Anda di halaman 1dari 8

BAB II

2.1. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1. Pengelolaan Obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas


Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantuan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan bahan medis habis pakai
yang efisien, efektif, dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga
kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan (Menkes, RI., 2014).
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan pelaksanaan upaya
kesehatan dari pemerintah, yang berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus
mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat pelayanan kesehatan
strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat, pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dan
pusat pemberdayaan masyarakat.Ruang lingkup kegiatan pelayanan kefarmasian di
puskesmas meliputi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan
pelayanan farmasi klinik di dukung dengan adanya sarana prasarana dan sumber
daya manusia (Permenkes, 2014).
a. Ruang lingkup pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
1. Perencanaan

MenurutPermenkes Nomor 30 tahun 2014Perencanaanyakni kegiatan


seleksi obat dalam menentukan jumlah dan jenis obat dalam memenuhi kebutuhan
sediaan farmasi di puskesmas dengan pemilihan yang tepat agartercapainya tepat
jumlah, tepatjenis, serta efisien.Perencanaan obat dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan peningkatan efisisensi penggunaan obat, peningkatan penggunaan
obat secara rasional, dan perkiraan jenis dan jumlah obat yang dibutuhkan.
2. Permintaan
Permintaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan obat yang sudah
direncanakan dengan mengajukan permintaan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sesuai peraturan dan kebijakan pemerintah setempat.

3. Penerimaan
Penerimaan obat adalah kegiatan menerima obat dari Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota sesuai dengan permintaan yang sudah diajukan oleh puskesmas
(Permenkes, 2014). Pada kegiatan penerimaan obat harus menjamin jumlah, mutu,
waktu penyerahan, spesifikasi, kesesuaian jenis dan harga yang tertera pada
pesanan.

4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan obat agar terhindar dari kerusakan
fisik maupun kimia, agar aman dan mutunya terjamin. Penyimpanan obat harus
mempertimbangkan berbagai hal yaitu bentuk dan jenis sediaan, mudah atau
tidaknya meledak/terbakar, stabilitas, dan narkotika dan psikotropika disimpan
dalam lemari khusus (Permenkes, 2014).

Kegiatan penyimpanan obat meliputi:

a. Perencanaan/persiapan dan pengembangan ruang-ruang penyimpanan (storage


space)
b. Penyelenggaraan tata laksana penyimpanan (storage procedure)
c. Perencanaan/penyimpanan dan pengoperasian alat-alat pembantu pengaturan
barang (material handling equipment)
d. Tindakan-tindakan keamanaan dan keselamatan
5. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara
teratur dan merata untuk memenuhi kebutuhan sub unit farmasi puskesmas dengan
jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sistem distribusi yang baik harus
:menjamin kesinambungan penyaluran/penyerahan, mempertahankan mutu,
meminimalkan kehilangan, kerusakan, dan kadaluarasa, menjaga tetelitian
pencatatan, menggunakan metode distribusi yang efisien, dengan memperhatikan
peraturan perundangan dan ketentuan lain yang berlaku, menggunakan sistem
informasi manajemen.

6. Pengendalian
Menurut Kemenkes(2011)pengendalian merupakan kegiatanuntuk
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan program yang sudah ditetapkan
agar tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di puskesmas.
Pengendalian persediaan adalah upaya untuk mempertahankan persediaan pada
waktu tertentu dengan mengendalikan arus barang yang masuk melalui peraturan
sistem pesanan/pengadaan (schedule inventory dan perpetual inventory),
penyimpanan dan pengeluaran untuk memastikan persediaan efektif dan efisiensi
atau tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kedaluarsa dan
kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi (Wirawan, 2015).

7. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan


Pencatatan, pelaporan, pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan
penatalaksanaan obat secara tertib, yang diterima, disimpan, didistribusikan, dan
digunakan di puskesmas. Adapun tujuan dari pencatatan, pelaporan, pengarsipan
yaitu bukti pengelolaan telah dilakukan, sumber data untuk pembuatan laporan,
sumber data unutk melakukan pengaturan dan pengendalian. Kegiatan pencatatan
dan pelaporan meliputi :

a. Pencatatan Penerimaan Obat


1). Formulir Penerimaan Obat
Merupakan dokumen pencatatan mengenai datangnya obat
berdasarkan pemberitahuan dari panitia pembelian
2). Buku harian penerimaan barangDokumen yang memuat catatan mengenai
data obat/dokumen obat harian.
b. Pencatatan Penyimpanan
Kartu persediaan obat/barang
c. Pencatatan Pengeluaran
1). Buku harian pengeluaran barangDokumen yang memuat catatan
pengeluaran baik tentang data obat, maupun dokumen catatan obat
d. Pelaporan
1). Laporan mutasi barang
Laporan berkala mengenai mutasi barang dilakukan triwulan, persemester
ataupun pertahun.

8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat


Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dilakukan secara periodik
bertujuan untuk memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat,
mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan obat agar
tetap menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan, dan memberikan penilaian
terhadap tercapainya kinerja pengelolaan.
b. Indikator pengelolaan obat dan BMHP.
a. Tahap Perencanaan
1. Kesesuaian item obat yang tersedia dengan DOEN
penetapan obat yang masuk dalam DOEN telah mempertimbangkan faktor drug
of choicpe analisis biaya manfaat dan didukung dengan data kimia. Total item
obat yang termasuk dalam DOEN di bagi dengan total item obat yang tersedia di
puskesmas.
2. kesesuaian ketersediaan obat dengan pola penyakit
obat yang di sediakan untuk pelayanan di puskesmas harus sesuai dengan
populasi berarti harus sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah
puskesmas. Kesesuaian jenis obat yang tersedia di puskesmas dengan pola
penyakit yang ada di wilayah puskesmas adalah jumlah jenis obat untuk semua
kasus di puskesmas.
b. Tahap pengadaan
1. tingkat ketersediaan obat dan BMHP
jumlah obat yang tersedia di puskesmas untuk pelayanan kesehatan di wilayah
puskesmas di bagi dengan jumlah rata-rata pemakaian obat per bulan. Jumlah
jenih obat dengan jumlah minimal sama dengan waktu tunggu kedatangan obat di
bagi dengan jumlah semua jenis obat yang tersedia di puskesmas.
2. ketetapan permintaan obat dan BMHP
obat yang di sediakan untuk pelayanan kesehatan di puskesmas harus sesuai
dalam jumlah dan jenis obat untuk pelayanan kesehatan di puskesmmas.
Permintaan kebutuhan obat untuk puskesmas di tambah dengan sisa stok di bagi
dengan pemakaian obat per bulan.
3. presentasi dan nilai obat rusak dan kadaluarsa dan BMHP
terjadi obat rusak atau kadaluarsa mencerminkan ketidaktepatan perencanaan, dan
atau kurang baiknya sistem distribusi, dan atau kurangnya pengamatan mutu
dalam penyimpanan obat dan atau perubahan pola penyakit. Jumlah jenis obat
yang rusak atau kadaluarsa di bagi dengan total jenis obat.
c. Tahap distribusi
1. ketepatan distribusi obat dan BMHP
kesesuaian jumlah yang didistribusikan oleh unit pelayanan kesehatan untuk sub
unit kesehatan sangat penting artinya bagi terlaksananya pelayanan kesehatan
yang bermutu. Jenis obat yang didistribusikan sesuai dengan metode IMPREST
untuk menjaga stok tetap pada sub unit pelayanan dengan total jenis obat yang
didistribusikan untuk sub unit pelayanan kesehatan.
2. presentasi rata-rata bobot dari variasi persediaan
sistem pencatatan stok yang tidak akurat akan menyebabkan keracunan untuk
melihat obat kurang atau obat berlebih. Presentasi rata-rata bobot dari variasi
persediaan adalah presentasi bobot rata-rata perbedaan antara catatan persediaan
dengan kenyataan fisik obat dari indikator obat yang di tetapkan.
3. presentasi rata-rata waktu kekosongan obat dan BMHP
waktu kekosongan obat didefinisikan sebagai jumlah hari obat kosong dalam satu
tahun. Presentasi rata-rata waktu kekosongan obat adalah presentasi jumlah hari
kekosongan obat dalam satu tahun.
4. presentasi obat/BMHP yang tidak di resepkan
obat yang tidak di resepkan akan menyebabkan terjadinya kelebihan obat. Jumlah
jenis obat yang tidak pernah di resepkan selam 6 bulan di bagi jumlah jenis obat
yang tersedia.
d. Tahap penggunaan.
1. presentasi peresepan obat generik
penggunan obat generik merupakan satu keharusan bagi sektor pelayanan
kesehatan dasar milik pemerintah. Jumlah resep yang menuliskan obat generic di
bandingkan dengan jumlah resep keseluruhan.
2. rata -rata waktu tunggu pelayanan resep obat rajikan dan obat jadi.
Pelayanan ini di lalukan secara langsung saat pasien mengambil tebusan resep.

2.2.1 PUSKESMAS
1. Pengertian Puskesmas
Menurut Permenkes RI No 75, 2014. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya. Sedangkan menurut Depkes RI (2004) puskesmas adalah unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kesehatan. Puskesmas
merupakan ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesiadengan tugas
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
Berdasarkan kemampuan penyelenggaraannya sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 25, puskesmas dikategorikan
menjadi Puskesmas Non Rawat Inap dan Puskesmas Rawat Inap. Puskesmas non
rawat inap adalah puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap
kecuali pertolongan persalinan normal. Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang
diberi tambahan sumber daya untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap sesuai
dengan pertimbangan kebutuhan pelayanan.
2. Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang di selenggarakan puskesmas yang tertera
pada peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014 Pasal 2
yang mana tujuan tersebut Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku
sehat yan g meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; untuk
mewujudkan masyarakat yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan
bermutu;untuk mewujudkan masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat;untuk
mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Fungi Puskesmas
Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu
penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah.
kerjanya dan Upaya kesehatan mayarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah
kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsinya, Puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengindentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait.
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat.
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas
g. Memantau pelaksanaaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan pelayanan kesehatan.
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit. (Permenkes RI No 75 Tahun 2014).
4. prinsip penyelengaraan puskesmas
a. Paradigma sehat
b. Pertanggungjawaban wilayah
c. Kemandirian kesehatan
d. Pemerataan
e. Teknologi tepat guna
f. Keterpaduan dan kesinambungan (Permenkes RI No 75 Tahun 2014).

5. Pelaksanaan kegiatan puskesmas


Melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
(Permenkes RI No 75 Tahun 2014).

2.3.1. KERANGKA KONSEP

Perencanaan
obat

Pengelolaan
Penggunaan obat dan Pengadaan
obat BMHP obat

Distribusi obat

2.4.1. HIPOTESIS PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai