Anda di halaman 1dari 9

Kurangnya nutrisi gizi terhadap remaja

OLEH :

NAMA : NI KADEK NELAM CAHYANI

NIM : P07120017 154

KELAS : 1.4

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN D3 KEPERAWATAN
2018
Menjaga Tubuh Tetap Sehat di Masa Remaja

Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang


tinggi agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal karena nutrisi dan
pertumbuhan merupakan hubungan integral. Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi
pada masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual dan hambatan
pertumbuhan linear. Pada masa ini pula nutrisi penting untuk mencegah terjadinya
penyakit kronik yang terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes, kanker dan osteoporosis.

Sebelum masa remaja, kebutuhan nutrisi anak lelaki dan anak perempuan tidak
dibedakan, tetapi pada masa remaja terjadi perubahan biologik dan fisiologik tubuh
yang spesifik sesuai gender (gender specific) sehingga kebutuhan nutrienpun
menjadi berlainan. Sebagai contoh, remaja perempuan membutuhkan zat besi lebih
banyak karena mengalami menstruasi setiap bulan.

Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya


anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan
pendek maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya
seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah. Nutrisi remaja harus dapat
memenuhi beberapa hal seperti di bawah ini :

a) Mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan


kognitifserta maturasi seksual
b) Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil.
c) Mencegah risiko penyakit terkait makanan seperti penyakit kardiovaskuler,
osteoporosis, diabetes militus dan kanker.
d) Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.
 Kebutuhan nutrisi

Tingginya kebutuhan energi dan nutrien pada remaja dikarenakan perubahan dan
pertambahan berbagai dimensi tubuh (berat badan, tinggi badan), massa tubuh serta
komposisi tubuh sebagai berikut:

 Tinggi badan
Sekitar 15 - 20% tinggi badan dewasa dicapai pada masa remaja.
Percepatan tumbuh anak lelaki terjadi lebih belakangan serta puncakpercepatan
lebih tinggi dibanding anak perempuan. Pertumbuhan linear dapat melambat atau
terhambat bila kecukupan makanan / energi sangat kurang atau energy expenditure
meningkat misal pada atlet.
 Berat badan
Sekitar 25 - 50% final berat badan ideal dewasa dicapai pada masa remaja.
Waktu pencapaian dan jumlah penambahan berat badan sangat dipengaruhi
yasupan makanan / energi dan energy expenditure.
 Komposisi tubuh

Pada masa pra-pubertas proporsi jaringan lemak dan otot maupun massa tubuh
tanpa lemak (lean body mass) pada anak lelaki dan perempuan sama.

Perilaku dan pola makan remaja.


Pola makan remaja seringkali tidak menentu yang merupakan risiko terjadinya
masalah nutrisi. Bila tidak ada masalah ekonomi ataupun keterbatasan pangan,
maka faktor psiko-sosial merupakan penentu dalam memilih makanan. Gambaran
khas pada remaja yaitu : pencarian identitas, upaya untuk ketidaktergantungan dan
diterima lingkungannya, kepedulian akan penampilan, rentan terhadap masalah
komersial dan tekanan dari teman sekelompok (peer group) serta kurang peduli akan
masalah kesehatan, akan mendorong remaja kepada pola makan yang tidak
menentu tersebut. Kebiasaan makan yang sering terlihat pada remaja antara lain
ngemil (biasanya makanan padat kalori), melewatkan waktu makan terutama
sarapan pagi, waktu makan tidak teratur, sering makan fast foods, jarang
mengonsumsi sayur dan buah ataupun produk peternakan (dairy foods) serta diet
yang salah pada remaja perempuan. Hal tersebut dapt mengakibatkan asupan
makanan tidak sesuai kebutuhan dan gizi seimbang dengan akibatnya terjadi gizi
kurang atau malahan sebaliknya asupan makanan berlebihan menjadi obesitas.
Remaja perempuan cenderung pada asupan makanan yang kurang, terlebih bila
terjadi kehamilan.
Di negara berkembang, sering terjadi gangguan perilaku makan seperti anoreksia
nervosa dan bulimia terutama pada perempuan yang berkorelasi dengan body image
yang negatif. Karenanya penting membangun body image dan self esteem yang
positif pada remaja dalam upaya promosi kesehatan dan gizi serta pencegahan
obesitas.

Berikut ini beberapa perilaku spesifik yang umumnya dipercaya menyebabkan


masalah gizi pada remaja, yaitu:

1. Melewatkan waktu makan satu kali atau lebih setiap hari


2. Pemilihan makanan selingan (snack) yang kurang tepat
3. Kurangnya supervise (misalnya orang tua) dalam memilih makanan di luar rumah
4. Takut mengalami obesitas, khususnya pada remaja putri
5. Perhatian terhadap makanan tertentu yang menyebabkan jerawat
6. Kurangnya waktu untuk mengonsumsi makanan secara teratur
7. Kurang didampingi ketika mengonsumsi makanan tertentu
8. Tidak minum susu (mungkin sebagai pemberontakan melawan pengaruh orang tua

Perilaku makan yang kurang tepat dapat membawa dampak negative terhadap
kesehatan atau status gizi remaja. Berikut beberapa masalah gizi yang dapat dialami
oleh remaja. Jenis-jenis masalah gizi pada remaja

a) Kelebihan berat badan atau obesitas


b) Kekurangan berat badan
c) Anemia zat besi atau kurang darah
d) Hyperlipidemia
e) Hipertensi
f) Anorexia dan bulimia nervosa
g) Body image

Masalah nutrisi pada remaja

Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya


anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan
pendek maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya
seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah dan gaya hidup.

Laporan hasil beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa


kebanyakan remaja kekurangan vitamin dan mineral dalam makanannya antara lain
folat, vitamin A dan E, Fe, Zn, Mg, kalsium dan serat. Hal ini lebih nyata pada
perempuan dibanding lelaki, tetapi sebaliknya tentang asupan makanan yang
berlebih (lemak total, lemak jenuh, kolesterol, garam dan gula) terjadi lebih banyak
pada lelaki daripada perempuan.

Isu masalah nutrisi pada remaja

Defisiensi besi, anemia defisiensi besi dan defisiensi mikronutrien lain.


Anemia merupakan masalah nutrisi utama pada remaja dan umumnya pola makan
salah sebagai penyebabnya di samping infeksi dan menstruasi. Prevalensi anemia
pada remaja cukup tinggi. Sukarjo dkk di Jawa Timur (2001) mendapatkan prevalensi
sebesar 25.8% pada remaja perempuan dan 12.1% pada remaja lelaki usia 12-15
tahun, sedangkan laporan Sunarno dan Untoro (2002) pada SKRT 1995 menunjukkan
angka 45.8% dan 57.1% masing-masing pada anak sekolah lelaki dan perempuan usia
10-14 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan defisiensi besi
dengan gangguan proses kognitif yang membaik setelah mendapat suplementasi zat
besi.

Gizi kurang dan perawakan pendek


Perawakan pendek pada remaja seringkali ditemukan pada populasi dengan kejadian
malnutrisi tinggi, prevalensi berkisar antara 27 - 65% pada 11 studi oleh ICRW
(International Centre for Research on Women). Gizi kurang kronik yang
mengakibatkan perawakan pendek merupakan penyebab terjadinya hambatan
pertumbuhan dan maturasi, memperbesar risiko obstetrik, dan berkurangnya
kapasitas kerja.

Obesitas
Obesitas pada masa remaja cenderung menetap hingga dewasa dan makin lama
obesitas berlangsung makin besar korelasinya dengan mortalitas dan morbiditas.
Obesitas sentral (rasio lingkar pinggang dengan panggul) terbukti berkorelasi terbalik
dengan profil lipid padal penelitian longitudinal Bogalusa. Obesitas juga
menimbulkan masalah besar kesehatan dan sosial, dan pengobatan tidak saja
memerlukan biaya tinggi tetapi seringkali juga tidak efektif. Karenanya pencegahan
obesitas menjadi sangat penting dan remaja merupakan target utama.

Gizi Seimbang Pada Remaja.

Banyak remaja terlalu meikirkan dietnya karena khawatir tentang penampilan mereka.
Juga banyak remaja putri yang tidak memahami bahwa peningkatan jaringan
lemaknya selama masa pubertas diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
yang normal. Remaja putra dapat memiliki keyakinan yang salah bahwa diet akan
memperbaiki penampilan atletis mereka. Tetapi tanpa mereka sadari, perilaku dan
pola makan yang salah dapat menimbulkan berbagai masalah nutrisi baik yang
bersifat actual maupun potensial.

Dalam pembahasan kali ini saya akan membahas salah satu masalah gangguan gizi
pada remaja akibat perilaku dan pola makan remaja yang tidak baik, yang kemudian
dapat menyebabkan timbulnya penyakitnutrisi pada remaja.

Identitas Pasien :

Nama : A.D

Umur : 17 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Alamat : Klungkung, bali

Pendidikan : Pelajar
Setelah melakukan wawancara, pasien mengatakan bahwa pasien mengalami
kesulitan untuk mengatur pola makan yang baik untuk tetap menjaga kesehatannya.
Disisi lain, pasien tidak suka mengonsumsi sayuran dan sangat takut mengalami
kelebihan berat badan sehingga sering mengabaikan waktu makan. Akibatnya timbul
beberapa masalah seperti cepat merasa lelah, lesu dan timbul gangguan pada mukosa
lambung sehingga sering merasakan nyeri pada hulu hati dan lambungnya.

Merujuk kepada masalah pasien, tenaga kesehatan khususnya perawat memiliki peran
yang sangat penting untuk membantu mengatasi masalah yang dialami pasien diatas.
Berikut beberapa peran perawat yang dapat dijadikan pedoman untuk membantu
mengatasi masalah pasien yakni :

1. Peran Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar
manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan
agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya.Peranan ini umumnya dilaksanakan oleh para pelaksana
keperawatan, baik itu dari puskesmas sampai dengan tingkat rumah sakit.

2. Peran Perawat sebagai Edukator.

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi
perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.Biasanya bila
dalam lingkungan rumah sakit diberikan sewaktu pasien akan pulang sehingga
diharapkan pasien dapat menjalankan pola hidup sehat dan juga menjaga
kesehatannya. Untuk masalah pasien diatas, saya menerapkan peran perawat sebagai
educator dimana saya memberikan pengarahan kepada pasien bagaimana cara diet
yang tepat, bagaimana cara yang tepat untuk tetap menjaga keseimbangan gizi dengan
mengonsumsi makanan pengganti sayuran seperti buah buahan dan suplemen, dan
memberitahukan 12 pesan dasar gizi seimbang yang meliputi :
a. Makanlah aneka ragam makanan.
b. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energy
c. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energy
d. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai ¼ dari kecukupan energy
e. Gunakan garam beryodium
f. Makanlah makanan sumber zat besi
g. Biasakan makan pagi
h. Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya
i. Lakukan aktivitas fisik secara teratur
j. Hindari minuman beralkohol
k. Makanlh makanan yang aman bagi kesehatan
l. Bacalah label pada makanan yang di kemas.
3. Peran Perawat sebagai Konsultan.

Peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi
tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. Dalam masalah ini, saya selaku
tenaga kesehatan memberikan pelayanan dimana pasien dapat berkonsultasi untuk
menceritakan bagaimana keluhan dan masalah yang dihadapi sehingga didapat solusi
untuk mengatasi masalah pasien yang berhubungan dengan kesehatan bio-psiko-
sosial-spiritualnya.

Anda mungkin juga menyukai