Anda di halaman 1dari 7

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi 1,2


Tension type headache (TTH) adalah nyeri kepala primer yang bersifat episodik
maupun kronik, dengan karakteristik bilateral, seperti diikat/tertekan, berlangsung
selama beberapa menit-hari, dirasakan siang-malam, dengan intensitas ringan sampai
sedang, dapat dicetuskan oleh suara dan cahaya. Rasa nyeri terlokasi di regio tengkuk-
oksipital atau di puncak kepala (vertex).

1
2
3.2 Epidemiologi3
Prevalensi tension type headache sekitar 70% dari seluruh nyeri kepala. Onset TTH
biasanya muncul pada usia >20 tahun. Lebih banyak dialami perempuan dibandingkan
laki-laki.

3.3 Etiologi3,4
Beberapa faktor pencetus dari tension type headache antara lain muskuler
(ketegangan otot terus-menerus), psikogenik (perhatian pasien terlalu banyak tertuju ke
kepalanya dimana adanya rasa takut adanya kelainan intrakranial), gangguan tidur, dan
menstruasi.

3.4 Patofisiologi5,6,7
Patofisiologi tension type headache masih belum diketahui secara jelas, dahulu
penyebabnya diyakini hanya berasal dari psikogenik saja, namun bukti terbaru
mengindikasikan adanya basis neurobiologinya. Mekanisme nyeri perifer dan sentral
dipercaya mempunyai peranan dalam patofisologi tension type headache. Mekanisme
sentral berperan pada TTH kronik, melibatkan hipersesitivitas serabut nyeri dari nervus
trigeminal yang menuju pada sensitisasi sentral (mccance). Sedangkan mekanisme
perifer diduga berperan pada TTH episodik yang melibatkan sensitisasi dari aferen
sensorik myofacial yang berujung pada hipersensitivitas muskular dan berkembang
menjadi TTH kronik. (mccance). Sensitisasi neuron setinggi dorsal horn spinal atau
nukleus trigeminus atau keduanya terinduksi oleh nosiseptif berkepanjangan dari otot
perikranial dan jaringan myofascial. Pada suatu studi farmakologi ditemukan bahwa
Nitric Oxide Synthase (NOS) inhibitor, NG- monomethyl-L-arginine hydrochloride
mengurangi nyeri kepala dan nyeri serta tegang pada jaringan perikranial myofascial
sedangkan Nitric Oxide (NO) donor glyceryl mencetuskan terjadinya TTH. Hal ini
mendukung bahwa sensitisasi nosiseptif dapat disebabkan aktivasi NOS. Selain itu
defisiensi aktivitas antinosiseptif dari struktur supraspinal di sistem saraf pusat juga
mungkin berperan pada meningkatnya sensitivitas nyeri pada pasien TTH
kronik.(elsevier).
Pada faktor psikogenik sebagai pencetusnya, aktivitas dari simpatetik dan aksis
hipotalamus pituitary adrenal yang teraktivasi karena adanya stress diyakini menjadi
salah satu patogenesis pada TTH karena terdapat bukti bahwa nosiseptor dapat

3
distimulasi dengan neurotransmiter endogen atau hormon seperti serotonin,
norpeinephrine, dan bradykinin (journal headache and management)

4 Gejala Klinis2,3
4.1 Nyeri kepala dengan lokasi forntal bilateral dan nucho-oksipital, konstan, terus-
menerus, seperti diikat/ditekan/diperas, intensitas nyeri ringan sampai sedang.
4.2 Ketegangan otot di daerah kulit kepala/leher yang berlangsung hitungan menit
hingga hari.
4.3 Gejala tidak disertai mual, muntah, dan tidak diperberat dengan aktivitas fisik.
4.4 Pada pemeriksaan fisik TTV dan pemeriksaan neurologis normal
4.5 TTH dibagi menjadi 2 macam kriteria :
1. TTH episodik : Minimal 10 nyeri kepala dengan rata-rata <1hari/bulan (<12
hari/tahun) serta memenuhi kriteria :

4
a. Nyeri kepala berlangsung 30 menit-7 hari
b. Terdapat minimal 2 karakteristik nyeri (tidak berdenyut, intensitas ringan-
sedang, bilateral, tidak diperberat oleh rutinitas normal)
c. Tidak ditemukan mual/muntah dan fotofobia/fonofobia.
2. TTH kronik : Nyeri kepala dengan frekuensi rata-rata >15 hari per bulan
selama lebih dari 6 bulan serta memenuhi kriteria :
a. Terdapat minimal 2 karakteristik nyeri (sifat mengikat/menekan (tidak
berdenyut), intensitas ringan-sedang (menganggu aktivitas, tapi tidak
sampai tidak dapat beraktivitas), lokasi bilateral, tidak diperberat dengan
menaiki tangga atau aktivitas normal)
b. Terdapat 2 hal : (tidak ada muntah dan tidak lebih dari 1 gejala (mual,
fotofobia, atau fonofobia)
c. Tidak ada gejala atau tanda nyeri kepala sekunder

3.5 Diagnosis Banding2


Diagnosis banding TTH :
Nyeri kepala sekunder (seperti THT, gigi mulut, mata)
Psikosomatis

3.6 Tatalaksana3,8,9
Penatalaksanaan terhadap TTH terbagi menjadi non farmakologi dan farmakologi:
1. Non-farmakologi :
 Konseling psikologis
 Modalitas fisik (seperti panas, pijat)
 Perbaikan postur
 Istirahat yang cukup
 Olahraga secara teratur
 Makan teratur
2. Famakologi :
 Analgesik dan NSAID :
 Aspirin 500 mg 3x1
 Ibuprofen 200 mg 3x1
 Diklofenak 50 mg 3x1

5
 Pelemas otot :
 Eperison (Myonal) 50 mg 3x1
 Antidepressant trisiklik (biasanya untuk TTH kronik)
 Amytriptilin 50-75 mg/hari

3.7 Prognosis2
Umumnya baik
Sebagian besar kasus cenderung hilang timbul dan tidak mengganggu kehidupan
pasien.

6
7

Anda mungkin juga menyukai