Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem kesehatan nasional bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang


lebih tinggi yang memungkinkan orang hidup lebih produktif baik sosial
maupun ekonomi dalam bentuk pembangunan kesehatan di Indonesia.
Dengan meningkatnya status sosial dan ekonomi, pelayanan kesehatan
masyarakat, perubahan gaya hidup dan bertambahnya umur harapan hidup,
maka di Indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular, hal ini di kenal dengan transisi
epidemiologi. Empat jenis penyakit tidak menular utama menurut WHO
adalah penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner dan stroke),
kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan penyakit paru obstruksi
kronis), dan diabetes mellitus (Depkes RI dalam Hasdianah, 2012).

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai


dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan
pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Smeltzer & Bare, 2015).
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin
oleh sel beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel tubuh terhadap insulin (Sunaryati dalam Masriadi, 2016).

Penyakit DM diartikan gangguan metabolisme yang ditandai dengan


hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskular, dan neuropati (Yuliana Elin, 2009; 188).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada DM
kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau
pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin Brunner &
suddarth (Andra, 2013:04).

Diabetes merupakan salah satu dari berbagai penyakit yang mengancam


hidup banyak orang. Laporan statistik dari International Diabetes Federation
(IDF) mengatakan, ada sekitar 230 juta penderita diabetes di dunia. Angka
tersebut terus bertambah 3% atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Jumlah
penderita diabetes diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025.
Setengah dari angka tersebut berada di Asia terutama India, China, Pakistan
dan Indonesia. World Health Organization (WHO) memprediksikan kenaikan
jumlah penyandang diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Jumlah tersebut menempati urutan
ke-4 terbesar di dunia setelah India (31,7 juta), Cina (20,8) juta dan Amerika
Serikat (17,7 juta) (Syafey dalam Masriadi, 2016).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Melaporkan kasus asuhan keperawatan keluarga Ny.P dengan masalah
keperawatan DM (Diabetes militus) Tipe II.
1.2.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan
gambaran nyata tentang
1.2.3 Tujuan umum
Adapun tujuan khusus penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan
gambaran nyata tentang.
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada lansia
b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada lansia
c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan
d. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan
masalah yang telah diprioritaskan
e. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari hasil tindakan yang
telah dilaksanakan pada klien DM
f. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan
yang yelah dilaksanakan
1.3 Tujuan
1.3.1 Bagi Lansia
Laporan ini bermanfaat untuk memberikan informasi serta menambah
pengetahuan lansia mengenai penyakit hipertensi

1.3.2 Bagi Keperawatan


Laporan ini dapat digunakan sebagai masukan untuk melaksanakan
asuhan keperawatan keluarga pada klien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Keluarga
1.1.1 Defenisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang terhubung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
dalam perannya masing-masing dan mencipkan serta mempertahankan
suatu kebudayaan (Setiawati, 2005 dalam Dion 2013). Definisi keluarga
yang lain adalah kumpulan dua orang manusia atau lebih, yang satu
sama yang lain saling terikat secara emosional, serta bertempat tinggal
yang sama dalam satu daerah yang berdekatan. Dapat disimpulkan
bahwa keluarga adalah kumpulan dari dua individu atau lebih yang
terikat oleh darah, perkawinan, atau adopsi yang tinggal dalam satu
rumah atau jika terpisah tetap mempersatukan satu sama lain (Muhlisin
Abi, 2012)
Menurut stuart (dalam Setiawati dan Dermawan, 2008), lima hal penting
yang ada pada definisi keluarga adalah :
1) Keluarga adalah suatu sistem atau unit.
2) Komitmen dan keterikatan antara anggota keluarga yang melibatkan
kewajiban dimasa yang akan datang.
3) Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan,
pemberian nutrisi dan sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga.
4) Anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal
bersama atau mungkin juga tidak ada hubungan dan tinggal terpisah.
5) Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.

1.1.2 Ciri-ciri Keluarga


Menurut pendapat Robert Mac Iver dan Charles Horton dalam
Andarmoyo (2012), bahwa ciri-ciri suatu keluarga antara lain :
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur) dan
perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggota keluarganya yang berkaitan dengan kemampuan untuk
mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah
tangga.

1.1.3 Ciri-ciri Keluarga Indonesia :


Pada umumnya keluarga-keluarga di Indonesia memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat
gotong royong.
b. Dijiwai oleh nilai kebudayaan keturunan.
c. Umumnya suami sebagai pengambil keputusan.
d. Berbentuk monogram.

1.1.4 Tipe/Bentuk Keluarga


Gambaran tentang pembagian tipe keluarga sangat beraneka ragam,
tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan,
namun secara umum pembagian tipe keluarga dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Pengelompokan secara tradisional
Secara tradisional, tipe keluarga dapat dikelompokkan dalam 2
macam, yaitu :
a) Nuclear Family (Keluarga Inti)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b) Extended Family (Keluarga Inti)
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, bibi
dsb.
b. Pengelompokan secara Modern
Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa individualism, maka tipe keluarga modern
dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, diantaranya :
1) Tradiosinal Nuclear
Adalah : Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) yang tinggal dalam
satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan, dimana salah satu atau keduanya
dapat bekerja diluar rumah.
2) Niddle Age/Aging Couple
Adalah : suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang
dan istri dirumah atau kedua-duanya bekerja dirumah,
sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/menikah/meniti karier.
3) Dyadic Nuclear
Adalah : suatu keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan
tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya
bekerja di luar rumah.
4) Single Carrier
Adalah : keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua
sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.
5) Dual Carier
Adalah : keluarga dengan suami-istri yang kedua-duanya orang
karier dan tanpa memliki anak.
6) Three Generation
Adalah : keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang
tinggal dalam satu rumah.
7) Comunal
Adalah : keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua
pasangan suami-istri atau lebih yang monogamy berikut anak-
anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
8) Cohibing Cuople/Keluarga Kabitas/Cahabitation
Adalah : keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang
tinggi bersama tanpa ikatan perkawinan.
9) Composite/Keluarga Berkomposisi
Adalah : sebuah keluarga dengan perkawinan poligami dan
hidup/tinggal secara bersama-sama dalam satu rumah.
10) Gay and Lesbian Family
Adalah : keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama.
(Andarmoyo, 2012)

1.1.5 Struktur Keluarga


Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana suatu
keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun macam-
macam struktur keluarga diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri (Setiawan, 2012)

2.1.7 Fungsi Keluarga


Fungsi kelurga adalah beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga
sebagai berikut :
a) Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b) Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa nyaman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c) Fungsi sosialisasi
1) Membina sosial pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga
d) Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan
hari tua dan sebagainya
e) Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan
dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimiliki
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
(Andarmoyo, 2012)

Menurut Effendy dalam Setiadi, 2008 dari berbagai fungsi diatas ada 3
fungsi pokok keluarga terhadap keluarganya adalah :
a) Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka
tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b) Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak
agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan
mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spritual.
c) Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.

2.1.8 Tugas Kesehatan Keluarga


Tugas keluarga dalam bidang kesehatan, sesuai dengan fungsi
pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan
yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman (2010) membagi 5 tugas
keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari
adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa
yang terjadi dan seberapa pesat perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka
segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan
seyogyanya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
c. Memberikan keperawatan angggotanya yang sakit atau yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu
muda. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama
atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). Friedman
(2010)

2.1.9 Peran keluarga


Dalam (setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan keluarga sangatlah penting
dalam mendukung anggota keluarga yang ada didalam satu rumah. Setiap
anggota keluarga harus mengetahui peran dari masing-masing anggota.
Seperti peran ayah sebagai pemimpin dalam rumah tangga untuk mencari
nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman. Peran ibu
sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak.
Sedangkan peran anak sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial dan spritual.

2.2 Konsep Diabetes Melitus


2.2.1 Defenisi
DM ialah Keadaan hiperglikemia(kelebihan kadar gula darah) kronik
disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan komplikasi pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh
darah (Nugroho, 2011, p. 258).

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan


hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism
karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitifitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan
neuropati (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 188).

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik progresif yang ditandai


dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism
karbohidrat, lemak dan protein, mengarah pada hiperglikemia(kadar
glukosa darah tinggi). Diabetes Mellitus (DM) kadang dirujuk sebgai
‘gula tinggi’, baik oleh pasien maupun penyedia layanan kesehatan
(Black, 2014, p. 631).

2.2.2 Klasifikasi dan Etiologi


1. Diabetes Mellitus tipe 1
DM tipe 1, sebelumnya disebut IDDM, atau Diabetes Mellitus onset
anak – anak, ditandai dengan destruksi sel beta pancreas,
mengakibatkan defisiensi insulin absolut. DM tipe 1 diturunkan
sebagai heterogen, sifat multigenik.Kembar identic memiliki resiko
25-50% mewarisi penyakit, sementara saudara kandung memiliki 6%
resiko dan anak cucu memiliki 5% resiko. Meskipun pengaruh
keturunan kuat, 90% orang dengan DM tipe 1 tidak memiliki tingkat
relative tingkat pertama dengan DM (Black, 2014, p. 632).
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel –
sel beta penkreas yang disebabkan oleh :
1. Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe 1
2. Faktor imunologi (autoimun)
3. Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulakn estruksi sel beta(Nurarif & Kusuma,
2015, p. 188).
2. Diabetes Mellitus tipe 2
DM tipe 2 sebelumnya disebut NIDDM atau Diabetes Mellitus
Onset Dewasa, adalah gangguan yang melibatkan, baik genetic dan
faktor lingkungan.DM tipe 2 adalah tipe DM paling umum
mengenai 90% orang yang memiliki penyakit. DM tipe 2 biasanya
terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih umum diantara dewasa
tua, dewasa obesitas, dan etnic serta populasi ras tertentu (Black,
2014, p. 631).
DM tipe 2 disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes tipe 2 : usia, obesitas, riwayat dan keluarga. Hasil
pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi
3 yaitu :

 <140 mg/dl = Normal


 140-<200 mg/dl = Toleransi glukosa terganggu
 ≥200 mg/dl = diabetes(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 188)..
3. Diabetes gestasional
DM gestasional merupakan diagnosis DM yang menerapkan
untuk perempuan dengan intoleransi glukosa atau ditemukan
pertama kali selama kehamilan.DM gestasional terjadi pada 2-
5% perempuan hamil namun menghilang ketika hamilnya
berakhir (Black, 2014, p. 632).

2.2.3 Manifestasi Klinis


1. Poliuria
Air tidak di serap kembali oleh tubulus ginjal sekunder untuk
aktifitas osmotik glukosa,mengarah kepada kehilangan
air,glukosa dan elektrolit.Kekurangan insulin untuk
mengangkut glukosa melalui membran dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma
meningkat.
2. Polidipsi
Dehidrasi sekunder terhadap poliuria menyebabkan haus.
Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor
haus teraktifasi menyebabkan orang haus terus dan ingin
selalu minum.
3. Polifagi
Kelaparan sekunder terhadap ketabolisme jaringan
menyebabkan rasa lapar. Karena glukosa tidak dapat masuk ke
sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi
energi menurun (Black, 2014, p. 639).
Manifestasi lain dari DM sebagai berikut :
4. Penurunan berat badan
5. Kehilangan awal sekunder terhadap penipisan simpanan
air,glukosadan trigliserid,kehilangan kronis sekunder terhadap
penurunan massa otot karena asam amino di alihkan untuk
membentuk glukosa dan keton.
6. Pandangan kabur berulang
Sekunder terhadap paparan kronis retina dan lensa mata
terhadap cairan hiperosmolar.
7. Pruritus,inveksi kulit,vaginitis
Infeksi jamur dan bakteri pada kulit terlihat lebih umum,hasil
penelitian masa bertentangan.
8. Ketonuria
Ketika glukosa tidak dapat di gunakan untuk energi oleh sel
tergantung insulin, asam lemak di gunakan untuk energi,asam
lemak di pecahkan menjadi keton dalam darah dan di
ekskresikan oleh ginjal. Pada DM tipe 2,insulin cukup untuk
menekan berlebihan penggunaan asam lemak tapi tidak cukup
untuk penggunaan glukosa.
9. Lemah dan letih
Penurunan isi plasma mengarah kepada postural
hipertensi,kehilangan kalium dan katabolisme protein
berkontribusi terhadap kelemahan.
10. Sering asimtomatik
Tubuh dapat beradaptasi terhadap peningkatan pelan-pelan
kadar glukosa darah sampai tingkat lebih besar di bandingkan
peningkatan yang cepat (Black, 2014, p. 639).

2.2.4 Data Penunjang


Kadar glukosa darah
Table : kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai patokan penyaring

Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)

Kadar
Glukosa
Darah
Sewaktu
DM Belum Pasti
Plasma DM
vena
>200 100 – 200
Darah
Kapiler >200 80 – 100

Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)


Kadar
Glukosa
Darah
Puasa
DM Belum Pasti
Plasma DM
vena
>120 110 – 120
Darah
kapiler >120 90 – 110

 Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2


kali pemeriksaan
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian
sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post pradial
(pp) > 200 mg/dl)
 Tes Laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostic,
tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
1. Tes saring
Tes – tes saring pada DM adalah :
 GDP(Gula Darah Puasa),GDS(Gula Darah Sewaktu)
 Tes glukosa urin :
 Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)
 Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase (Nurarif
& Kusuma, 2015, p. 190).
2. Tes diagnostic
Tes – tes diagnostic pada DM adalah : GDP, GDS,
GD2PP(Glukosa Darah 2 jam Post Pradinal), Glukosa jam ke-2
TTGO (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 190).
3. Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes – tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
 Mikroalbuminaria : urin
 Ureum, kreatinin, asam urat
 Kolesterol (total, LDL, HDL dan Trigliserida) : plasma
vena (puasa)(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 190)

2.2.5 Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhan/gejala DM. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk
mencegah komplikasi.Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara
menormalkan kadar glukosa , lipid dan insulin. Untuk mempermudah
tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk
pengelolaan pasien secara holistic dan mengajarkan kegiatan mandiri.
Untuk pasien berumur 60 tahun ke atas, sasaran glukosa darah lebih tinggi
daripada biasa (puasa < 150 mg/dl dan sesudah makan <200 mg/dl (Nurarif
& Kusuma, 2015, p. 191).
Kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu perencanaan makan, latihan
jasmani, obat hipoglikemik,dan penyuluhan

2.2.6 Komplikasi
1. Hiperglikemia
Hiperglikemia akibat saat glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel
karena kurangnya insulin. Tanpa tersedianya KH untuk bahan bakar sel,
hati mengubah simpanan glikogennya kembali ke glukosa (
glikogenolisis) dan meningkatkan biosintesis glukosa (gluconeogenesis).
Sayangnya namun, respon ini memperberat situasi dengan meningkatnya
kadar glukosa darah bahkan lebih tinggi
2. Ketoasidosis
Asidosis metabolic berkembang dari pengaruh asam akibat keton
asetaoasetat dan hidrokisibutirat beta.Konsisi ini disebut ketoasidosis
diabetic.Asidosis berat mungkin menyebabkan klien diabetes
kehulangan kesadaran disebut koma diabetic.Ketoasidosis diabetic selalu
dinyatakan sebuah kegawatdaruratan medis dan memerlukan perhatian
medis segera
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia (juga dikenal sebagai reaksi insulin atau reaksi
hipoglikemi) adalah ciri umum dari DM tipe 1 dan juga dijumpai di
dalam klien DM tipe 2 yang diobati insulin atau obat oral.Kurang hati –
hati atau kesalahan sengaja dalam dosis insulin sering menyebabkan
hipoglikemia. Perubahan lain dalam jadwal makan atau pemberian
insulin dapat menyenankan hipoglikemia (Black, 2014, pp. 667-668).
Komplikasi kronis diabetes mellitus
4. Komplikasi makrovaskular
Penyakit arteri coroner, penyakit sebrovaskular, dan penyakit pembuluh
perifer kebin umum, cenderung terjadi pada usia lebih awal, dan lebih
luas dan berat pada orang dengan DM. penyakit makrovaskular
(penyakit pembuluh besar) mencerminkan aterosklerosis dengan
penumpukan lemak pada lapisan dalam dinding pembuluh darah. Resiko
berkembangnya komplikasi makrovaskular lebih tinggi pada DM tipe 1
daripada tipe 2 (Black, 2014, pp. 674-677).
5. Penyakit aeteri coroner
Pasien dengan DM 2 – 4 kali lebih mungkin dibangdingkan klien non
DM untuk meninggal karena penyakit arteri coroner, dan factor resiko
relative untuk penyakit jantung pembuluh darah.Banyak klien dengan
DM, kejadian mikrovaskular atau proses seperti penyakit arteri coroner
adalah atipikal atau diam, dan sering seperti gangguan pencernaan atau
gangguan jantung tidak dapat di jelaskan, dyspnea pada aktivitas berat
atau nyeri epigastric
6. Penyakit serebrovaskular
Penyakit serebrovaskular, termasuk infark aterotromboembolik
dimanifestasikan dengan serangan iskemik transien dan cerebrovascular
attack (stroke), lebih sering dan berat pada klien dengan DM. resiko
relative lebih tinggi pada perempuan, tertinggi pada usia 50 atau 60 an,
dan lebih tinggi pada klien dengan hipertensi. Klien yang dating dengan
kadar stroke dan kadar glukosa darah tinggi memiliki prognosis lebih
buruk dibandingkan klien dengan normoglikemik
7. Hipertensi
Hipertensi adalah factor resiko mayor untuk stroke dan
nefropati.Hipertensi yang diobati tidak adekuat memperbesar leju
perkembangan nefropati
8. Penyakit pembuluh perifer
Pada penderita DM idensial dan prevalensi bunyi abnormal atau
murmur, tidak ada denyut pedal (kaki), dan gangrene
iskemik meninkat.Lebih dari separuh amputasi tungkai bawah
nontraumatik berhubungan dengan perubahan diabeteik seperti neuropati
sensoris dan motoric, penyakit pembuluh darah perifer, peningkatan
resiko dan laju infeksi, penyembuhan buruk.Rangkaian kejadian ini yang
mungkin mengarah kepada amputasi
9. Infeksi
Infeksi saluran kencing adalah tipe infeksi paling sering mempengaruhi
klien DM, terutama perempuan.Salah satu factor mungkin di hambat
leukosit PMN saat glukosa ada.Glukosaria berhubungan dengan
hiperglikemia.Perkembangan kandung kemih neurogenic akibat
pengosongan tidak lengkap dan retensi urine, mungkin juga
berkontribusi terhadap resiko infeksi saluran kencing.Infeksi kaki
diabetic adalah sering.Kejadian kaki diabetek secara langsung terkait
tiga factor di atas dan hiperglikemia. Hamper 40% klien diabetic dengan
infeksi kaki mungkin memerlukan amputasi, dan 5-10% akan meninggal
meskipun amputasi di daerah yang terkena. Dengan edukasi yang tepat
dan intervensidini, infeksi kaki biasanya hilang dengan cara – cara yang
tepat waktu. Perawatan kaki efektif dapat menjadi pemutus awal rantai
kejadian yang mengarah pada keadaan amputasi

Anda mungkin juga menyukai