Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional, dan diterima pasien


merupakan tujuan utama pelayanan rumah sakit.Pelayanan kesehatan dewasa ini
jauh lebih kompleks dibandingkan beberapa dasawarsa sebelumnya. Beberapa
faktor yang mendorong kompleksitas pelayanan kesehatan pada masa kini antara
lain ;
a) semakin kuat tuntutan pasien/masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
bermutu, efektif, dan efisien,
b) standar Pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kemajuan ilmu, dan teknologi
kedokteran,
c) latar belakang pasien amat beragam (tingkat pendidikan, ekonomi, social dan
budaya, dan
d) pelayanan kesehatan melibatkan berbagai disiplin dan institusi.

Situasi pelayanan kesehatan yang kompleks ini seringkali menyulitkan


komunikasi antara pasien dan pihak penyedia layanan kesehatan. Komunikasi yang
baik amat membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam pelayanan
kesehatan.Disamping komunikasi yang baik, pelayanan kesehatan harus memenuhi
kaidah-kaidah profesionalisme dan etis. Untuk menangkal hal-hal yang berpotensi
merugikan berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit
dan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka perlu ditingkatkan
kemampuan tenaga kesehatan untuk menyelesaikan masalah-masalah medis dan
non medis di rumah sakit dan tercipta struktur yang mendukung pelayan kesehatan
secara profesional dan berkualitas.
Salah satu upaya upaya mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu dan
professional di rumah sakit adalah dengan menyusun pedoman etika rumah sakit
yang menjabarkan kaidah-kaidah yang tercantum dalam Kode Etik Rumah Sakit di
Indonesia (KODERSI) dan kode etik dari berbagai profesi yang melaksanakan
pelayanan di rumah sakit.
Pada umumnya pedoman yang termuat dalam KODERSI berupa garis-garis
besar atau nilai pokok yang masih memerlukan penjabaran yang lebih rinci dan
teknis. Untuk menjabarkannya maka dibentuk Panitia Etik rumah sakit yang salah
satu tugasnya adalah membuat kerangka kerja manajemen etik dengan mengacu
pada norma-norma nasional terkait hak asasi manusia dan etika profesi. Berbagai
profesi yang bekerja di rumah sakit di dasari oleh kode etik profesi masing-masing,
yang dijadikan tatanan perilaku masing-masing profesi tersebut.
Pedoman Etika Rumah Sakit adalah norma yang diharapkan untuk dijadikan
tatanan perilaku bagi setiap anggota masyarakat rumah sakit yang multi profesi
tersebut. Pengaturan perilaku yang dimaksud disini menekankan pada perilaku
masing-masing profesi dalam pengamalan profesinya agar dapat menghasilkan
manfaat yang optimal bagi semua pihak.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Pedoman Etika RSUD Sinjai disusun dimaksudkan sebagai acuan dan
pedoman norma perumah sakit, nilai-nilai perilaku dalam pergaulan dengan klien,
antara sesama petugas dirumah sakit, maupun etika dalam menjalankan profesi
kesehatan dengan klien yang berprinsip pada senantiasa mengutamakan
keselamatan dan kesehatan pasien.

C. RUANGLINGKUP
Ruang lingkup Pedoman Etik RSUD Sinjai meliputi etika administratif dan
etika biomedik yang dijabarkan dari Kode Etik Rumah Sakit Indonesia
(KODERSI) , Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), Kode etik bagi perawat
yang dikeluarkan oleh PPNI, serta panduan etik bagi tenaga kesehatan lainnya.
Dalam pedoman ini juga dipaparkan ruang lingkup dan bagaimana proses
penanganan dugaan pelanggaran etik di RSUD Sinjai.
PEDOMAN ETIK
RSUD SINJAI

1. KEWAJIBAN RUMAH SAKIT


a. Kewajiban Umum Rumah Sakit
1) Rumah Sakit harus mentaati kode etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI)
2) Rumah sakit harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab terhadap
semua kejadian di rumah sakit
3) Rumah sakit harus mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu
secara berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya
4) Rumah sakit harus memelihara semua catatan/arsip baik medik maupun
non medik
5) Rumah sakit harus mengikuti perkembangan dunia perumah sakitan

b. Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Masyarakat dan Lingkungan


1) Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik
masyarakat
2) Rumah sakit harus senantiasa menyesuaikan kebijakan pelayanannya
pada harapan dan kebutuhan masyarakat setempat.
3) Rumah sakit dalam menjalankan operasionalnya bertanggungjawab
terhadap lingkungan agar tidak terjadi pencemaran yang merugikan
masyarakat
4) Rumah sakit dalam melakukan promosi pemasaran harus bersifat
informatif, tidak komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak
berlebihan, dan berdasarkan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia

c. Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pasien


1) Rumah Sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien
2) Rumah Sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien dan
tindakan apa yang hendak dilakukan
3) Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien (informed consent)
sebelum melakukan tindakan medik
4) Rumah sakit berkewajiban melindungi pasien dari penyalahgunaan
teknologi

d. Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pimpinan, Staf dan Karyawan


1) Rumah Sakit harus menjamin agar pimpinan, staf dan karyawannya
senantiasa mematuhi etika profesi msing-masing
2) Rumah sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf dokter, perawat, dan
tenaga lainnya berdasarkan nilai, norma dan standar ketenagaan
3) Rumah sakit harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yang baik
antara seluruh tenaga di rumah sakit daapat terpelihara
4) Rumah sakit harus memberi kesempatan kepada seluruh tenaga rumah
sakit untuk meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan serta
keterampilannya
5) Rumah sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan dilakukan
berdasarkan standar profesi yang berlaku
6) Rumah sakit berkewajiban member kesejahteraan kepada karyawan dan
menjaga keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku

e. Hubungan Rumah Sakit dengan Lembaga Terkait


1) Rumah sakit harus memelihara hubungan yang baik dengan pemilik
berdasarkan nilai-nilai, dan etika yang berlaku di masyarakat Indonesia
2) Rumah Sakit harus memelihara hubungan yang baik antar rumah sakit dan
menghindarkan persaingan yang tidak sehat
3) Rumah sakit harus menggalang kerjasama yang baik dengan instansi atau
badan lain yang bergerak di bidang kesehatan
4) Rumah sakit harus berusaha membantu kegiatan pendidikan tenaga
kesehatan dan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran dan kesehatan.

2. Etika Kerja dan Etika Usaha


Etika kerja menjelaskan bagaimana seharusnya insan rumah sakit bersikap,
berperilaku, dan berhubungan dengan pihak-pihak didalm rumah sakit sebagai
atasan dan rekan kerja maupun bawahan. Etika usaha menjelaskan bagaimana
rumah sakit beretika bersikap dan dan bertindak dalam berhubungan dengan pihak-
pihak diluar rumah sakit.Etika kerja dan etika usaha RSUD Sinjai telah diatur dalam
pedoman perilaku RSUD Sinjai.

3. Hak dan Kewajiban Pasien


a. Hak pasien :
 Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit
 Memperoleh informasi tentang hak dan kewajibanpasien.
 Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi.
 Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan medis, standar profesi dan standar prosedur
operasional.
 Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi.
 Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
 Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan peraturan yang berlaku di RumahSakit.
 Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik didalam
maupun diluar Rumah Sakit.
 Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya (isi rekam medis).
 Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis,tujuan tindakan medis, alternative tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan/tindakan medis.
 Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya.
 Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
 Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
 Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan diRumah Sakit.
 Mengajukan usul,saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya.
 Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya.
 Menggugat dan/ atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar
baik secara perdata ataupun pidana.
 Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

b. Kewajiban Pasien
 Pasien dan keluarganya berkewajiban mentaati segala peraturan
dan tata tertib di Rumah Sakit.
 Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi Dokter
dan Perawat dalam pengobatannya.
 Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan
selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada Dokter
yang merawat.
 Pasien dan atau penanggungjawab pasien berkewajiban untuk
melunasi semua biaya pelayanan Rumah Sakit dan/atau Dokter.

4. Hak dan Kewajiban Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis danTenaga


Non Medis Lainnya
a) Hak Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis danTenaga Non
Medis Lainnya
 Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non
Medis Lainnya, berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesi dan tugas
pekerjaannya.
 Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non
Medis Lainnya, berhak untuk bekerja menurut standar profesi
serta berdasarkan hak otonominya. Tenaga medis/dokter,
walaupun ia berstatus sebagai karyawan rumah sakit, namun
pemilik atau direksi rumah sakit tidak dapat memerintahkan
untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari standar profesi
atau keyakinannya.
 Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non
Medis Lainnya, berhak untuk menolak keinginan pasien/klienyang
bertentangan dengan peraturan, perundang-undangan, profesi,
etika serta visi dan misi RSUD Sinjai
 Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non
Medis Lainnya,berhak menghentikan jasa profesionalnya kepada
pasien/klien apabila misalnya hubungan dengan pasien/klien
sudah berkembang begitu buruk sehingga kerja sama yang baik
tidak mungkin diteruskan lagi, kecuali untuk pasien/klien gawat
darurat dan wajib menyerahkan pasien/klien kepada tenaga
medis,penunjang medis, non medis lain yang berkompeten.
 Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non
Medis Lainnya,berhakatasprivacy dan berhak menuntut apabila
nama baiknya dicemarkan oleh pasien/klien dengan ucapan
maupun tindakan yang melecehkan atau memalukan.
 Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non
Medis Lainnya,berhak mendapat informasi lengkap dari
pasien/klienyang dirawat/dilayani atau dari keluarganya.
 Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non
Medis Lainnya,berhak mendapat informasi atau pemberitahuan
pertama dalam menghadapi pasien/klien yang tidak puas
terhadap pelayanannya.
 Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non
Medis Lainnya, berhak untuk diperlakukan adil dan jujur oleh
rumah sakit, pasien/klien,keluarga pasien dan teman sejawat.
 Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non
Medis Lainnya, berhak untuk mendapat imbalan jasa atas jasa
profesi atau pekerjaan yang diberikan berdasarkan perjanjian dan
atau ketentuan/peraturan yang berlaku dirumahsakit.
b. KewajibanDokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan T enaga Non
Medis Lainnya
1. Kewajiban Dokter
a) Kewajiban Umum
 Dokter wajib menjunjung tinggi menghayati dan mengamalkan
sumpah dokter.
 Dokter wajib untuk senantiasa melakukan profesinya
menurut ukuran yang tinggi.
 Dokter wajib melakukan pekerjaan kedokterannya dengan tidak
boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.
 Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :
a) Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
b) Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan
pengetahuan dan ketrampilan kedokteran dalam segala
bentuk tanpa kebebasan profesi.
c) Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan
daya tahan mahluk insani baik jasmani maupun rohani
hanya dilakukan untuk kepentingan penderita.
d) Menerima imbalan selain daripada yang layak sesuai
dengan jasanya kecuali dengan keiklasan,
sepengetahuan dan/atau kehendak penderita.
e) Dokter wajib berhati-hati dalam mengumumkan dan
menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan
baru yang belum diuji kebenarannya. Seorang dokter
hendaknya memberi keterangan
ataupendapatyangdapatdibuktikan kebenarannya.
f) Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter
harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan
memperhatikan semuaaspek
pelayanankesehatanyangparipurna,sertaberusaha
menjadikan pendidikan dan pengabdi masyarakat yang
sebenarnya.

b) Kewajiban Terhadap Rumah Sakit


 Dokter wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata tertib
yang berlaku di rumah sakit.
 Dokter wajib untuk selalu menjaga dan mempertahankan nama baik
rumah sakit.
 Dokter wajib mendukung dan melibatkan diri dalam usaha rumah sakit
untuk memajukan dan mengembangkan rumah sakit.
 Dokter wajib untuk memupuk rasa memiliki, rasa persaudaraan dan
loyalitas dalam satu ikatan keluarga besar rumah sakit.
 Dokter wajib memahami dan dengan setia ikut ambil bagian
dalam mewujudkan visi dan misi rumah sakit.
 Dokter wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara tertulis
dengan pihak rumah saki
c) KewajibanTerhadapPasien
 Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya
melindungi hidup insani.
 Dokter wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar
profesi dan menghormati hak-hak pasien.
 Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar
senatiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehat dalam
beribadah dan atau dalam masalah lainnya.
 Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala
ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan penderita.
 Dalam hal tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan maka ia wajib melakukan konsultasi kepada dokter yang
lebih senior atau kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam
penyakit tersebut.
 Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
peri kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia
dan mampu memberikannya.
 Setiap dokter yang bertugas di rawat darurat wajib melakukan
pertolongan darurat dengan mendahulukan keselamatan penderita
daripada pertimbangan-pertimbangan lain.
 Setiap dokter wajib menyimpan semua rahasia kedokteran yang
diketahui tentang seorang penderita, termasuk data hasil pemeriksaan
laboratorium, data dalam rekam medik secara keseluruhan, bahkan
juga setelah penderita itu meninggal dunia
 Dokter wajib memberikan informasi yang memadai tentang perlunya
tindakan medic yang bersangkutan serta resiko yang dapat ditimbulkan
dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien.
 Dokter wajib membuat informed consent atas setiap tindakan
medis yang mengandung resiko tinggi.
 Dokter wajib membuat rekam medis yang baik secara
berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.
d) KewajibanTerhadapTeman Sejawat
 Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
 Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari teman
sejawatnya,tanpa persetujuannya.
e) Kewajiban Terhadap Diri Sendiri
 Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat
bekerja dengan baik.
 Setiap dokter hendaknya senatiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan tetap setia kepada cita-citanya yang luhur.
2. Kewajiban Perawat
 Perawat wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata
tertib yang berlaku dirumah sakit.
 Perawat wajib memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
dengan standar asuhan keperawatan. Meliputi pengkajian, diagnosis,
perencanaan, intervensi keperawatan, evaluasi dan catatan
keperawatan.
 Perawat wajib memberikan informasi yang memadai tentang perlunya
tindakan asuhan keperawatan yang akan dilakukan serta resiko yang
dapat ditimbulkannya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh
pasien.
 Perawat wajib meminta persetujuan kepada pasien atas tindakan yang
akan dilakukannya.
 Perawat wajib menginformasikan keadaan pasien kepada tenaga
medis atau tenaga lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan
pasien.
 Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar
senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga.
 Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.
 Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
 Setiap perawat wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu
tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bersedia dan mampu memberikannya.
 Perawat wajib membuat catatan asuhan keperawatan yang baik dan
lengkap secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.
 Perawat wajib mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
diberikan.
 Setiap perawat wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan
mengikuti perkembangan ilmu keperawatan.
 Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam
perjanjian yang telah dibuatnya.
 Perawat wajib bekerja sama dengan profesi dan pihak lain yang terkait
secara timbale balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
3. Kewajiban Bidan
 Bidan wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata tertib
yang berlaku dirumah sakit.
 Bidan wajib memberikan asuhan kebidanan kepada pasien sesuai
dengan standar asuhan kebidanan. Meliputi pengkajian, diagnosis,
perencanaan, intervensi kebidanan, evaluasi dan catatan kebidanan.
 Bidanwajibmemberikaninformasi yangadekuat tentangperlunya
tindakan asuhankebidananyangakan dilakukan sertaresiko yang dapat
ditimbulkannya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien.
 Bidan wajib meminta persetujuan kepada pasien atas tindakan yang
akan dilakukannya.
 Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada tenaga medis atau
tenaga lain yang berkompeten sesuai dengan indikasi medis pasien.
 Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa
dapat berhubungan dengan keluarga
 Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.
 Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui nya tentang
penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
 Setiap Bidan wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu
tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bersedia dan mampu memberikannya.
 Bidan wajib membuat catatan asuhan kebidanan yang baik dan lengkap
secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.
 Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah
diberikan.
 Setiap Bidan wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan
mengikuti perkembangan ilmu kebidanan.
 Bidan wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam
perjanjian yang telah dibuatnya.
 Bidan wajib bekerja sama dengan profesi dan pihak lain yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
4.KewajibanTenaga Non Medis Lainnya
 Tenaga non medis lainnya wajib mematuhi peraturan perundang-
undangan, dan tata tertib yang berlaku dirumah sakit.
 Tenaga non medis lain nya wajib melaksanakan tugas pekerjaannya
sesuai dengan standar mutu dan prosedur tetap yang berlaku di rumah
sakit.
 Tenaga non medis lain nya wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya berkaitan dengan tugas pekerjaannya.
 Tenaga non medis lainnya wajib membuat pencatatan dan pelaporan
atas pelaksanaan tugas pekerjaannya.
 Tenaga non medis lainnya wajib terus menerus menambah ilmu
pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu yang terkait dengan
tugas pekerjaannya.
 Tenaga non medis lainnya wajib mengadakan perjanjian hubungan
kerja secara tertulis dengan pihak rumah sakit.
 Tenaga non medis lainnya wajib memenuhi hal-hal yang telah
disepakati atau dalam perjanjian yang telah dibuatnya
 Tenaga non medis lainnya wajib bekerjasama dengan profesi dan
pihak lain yang terkait secara timbal balik dalam
 memberikan pelayanan kepada pasien.
5. Tata Cara Penanganan Pelanggaran etik RSUD Sinjai
 Pengaduan pelanggaran etik di RSUD Sinjai dapat berasal dari :
 Intern : Unit Kerja Fungsional, Unit Kerja Struktural dapat langsung
ke direktur atau melalui komite etik dan hukum
 Eksternal : Perorangan/Pasien, ini dapat langsung ke Direktur atau
melalui SMS keluhan pasien atau melalui Public Relation
 Penanganan Pelanggaran Etik :
 Pengaduan dari internal maupun eksternal ditujukan kepada
direktur
 Direktur Rumah Sakit meneruskan masalah tersebut kepada
Komite Etik dan Hukum RSUD Sinjai apabila berkaitan dengan
masalah etik dan hukum
 Komite Etik dan Hukum RSUD Sinjai melakukan penyelidikan
terhadap masalah tersebut dengan mengumpulkan informasi
dengan penelitian rekam medis, menghubungi unit kerja
ataupun mereka-mereka yang berhubungan dengan
masalah.
 Apabila pelenggaran ini merupakan pelanggaran murni etik
profesi maka Komite Etik dan Hukum RSUD Sinjai dapat
mengkonsultasikan dan berkoordinasi dengan Ikatan Profesi
yang bersangkutan.
 Hasil penyelidikan ini sebagai bahan untuk dibahas dalam
sidang Panitia Etik dan Hukum
 Hasil sidang memberikan pertimbangan kepada Direktur
dalam memecahkan masalah.
Ruang Lingkup dan Proses Penyelesaian Pengaduan
Pelanggaran etika di RSUD Sinjai

SURAT TUGAS DIREKTUR UNTUK


PENANGANAN KASUS ETIK

TERKAIT STAF MEDIK TERKAIT NAKES LAINNYA, TERKAIT STAF


ADMINISTRATIF & KONFLIK KEPERAWATAN
FINANSIAL

SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN PANITIA ETIK DAN HUKUM SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN
PROFESI KOMITE MEDIK PROFESI KOMITE KEPERAWATAN
RAPAT UNTUK MENGKAJI
NOTIFIKASI (LAPORAN) YANG
MASUK DARI : MANAJEMEN RS,
STAF MEDIK DAN NAKES
LAINNYA, MASYARAKAT,
PASIEN/KELUARGA PASIEN

DASAR DUGAAN PELANGGARAN PEMERIKSAAN


1. Kompetensi 1. Dilakukan oleh panel
2. Pelanggaran etik dan disiplin 2. Melalui proses pembuktian
3. Ketidakmampuan bekerjasama 3. Sekretariat panitia mencatat atas
4. Penyimpangan prosedur yang proses pemeriksaan
dilakukan dengan sengaja 4. Dilakukan secara tertutup

KEPUTUSAN PANEL
ADA/TIDAK PELANGGARAN ETIK

REKOMENDASI TINDAK LANJUT


KE DIREKTUR
SURAT TUGAS DIREKTUR UNTUK
PENANGANAN KASUS ETIK

TERKAIT STAF MEDIK

SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN


PROFESI KOMITE MEDIK
RAPAT UNTUK MENGKAJI
NOTIFIKASI (LAPORAN) YANG
MASUK DARI : MANAJEMEN RS,
STAF MEDIK DAN NAKES
LAINNYA, MASYARAKAT,
PASIEN/KELUARGA PASIEN

DASAR DUGAAN PELANGGARAN PEMERIKSAAN

1. Penyelewengan kewenangan 1. Dilakukan oleh panel


klinis 2. Melalui proses pembuktian
2. Pelanggaran etik dan disiplin 3. Dapat diminta keterangan ahli
3. Penggunaan obat dan alat sesuai kebutuhan
kesehatan yang tidak sesuai 4. Sekretariat panitia mencatat atas
standar proses pemeriksaan
4. Ketidakmampuan bekerjasama 5. Dilakukan secara tertutup
5. Penyimpangan prosedur
penatalaksanaan klinis yang
dilakukan dengan sengaja

KEPUTUSAN PANEL
ADA/TIDAK PELANGGARAN ETIK

REKOMENDASI/TINDAK LANJUT
KE DIREKTUR

LAPORAN KE PANITIA ETIK DAN


HUKUM
SURAT TUGAS DIREKTUR UNTUK
PENANGANAN KASUS ETIK

TERKAIT STAF
KEPERAWATAN

SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN


PROFESI KOMITE KEPERAWATAN

RAPAT UNTUK MENGKAJI


NOTIFIKASI (LAPORAN) YANG
MASUK DARI : MANAJEMEN RS,
STAF MEDIK DAN NAKES
LAINNYA, MASYARAKAT,
PASIEN/KELUARGA PASIEN

DASAR DUGAAN PELANGGARAN PEMERIKSAAN

1. Penyelewengan kewenangan 1. Dilakukan oleh panel


klinis 2. Melalui proses pembuktian
2. Pelanggaran etik dan disiplin 3. Dapat diminta keterangan ahli
3. Penggunaan obat dan alat sesuai kebutuhan
kesehatan yang tidak sesuai 4. Sekretariat panitia mencatat
standar atas proses pemeriksaan
4. Ketidakmampuan bekerjasama 5. Dilakukan secara tertutup
5. Penyimpangan prosedur
penatalaksanaan klinis yang
dilakukan dengan sengaja

KEPUTUSAN PANEL
ADA/TIDAK PELANGGARAN ETIK

REKOMENDASI/TINDAK LANJUT
KE DIREKTUR

LAPORAN KE PANITIA ETIK DAN


HUKUM
6. Penyelesaian Masalah Etik Di RSUD Sinjai
 Pelanggaran etika meliputi kelalaian yang tidak sesuai dengan etik
profesional, prosedur tetap yang disepakati kebiasaan atau cara-cara
yang telah lazim diberlakukan dengan suatu kesadaran dan
kesengajaan.
 Pengaduan masalah etika dapat berasal dari unsur luar maupun dari
dalam RSUD Sinjai dan dapat diajukan kepada Direktur maupun Panitia
Etika dan Hukum Rumah Sakit.
 Dalam pelaksanaan tugasnya Panitia Etika dan Hukum Rumah Sakit
dapat minta bantuan/ pertimbangan dari badan-badan etika diluar
RSUD Sinjai seperti Ikatan profesi lainnya.
 Keputusan dan penerapan sanksi dari pelanggaran etika dilakukan oleh
Direktur setelah mempertimbangkan masukan, saran dan
pertimbangan dari Panitia Etika dan Hukum Rumah Sakit
 Tindakan pendisiplinan atas pelanggaran etika dapat berupa :
1. Peringatan tertulis
2. Limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical privilege)
3. Bekerja dibawah supervisi dalam waktu tertentu oleh orang
yang mempunyai kewenangan untuk pelayanan medis
tersebut
 Jika pelanggaran etika dilakukan oleh peserta didik, keputusan
diteruskan kelembaga pendidikan yang bersangkutan dan
selanjutnya sanksi diberikan.

7. ETIKA PENELITIAN DI RSUD SINJAI


Penelitian merupakan salah satu misi penting rumah sakit. Perkembangan ilmu
kedokteran sangat ditunjang oleh hasil-hasil penelitian yang baik. Namun
penelitian juga dapat membawa dampak negative dalam bentuk
penyimpangan etika maupun hukum, oleh karena itu diperlukan adanya
panitia Etika rumah Sakit (Komite Etik dan hukum) yang dapat bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan etika penelitian yang baik dirumah sakit.
Maka setiap penelitian kedokteran yang dilaksanakan di RSUD Sinjai ini harus
mendapat ijin dari panitia etika RSUD Sinjai dalam bentuk “ethical elearance”.
1. Landasan kerja dalam pemberian “ethical clearance” terhadap
penelitian di RSUD Sinjai berpedoman kepada :
 Nuremberg Code : yang mengharuskan adanya persetujuan
subyek penelitian dalam bentuk informed consent
 Deklarasi Helsinki: yang merupakan panduan untuk melakukan
penelitian klinis, keharusan adanya pertimbangan etika (ethical
elearance) sebelum pelaksanaan suatu penelitian.
 Kode Etik Kedokteran Indonesia.
2. Dasar-dasar pertimbangan dalam pemberian “ethical clearance”.
Dalam dasar-dasar pertimbangan pemberian “ethical elearance” yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Kriteria Kepatutan
 Eksperimen terhadap pasien hanya diperbolehkan atas dasar
indikasi medis serta pertimbangan ilmiah yang jelas.Hal ini perlu
untuk melindungi hukum. Ada harapan bahwa eksperimen itu
akan memberikan pandangan baru yang tidak dapat diperoleh
dengan cara lain.
 Arti eksperimen ini harus sebanding dengan resiko yang
dihadapi orang percobaan.
 Kepentingan subyek penelitian selalu dipertimbangkan di atas
kepentingan ilmu pengetahuan.
 Eksperimen tersebut harus sesuai dengan prinsip ilmiah dan
harus didasarkan atas penelitian laboratorium maupun penelitian
hewan percobaan dan juga harus didasarkan atas pengetahuan
dan cukup dari kepustakaan ilmiah.
 Dalam pelaksanaan eksperimen, tiap pasien harus yakin bahwa
metode diagnostik atau teraupetik yang sebaik mungkin yang
digunakan.
 Bentuk dan cara pelaksanaan penelitian oleh peneliti yang
berkualitas baik dan harus dinilai oleh sebuah panitia
independent.
 Eksperimen tersebut harus dilaksanakan oleh peneliti yang
berkualitas baik dan harus diawasi oleh dokter yang
berkompenten.
 Dalam eksperimen dengan manusia berlaku standar profesi
tertinggi.
 Pada eksperimen dengan manusia secara hokum peneliti selalu
bertanggung jawab penuh secara pribadi.
 Integritas psikis dan fisikdan dari subyek percobaan harus dijaga
dan dilindungi.
 Rahasia orang percobaan harus dijunjung tinggi.
 Penderitaan rohani dan fisik dari orang percobaan harus dibatasi
secara maksimal.
 Harus dilakukan usaha-usaha pencegahan kerugian,invaliditas
dan kematian orang percobaan.
 Tiap eksperimen harus diakhiri jika ternyata ada kemungkinan
kerugian invaliditas dan kematian.
b. Kriteria persetujuan
 Eksperimen tidak boleh dilaksanakan jika tidak ada persetujuan
dari orang percobaan, pasien bukan pasien. Orang percobaan
pasien bukan pasien selengkap mungkin mendapat informasi
dan tidak boleh ada informasi tertentu yang dirahasiakan oleh
peneliti. Persetujuan setelah penjelasan ini disebut sebagai
“informed consent”
 Penjelasan secukupnya dengan bahasa yang dipahami oleh
penderita.
 Orang yang memberi persetujuan tersebut harus mempunyai
kapasitas legal, mempunyai kemampuan mengambil keputusan
dengan bebas tanpatekanandari luar.
 Persetujuan (informedconsent) sewaktu-waktudapat ditarik,
dengan penarikan tersebut keikut sertaan pasien dalam
percobaan tersebut berakhir.
 Jika terdapat pasien yang tidak member persetujuan
keikutsertaan atau menarik persetujuannya, maka hal ini sama
sekali tidak boleh mempunyai dampak negatif terhadap
hubungan dokter-pasien.

3. Tata cara pengajuan “ethical elearance”.


 Tata cara pengajuan “ethical clearance” untuk penelitian
kedokteran yang dilaksanakan di RSUD Sinjai, yaitu: Bidang
Akreditasi mengarahkan peneliti untuk mengajukan permohonan
“ethical clearance” kepada panitia etik dan hukum, untuk
penelitian tertentu dengan objek penelitian kepada pasien dan
metode penelitian yang melakukan intervensi dalam bentuk
tindakan klinis
 Panitia Etika RSUD Sinjai membahas aspek etika proposal
tersebut
 Panitia Etika RSUD Sinjai dapat memberikan persetujuan secara
lansung atau memberikan saran perbaikan dari segi etika, atau
dapat menolak penelitian tersebut.
LAMPIRAN 1

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA


MUKADIMAH

Sejak permulaan sejarah yang tersurat mengenai umat manusia hubungan


kepercayaan antara dua insane yaitu sang pengobat dan penderita. Dalam zaman
modern hubungan itu di sebut hubungan (transaksi) terapetik antara dokter dan
penderita yang dilakukan dalam suasana saling percaya mempercayai
(Konfidensial) serta senantiasa diliputi oleh segala emosi, harapan kekhawatiran
makhluk insani.
Sejak perwujudan sejarah kedokteran, seluruh umat manusia mengakui
serta mengetahui adanya beberapa sifat mendasar (fundamental) yang melekat
secara mutlak pada diri seorang dokter yang baik dan bijaksana yaitu kemurnian
niat, kesungguhan hati, kerendahan hati serta integritas ilmiah dan social yang
tidak diragukan.
Imhotep dari Mesir, Hippocrates dari Yunani, Galenus dari Roma
merupakan beberapa ahli pelopor kedokteran kuno yang telah meletakan sendi-
sendi permulaan untuk terbina suatu tradisi kedokteran yang mulia. Beserta
semua tokoh dan organisasi kedokteran yang tampil keforum internasional
kemudian mereka bermaksud mendasarkan tradisi dan disiplin kedokteran
tersebut atas suatu etik profesional. Etik tersebut sepanjang masa mengutamakan
penderita yang berobat demi keselamatan dan kepentingannya.
Etik kedokteran sudah sewajarnya dilandaskan atas norma-norma etik
yang mengatur hubungan manusia umumnya, dan dimiliki azas-azasnya dalam
falsafah masyarakat yang diterima dan dikembangkan terus. DiIndonesia azas-
azas itu adalah Pancasila sebagai landasan strukturik.
Dengan maksud untuk lebih nyata mewujudkan kesungguhan dan
keluhuran ilmu kedokteran, kami pada dokter Indonesia, baik yang bergabung
secara profesional dalam Ikatan Dokter Indonesia, maupun secara fungsional
terikat dalam organisasi dibidang pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan
dan kedokteran, dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa telah merumuskan Kode
Etik Kedokteran Indonesia yang diuraikan dalam pasal-pasal sebagaiberikut
KEWAJIBAN UMUM
Pasal1
Setiap dokter harus menjunnjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
dokter.
Pasal2
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang
tinggi.
Pasal3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.
Pasal4
Perbuatan berikut di pandang bertentangan dengan etik :
a. Setiap perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
b. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan kedokteran dalam segala bentuk tanpa kebebasan profesi.
c. Menerima imbalan selain dari pada yang layak sesuai dengan asa nya kecuali
dengan keiklasan, pengetahuan dan atau kehendak penderita.
Pasal5
Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk
insane baik jasmani maupun rohani hanya diberikan untuk kepentingan penderita.
Pasal6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan
menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya.
Pasal7
Setiap dokter hanya diberikan keterangan atau pendapat yang dapat
dibuktikan kebenaran.
Pasal8
Dalam melakukan pekerjaanya seorang dokter harus mengutamakan,
mendahulukan kepentingan masyarakatdan memperhatikan semua aspek
pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan
dehabilitatif), serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenarnya.
Pasal9
Setiap dokter dalam kerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat harus memelihara saling pengertian sebaik-
baiknya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PENDERITA


Pasal10
Setiap doker harus senatiasa mengingatakan kewajiban melindungi
makluk insani.
Pasal11
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan menggunakan segala ilmu
dan ketrampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam halia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan maka ia wajib merujuk penderita
kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam bidang penyakit tersebut.

Pasal12
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senatiasa
dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam masalah lainnya.

Pasal13
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang seorang
penderita bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
Pasal14
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan mampu
memberikannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWATNYA

Pasal15
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan.

Pasal16
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari temann sejawatya, tanpa
persetujuannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal17
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja
dengan baik.
Pasal18
Setiap dokter hendaknya senatiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan tetap setia kepada cita-citan yang luhur.

PENUTUP

Pasal19
Setiap dokter harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan dalam pekerjaan sehari-hari.
.
LAMPIRAN 2
KODE ETIK KEPERAWATAN
1. Tanggung jawab terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
a) Dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada
tanggung jawab yang berpangkal tolaknya bersumber pada kebutuhan
akan perawatan untuk individu, keluarga dan masyarakat.
b) Dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan dengan menghormati nilai-nilai budaya,
adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan
masyarakat.
c) Dalam melaksanakan kewajiban bagi individu dan masyarakat senantiasa
dilandasi oleh rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur
keperawatan.
d) Senantiasa menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan individu dan
masyarakat dalam mengambil prakasa dan mengadakan usaha-usaha
kesejahteraan umumnya sebagai bagian dari tugas kewajiban demi
kepentingan masyarakat.

2. Tanggung jawab terhadap tugas.


a) Senantiasa meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan dan asuhan
keperawatan setinggi-tingginya disertai kejujuran profesional dalam
menerapkan pengetahuan serta ketrampilan perawatan sesuai dengan
kebutuhan individu atau pasien/klien keluarga dan masyarakat.
b) Wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan.
c) Tidak akan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan keperawatan
untuk tujuan yang dipercayakan.
d) Dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin.
e) Harus senantiasa mengutamakan perlindungan keselamatan pasien/klien
dalam melaksanakan tugas keperawatan, serta matang dalam
mempertimbangkan kemampuan baik dan menerima maupun dalam
mengalihkan tugas dan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan
keperawatan

3. Tanggung jawab terhadap sesame perawat dan tenaga kesehatan lain.


a) Senantiasa memelihara hubungan baik antara dan dengan tenaga
kesehatan lainya dalam memelihara keserasiansuasana lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
b) Senantiasa menyebarluaskan pengetahuan ketrampilan dan
pengalamannya kepada sesame perawat serta menerima pengetahuan
dan pengalaman dari profesi lainnya dalam meningkatkan kemampuan
dalam bidang keperawatan

4. Tanggung jawab terhadap sesama perawat dan tenaga kerja kesehatan


lain.
a) Selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesionalnyabaik secara
perorangan maupun secara bersama-sama dengan jalan manambah ilmu,
ketrampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan
keperawatan.
b) Senantiasa menjunjung tinggi nama baik dan tanggung jawab terhadap
pemerintah bangsa dan tanah air.
c) Berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur jenis kelamin.
d) Harus senantiasa mengutamakan perlindungan keselamatan pasien/klien
dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam
mampertimbangkan kemampuan baik dalam menerima, maupun dalam
mengalihkan tugas dan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan
keperawatan.
5. Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air serta agama.
a) Dalam melaksanakan tugasnya harus senantiasa taat dan taqwa
kepadaTuhan Yang Maha Esa.
b) Harus senantiasa melaksanakan kebijakan yang digariskan oleh
pemerintah dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan
perawatan kepada masyarakat.
c) Harus senantiasa berperan serta aktif dengan mengembangkan pikiran
kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan
perawatan kepada masyarakat.
LAMPIRAN 3
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

1. Kewajiban Apoteker Terhadap Masyarakat.


a) Harus berbudi luhur dan memberikan contoh yang baik didalam lingkungan
kerjanya.
b) Harus bersedia untuk mengembangkan keahlian dan pengetahuannya.
c) Harus selalu aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan pada umumnya.
d) Hendaknya selalu melibatkan diri dari Pembangunan Nasional khususnya
di bidang kesehatan
e) Harus jadi sumber informasi bagi masyarakat dalam rangka pelayanan dan
pendidikan kesehatan.
f) Hendaknya menjauhkan diri dari usaha-usaha untuk mencari keuntungan
dirinya semata-mata.

2. Kewajiban Apoteker Terhadap Teman Sejawat


a) Harus selalu menganggap teman sejawat kerja sebagai saudara
kandung yang selalu saling mengingatkan dan menasehati.
b) Harus menjauhkan diri dari setiap tindakan yang dapat merugikan teman
sejawat baik moril maupun material.
c) Harus menggunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerja sama
yang baik mempertebal rasa saling mempercayai didalam menunaikan
tugasnya.

3. Kewajiban Apoteker Terhadap Sejawat, Petugas Kesehatan Lainnya


a) Harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan hubungan
profesi saling menghargai, menghormati dan mempercayai sejawat yang
berkecimpung dalam bidang kesehatan.
b) Hendaknya menjauhkan diri dari tindakan/perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.
LAMPIRAN 3
KODE ETIK BIDAN INDONESIA

BAB I
MUKADIMAH II

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan yang
luhur dem itercapainya:
a) Masyarakat yang adil dan makmur bedasarkan Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945.
b) Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
c) Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap warga Negara Indonesia.

Maka ikatan Bidan Indonesia sebagai organisasi profesi kesehatan yang menjadi
wadah persatuan dan kesatuan para bidan di Indonesia menciptakan Kode Etik
Indonesia yang disusun atas dasar penekanan keselamataan klien diatas
kepentingan lainnya.

Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati
dari setiap bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan
sebagai anggota tim kesehatan demi tercapainya cita-cita pembangunan nasional di
bidang kesehatan pada umumnya, KIA, KB dan Kesehatan Keluarga pada
khususnya.

Mengupayakan segala sesuatu agar kaumnya pada detik-detik yang sangat


menentukan pada saat menyambut kelahiran insanegenerasi secara selamat dan
nyaman merupakan tugas sentral dari pada bidan.

Menelusuri tuntutan masyarakat terhadap paelayanan kesehatan yang terus


meningkat sesuai dengan perkembangan zaman dan nilai-nilai sosial budaya yang
berlaku dalam masyarakat. Sudah sewajarnya kode etik bidan ini berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan ideal dan garis-garis
Besar Haluan Negara sebagai landasan operasional.
Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan,
kode etik ini merupakan pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam
pelaksanaan palayanan profesional.

Bidan senantiasa berupaya memberikan pemeliharaan kesehatan yang


komprehensif terhadap ibu hamil, ibumenyusui, bayi dan balita pada khususnya,
sehingga mereka tumbuh berkembangnya menjadi Indonesia yang sehat jasmani
dan rohani dengan tetap memperhatikan kebutuhan pemeliharaan kesehatan bagi
keluarga dan masyarakat pada khususnya.

BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT

A. Setiap bidan senatiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan


sumpah jabatan dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
B. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat
dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
C. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada
peran tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga
dan masyarakat.
D. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak dan klien dan menghormati nilai-nilai
yang berlaku di masyarakat.
E. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien,keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
F. Setiap bidan senatiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
BAB III

KEWAJIBAN TERHADAP TUGASNYA

A. Setiap bidan sentiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien,


keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemapuan profesi yang dimilikinya
berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
B. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenagan
dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan
mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
C. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau
diperlukan sehubungan dengan kepentingan kita.

BAB IV

KEWAJIBAN BIDANTERHADAP
SEJAWAT DAN TENAGA KESEHATAN
LAINNYA

A. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk


menciptakan suasana kerja yang serasi.
B. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling mengobati baik
terhadap sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya.
BABV

KEWAJIBAN BIDANTERHADAP PROFESINYA

A. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi memberikan pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat.
B. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
C. Setiap bidan senatiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesianya.
BABVI

KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI

A. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat


melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
B. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BABVII

KEWAJIBAN BIDANTERHADAP PEMERINTAH


NUSA BANGSA DAN TANAH AIR

A. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan


ketentuan- ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam
palayanan KIA/ KB dan kesehatan keluarga
B. Setiap bidan melalui profesinya berpatisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

BABVIII
PENUTU
P

Setiap bidan dalam malaksanakan tugasnya sehari-hari senatiasa menghayati


dan mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.
A. Organisasi dan pemeliharaan rekam medis
 Ukuran rekam medis disesuaikan dengan keadaan setempat
 Tersedia tempat penyimpanan dan terjamin kerahasiaannya
 Rekam medis tidak diijinkan dibawa keluar ruangan tempat
penyimpanan rekamamedis tanpa seijin pimpinan rumahsakit.
 Rekam medis hanya boleh dipinjamkan kepada dokter yang
mengadakan penelitian dengan seijin pimpinan rumah sakit. Dokter
yang meminjam rekam medis bertanggung jawab atas kerahasiaan,
kelengkapan dan keutuhan rekam medis yang dipinjamnya.

B. Penelusuran informasi
1. Tulisan harus jelas dan mudah dibaca
2. Di hindarkan singkatan yang tidak lazim

C. Indeks penyakit
a) Penetapan diagnosis berdasarkan International Code of Disease/WHO
(ICD) atau Depkes RI tahun terbaru.
b) Untuk penyakit kronik yang memerlukan kontrol, perlu dibuat cara
pengenalan khusus agar rekam medis tersebut mudah dan cepat dapat
ditelusuri kembali.
II. ETIKA DAN PERILAKU PETUGAS RUMAH SAKIT DALAM PENGISIAN
REKAM MEDIS

A. Etika dan perilaku Dokter


Sesuai dengan keahliannya, dokter merupakan petugas rumah sakit yang
bertugas dan bertanggung jawab dalam pengisian data pasien/rekam medis,
baik pasien yang sedang dirawatnya maupun yang dikonsultasikan kepadanya.
Dalam pengisian rekam medis ini dokter harus benar-benar bekerja dengan
berpegang teguh pada ilmu yang didapatnya, disamping harus berpegangan
pada sumpah jabatan sebagai seorang dokter.

B. Etika dan Perilaku Paramedis Perawatan dan Non Perawatan


Para medis perawatan dan paramedis non perawatan merupakan petugas
rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab dalam pengisian data
keperawatan selama pasien dirawat di rumahsakit. Oleh karena itu, sesuai
dengan kewenangan yang diberikan kepadanya, pengisian data keperawatan
yang diisi oleh dua petugas ini harus benar-benar sesuai dengan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya. Apabila pelaku-pelaku ini adalah tenaga yang
masih dalam pendidikan, seluruh data yang mereka cantumkan dalam data
pasien /rekam medis harus disetujui dan harus dibubuhi paraf atasan nya.

C. Etika dan Perilaku tenaga administrasi Pasien


Tenaga administrasi pasien rumah sakit adalah petugas yang bertanggung
jawab dalam pengisian data non medis, sejak pasien masuk rumah sakit
sampai pasien meninggalkan rumah sakit. Data yang dibuat oleh petugas
administrasi rumahsakit, erat kaitannya dengan data individual pasien,
sehingga pengisian catatan, terutama dalam hal pencantuman biaya akan
sangat mempengaruhi kepentigan pasien itu sendiri. Oleh karena itu, selain
diperlukan etika khusus mengenai hal-hal itu, perlu diciptakan suatu
mekanisme komunikasi tarif layanan rumah sakit, yang dikomunikasikan
secara terbuka, baik kepada seluruh petugas rumah sakit maupun kepada
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai