Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH SEMINAR

MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG BEDAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Fasilitator : Ns.

Disusun Oleh :

Oleh :
RIKA DWI LESTARI
2016.02.032

Program Studi S1 Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi
Banyuwangi 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen Keperawatan
Ruang Bedah”.

Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,


karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua yang
telah memberikan dukungan dan kepercayaan yang begitu besar.

Makalah ini disusun dari berbagai literatur baik buku maupun internet. Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan. Penulis menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
diharapkan penulis..

Akhirnya penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.
DAFTAR ISI

Halaman judul…………………………………………………………………………………

Kata pengantar………………………………………………………………………………...

Daftar isi………………………………………………………………………………………..

Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang…………………………………………………………………………..
B. Rumusan masalah……………………………………………………………………….
C. Tujuan …………………………………………………………………………………..

Bab II Pembahasan

A. Perencanaan……………………………………………………………………………..
B. Pengorganisasian ……………………………………………………………………….
C. Pengelola staf……………………………………………………………………………
D. Pengarahan ……………………………………………………………………………...
E. Pengendalian ……………………………………………………………………………

Bab III Penutup

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………………………..

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan keperawatanm
melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu
efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.
Penerapan manajemen keperawatan memerlukan peran tiap orang yang terlibat di
dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing melalui fungsi manajemen (Muninjaya,
2004).
Fungsi manajemen akan mengarahkan perawat dalam mencapai sasaran yang akan
ditujunya. Menurut Freeman dan Gilbert (1996) dalam Schlosser (2003) terdapat beberapa
elemen utama dalam fungsi manajemen keperawatan diantaranya yaitu planning,
organizing, actuating (coordinating & directing), staffing, leading, reporting,
controllingdan budgeting.
Komunikasi merupakan bagian dari strategi coordinating (koordinasi) yang berlaku
dalam pengaturan pelayanan keperawatan. Menurut Swansburg (2000) komunikasi dalam
praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal sehingga peran
komunikasi sangat penting dalam penerapan manajemen keperawatan. Adapun salah satu
komunikasi yang dilakukan perawat secara rutin yaitu kegiatan timbang terima pasien saat
pertukaran shift keperawatan yang juga merupakan salah satu dari enam sasaran
keselamatan pasien.
Komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh resipien/penerima akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Alvarado, et al (2006) mengatakan adanya standar komunikasi
efektif yang terintegrasi dengan keselamatan pasien dalam timbang terima pasien dan
disosialisasikan secara menyeluruh pada perawat pelaksana akan meningkatkan
efektifitas dan koordinasi. Efektifitas dapat ditingkatkan dengan mengkomunikasikan
informasi penting sehingga meningkatkan kesinambungan pelayanan dalam mendukung
keselamatan pasien.
Timbang terima pasien adalah komunikasi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien. Rushton (2010) mengatakan timbang terima pasien dirancang
sebagai salah satu metode komunikasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian
shift, sebagai petunjuk praktik memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien,
tujuan pengobatan, rencana perawatan serta menentukan prioritas pelayanan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana perumusan manajemen keperawatan di ruangan ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui tentang manajemen keperawatan di ruangan
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui perumusan visi, misi, tujuan, kebijakan, standard diruangan
b) Untuk mengetahui pengorganisasian di ruangan
c) Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan staf di ruangan
d) Untuk mengetahui apa saja pengarahan yang ada di ruangan
e) Untuk mengetahui pengendalian di ruangan
BAB II

PERENCANAAN

A. Perencanaan
Perencanaan, fungsi dasar manajemen adalah suatu tugas prinsip dari semua manajer
dalam divisi keperawatan. Ini adalah suatu proses sistematik dan memerlukan ilmu
pengetahuan yang mendasari teori manajemen. Elemen pertama dari manajemen menurut
Henry Fayol adalah perencanaan. Ia mendefinisikan hal ini sebagai membuat rencana tindakan
untuk memberikan pandangan ke depan.rencana kegiatan ini harus merupakan kesatuan,
berkelanjutan, fleksibel dan dibuat dengan teliti.
Menurut Alexander, perencanaan adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan,
bagaimana melakukannya, kapan melakukannya dan siapa yang melakukannya. Alexander
membagi perencanaan menjadi perencanaan jangka panjang dan jangka pendek, pembuatan
keputusan, strategi, kebijakan, program, aturan dan prosedur sebagai elemen dari
perencanaan. Steiner mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses memulai dengan
sasaran – sasaran, batasan strategi, kebijakan dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai
organisasi untuk menerapkan keputusan dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik
terhadap pengenalan siklus perencanaan baru. Douglas menyatakan bahwa “perencanaan
mempunyai tujuan khusus atau tujuan dan mengarahkan pada program atau metod
sebelumnya untuk mencapai tujuan“. Ia selanjutnya medefinisikan perencanaan sebagai suatu
proses kontinu dari pengkajian, membuat tujuan dan sasaran dan mengimplementasikan serta
mengevaluasi atau mengontrol.
Perencanaan adalah fungsi administrasi yang menempatkan beberapa resiko terhadap
pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Dalam keperawatan, perencanaan membantu
untuk menjamin bahwa klien atau pasien akan menerima pelayanan keperawatan yang
mereka inginkan. Perencanaan merupakan fungsi pertama dari manajemen . anda seorang
manajer atau anda seorang pemimpin atau keduanya keterampilan menyusun perencanaan
menjadi bagian kritis yang harus anda miliki. Suka atau tidak suka posisi anda menuntut
untuk melakukan kegiatan ini. Sekecil apapun kegiatan manajemen yang kita lakukan tanpa
perencanaan yang matang, hasilnya tidak kan memuaskan bahkan terjadi penghamburan
dana dan tenaga. Namun demikian, sehebat apapun perencanaan yang kita buat apabila
dalam pelaksanaannya fungsi-fungsi lain dari manajemen tidak dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip yang ada, maka apa yang kita buat tidak lebih dari sekedar catatan tanpa
makna.

 Pengertian Bedah
a. Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhan dari luka atau penyakit melalui operasi dengan tangan
b. Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk
mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan
obat-obatan sederhana.
 Visi Ruang Bedah
Menjadikan ruangan khusus bedah yang dapat mengatasi dan memecahkan
masalah penyakit bedah dengan pelayanan yang baik.

 Misi Ruang Bedah


1. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien penyakit bedah
2. Mempersiakan klien (fisik, mental dan spiritual) yang akan menjalani pembedahan,
menjaga agar klien terhindar dari komplikasi pasca bedah
3. Meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan yang mampu memenuhi
kebutuhan klien
4. Meningkatkan kualitas kinerja tenaga keperawatan
5. Mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada
6. Mewujudkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan
 Tujuan

Tujuan jangka panjang :


Memberikan pelayanan kesehatan secara optimal dalam mencapai kesehatan secara
menyeluruh
Tujuan jangka pendek :
1. Mengoptimalkan proses penyembuhan klien dengan memberikan asuhan keperawatan
secara paripurna
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Memandirikan klien dan keluarga pasca operasi
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan

 Kebijakan
1. Kepala ruangan melibatkan stafnya dalam penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan
2. Ruang rawat bedah dapat menerima pasien dari IGD, Poliklinik dan ruang lain
3. Kepala ruangan selalu mengevaluasi kinerja stafnya setiap satu bulan sekali
4. Menerapkan standar asuhan keperawatan
5. Menegakkan standar operasional prosedur secara efektif
6. Menerapkan evaluasi

 Analisa SWOT

Strength :
 Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi dan misi yang jelas
 Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki SOP yang jelas
Weakness :
 Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai
 Kurangnya tenaga keperawatan
 Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi
Opportunity :
 Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
 Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan S1
keperawatan dan masih tetap bekerja
Threat :
 Rumah sakit kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik
 Standar pelayanan keperawatan di Ruang Bedah
Penerapan standar pelayanan keperawatan dimulai dari sebelum (pre)
pembedahan, selama (intra) pembedahan dan setelah (post) pembedahan.
1. Standar pelayanan keperawatan dimulai dari sebelum (pre) pembedahan
Merupakan periode yang diawali dengan persiapan dari ruang penerimaan sampai
induksi anestesi. Perawat pada tahap ini mengintegrasikan dan mengkomunikasikan
data yang dikumpulkan melalui pengkajian secara rinci, keterampilan dan observasi
untuk membuat pilihan teraupetik agar dapat mengoptimalisasikan pelayanan
keperawatan kamar bedah. Kegiatan berfokus pada menkonfirmasi persiapan ruang
bedah dan ketersediaan peralatan, memverifikasi, menginterpretasi dan
mengkomunikasikan data kepada tim multidisiplin kesehatan lainnya, persiapan
untuk menghadapi situasi yang mengancam jiwa pasien saat pembedahan,
menyiapkan strategi dalam mencegah infeksi.
a. Administrasi
Beberapa catatan administratif yang harus dilengkapi :
1. Formulir Persetujuan Tindakan Medik
2. Formulir Berita Acara serah terima pasien Operasi
3. Formulir hasil pemeriksaan laboratorium
4. Formulir Laporan Operasi
5. Formulir Perincian Kamar Operasi
6. Buku Register Kamar Operasi
7. Serah terima dilakukan di ruang transfer, petugas kamar operasi menyerahkan
pasien beserta semua kelengkapannya yang ditandai dengan penandatanganan
berita acara serah terima pasien pasca operasi.
b. Persiapan tindakan operasi
 Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan dan
staf kamar operasi
 Tujuan
- Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan operasi oleh
petugas ruangan dan kamar operasi agar pelaksanaan operasi bisa
berhasil dengan baik dan mengutamakan keselamatan pasien
- Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus
lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaaan operasi
tersebut
 Kebijakan
- Petugas ruangan dan petugas kamar operasi bertanggung jawab atas
persiapan pasien calon operasi
 Prosedur

- Petugas ruangan mengetahui jadwal operasi


- Petugas ruangan mempersiapkan area operasi sesuai prosedur yang
berlaku.
- Petugas ruangan mengisi berita acara.
- Petugas ruangan mempersiapkan semua catatan medik pasien
termasuk surat izin operasi untuk dibawa bersama pasien ke ruang
operasi.

- Petugas ruangan menyertakan perlengkapan penunjang operasi


misalnya: persediaan obat-obatan atau persediaan darah yang
diperlukan saat operasi dilakukan yang akan dibawa bersama pasien
ke kamar operasi.
- Setengah jam sebelum jadwal operasi atau setelah ada panggilan dari
petugas kamar operasi, pasien dibawa ke kamar operasi dengan
memakai tempat tidur yang dipakai di ruangan.
- Serah terima pasien pra operasi dilakukan di ruang transfer.
- Petugas ruangan menyerahkan pasien disertai berita acara serah
terima yang ditanda tangani oleh petugas ruangan dan petugas kamar
operasi dan ditulis dalam buku register kamar operasi.
- Petugas kamar operasi memeriksa kelengkapan berita acara,
kelengkapan identitas, catatan medik pasien, keadaan umum pasien,
surat izin tindakan dan kelengkapan penunjang lainnya seperti obat-
obatan dan persediaan darah.
- Kejadian khusus dan pengobatan selama operasi berlangsung dicatat
dalam berita acara oleh asisten operasi.
- Setelah operasi selesai, asisten menyiapkan berita acara, catatan
medik pasien.
- Pasien dipersiapkan untuk serah terima dengan petugas ruangan.
- Serah terima dilakukan di ruang transfer, petugas kamar operasi
menyerahkan pasien beserta semua kelengkapannya yang ditandai
dengan penandatanganan berita acara serah terima pasien pasca
operasi.

2. Pemeriksaan fisik
Pasien harus dalam kondisi aman untuk dilakukan operasi yang ditandai oleh
- Dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
- Dilakukan pemeriksaan penunjang yang lengkap, meliputi
pemeriksaan laboratorium hematologi, kimia klinik dan lainnya,
pemeriksaan radiologi, pemeriksaan EKG dan pemeriksaan lain yang
diperlukan dengan hasil pemeriksaan penunjang dalam batas normal
atau dalam batas toleransi/ aman.
- Dokter ruangan dan atau dokter konsulen penyakit dalam dan atau
dokter konsulen anestesi dan atau dokter konsulen lainnya
menyatakan pasien dapat dioperasi
- Bila diperlukan dilakukan persiapan terhadap pasien untuk
menunjang kelancaran operasi, seperti pemasangan infus, puasa,
istirahat total, pemasangan supportif seperti O2, Foley catheter, NGT
- Pasien dalam keadaan bersih bila perlu sudah bersih
- Diberi antibiotik sesuai petunjuk dokter.
3. Pemeriksaan mental
- Pasien harus memahami maksud dan tujuan operasi serta resiko yang
harus dihadapi dalam menjalani operasi ini. Lakukan Informed
Consent sesuai prosedur.
- Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan yang baik agar tegar
menghadapi tindakan operasi yang akna dijalaninya. Pasien diminta
untuk berdoa menurut keyakinannya masing-masing.
- Keluarga pasien diminta selalu mendampingi dan mendukung.
4. Standar pelayanan keperawatan selama (intra)
Melakuakan pelayanan yang dilakukan setelah induksi dan selama proses
pembedahan. Kegiatan berfokus pada pemeriksaan tanda-tanda vital, membuka
persediaan alat yang dibutuhkan, mengatur selang, menjaga kelancaran obat-obatan
dan cairan melalui intravena, memastikan keselamatan selama pembedahan dengan
memperhatikan lingkungan, memastikan posisi pasien tidak menyakiti pasien,
memastikan tidak ada yang tertinggal dalam tubuh pasien setelah pembedahan.
5. Standar pelayanan skeperawatan setelah (post) pembedahan
Merupakan pelayanan keperawatan selama periode setelah penutupan luka dan
pindah ke ruang pemulihan. Kegiatan berfokus pada memeriksa bagaimana pasien di
pindahkan ke ruang pemulihan, mengobservasi tanda-tanda vital, memeriksa balutan
luka bekas operasi, mengukur keseimbangan cairan, memeriksa cairan intravena
setiap jam dan mengisi grafik/chart berdasarkan pengkajian yang dilakukan.
6. Standar tindakan perawatan luka
a. Persiapan alat
Alat-alat steril
- Pinset anatomis 1 buah
- Pinset sirugis 1 buah
- Gunting bedah/jaringan 1 buah
- Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
- Kassa desinfektan dalam kom tertutup
- Handsoon 1 pasang
- Korentang/forcep
Alat-alat tidak steril
- Gunting perban 1 buah
- Plester
- Pengalas
- Kom kecil 2 buah (bila dibutuhkan)
- Kapas alcohol
- Sabun cair anti septik
- NaCl
- Cairan antiseptic (bila dibutuhkan)
- Handsoon 1 pasang
- Masker
- Bengkok
- Air hangat (bila dibutuhkan)
- Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah
b. Persiapan Lingkungan
- Menutup sampiran
- Membuat pasien merasa nyaman
- Menjaga privasi pasien
c. Persiapan pasien
- Memberi salam dan memperkenalkan diri
- Menjelaskan maksud dan tujuan serta meminta ijin pada pasien
d. Tahap pelaksanaan
- Perawat cuci tangan
- Pasang APD dan sarung tangan yang tidak steril
- Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
- Letakkan pengalas dibawah area luka
- Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan
menggunakan pinset anatomi, buang balutan bekas kedalam bengkok.
Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan
ujungnya dan menahan kulit dibawahnya, setelah itu tarik secara
perlahan sejajar dengan kulit dan kearah balutan
- Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi
angkat balutan dengan perlahan
- Letakkan balutan kotor ke bengkok lalu buang kekantong plastic,
hindari kontaminasi dengan permukaan luar wadah
- Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
- Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci luka dan
obat luka dengan memperhatikan tehnik aseptic
- Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
- Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau NaCl
- Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka (disesuaikan dengan
terapi)
- Tutup luka dengan kassa
- Plester dengan rapi
e. Tahap evaluasi
- Evaluasi keadaan umum pasien
f. Dokumentasi
- Dokumentasi tindakan dalam catatan keperawatan
 Tujuan penerapan standar pelayanan keperawatan di ruang bedah
Tujuan umum
- Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di ruang bedah
Tujuan khusus
- Adanya perencanaan pelayanan keperawatan
- Adanya pengorganisasian pelayanan keperawatan
- Adanya asuhan keperawatan
- Adanya pembinaan pelayanan keperawatan
- Adanya pengendalian mutu pelayanan keperawatan
B. Pengorganisasian
Pengorganisasian harus menunjukkan setiap bagian seseorang yang akan bermain
dalam pola sosial umum, serta tanggung jawab, hubungan dan standar kinerja.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan mencapai
objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan autoritas pengawasan setiap kelompok
dan menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya, baik
secara vertikal maupun horizontal yang bertanggung jawab untuk mencapai objektif
organisasi.
1. Prinsip-prinsip pengorganisasian
a. Prinsip rantai komando
Menyampaikan bahwa untuk memuaskan anggota, efektif secara ekonomis
dan berhasil dalam mencapai tujuan mereka, organisasi di buat dengan
hubungan hirarkis dalam alur autoritas dari atas ke bawah.
b. Prinsip kesatuan komando
Menyatakan bahwa seorang pekerja mempunyai satu orang supervisor dan
terdapat satu pemimpin dan satu rencana untuk kelompok aktivitas dengan
objektif yang sama prinsip ini masih diikuti pada kebanyakan organisasi
keperawatan tetapi masih terus di modifikasi dengan memunculkan teori
organisasi.
c. Prinsip rentang kendali
Menyatakan bahwa individu harus menjadi satu orang supervisor satu
kelompok bahwa ia dapat mengawasi secara efektif dalam hal jumlah,
fungsi dan geografi. Prinsip asal ini telah menjadi elastis. Makin sangat
terlatih pekerja, makin kurang pengawasan yang diperlukan pekerja dalam
peralihan memerlukan lebih banyak pengawasan untuk mencegah
terjadinya kesalahan. Bila digunakan tingkat yang berbeda dari pekerja
keperawatan, manajer perawat harus lebih mengkoordinasikan.
d. Prinsip spesialisasi
Setiap orang harus dapat menampilkan satu fungsi kepemimpinan tunggal
sehingga ada divisi tenaga kerja, suatu perbedaan diantara berbagai tugas.
Spesialisasi di anggap oleh kebanyakan orang menjadi cara terbaik untuk
menggunakan individu dan kelompok rantai komando menggabungkan
kelompok-kelompok dengan spesialitas yang menimbulkan fungsi
departementalitas. Hirarki atau urutan rantai adalah hasil alami dari prinsip-
prinsip pengorganisasian ini. Ini adalah urutan tingkatan, dari atas ke bawah
dalam suatu organisasi. Prinsip-prinsip organisasi ini adalah saling
ketergantungan dan dinamis bila digunakan oleh manajer perawat untuk
menetapkan lingkungan yang merangsang dalam praktik keperawatan
klinik.
2. Komponen-komponen dalam struktur organisasi
a. Garis-garis
Menyatakan hubungan-hubungan, komunikasi dan otoritas yang ada dalam
organisasi. Arah garis adalah vertikal dan horisontal. Adapun bentuknya
dapat berupa garis tegas dan garis putus-putus.
b. Kesatuan komando
Dinyatakan dengan garis tegas vertikal antar orang. Hal ini bermakna one
person one boss. Artinya setiap orang memiliki satu orang manajer dimana
ia akan menyampaikan laporan serta pertanggungjawabannya.
c. Rentang kendali
Renatang kendali tergambar juga dalam bagan organisasi. Jumlah orang
yang berada dalam satu posisi mencerminkan luasnya pengendalian yang
dilakukan oleh manajer serta interaksi yang diharapkan.
d. Manajer tingkat atas
manajer puncak melihat organisasi secara menyeluruh, mengkoordinir
pengaruh dalam dan luar organisasi dan secara umum membuat keputusan
yang dilandasi panduan atau struktur tertentu.
e. Manajer tingkat menengah
Mengkoordinasikan kegiatan manajer dibawahnya dan menjadi
penghubung anatara manajer tingkat pertama dengan manajer puncak.
f. Manajer tingkat pertama
Mengatur alur kerjanya sebuah unit khusus. Manajer pada tingkat ini
berhubungan langsung dengan kegiatan operasional pelayanan harian,
kebutuhan organisasi dan kebutuhan pribadi pekerja.
g. Centrallity
Berhubungan dengan lokasi sebuah posisi dalam bagan organisasi dimana
frekuensi dan berbagai jenis komunikasi terjadi. Semakin dekat lokasi
posisi ke pusat organisasi alur informasi semakin luas dan semakin jauh
lokasi posisi dari pusat alur informasi menjadi lebih sedikit.
3. Ada 5 model pengorganisasian pelayanan keperawatan/asuhan keperawatan
a. Perawatan pasien total
Menurut Sitorus (2006), pada perawatanpasien total ini satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam
satu periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat
bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya
kebutuhan klien. Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien pada saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
b. Keperawatan fungsional
Menurut Arwani & Supriyatno (2005), metode fungsional ini efisien,
namun penugasan seperti ini tidak dapat memberikan kepuasan kepada
pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara
menyeluruh tidak bisa dicapai dengan metode ini karena asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien terpisah-pisah sesuai dengan
tugas yang dibebankan kepada perawat. Di samping itu, asuhan
keperawatan yang diberikan tidak profesional yang berdasarkan masalah
pasien. Perawat senior cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas
administrasi dan manajerial, sementara asuhan keperawatan kepada pasien
dipercayakan kepada perawat junior.
c. Tim dan modular
menurut Arwani & Supriyatno (2005), adalah untuk memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien
merasa puas. Selain itu, metode tim dapat meningkatkan kerjasama dan
koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas, memungkinkan adanya
transfer of knowledge dan transfer of experiences di antara perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dan meningkatkan pengetahuan serta
keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Menurut Gillies (1994), metode modular merupakan bentuk
variasi dari metode keperawatan primer, dengan perawat profesional dan
perawat non-profesional bekerja sama dalam memberikan asuhan
keperawatan, disamping itu karena dua atau tiga orang perawat bertanggung
jawab atas sekelompok kecil pasien. Dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan menggunakan metode modifikasi primer , satu tim
terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada
sekelompok pasien berkisar 8 hingga 12 orang (Arwani & Supriyatno,
2005).
d. Keperawatan primer
Menurut Nursalam (2007), keperawatan primer penugasan di mana satu
orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Keperawatan primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
e. Manajemen kasus
Suatu sistem pemberian asuhan keperawatan yang berfokus pada
pncapaian hasil dalam kerangka waktu dan sumber yang tepat dan efektif.
Sering digunakan dalam perangkat pelayanan kesehatan masyarakat,
psikiatri dan diadopsi dalam asuhan pasien rawat inap, berfokus pada
pupulasi semua pasien.
Guna menunjang tercapainya asuhan keperawatan yang efektif dan
efisien, tugas pokok dan fungsi masing-masing posisi harus jelas dan
dipahami oleh masing-masing personal perawat. Tugas pokok dan fungsi
masing-masing posisi yang tergambar dalam struktur organisasi metode
penugasan tim sebagai berikut :
1) Kepala ruangan
a) Pendekatan manajemen
Fungsi Perencanaan
- Menyusun visi, misi, dan filosofi
- Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan
tahunan)
Fungsi Pengorganisasian
- Menyusun struktur organisasi
- Menyusun jadwal dinas
- Membuat daftar alokasi pasien
Fungsi Pengarahan
- Memimpin operan
- Menciptakan iklim motivasi
- Mengatur pendelegasian
- Melakukan supervisi
Fungsi Pengendalian
- Mengevaluasi indikator mutu
- Melakukan audit dokumentasi
- Melakukan survei kepuasan pasien, keluarga pasien, dan
perawat.
- Melakukan survei masalah kesehatan/keperawatan
b) Compensatory Rewand
- Melakukan penilaian kerja ketua tim dan perawat pelaksana
- Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf
keperawatan
c) Hubungan Profesional
- Memimpin rapat keperawatan
- Memimpin konferensi kasus
- Melakukan rapat tim kesehatan
- Melakukan kolaborasi dengan dokter
d) Asuhan Keperawatan
- Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
(disesuaikan dengan spesifikasi ruangan)
2) Ketua tim
a) Pendekatan Manajemen
Fungsi Perencanaan
- Menyusun rencana jangka pendek (harian dan bulanan).
Fungsi Pengorganisasian
- Menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan
- Melakukan rapat tim kesehatan
- Melakukan kolaborasi dengan dokter
b) Asuhan keperawatan
- Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
(disesuaikan dengan spesifikasi ruangan).
3) Perawat Pelaksana
a) Pendekatan manajemen
Fungsi Perencanaan
- Menyusun rencana jangka pendek (harian).
b) Asuhan keperawatan
- Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
(disesuaikan dengan spesifikasi ruangan).

Berdasarkan uraian di atas, tergambar bahwa kepala ruang dan ketua tim
menjalankan tugas manajerial dan asuhan keperawatan, sedangkan perawat
pelaksana murni menjalankan asuhan keperawatan. Batasan ini harus dipahami
secara benar oleh masing-masing posisi sebagai acuan untuk melaksanakan tugas
limpah (pendelegasian).
C. Pengelolaan Staf

Pengelolaan staf atau staffing adalah fase ketiga dalam proses manajemen dalam fase
ini pemimpin/manajer merekrut, menyeleksi, mengorientasikan dan memperomosikan
pengembangan pribadi untuk mencapai tujuan organisasi.
Langkah-langkah yang dilalui dalam tanggung jawab pengelolaan staf adalah :
1. Menentukan jumlah dan jenis tenaga yang di perlukan untuk mencapai falsafah,
mencapai tanggung jawab finansial dan menjalankan manajemen pasien yang di
pilih
2. Merekrut, mewawancara, menyeleksi dan menempatkan pegawai berdasarkan
standar penampilan dari uraian tugas yang tersedia
3. Menggunakan sumber-sumber organisasi yang tersedia untuk melakukan
induksi dan orientasi
4. Memastikan bahwa setiap pegawai disosialisasikan secara adekuat terhadap
nilai-nilai organisasi dan norma-norma unit pelayanan.
5. Mengembangkan pendidikan staf yang akan membantu pegawai dalam
mencapai tujuan organisasi.
6. Menggunakan penjadualan yang kreatif dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan
pelayanan pasien untuk meningkatkan produktifitas dan retensi.
Perencanaan untuk pengelolaan staf memerlukan keahlian yang tinggi dalam
mengembangkan perencanaan serta pengorganisasian. Pertimbangan yang melandasinya
adalah jenis pelayanan pasien yang diberikan, tingkat pendidikan dan pengetahuan staf yang
akan direkrut, anggaran, dan latar belakang sejarah terhadap kebutuhan tenaga.
D. Pengarahan
Pengarahan adalah tindakan fisik dari manajemen keperawatan, proses interpersonal
dimana personel keperawatan mencapai objektif keperawatan. Untuk memahami secara penuh
permintaannya, manajemen keperawatan memeriksa fungsi konseptual dari manajemen
keperawatan, yaitu perencanaan dan pengorganisasian.
Standar-standar merupakan landasan untuk pengarahan dan pengendalian. Landasan
lainnya adalah prosedur dan manual. Manajer keperawatan harus senantiasa mengorientasikan
kepada perawat baru untuk menggunakan prosedur dan manual dalam melaksanakan
pekerjaannya dan memfasilitasi perawat untuk mengikuti standar kinerja keperawatan.
Ada tiga elemen penting dalam pengarahan yang harus dikuasai oleh manajer
keperawatan yaitu, motivasi, kepemimpinan dan komunikasi. Seorang manajer perlu
mempelajari perilaku manusia karena perawat yang bekerja adalah manusia seutuhnya yang
juga harus dikelola secara utuh. Utuh yang dimaksud adalah perawat adalah manusia yang
berasal dari lingkungan sosial budaya tertentu, latar belakang agama, memiliki keluarga,
anggota perkumpulan profesi, memiliki kebutuhan akan keamanan, sosialisasi dan lain-lain.
Manusia akan bereaksi terhadap tekanan dan ketegangan dalam menghadapi kehidupan
sosialnya, kadang-kadang memiliki keinginan untuk menyendiri (solitude), jika ingin kembali
berfungsi secara efektif dan bertahan hidup.
Manusia dapat diarahkan dan dapat menerima kepemimpinan orang lain dengan
berbagai alasan, diantaranya untuk kekuasaan, penghasilan dan keamanan. Seorang pemimpin
dituntut untuk dapat berkreasi dalam lingkungan internal yang memberikan inspirasi kepada
pegawai untuk dapat bekerja sesuai dengan kemampuan.
Hal-hal yang dapat dilakukan manajer sebagai pemimpin dalam posisi ini diantaranya yaitu :
1. Mengidentifikasi kebutuhan akan peningkatan kompetensi individu dan
menetapkan program-program muntuk memenuhi kebutuhan tersebut
2. Menetapkan standar penampilan kinerja untuk mengidentifikasi kompetensi
pegawai, memberi penugasan dan mempromosikan sesuai dengan kompetensi
3. Mengembangkan kepercayaan dan pendelegasian tanggung jawab serta
wewenang dalam pengambilan keputusan.
Pemimpin yang baik akan mendorong terciptanya lingkungan kerja yang
1. Menempatkan pekerjaan sebagai mata pencaharian yang menjanjikan
2. Membentuk identitas dan tujuan kelompok serta memberikan makna adanya
keuntungan dalam bekerja sama dengan orang lain
3. Menjadikan lingkungan kerja dan rekan kerja yang menyenangkan
4. Membuat pekerjaan itu menarik
5. Dapat memberikan pengakuan bahwa apa yang dikerjakan pegawai adalah
bernilai dan telah dikerjakan dengan baik
6. Memberi kesempatan untuk pencapaian tujuan dan tantangan
7. Menciptakan keharmonisan antara tujuan organisasi dan tujuan individu;
memiliki kesempatan untuk merasa aman; tenang, pencapaian yang berbeda,
perluasan kerja dan dikenal sebagai bukan sebagai pegawai
Model kepemimpinan yang diambil adalah gaya kepemimpinan demokratis dimana gaya
seorang pemimpin yang menghargai karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap
anggota organisasi. Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan
pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan dan memotivasi mereka untuk
mencapai tujuan bersama. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya,
Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
Kepemimpinan demokratis memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Wewenang kepemimpinan tidak mutlak
2. Pemimpin bersedia melimpahkan sebagai wewenang kepada bawahan
3. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
4. Kebijakan dibuat bersama anatara pimpinan dan bawahan
5. Komunikasi berlangsung timbal balik, baik terjadi antara pimpinan dengan
bawahan maupun bawahan dengan bawahan
6. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku perbuatan atau kegiatan bawahan
dilakukan secara wajar
7. Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan
8. Banyak kesempatan bagi bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan
dari pada instruktif
9. Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari
pada instruktif
10. Pujian dan kritik seimbang
11. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas kemampuan
masing-masing
12. Pimpinan meminta kesetiaan secara wajar
13. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
14. Terdapat suasana saling percaya, saling hormat, menghormati dan saling harga
menghargai
15. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan
bawahan.
Pengarahan yang diberikan sebagai berikut :
1. Mampu melakukan komunikasi efektif antara lain
a. Operan
b. Prekonference
c. Post conference
d. Ronde keperawatan
e. Supervisi keperawatan
f. Discharge planning
g. Dokumentasi keperawatan
2. Menciptakan iklim motivasi dan peningkatan, pengetahuan dan sikap
3. Mampu membentuk manajemen konflik
4. Mampu mengatur pendelegasian dengan baik
5. Mampu melakukan supervisi
6. Menginformasikan hal-hal yang di anggap penting dan berhubungan dengan
asuhan keperawatan
7. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
8. Selalu meningkatkan kolaborasi
9. Komunikasi antara staf mengenai laporan perkembangan klien atas tindakan
yang telah dilakukan dan yang akan di lanjutkan oleh perawat pada shif
berikutnya

E. Pengendalian/Pengontrolan
Menurut Fayol (2000) telah mempelajari empat fungsi manajemen mulai dari
perencanaan hingga pengarahan. Pada saat ini kita mempelajari pengendalian atau
pengontrolan. Pengendalian adalah suatu upaya pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi
sesuai rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsif-prinsif yang
ditentukan. Yang bertujuan untuk menunjukan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki
dan tidak lagi terjadi
Marquis dan Hiuston (2000) mengidentifikasi tiga upaya yang dilakukan dalam
pengendalian, yaitu, perbaiki mutu, penampilan kinerja, dan merancang lingkungan kerja yang
tumbuh produktif melalui disiplin. Ketiga upaya ini merupakan cara objektif yang dapat kita
gunakan dalam menjalankan peran kita sebagai seorang manajer
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit
sehingga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit di pengaruhi oleh mutu pelayanan
keperawatan. Pelayanan keperawatan dikatakan bermutu apabika pelayanan keperawatan
diberikan sesuai standar yang ditetapkan. Program peningkatan mutu pelayanan di instalasi
rawat intensip mencangkup angka kelengkapan rekam medik, pola pengobatan, morbilitas,
dan moralita, lama rawat, keselamatan pasien, keterlibatan keperawatan diri, kepuasan pasien,
kecemasan, kenyamanan dan pengetahuan.
1. Upaya pengendalian melalui mutu
a. Berita Koran
1) Latihan bagi kami untuk kendalikan emosi
2) Kami berupaya tetap jaga mutu layanan sesuai protap
3) Setiap hari kami harus mengikuti berita terkini
4) Efektif untuk introspeksi bagi seluruh karyawan
b. Kartu identitas diri
1) Kecil tapi sangat bermanfaat
2) Perawat, paling tidak akan merasa takut jika melakukan kesalahan
3) Menyadarrkan perawat untuk taat prosedur dan bekerja secara benar
c. Daftar Perawat Jaga Hari ini
1) Harus ditulis setiap hari sesuai perawat atau bidan yang jaga, bukan
sesuai jadwal
2) Memberi informasi kepastian siapa pemberi layanan hari ini
2. Upaya pengendalian penilaian kinerja
a. Masukan dari pasien atau suara konsumen
b. Penampilan dari daftar ceklis
3. Upaya pengendalian tindakan disiplin
a. Reward dan Punissment
Sanksi diberlakukan bagi perawat yang tidak mengikuti aturan baik yang
disengaja atau tidak disengaja
- Bentuk sanksi :
1) Ringan : berupa teguran lisan dari karu / katim
2) Sedang : berupa surat pernyataan dari karu / katim
3) Berat : berupa surat peringatan terakhir dari karu / katim
4) Sangat berat : yaitu diberhentikan sementara dari seluruh kegiatan
sampai ditentukan melalui rapat
- Kategori Sanksi :
1) Ringan : Jika melakukan pelanggaran tata tertib 1-2 kali
2) Sedang : Jika melakukan pelanggaran tata tertib 3-4 kali
3) Berat : Jika melakukan pelanggaran tata tertib 4-5 kali
4) Sangat Berat : Jika melakukan pelanggaran tata tertib > 5 kali
- Perawat yang mematuhi aturan yang ditetapkan akan diberikan reward
berupa kenaikan jabatan dalam periode tertentu dan kenaikan bonus
dari kepala ruangan

Anda mungkin juga menyukai