PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Melaporkan kasus asuhan keperawatan keluarga Ny.P dengan masalah
keperawatan DM (Diabetes militus) Tipe II.
1.2.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan
gambaran nyata tentang
1.2.3 Tujuan umum
Adapun tujuan khusus penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan
gambaran nyata tentang.
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada lansia
b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada lansia
c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan
d. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan
masalah yang telah diprioritaskan
e. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari hasil tindakan yang
telah dilaksanakan pada klien DM
f. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan
yang yelah dilaksanakan
1.3 Tujuan
1.3.1 Bagi Lansia
Laporan ini bermanfaat untuk memberikan informasi serta menambah
pengetahuan lansia mengenai penyakit hipertensi
Menurut Effendy dalam Setiadi, 2008 dari berbagai fungsi diatas ada 3
fungsi pokok keluarga terhadap keluarganya adalah :
a) Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka
tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b) Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak
agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan
mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spritual.
c) Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.
Kadar
Glukosa
Darah
Sewaktu
DM Belum Pasti
Plasma DM
vena
>200 100 – 200
Darah
Kapiler >200 80 – 100
2.2.5 Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhan/gejala DM. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk
mencegah komplikasi.Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara
menormalkan kadar glukosa , lipid dan insulin. Untuk mempermudah
tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk
pengelolaan pasien secara holistic dan mengajarkan kegiatan mandiri.
Untuk pasien berumur 60 tahun ke atas, sasaran glukosa darah lebih tinggi
daripada biasa (puasa < 150 mg/dl dan sesudah makan <200 mg/dl (Nurarif
& Kusuma, 2015, p. 191).
Kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu perencanaan makan, latihan
jasmani, obat hipoglikemik,dan penyuluhan
2.2.6 Komplikasi
1. Hiperglikemia
Hiperglikemia akibat saat glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel
karena kurangnya insulin. Tanpa tersedianya KH untuk bahan bakar sel,
hati mengubah simpanan glikogennya kembali ke glukosa (
glikogenolisis) dan meningkatkan biosintesis glukosa (gluconeogenesis).
Sayangnya namun, respon ini memperberat situasi dengan meningkatnya
kadar glukosa darah bahkan lebih tinggi
2. Ketoasidosis
Asidosis metabolic berkembang dari pengaruh asam akibat keton
asetaoasetat dan hidrokisibutirat beta.Konsisi ini disebut ketoasidosis
diabetic.Asidosis berat mungkin menyebabkan klien diabetes
kehulangan kesadaran disebut koma diabetic.Ketoasidosis diabetic selalu
dinyatakan sebuah kegawatdaruratan medis dan memerlukan perhatian
medis segera
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia (juga dikenal sebagai reaksi insulin atau reaksi
hipoglikemi) adalah ciri umum dari DM tipe 1 dan juga dijumpai di
dalam klien DM tipe 2 yang diobati insulin atau obat oral.Kurang hati –
hati atau kesalahan sengaja dalam dosis insulin sering menyebabkan
hipoglikemia. Perubahan lain dalam jadwal makan atau pemberian
insulin dapat menyenankan hipoglikemia (Black, 2014, pp. 667-668).
Komplikasi kronis diabetes mellitus
4. Komplikasi makrovaskular
Penyakit arteri coroner, penyakit sebrovaskular, dan penyakit pembuluh
perifer kebin umum, cenderung terjadi pada usia lebih awal, dan lebih
luas dan berat pada orang dengan DM. penyakit makrovaskular
(penyakit pembuluh besar) mencerminkan aterosklerosis dengan
penumpukan lemak pada lapisan dalam dinding pembuluh darah. Resiko
berkembangnya komplikasi makrovaskular lebih tinggi pada DM tipe 1
daripada tipe 2 (Black, 2014, pp. 674-677).
5. Penyakit aeteri coroner
Pasien dengan DM 2 – 4 kali lebih mungkin dibangdingkan klien non
DM untuk meninggal karena penyakit arteri coroner, dan factor resiko
relative untuk penyakit jantung pembuluh darah.Banyak klien dengan
DM, kejadian mikrovaskular atau proses seperti penyakit arteri coroner
adalah atipikal atau diam, dan sering seperti gangguan pencernaan atau
gangguan jantung tidak dapat di jelaskan, dyspnea pada aktivitas berat
atau nyeri epigastric
6. Penyakit serebrovaskular
Penyakit serebrovaskular, termasuk infark aterotromboembolik
dimanifestasikan dengan serangan iskemik transien dan cerebrovascular
attack (stroke), lebih sering dan berat pada klien dengan DM. resiko
relative lebih tinggi pada perempuan, tertinggi pada usia 50 atau 60 an,
dan lebih tinggi pada klien dengan hipertensi. Klien yang dating dengan
kadar stroke dan kadar glukosa darah tinggi memiliki prognosis lebih
buruk dibandingkan klien dengan normoglikemik
7. Hipertensi
Hipertensi adalah factor resiko mayor untuk stroke dan
nefropati.Hipertensi yang diobati tidak adekuat memperbesar leju
perkembangan nefropati
8. Penyakit pembuluh perifer
Pada penderita DM idensial dan prevalensi bunyi abnormal atau
murmur, tidak ada denyut pedal (kaki), dan gangrene
iskemik meninkat.Lebih dari separuh amputasi tungkai bawah
nontraumatik berhubungan dengan perubahan diabeteik seperti neuropati
sensoris dan motoric, penyakit pembuluh darah perifer, peningkatan
resiko dan laju infeksi, penyembuhan buruk.Rangkaian kejadian ini yang
mungkin mengarah kepada amputasi
9. Infeksi
Infeksi saluran kencing adalah tipe infeksi paling sering mempengaruhi
klien DM, terutama perempuan.Salah satu factor mungkin di hambat
leukosit PMN saat glukosa ada.Glukosaria berhubungan dengan
hiperglikemia.Perkembangan kandung kemih neurogenic akibat
pengosongan tidak lengkap dan retensi urine, mungkin juga
berkontribusi terhadap resiko infeksi saluran kencing.Infeksi kaki
diabetic adalah sering.Kejadian kaki diabetek secara langsung terkait
tiga factor di atas dan hiperglikemia. Hamper 40% klien diabetic dengan
infeksi kaki mungkin memerlukan amputasi, dan 5-10% akan meninggal
meskipun amputasi di daerah yang terkena. Dengan edukasi yang tepat
dan intervensidini, infeksi kaki biasanya hilang dengan cara – cara yang
tepat waktu. Perawatan kaki efektif dapat menjadi pemutus awal rantai
kejadian yang mengarah pada keadaan amputasi