Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan
nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan
lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan
konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya
karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka
dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak
kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk
faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan
anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan.

BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah
pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan
sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon
rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan
mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka
kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi
mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005).
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang
tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan
diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut berperan
penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS sangat tergantung pada ketepatan

1
tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena itu penulis tertarik
membahas tentang kasus BBLR yang akan penulis bahas pada BAB berikutnya.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR)

2. Tujuan Khusus
Dengan pembuatan makalah ini maka mahasiswa mampu:
a. Mengkaji perubahan-perubahan yang terjadi pada bayi dengan kasus BBLR.
b. Menetapkan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada bayi dengan
kasus
BBLR.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan 2500 gram atau
kurang pada saat lahir, bayi baru lahir ini dianggap mengalami kecepatan pertumbuhan
intrauterine kurang dari yang diharapkan atau pemendekan periode gestasi (Bobak,
2004).
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang
atau sama dengan 2500 gram (Surasmi, 2003).
Berat Badan Bayi Rendah (BBLR) merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan
memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram (Hidayat,
2005).

Klasifikasi BBLR :
1. Klasifikasi berdasarkan Berat badan:
a. Bayi berat badan sangat rendah,yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 1000 gram.
b. Bayi berat badan lahir sangat rendah ,yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang 1.500 gram
c. Bayi berat badan lahir cukup rendah ,yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan 1501-2500 gram
2. Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan :
a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan belum
mencapai 37 minggu
b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 38-42
minggu.
c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih
dari 42 minggu

3
3. Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan dan berat badan:
a. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)/small-for-gestational-
age(SGA) adalah Bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intra
uteri dengan berat badan terletak dibawah persentil ke-10 dalam grafik
pertumbuhan intra-uteri.
b. Bayi sesuai dengan masa kehamilan (SMK)/appropriate-for-gestational-
age(AGA). Bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan berat badan
untuk masa kehamilan,yaitu berat badan terletak antara persentil ke-10 dan ke-
90 dalam grafik pertumbuhan intra –uterin.
c. Bayi besar untuk masa kehamilan/large-for-gestational-age(LGA). Bayi
yang lahir dengan berat badan lebih untuk usia kehamilan dengan berat badan
terletak diatas persentil ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra-uteri

B. ETIOLOGI
a. Faktor Ibu
 Gizi saat hamil kurang
 Umur < 20 tahun / lebih 35 tahun
 Jarak kehamilan dan bersalin terlalu dekat.
 Ibu pendek, tinggi badan < 145 cm
 Penyakit menahun ibu, hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah,
perokok dan narkotik.
b. Faktor kehamilan
 Kehamilan hidramnion
 Hamil ganda
 Perdarahan antepartum
 Komplikasi kehamilan, pre eklamsi, KPD
c. Faktor janin
 Cacat bawaan
 Infeksi dalam rahim
 Gangguan metabolisme pada janin.

4
C. GEJALA KLINIS
Tanda dan gejala yang dijumpai pada Bayi Berat Lahir Rendah antara lain :
a. Berat Badan Kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang dari 45
cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kepala lebih besar dari badan.
d. Lanugo (bulu halus ) banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga
dan lengan
e. Lemak sub kutan kurang.
f. Ubun – ubun dan sutura melebar
g. Genitalia belum sempurna, labia minora belun tertup oleh labia
mayora (pada wanita) pada pria testis
h. Pembuluh darah kulit banyak terlihat peristaltik usus dapat terlihat.
i. Rambut halus dan tipis.
j. Banyak tidur dan tangis lemah.
k. Kulit tampak mengkilat dan licin
l. Pergerakan kurang dan lemah.
m. Refleks tonus leher lemah, refleks isap kurang, refleks menelan
kurang dan refleks batuk masih lemah.

D. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko gizinya.
Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;
1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit. Hampir
semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng
dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan
BBLC.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara reflek
hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi
pneoumonia belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu.

5
Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada
bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyia
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan
lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga
menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga
sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang
meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. Potensial
untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya
jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan
akan kalori.

6
E. BAGAN WOC

7
F. KOMPLIKASI
a. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi,
penyakit membran hialin
b. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
c. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
d. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
e. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
f. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR

A. Pengkajian
1. Biodata
2. Riwayat kesehatan masa sekarang
Bayi dengan berat badan < 2.500 gram
3. Riwayat kesehatan keluarga
a. Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti kelainan
kardiovaskular
b. Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis
c. Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya
d. Apakah ibu seorang perokok
e. Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat

4. Apgar skore
System penilaian ini untuk mengevaluasi status kardiopulmonal dan persarafan bayi.
Penilaian dilakukan 1 menit setelah lahir dengan penilaian 7-10 (baik), 4-6 (asfiksia
ringan hingga sedang), dan 0-3 (asfiksia berat) dan diulang setiap 5 meint hingga bayi
dalam keadaan stabil.
Tanda 0 1 2
Frekwensi Tidak ada < 100 > 100
jantung
Usaha bernapas Tidak ada Lambat Menangis kuat

Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan katif


sedikit
Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan

9
Warna kulit Seluruh tubuh biru Tubuh kemeraha, Seluruh tubuh
atau pucat ekstremitas biru kemerahan

5. Pemeriksaan cairan amnion


Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada cairan
amnion tentang jumlah volumenya, apabila volumenya > 2000 ml bayi mengalami
polihidramnion atau disebut hidramnion sedangkan apabila jumlahnya < 500 ml maka
bayi mengalami oligohidramnion

6. Pemeriksaan plasenta
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keadaan plasenta seperti adanya
pengapuran, nekrosis, beratnya dan jumlah korion. Pemeriksaan ini penting dalam
menentukan kembar identik atau tidak.

7. Pemeriksaan tali pusat


Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan dalam tali pusat seperti
adanya vena dan arteri, adanya tali simpul atau tidak.

8. Pengkajian fisik
a. Aktifitas/istirahat
Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur malam, meringis atau tersenyum
adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM), tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal (120 – 160
detik per menit). Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus
arterious (PDA)
c. Pernapasan
Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diafragmatik intermiten atau
periodik (40 – 60 kali/menit), Pernapsan cuping hidung, retraksi suprasternal atau

10
substernal, juga derajat sianosis yang mungkin ada. Adanya bunyi ampela pada
auskultasi, menandakan sindrom distres pernapasan (RDS)
d. Neurosensori
Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena
ketidakadekuatan pertumbuhan mungkin terlihat Kepala kecil dengan dahi menonjol,
batang hidung cekung, hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju, tonus
otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah dan atas serta keterbatasan
gerak, Pelebaran tampilan mata.
e. Makanan/cairan
 Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala
 Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan subkutan
 Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha
 Ketidakstabilan metabolik dan hipoglikemia / hipokalsemia
f. Genitounaria
Jelaskan setiap abnormalitas genitalia. Jelaskan jumlah (dibandingkan
engnaberta badan), warna, pH, temuan lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk
menyaring kecukupan hidrasi) Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat
dalam mengkaji hidrasi).

g. Keamanan
 Suhu berfluktuasi dengan mudah
 Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan
 Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar pada tali pusat
dengan warna kehijauan
 Menangis mungkin lemah

h. Seksualitas
 Labia monira wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan klitoris
menonjol
 Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada skrotum.

11
i. Suhu tubuh
 Tentukan suhu kulit dan aksila.
 Tentukan dengan suhu lingkungan.

j. Pengkajian kulit
Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda irirtasi, lepuh,
abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana peralatan pemantau, infuse atau alat lain
bersentuhan dengan kulit; periks, dan tempat juga dan catat setiap preparat kulit yang
dipakai (misal: plester povidone – iodine).
 Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, lembut, bersisik, terkelupas, dll.
 Terngkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir
 Tentukan apakah kateter infuse IV atau jarum terpasang dengan benar, dan
periksa adanya tanda infiltrasi.
 jelaskan pipa infus parenteral: lokasi, tipe (arterial, vena, perifer, umbilicus,
sentral, vena perifer sentral); tipe infuse (obat, salin, dekstrosa, elektrolit, lipid,
nutrisi parenteral total); tipe pompa infuse dan kecepatan aliran; tipe kateter atau
jarum; dan tempat insersinya.

9. Pengkajian psikologis
Orang tua klien tampak cemas dan khawatir melihat kondisi bayinya, dan orang tua
klien berharap bayinya cepat sembuh.

10. Pemeriksaan refleks


 Refleks berkedip: dijumpai namun belum sempurna
 Tanda babinski: jari kaki mengembang dan ibu jari kaki sedikit dorsofleksi
 Merangkak: bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki, namun
belum sempurna
 Melangkah: kaki sedikt bergerak keatas dan kebawah saat disentuhkan ke
permukaan
 Ekstrusi: lidah ekstensi kearah luar saat disentuh dengan spatel lidah

12
 Gallant’s: punggung sedikti bergerak kearah samping saat diberikan goresan
pada punggungnya
 Morro’s: dijumpai namun belum sempurna
 Neck righting : belum ditemukan
 Menggengngam: bayi menunjukkan refleks menggenggam namun belum
sempurna
 Rooting: byi memperlihatkan gerakan memutar kearah pipi yang diberikan
sedikit goresan
 Kaget (stratle) : bayi memberikan respon ekstensi dan fleksi lengan yang belum
sempurna
 Menghisap: bayi memperlihatkan respon menghisap yang belum sempurna
 Tonick neck: belum dilakukan karena refleks ini hanya terdapat pada bayi yang
berusia > 2 bulan

11. Pemeriksaan diagnostik


a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan
anemia atau kehilangan darah
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemia
c. AGD: menentukan derajat keparahan distres bila ada
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia
f. Urinalis : mengkaji homeostasis
g. Jumlah trombosit: trombositopenia mungkin meyertai sepsis
h. EKG, EEG, USG, angiografik: defek kongenital atau komplikasi

13
B. Diagnosa dan intervensi

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan


Keperawatan

1. Pola nafas tidak Pola nafas yang  Berikan posisi


efektif b/d tidak efektif kepala sedikit
adekuatnya ekspansi ekstensi
paru Kriteria :  Berikan oksigen
 Kebutuhan oksigen dengan metode
menurun yang sesuai
 Nafas spontan,  Observasi irama,
adekuat kedalaman dan
 Tidak sesak. frekuensi
 Tidak ada retraksi pernafasan

2. Gangguan pertukaran Pertukaran gas  Lakukan isap lendir


gas b/d kurangnya adekuat kalau perlu
ventilasi alveolar  Berikan oksigen
sekunder terhadap Kriteria : dengan metode
defisiensi surfaktan  Tidak sianosis. yang sesuai
 Analisa gas darah  Observasi warna
normal kulit
 Saturasi oksigen  Ukur saturasi
normal. oksigen
 Observasi tanda-
tanda perburukan
pernafasan

14
 Lapor dokter
apabila terdapat
tanda-tanda
perburukan
pernafasan
 Kolaborasi dalam
pemeriksaan
analisa gas darah
 Kolaborasi dalam
pemeriksaan
surfaktan

3. Resiko tinggi Hidrasi baik  Observasi turgor


gangguan kulit.
keseimbangan Kriteria:  Catat intake dan
keseimbangan cairan  Turgor kulit elastik output
dan elektrolit b/d  Tidak ada edema  Kolaborasi dalam
ketidakmampuan  Produksi urin 1-2 pemberian cairan
ginjal cc/kgbb/jam intra vena dan
mempertahankan  Elektrolit darah elektrolit
keseimbangan cairan dalam batas normal  Kolaborasi dalam
dan elektrolit pemeriksaan
elektrolit darah

15
4. Perubahan nutrisi Nutrisi adekuat  Berikan ASI/PASI
kurang dari kebutuhan dengan metode
tubuh berhubungan Kriteria : yang tepat
dengan tidak  Berat badan naik  Observasi dan catat
adekuatnya 10-30 gram / hari toleransi minum
persediaan zat besi,  Tidak ada edema  Timbang berat
kalsium, metabolisme  Protein dan badan setiap hari
yang tinggi dan intake albumin darah  Catat intake dan
yang kurang adekuat dalam batas normal output
 Kolaborasi dalam
pemberian total
parenteral nutrition
kalau perlu

5 Resiko tinggi Suhu bayi stabil  Rawat bayi dengan


hipotermi atau  Suhu 36,5 0C -37,2 suhu lingkungan
0
hipertermi b/d C sesuai
imaturitas fungsi  Akral hangat  Hindarkan bayi
termoregulasi atau kontak langsung
perubahan suhu dengan benda
lingkungan sebagai sumber
dingin/panas
 Ukur suhu bayi
setiap 3 jam atau
kalau perlu
 Ganti popok bila
basah

16
6. Resiko tinggi terjadi Perfusi jaringan baik  Ukur tekanan darah
gangguan perfusi  Tekanan darah kalau perlu
jaringan b/d imaturitas normal  Observasi warna
fungsi kardiovaskuler  Pengisian kembali dan suhu kulit
kapiler <2 detik  Observasi
 Akral hangat dan pengisian kembali
tidak sianosis kapiler
 Produksi urin 1-2  Observasi adanya
cc/kgbb/jam edema perifer
 Kesadaran  Kolaborasi dalam
composmentis pemeriksaan
laboratorium
 Kolaborasi dalam
pemberian obat-
obatan

Resiko tinggi injuri Tidak ada injuri


7. susunan saraf pusat  Cegah terjadinya
b/d hipoksia Kriteria : hipoksia
 Kesadaran  Ukur saturasi
composmentis oksigen
 Gerakan aktif dan  Observasi
terkoordinasi kesadaran dan
 Tidak ada kejang aktifitas bayi

17
ataupun twitching  Observasi tangisan
 Tidak ada tangisan bayi
melengking  Observasi adanya
 Hasil USG kepala kejang
dalam batas normal  Lapor dokter
apabila ditemukan
kelainan pada saat
observasi
 Ukur lingkar kepala
kalau perlu
 Kolaborasi dalam
pemeriksaan USG
kepala
8. Resiko tinggi infeksi Bayi tidak terinfeksi  Hindari bayi dari
b/d imaturitas fungsi orang-orang yang
imunologik Kriteria : terinfeksi kalau
 Suhu 36,5 0C -37,2 perlu rawat dalam
0
C inkubator
 Darah rutin normal  Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan bayi
 Lakukan tehnik
aseptik dan
antiseptik bila
melakukan
prosedur invasif

18
 Lakukan perawatan
9. Resiko tinggi Integritas kulit baik tali pusat
gangguan integritas  Observasi tanda-
kulit b/d imaturitas Kriteria : tanda vital
struktur kulit  Tidak ada rash  Kolaborasi
 Tidak ada iritasi pemeriksaan darah
 Tidak plebitis rutin
 Kolaborasi
pemberian
antibiotika

Gangguan persepsi-  Kaji kulit bayi dari


10. sensori : penglihatan, Persepsi dan sensori tanda-tanda
pendengaran, baik kemerahan, iritasi,
penciuman, taktil b/d rash, lesi dan lecet
stimulus yang kurang Kriteria : pada daerah yang
atau berlebihan dari  Bayi berespon tertekan
lingkungan perawatan terhadap stimulus  Gunakan plester
intensif non alergi dan
seminimal mungkin
 Ubah posisi bayi
dan pemasangan
elektrode atau
sensor

19
Koping keluarga tidak Koping keluarga  Membelai bayi
11. efektif b/d kondisi efektif sebelum malakukan
kritis pada bayinya, Kriteria : tindakan
perawatan yang lama  Ortu kooperatif dg  Mengajak bayi
dan takut untuk perawatan bayinya. berbicara atau
merawat bayinya  Pengetahuan ortu merangsang
setelah pulang dari RS bertambah pendengaran bayi
 Orang tua dapat dengan
merawat bayi di memutarkan lagu-
rumah lagu yang lembut
 Memberikan
rangsang cahaya
pada mata
 Kurangi suara
monitor jika
memungkinkan
 Lakukan stimulas
untuk refleks
menghisap dan
menelan dengan
memasang dot

 Memberikan
kesempatan pada
ortu berkonsultasi
dengan dokter
 Rujuk ke ahli
psikologi jika perlu
 Berikan penkes

20
cara perawatan bayi
BBLR di rumah
termasuk pijat bayi,
metode kanguru,
cara memandikan
 Lakukan home visit
jika bayi pulang
dari RS untuk
menilai
kemampuan orang
tua merawat
bayinya

21
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan
yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram. BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan
(aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung
kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem
persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang.

B. SARAN
Diharapkan setelah dirawat bayi dapat: Berat badan naik mencapai normal, daya
hisap kuat, tidak terjadi infeksi dan hipotermi, maupun resiko infeksi. Kepada bidan dan
perawat diharapkan dapat meningkatkan proses keperawatan pada BBLR dengan
mempertahankan teknik aseptic dalam setiap melakukan tindakan. Kepada mahasiwa
diharapkan dapat menganalisis dan menegakkan diagnosa kebidanan sesuai dengan
prioritas masalah yang ada, menetapkan intervensi dan mengevaluasi tindakan yang
dilakukan pada BBLR

22
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba

Medika

Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit, Ed.2.Jakarta : ECG

Carpenito L.J, 1997, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6, Jakarta: EGC

23

Anda mungkin juga menyukai