, sampel segar yang
d. Daun Dewandaru yang sudah dikeringkan dengan oven dan kering angin
f. Botol ditutup dan biarkan selama 5 hari di tempat gelap atau terlindung dari
hari.
g. Setelah 5 hari, kedua sampel disaring dan dibiarkan selama beberapa jam
kemudian sampel dienaptuangkan selama 2 hari dan saring lagi dengan kertas
sempurna.
cair yang didapatkan, diuapkan pada suhu dan tekanan yang rendah sehingga
k. Setelah itu ekstrak kental diencerkan sehingga didapatkan larutan uji dengan
berbagai konsentrasi b/v, larutan uji disaring sehingga dapat larutan uji yang
2. Pengujian Kimia
a. Uji Flavonoid
b. Uji Saponin
tabung reaksi dalam keadaan panas. Larutan diambil sebanyak 10 ml, kemudian
dikocok kuat secara vertikal. Adanya saponin ditandai dengan terbentuknya busa
dan tidak hilang pada saat ditambahkan dengan satu tetes HCl 2 N (Rasyid, 2012).
c. Uji Tanin
d. Vitamin C
pereaksi benedict. Cara kerja dari metode ini yaitu: Ekstrak / filtrat dimasukkan ke
tetes pereaksi benedict dan dipanaskan di atas api kecil sampai mendidih selama 2
40
3. Langkah Kerja
kedalam labu takar 100 ml, setelah itu ditambahkan etanol sebagai pelarut sampai
sebanyak 25 mg dan dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 250 ml sehingga
ppm dan 50 ppm. Kemudian tiap konsentrasi tersebut diukur absorbannya dengan
2016).
Ekstrak etanol daun Dewandaru metode Oven dan Kering Angin masing-
sehingga didapat konsentrasi 0,1%. Kemudian dari larutan tersebut dibuat deret
ditetapkan sebelumnya.
3) Pengukuran absorban sampel uji, dilakukan dengan cara larutan ekstrak dipipet
DPPH sebanyak 2,0 mL. Larutan didiamkan selama 30 menit dan absorban
regresi linier yang didapatkan dari kurva kalibrasi baku pembanding, yaitu
asam askorbat. Pada penelitian ini akan didapatkan persamaan regresi linier y =
sampel
42
Fp = faktor pengenceran
F. Variabel
G. Definisi Operasional
variasi konsentrasi.
variasi konsentrasi.
pengukuran terhadap hasil peredaman radikal bebas DPPH pada menit ke-30.
Analisis data dilakukan dengan cara analisis kuantitatif. Data yang diperoleh
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik berdasarkan daya aktivitas antioksidan
askorbat equivalen (AAE) yang didapatkan dari persamaan linier kurva baku
I. Kerangka Operasional
Dikeringkan
Variasi Konsentrasi
Larutan Uji
Spektrofotometri
UV-VIS
Absorbansi Sampel Nilai AAE daun Absorbansi Sampel Nilai AAE daun
Dewandaru pengeringan oven Dewandaru kering angin
Memenuhi Syarat
46
BAB IV
A. Hasil
yang dihasilkan) dengan berat awal (berat simplisia awal) dikalikan 100%. Berat
ekstrak yang dihasilkan dari daun dewandaru (Eugenia uniflora) kering angin
yaitu sebesar 48,02 g sedangkan kering oven sebesar 53,91 g. Sehingga dapat
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
Rendemen = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100 %
48,02 𝑔
1. Oven : 𝑥 100 % = 16 %
300 𝑔
53,91 𝑔
2. Kering amgin : 𝑥 100 % = 17,97 %
300 𝑔
1 𝑔 −0,92 𝑔
• % kadar air pengeringan oven = 𝑥 100% = 8 %
1𝑔
1 𝑔− 0,94 𝑔
• % kadar air kering angin = 𝑥 100% = 6 %
1𝑔
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa kadar air yang terkandung pada
sampel pengeringan oven sebesar 8% dan pada kering angin sebesar 6% dan
pada tabel 1.
500 0,775
0.82
0.8
0.78
0.76
absorbansi
0.74
0.72
0.7
0.68
0.66
0.64
0.62
400
410
420
430
440
450
460
470
480
490
500
510
519
530
540
550
560
570
580
590
600
Panjang Gelombang (nm)
0,001 % 0,1252
0,002 % 0,1981
49
0,003 % 0,2171
0,004 % 0,2654
0,005 % 0,3249
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.001 0.002 0.003 0.004 0.005
Konsentrasi (%)
askorbat equivalen.
angin.
50
sampel ekstrak etanol daun dewandaru pengeringan oven dan kering angin dapat
Tabel 3. Hasil Pengukuran absorbansi DPPH yang direaksikan dengan larutan uji
sampel ekstrak etanol daun dewandaru pengeringan oven dan kering angin.
0,6535
0,0004 % 0,6578
0,6548
0,7348
0,0006 % 0,7251
0,6778
Kering angin 30 menit
0,7032
0,0008 % 0,7040
0,7322
0,7384
0,0010 % 0,7247
0,7284
51
0,7510
0,0012 % 7326
0,7673
0,6520
0,0004 % 0,6542
0,6552
0,7005
0,0006 % 0,6498
0,6681
0,6826
Oven 30 menit
0,0008 % 0,6959
0,6611
0,7091
0,0010 % 0,6955
0,7053
0,7156
0,0012 %
0,7413
52
0,7290
0.76
0.74
0.72
0.7
Absorbansi
Grafik 3. Hasil Pengukuran absorbansi DPPH yang direaksikan dengan larutan uji
sampel ekstrak etanol daun dewandaru pengeringan oven dan kering
angin.
6. Perhitungan Kapasitas Antioksidan
Y = 46,670x + 0,086
x = 0,0120
Jadi nilai AAE sampel pada absorban 0,6479 sebesar 0,0120 % = 0,0120 g/100ml.
B. Pembahasan
berupa daunnya yang dikeringkan dengan cara pengeringan oven dan kering
antioksidan yang terdapat pada ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia uniflora)
keduanya serta untuk mengetahui yang mana yang paling baik dalam hal
secara Spektrofotometri.
berkhasiat sebagai obat batuk, kurap, disentri juga sebagai antiinflamasi, dan anti
Rendemen ekstrak tertinggi diperoleh dari pengeringan dengan oven yaitu 17,97%
dan kering angin sebanyak 16%. Kandungan air bahan pada simplisia sangat
56
mempengaruhi kualitas ekstrak jika kadar air masih tinggi aktivitas enzim juga
akan tinggi, enzim tersebut akan mengubah kandungan kimia yang telah terbentuk
menjadi bentuk lain. Semakin rendah kandungan kadar air pada simplisia semakin
tinggi rendemen ekstraknya (Ketaren 1986), hal tersebut juga terjadi pada
penelitian ini pada simplisia pengeringan dengan oven yang kadar airnya lebih
lebih tinggi.
DPPH , ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang gelombang berapa larutan
maksimum larutan DPPH adalah pada panjang gelombang 517 nm. Pada
penelitian ini didapatkan absorban maksimum larutan DPPH terjadi pada panjang
0,003%; 0,004% dan 0,005%. Dari kurva kalibrasi asam askorbat diperoleh suatu
dengan konsentrasi asam askorbat sebagai sumbu X dan absorban asam askorbat
diperoleh adalah nilai asam askorbat eqivalen yang akan digunakan untuk
ini memiliki absorban yang masuk dalam range absorban terbaik (0,2 – 0,8) dan
antioksidan.
dengan larutan DPPH, waktu reaksi yang digunakan dalam pengujian aktivitas
ditandai dengan berubahnya warna ungu tua menjadi warna merah muda atau
kuning pucat. Semakin banyak kandungan antioksidan dalam sampel maka warna
sejumlah besar sampel dalam jangka waktu yang singkat (Aziz, 2017). Menurut
Sayuti (2015) pada metode ini, larutan DPPH berperan sebagai radikal bebas yang
akan bereaksi dengan senyawa antioksidan sehingga DPPH akan berubah menjadi
menjadi warna merah muda atau kuning pucat dan bisa diamati dan dilihat
Pada saat penelitian, didapatkan perubahan warna yang jelas dari warna
ungu menjadi kuning pada sampel ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia
ungu menjadi merah muda. Dari perubahan warna secara visual tersebut, dapat
pengeringan oven.
kapasitas antioksidan asam askorbat equivalen terhadap radikal bebas DPPH yang
diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 519 nm. Dari
data kurva kalibrasi asam askorbat pada tabel 2, didapatkan hasil persamaan
Dapat dilihat pada tabel 5, rata-rata kapasitas antioksidan pada ekstrak etanol daun
0,4860; 0,8046; 1,0747; 1,3813; 1,7083 mgAAE/g sampel yang artinya satu gram
0,4860; 0,7536; 1,0173; 1,3223; 1,6520 mgAAE/g sampel yang artinya satu
1,653 mg asam askorbat. Semakin besar nilai kapasitas antioksidan maka semakin
besar aktivitas antioksidan sampel tersebut. Sehingga bila dilihat dari nilai
oven. Hal ini terjadi disebabkan karena semakin tinggi suhu pengeringan maka
kecepatan aliran udara pada proses pengeringan juga akan semakin cepat,
antioksidan tersebut ikut menguap bersama air dan kadarnya menyusut setelah
pengeringan oven dan kering angin tersebut didapatkan nilai sig sebesar 0,78
(Eugenia uniflora) pengeringan oven dan kering angin tidak memiliki perbedaan
ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia uniflora) pengeringan kering angin lebih
pengeringan oven. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang
49,19 %, pengeringan SML 38,06 % dan sampel segar sebesar 35,79 % (Luliana,
2016).
dewandaru (Eugenia uniflora) pengeringan oven dan kering angin tidak memiliki
kadarnya akan berkurang akibat pemanasan suhu oven yaitu 50°C selama 9 jam
sehingga nilai kapasitas antioksidan lebih besar dengan pengeringan kering angin
1. Kesimpulan
oven.
oven dan kering angin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
62
63
2. Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, yang dapat disarankan adalah Perlunya
penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi kandungan metabolit sekunder apa yang
Ain, Q., 2007. Aktivitas Penangkap Radikal DPPH oleh kurkumin dan turunan 4-
fenilkurkumin. Universtitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, hal 24-25.
Apak. et al., 2007. Comparative Evaluation of Various Total Antioxidant
Capacity Assays Apllied to Phenolic Compounds with the CUPRAC Assay.
Molecules (12). (http://www.mdpi.org/molecules diakses pada tanggal 21
Januari 2019)
Ardiansyah, 2007. Antioksidan dan Peranannya bagi Kesehatan. Artikel IPTEK
(www.beritaiptek.com, diakses 23 Januari 2019)
Arief, S., 2006. Radikal Bebas. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR.
Surabaya.
AZIZ, G., 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Dan Antioksidan Dari Ekstrak Etil
Asetat Kapang Endofit Daun Tanaman Bakung Rawa (Crinum jagus
(J.Thomps.) Dandy). Skripsi, Jurusan Farmasi UIN Syarif Hidayatullah.
Consolini, A. E. and Gracı, M, 2002. Pharmacological effects of Eugenia uniflora
(Myrtaceae ) aqueous crude extract on rat ’ s heart. Journal of
Ethnopharmacology. 81, pp. 57–63.
Day, R.A dan A.L.Underwood., 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga :
Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, hal. 752.
Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, hal. 7
Departemen Kesehatan RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 2008. Pengelolaan Pasca Panen Tanaman Obat. Balai
Besar Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat Tradisional, pp. 30–35.
Einbond, L. S. et al., 2004. Anthocyanin antioxidants from edible fruits. Food
Chemistry.84, pp. 23–28. doi: 10.1016/S0308-8146(03)00162-6.
Fadriyanti, 2015. Makalah Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Vitamin B, C, K.
Available at: http://documentslide.com/documents/makalah Analisis
Kualitatif dan Kuantitatif Vitamin B, C, K docx.html [diakses pada 2
Februari 2019]
64
65
Halliwell, B., 2012. Free Radical and Antioxidant : Updating a Personal View,
Nutrition Review. 4th eds. New York: Oxford.
Handayani, V. et al., 2014. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Bunga dan
Daun Patikala ( Etlingera elatior ( Jack ) R . M . Sm ) Menggunakan
Metode DPPH. Pharm Sci Res, 1(2), pp. 86–93.
Hernani dan R. Nurdjanah, 2009. Aspek Pengeringan Dalam Mempertahankan
Kandungan Metabolit Sekunder Pada Tanaman Obat. Perkembangan
Teknologi TRO . 21(2), pp. 33–39.
Huliselan, Y.M., M.R.J. Runtuwene dan D.S. Wewengkang, 2015. Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol, Etil Asetat, dan n-Heksan Dari Daun
Sesewanua (Clerodendron squamatum Vahl.) Pharmacon Jurnal Ilmu
Farmasi, 4(3) : 2302-2493.
Hutapea, J.R., 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid III. Departemen
Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 29-30.
Indranila, dan M. Ulfah, 2015. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Kartika dengan Metode DPPH beserta Identifikasi Senyawa Alkaloid,
Fenol, dan Flavonoid. Prosiding. Seminar Nasional Peluang Herbal sebagai
Alternatif Medicine. Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim,
Semarang.
Isfahlan, A. J. et al., 2010. Antioxidant and antiradical activities of phenolic
extracts from Iranian almond (Prunus amygdalus L.) hulls and shells.
Turkish Journal of Biology, 34(2), pp. 165–173. doi: 10.3906/biy-0807-21.
Kumalaningsih, S., 2006. Antioksidan Alami Penangkal Radikal Bebas, Sumber
manfaat, Cara penyediaan, dan Pengolahan. Surabaya : Trubus.
Agrisarana.
Liochev, S.I., 2013. Reactive Oxygen Species and the Free Radical Theory of
Aging. Free Radical Biology and Medicine, 60, 1-4.
Luliana, S., Purwanti, N. U. and Manihuruk, K. N., 2016. Pengaruh Cara
Pengeringan Simplisia Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.)
Terhadap Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH (2,2-difenil-1-
pikrilhidrazil). Pharm Sci Res, 3, pp. 120–129.
Manoi, F., 2006. Pengaruh Cara Pengeringan Terhadap Mutu Simplisia
Sambiloto. Bul. Littro, 17(1), pp. 1–5.
Marjuki, A. S., 2009. Uji Aktivitas Penangkap Radikal Isolat Dari Fraksi V
Ekstrak Etanol Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.) dengan Metode
DPPH. Skripsi, Jurusan Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta,
pp. 0–10.
66
Molyneux, P., 2004. The Use Of The Stable Free Radikal Diphenilpicrylhydrazyl
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin J. Sci.
Technol. 26 (2) : 211-219.
Muller, J and Heindl. 2006. Drying Of Medical Plants In R.J. Bogers, L.E.Cracer,
and D> Lange (eds). Medical and Aromatic Plant, Springer, The
Netherland, p.237-252.
Ningsih, D.R., Zusfahair dan D. Kartika, 2016. Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder Serta Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak Sebagai Antibakteri
Molekul, 11(1) : 101-111.
Novack, F. et al., 2012. Essential oil of the leaves of Eugenia uniflora L .:
Antioxidant and antimicrobial properties. Food and Chemical Toxicology.
Elsevier Ltd, 50(8), pp. 2668–2674. doi: 10.1016/j.fct.2012.05.002.
Pham-huy, L. A., He, H. and Pham-huy, C., 2008. Free Radicals , Antioxidants in
Disease and Health. Int J Biomed Sc, 4(2), pp. 89–96.
Phongpaichit, S. et al., 2007. Biological Activities Of Extracts From Endophytic
Fungi Isolated From Garcinia Plants. FEMS Immunology and Medical
Microbiology, 51(3), pp. 517–525. doi: 10.1111/j.1574-695X.2007.00331.x.
Pourmorad, F., Hosseinimehr, S. J. and Shahabimajd, N., 2006. Antioxidant
activity , Phenol and Flavonoid Contents Of Some Selected Iranian
Medicinal Plants. African Journal of Biotechnology, 5(6), pp. 1142–1145.
Praditya, A. G., 2014. Penangkapan Radikal Bebas DPPH oleh Piperin. Fakulta
Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Hal 15.
Pramono, S., 2006. Penanganan Pasca Panen Dan Pengaruhnya Terhadap Efek
Terapi Obat Alami. Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia
XXVIII, Bogor, 15-18 Sept 2005. Hal 1-6
Pratama, D. G. A. Y., Bawa, G. A. G. and Gunawan, I. W. G., 2016. Isolasi Dan
Identifikasi Senyawa Minyak Atsiri Dari Tumbuhan Sembukan (Paederia
foetida L.) Dengan Metode Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-
MS). Jurnal Kimia, 10(1), pp. 149–154.
Purba, E.R. dan M. Martosupono., 2009. Kurkumin Sebagai Senyawa
Antioksidan. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IV,
No, 3:607- 621. Fakultas Biologi. Universitas Kristen Satya Wacana, Jawa
Tengah.
Rohmatussolihat., 2009. Antioksidan Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia. 4(1):5-
9.
Sayuti, K. dan R. Yenrina, (2015) ANTIOKSIDAN ALAMI dan SINTETIK.
Andalas University Press, Padang, Indonesia, hal. 1-81.
67
Lampiran 1
dengan aquadest ad 100 ml dalam labu ukur. Kemudian di encerkan lagi menjadi
kemudian dilarutkan dengan aquadest ad 100 ml dalam labu ukur 100 ml sehingga
0,001%.
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 0,01% = 50 ml x 0,001%
50 𝑥 0,001
V1= = 5 𝑚𝑙 =
0,01
V1 = 5 ml
0,002%.
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 0,01% = 50 ml x 0,002%
69
50 𝑥 0,002
V1 = = 10 𝑚𝑙
0,01
V1 = 10 ml
0,003%.
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 0,01% = 50 ml x 0,003%
50 𝑥 0,003
V1 = = 15 𝑚𝑙
0,01
V1 = 15 ml
0,004%.
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 0,01% = 50 ml x 0,004%
50 𝑥 0,004
V1 = = 20 𝑚𝑙
0,01
V1 = 20 ml
70
0,005%.
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 0,01% = 50 ml x 0,005%
50 𝑥 0,005
V1 = = 25 𝑚𝑙
0,01
V1 = 25 ml
Lampiran 2
Ekstrak etanol daun dewandaru dengan pengeringan oven dan kering angin
50 𝑚𝑔
: = 0,1 %, Kemudian di encerkan lagi menjadi konsentrasi 0,001% dengan
50 𝑚𝑙
dengan etanol ad 100 ml dalam labu ukur 100 ml sehingga didapat konsentrasi
0,01%.
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 0,01% = 50 ml x 0,0004%
50 𝑥 0,0004
V1 = = 2 𝑚𝑙
0,01
V1 = 2 ml
V1 x C1 = V2 x C2
72
V1 x 0,01% = 50 ml x 0,0006%
50 𝑥 0,0006
V1 = = 3 𝑚𝑙
0,01
V1 = 3 ml
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 0,01% = 50 ml x 0,0008%
50 𝑥 0,0008
V1 = = 4 𝑚𝑙
0,01
V1 = 4 ml
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 0,01% = 50 ml x 0,001%
50 𝑥 0,001
V1 = = 5 𝑚𝑙
0,01
V1 = 5 ml
73
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 0,01% = 50 ml x 0,0012%
50 𝑥 0,0012
V1 = = 6 𝑚𝑙
0,01
V1 = 6 ml
Lampiran 3
2. Tempat kuvet harus dalam keadaan kosong, nyalakan alat (Power ON).
pengecekan OK.
4. Pada layar akan tampil ABS dan 400 nm. Tentukan panjang gelombang
6. Letakkan kuvet sampel, kemudian akan tampak nilai Abs dari sampel,
misalnya 0,209.
75
Lampiran 4
kering angin.
Senyawa Uji
Pereaksi Hasil Positif
Kimia Kering angin Oven
Warna
HCl pekat
Flavonoid merah/jingga Jingga Jingga
Logam Mg
hingga kuning
Larutan NaHCO3
Vitamin C Ungu Ungu Ungu
Larutan FeSO4
76
Lampiran 5
NEW FILE.
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT abs
/METHOD=ENTER konsentrasi
/SCATTERPLOT=(*SDRESID ,*ZPRED)
/RESIDUALS NORMPROB(ZRESID).
Regression
[DataSet1]
Descriptive Statistics
Correlations
abs Konsentrasi
konsentrasi ,001 .
N Abs 5 5
konsentrasi 5 5
Variables Entered/Removeda
Variables Variables
1 konsentrasib . Enter
Model Summaryb
ANOVAa
Total ,022 4
Coefficientsa
Standardized
Residuals Statisticsa
Charts
80
81
Lampiran 6
T-TEST GROUPS=metode(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=kapasitas_antioksidan
/CRITERIA=CI(.95).
T-Test
[DataSet0]
Group Statistics
kapasitas_antioksidan
df 28 27,955
Lampiran 7
Sampel + DPPH
86