Syaraf Kranial Kel. 2
Syaraf Kranial Kel. 2
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
i
SARAF OLFAKTORIUS (N. 1)
Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius. Sistem ini
terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian atas kavum nasal, fila olfaktoria,
bulbussubkalosal pada sisi medial lobus orbitalis. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang
serabut-serabutnya berasal dari membran mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari
tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius berjalan
dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi yang sama. Sistem
olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang impulsnya mencapai korteks
tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan yang dapat memprovokasi timbulnya nafsu makan dan
induksi salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah menunjukkan
bahwa sistem ini ada kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang menghubungkan
sistempenciuman dengan area otonom adalah medial forebrain bundle dan stria medularis
talamus. Emosiyang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke serat yang
berhubungan dengantalamus, hipotalamus dan sistem limbik.
JUDUL SOP:
3. INDIKASI 1. ,
7. CARA KERJA
4. Selain keadaan di atas dapat juga terjadi peningkatan kepekaan penciuman yang
disebut hiperosmia, keadaan ini dapat terjadi akibat trauma kapitis, tetapi
kebanyakan hiperosmia terkait dengan kondisi psikiatrik yang disebut konversi
histeri. Sensasi bau yang muncul tanpa adanya sumber bau disebut halusinasi
olfaktorik. Hal ini dapat muncul sebagai aura pada epilepsi maupun pada
kondisi psikosis yang terkait dengan lesi organik pada unkus.
10. Referensi
Campbell, W.M., 2013. DeJong’s The Neurologic Examination 7th ed, Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia.
Biller, J., Gruener, G., Brazis, P., 2011. DeMeyer’s The Neurologic Examination 6th ed.
McGraw Hill, New York.
Buckley, G., van Allen, M.W., & Rodnitzky, R. L., 1981. Pictorial Manual of
Neurological Tests, Year Book Medical Publisher, Chicago.
Sidharta, P., 1995. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, Dian Rakyat,Jakarta.
Nama :
NIM :
Kelas :
0 1 2
1 Persiapan alat (Sarung tangan, bubuk kopi, cuka, bubuk vanili, dan
buah jeruk)
2
Cuci tangan
Tahap orientasi
3
Memperkenalkan diri
4
Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
5
Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
6
Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
7
Menjaga privasi pasien
Tahap Kerja
7
Inspeksi bentuk dan kesimetrisan hidung
8 Inspeksi untuk memastikan apakah ada tidaknya sumbatan atau
kelainan pada rongga hidung
9
Meminta pasien untuk menutup salah satu hidungnya
10
Meminta pasien untuk menutuk kedua matanya
11 Dekatkan bahan penciuman pada hidung pasien dan meminta pasien
untuk menhirup bahan tersebut dan meminta pasien untuk
menyebutkan jenis bahan tersebut
Tahap Terminasi
12
Evaluasi hasil pengkajian
13 Beri reinforcement positif pada klien
16 Cuci tangan
Nervus optikus merupakan bagian dari Sistem Saraf Pusat (SSP) yang memiliki lebih
sedikit sel neuron dan terisolasi dari sel lain yang umumnya berada di otak. Nervus optikus terdiri
dari akson sel ganglion retina dan sel glia. Jumlah akson cenderung tetap, sedangkan jumlah sel
glia dan mielin relatif bervariasi di berbagai tempat dibandingkan akson. Nervus optikus
membentang dari retina melewati foramen sklera posterior hingga ganglion genikulatum lateral di
thalamus.
Pada manusia, panjang nervus optikus yang terbentang dari belakang bola mata hingga
kiasma optikum adalah sekitar 50 mm dan terdiri dari empat bagian:
1. Bagian intraokuler (head nervus optikus) memiliki panjang sekitar 1 sampai 1.5 mm dengan
diameter transversal terhadap sklera sebesar 1,5 mm.
2. Bagian intraorbital dimulai dari bagian posterior permukaan sklera, memiliki panjang sekitar
30-40 dan diameter 3-4 mm. Bagian ini memiliki sinous course sehingga tetap
memungkinkan gerakan excursi bola mata. Sekitar 8-15 mm dibelakang bola mata,
a.centralis retina berpenetrasi kedalam nervus optikus.
3. Bagian intrakanalikuler yang memiliki panjang sekitar 5-8 mm terfiksasi erat di dalam
kanalis optikus.
JUDUL SOP
PEMERIKSAAN NERVUS II
Fakultas Keperawatan OPTIKUS
Universitas Jember
1. PENGERTIAN Pemeriksaan Nervus II Optikus merupakan suatu
pemeriksaan yang dilakukan pada mata yang bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada mata.
2 TUJUAN 1.Mengukur ketajaman penglihatan atau visus dan
menetukan apakah kelainan pada visus disebabkan oleh
kelainan okuler lokal atau kelainan saraf
2.Mempelajari layangan pandangan
3.Memeriksa upil optik
3. INDIKASI Semua klien yang ingin mengetahui dan mendeteksi
adanya gangguan pada penglihatan klien
4 KONTRA INDIKSI Menurunnya tingkat ketajaman penglihatan,buta
warna,katarak,glaukoma dan konjungtivitis
5. PERSIAPAN KLIEN 1. Menyapa pasien (ucapkan salam)
2. Jelaskan maksud dan tujuan tentang tindaakan
yang akan dilakukan
3. Pasien diatur dalam posoisi aman dan nyaman
(semi flowler)
6. PERSIAPAN ALAT 1. Koran
2. Buku
3. Snelen Chart
4. Kartu Isihara
7 CARA KERJA
1. Pemeriksaan Daya Penglihatan (Visus)
1. Memberitahukan kepada penderita bahwa akan diperiksa daya
penglihatannya.
2. Memastikan bahwa penderita tidak mempunyai kelainan pada mata,
misalnya katarak, peradangan pada mata, jaringan parut atau kekeruhan pada
kornea.
3. Pemeriksa berada pada jarak 1 – 6 meter dari penderita.
4. Meminta penderita untuk menutup mata sebelah kiri untuk memeriksa mata
sebelah kanan.
5. Meminta penderita untuk menyebutkan jumlah jari pemeriksa yang
diperlihatkan kepadanya.
6. Jika penderita tidak dapat menyebutkan jumlah jari dengan benar, maka
pemeriksa menggunakan lambaian tangan dan meminta penderita
menentukan arah gerakan tangan pemeriksa.
7. Jika penderita tidak dapat menentukan arah lambaian tangan, maka
pemeriksa menggunakan cahaya lampu senter dan meminta penderita untuk
menunjuk asal cahaya yang disorotkan ke arahnya.
8. Menentukan visus penderita.
9. Melakukan prosedur yang sama untuk mata sebelah kiri.
dioptri.
3. Oftalmoskop diletakkan 10 cm dari mata penderita. Pada saat ini fokus
terletak pada kornea atau lensa mata.
4. Bila ada kekeruhan pada kornea atau lensa mata akan terlihat bayangan yang
hitam pada dasar yang jingga.
5. Selanjutnya oftalmoskop lebih didekatkan pada mata penderita dan roda
lensa oftalmoskop diputar, sehingga roda lensa menunjukkan angka
mendekati nol.
6. Sinar difokuskan pada pupil saraf optik, diperhatikan warna, tepi, dan
pembuluh darah yang keluar dari pupil saraf optik.
7. Mata penderita disuruh melihat sumber cahaya oftalmoskop yang dipegang
pemeriksa, dan pemeriksa dapat melihat keadaan makula lutea penderita.
8. Dilakukan pemeriksaan pada seluruh bagian retina.
8 HASIL
Dokumentasikan Nama Tindakan/Tanggal/jam tindakan, Hasil Yang diperoleh, Respon
klien selama tindakan, Nama dan paraf perawat Pelaksana.
9 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Pada klien yang menggunakan alat bantu seperti kacamata dan kontak lensa
diharapkan dilepas terlebih dahulu sebelum dilakukannya pemeriksaan
2. Jika klien memiliki gangguan atau kelainan pada gangguan optikus diharapkan
memberi tau pemeriksa
3. Gunakan APD sebelum memeriksa
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan No. 37. Telp./Fax (0331) 323450 Jember
Nama :
NIM :
Kelas :
0 1 2
1 Persiapan alat (Sarung tangan, bubuk kopi, cuka, bubuk vanili, dan
buah jeruk)
2
Cuci tangan
Tahap orientasi
3
Memperkenalkan diri
4
Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
5
Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
6
Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
7
Menjaga privasi pasien
Tahap Kerja
10
3. Pemeriksa berada pada jarak 1 – 6 meter dari penderita.
11 4. Meminta penderita untuk menutup mata sebelah kiri
untuk memeriksa mata sebelah kanan.
5. Meminta penderita untuk menyebutkan jumlah jari
pemeriksa yang diperlihatkan kepadanya.
6. Jika penderita tidak dapat menyebutkan jumlah jari
dengan benar, maka pemeriksa menggunakan lambaian
tangan dan meminta penderita menentukan arah gerakan
tangan pemeriksa.
7. Jika penderita tidak dapat menentukan arah lambaian
tangan, maka pemeriksa menggunakan cahaya lampu
senter dan meminta penderita untuk menunjuk asal
cahaya yang disorotkan ke arahnya.
Tahap Terminasi
12
Evaluasi hasil pengkajian
13 Beri reinforcement positif pada klien
16 Cuci tangan
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron
motorik berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke seluruh otot bola mata (kecuali otot
oblik superior dan rektus lateral), ke otot yang membuka kelopak mata dan ke otot polos
tertentu pada mata. Serabut sensorik membawa informasi indera otot (kesadaran perioperatif)
dari otot mata yang terinervasi ke otak.
Pemeriksaan saraf okulomotorius adalah sebagai berikut :
2) Refleks pupil
Cahaya kontriksi
3) Refleks akomodasi
Pupil pada anak-anak berukuran kecil diakibatkan karena belum berkembangnya saraf
simpatis, pada remaja/orang dewasa ukuran pupilnya
adalah sedang, dan pada orang tua ukuran pupilnya
mengecil, diakibatkan rasa silau yang dibangkitkan
olehlensa yang sklerois. Fungsi pupil adalah untuk
mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke dalam
mata untuk mendapatkan fungsi visual terbaik pada
berbagai derajat intensitas cahaya (Ilyas, 2010).
Pupil mengecil disaat tidur, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur
sesungguhnya. Pupil mengecil saat tidur diakibatkan oleh sebagai berikut :
8. HASIL
Dokumentasikan nama tindakan/Tanggal/jam tindakan, Hasil yag diperoleh, Respon
klien selama tindakan, Nama dan paraf perawat pelaksana
9. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Klien dengan kelumpuhan otot
10. Referensi
Morton, Patricia Gonce. (2003). Panduan Pemeriksaan Kesehatan dengan Dokumentasi
Soapie. Jakarta: EGC.
Black, M., J. 2014. Buku Keperawatan Medikal Bedah
Jacson, M., Jackson , L. 2011. Buku Seri Panduan Praktik Keperawatan Klinis
https://gustinerz.com/12-nervus-kranial-fungsi-cara-pemeriksaannya/ [Di akses pada
tanggal 08 Mei 2018 pukul 20.54 WIB]
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan No. 37. Telp./Fax (0331) 323450 Jember
Nama :
NIM :
Kelas :
0 1 2
1
Persiapan alat (Sarung tangan, pen light, kertas)
2
Cuci tangan
Tahap orientasi
3
Memperkenalkan diri
4
Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
5
Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
6
Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
Tahap Kerja
7 Inspeksi bentuk, ukuran dan ada tidaknya gerakan yang tidak dapat
dikendalikan oleh otot
9 Sorotkan senter kedalam tiap pupil arahkan dari belakang sisi klien
dan sinari satu mata. Perhatikan kontriksi pupil yang terkena sinar
10 Beritahu klien untuk melihat benda yang dipegang perawat dan
beritahu klien untuk mengikuti gerak benda tersebut dimana benda
tersebut digerakkan menuju bagian tengah dari kedua mata klien
Tahap Terminasi
15
Evaluasi hasil pengkajian
16 Beri reinforcement positif pada klien
19 Cuci tangan
PEMERIKSAAN NERVUS IV
4. KONTRAINDIKASI -
Nervus trigeminus merupakan saraf otak terbesar. Pada hakikatnya, nervus trigeminus
adalah urat saraf sensorik yang melayani sebagian besar kulit kepala dan wajah, melayani selaput
lendir mulut, hidung, sinus paranasalis, gigi, dan juga dengan perantaraan cabang motorik kecil
yang mempersarafi otot-otot pengunyah. nervus trigeminus terdiri dari tiga cabang, yaitu nervus
optalmikus, nervus maksilaris, dan nervus mandibula. Nervus trigeminal merupakan saraf
gabungan antara saraf sensori dan motorik, namun sebagian besar terdiri dari saraf sesori. (James
Veldman, 2003; Evelyn C. Pearce, 2014).
Neuron motorik merupakan saraf yang berasal dari pons dan menginversi otot mastikasi,
kecuali otot buksinator. Sedangkan neuron sensori merupakan saraf yang terletak di dalam
ganglion trigeminal (semilunar) (James Veldman, 2003).
Berikut merupakan cabang-cabang dari nervus trigeminus menurut Iskandar Japardi (2003).
1. Nervus optalmikus
Nervus optalmikus merupakan cabang pertama yang berfungsi sebagai saraf sensori dan
mempersarafi bulbus, glandula lacrimalis, conjuntiva, mukasovakum nasi, kulit hidung,
palpebra, dahi, kulit kepala. Membentang ke ventral didinding sinus lateral cavernosus
dibawah n.okulamotorius dan troghlearis. Nervus optalmikus terdiri dari 3 bagian, yaitu:
a. N.lakrimalis; cabang terkecil memasuki orbita melalui tepi lateral fissura orbitalis
superior, membentang pada tepi atas m.rectus lateralis bersama-sama a.lakrimalis.
Menerima r.zygomatikus n.maksilaris mengandung serabut sekretori untuk glandula
lakrimalis.
b. N.frontalis; memasuki rongga orbita melalui bagian FOS terletak diatas otot dan
membentang diantara m.levator palpebra superior dan peiosteum. Pada pertengahan
orbita bercabang dua menjadi n.supratroclearis dan n.supraorbitalis.
c. N.nasosiliaris; masuk orbita melalui bagian medial FOS, menyilang n.optikus menuju
dinding medial orbita dan selanjutnya sebagai n.ethmoidalis anterior, masuk kedalam
cavum cranii melalui foremen ethmoidalis anterior, berjalan diatas lamina kribosa dan
turun ke cavum nasi melalui celah disisi crista gali. N.nasosiliaris menerima
r.komunikan ganglion siliaris dan mempercabangkan n.siliaris longus,
n.infratrochlearis dan n.ethmoidalis posterior.
2. Nervus maksilaris
Nervus maksilaris terdapat di ganglion trigeminal divisi ini berjalan kedepan pada
dinding lateral sinus cavernosus dibawah N.VI, dan meninggalkan fossa crani melalui
foramen rotundum dan memasuki bagian superior dari fossa pterygopalatina. Sesudah
memutari sisi lateral processus orbitalis dari os platina, memasuki orbital melalui fissura
orbitalis inferior. Berjalan kedepan pada sulcus infraorbitali pada orbital floor dan
berubah nama menjadi n.infraobita. selanjutnya memasuki canalis dan keluar pada pipi
melalui foramen infraorbitalis untuk mempersarafi kulit palpebra inferior, kulit sisi
hidung dan pipi, bibir atas dan mucosa bibir atas dan pipi. Nervus maksilari terdiri dari 3
cabang, yaitu:
Nama :
NIM :
Kelas :
1
Persiapan alat (Sarung tangan, pen light, kertas)
2
Cuci tangan
Tahap orientasi
3
Memperkenalkan diri
4
Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
5
Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
6
Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
Tahap Kerja
7 Meminta klien merapatkan gigi. Kemudian perawat mengamati
muskulus masester dan muskulus temporalis
Tahap Terminasi
15
Evaluasi hasil pengkajian
16 Beri reinforcement positif pada klien
19 Cuci tangan
Nervus Vestibularis
Nervus Vertibularis intinya terdiri dari 4 bagian yaitu medial, superior, inferior dan
lateral. Nukleus ini terletak di bagian dorsal antara pons dan medulla sehingga menjadi
bagian depan/dinding dari ventrikel IV. Pengetahuan mengenai nukleus vestibularis
inferior masih sangat sedikit. Nukleus vestibularis lateral dan medial berperan dalam
refleks labiryntine statis, sedangkan nukleus vestibularis medial dan superior berperan
dalam refleks dinamis dan vestibuloocular.
Pada daerah fundus dari meatus acustikus internus, bagian vestibuler dari
N.vestibulocochlearis, meluas untuk membentuk ganglion vestibuler yang kemudian
terbagi menjadi divisi dan superior clan inferior. Kedua divisi ini kemudian berhubungan
dengan canalis semisirkularis.
Nervus Cochlearis
Nervus Cochlearis intinya dari dua bagian, yaitu ventral dan dorsal, letaknya
disebelah lateral pedunkulus serebelli inferior. Tonjolan inti cochlearis pada dinding
ventrikel IV disebut acoustic tubercle. Serabut dari N.Cochlearis akan berjalan ke cochlea
dan membentuk ganglion spirale cochlea, serabutnya berakhir Pada sel-sel rambut
organon corti di ductus cochlearis.
Fisiologi
1. Pendengaran
Suara merupakan gelombang getaran akan diterima oleh membrana tympani dan
getaran ini akan diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran (maleus, incus, dan stapes) di
rongga telinga tengah. Selanjutnya akan diterima oleh "oval window" dan diteruskan ke
rongga cochlea serta dikeluarkan lagi melalui "round window". Rongga cochlea terbagi
oleh dua sera menjadi tiga ruangan, yaitu scala vestibuli, scala tympani dan scala
perilimfe dan endolimfe. Antara scala tympani dan scala medial terdapat membran
basilaris, sel-sel rambut dan serabut afferen dan efferen nervus cochlearis.
Dengan kontraksi otot-otot tersebut menurunkan transmisi dari vibrasi suara dari
gendang telinga ke oval window. Dengan demikian mekanisme ini membantu melindungi
organ pendengaran apabila ada stimulasi yang terlalu tinggi dan dapat mengakibatkan
kerusakan reseptor cochlea.
3. Reseptor Vestibularis
1. Traktus Vestibulospinalis
Serabut aferen yang berasal dari canalis semicircularis berjalan sebagai nervus
vestibularis, masuk ke inti nervus vestibularis, selanjutnya ada yang berjalan ke serebelum
(floculus, nodulus dan nucleus fastigial). Di dalam ini nervus vestibularis akan berganti sinaps,
serabutnya akan berjalan ke medulla spinalis ada dua macam yaitu tractus vestibulospinalis
lateralis (sifatnya inhibisi atau eksitasi) terhadap otot-otot pergerakan dan penting dalam
menjaga keseimbangan postural
1. PENGERTIAN Pemeriksaan saraf vestibulokoklearis yaitu suatu pemeriksaan
yang dilakukan pada bagian telinga.
2. TUJUAN 1. Mengetahui keseimbangan klien
2. Mengetahui ada tidaknya gangguan pada N.VIII
3. INDIKASI 1. -
7. CARA KERJA
1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Cek alat dan bahan yang akan digunakan
3. Posisikan klien senyaman mungkin
4. Detik Arloji
Arloji di tempelkan di telinga, kemudian di jatuhkan sedikit demi sedikit sampai
tak terdengar lagi di bandingkan kanan dan kiri
5. Gesekan Jari
6. Tes Webber
- Garputala diletakkan di dahi penderita.
- Pada keadaan normal kiri dan kanan sama keras (penderita tidak dapat
menentukan di mana yang lebih keras).
- Bila terdapat tuli konduksi di sebelah kiri, misal oleh karena otitis media, pada
tes
- Weber terdengar kiri lebih keras. Bila terdapat tuli persepsi di sebelah kiri, maka
tes Weber terdengar lebih keras di kanan.
7. Tes Rinne
- Tujuan untuk membandingkan pendengaran melalui tulang dan udara dari
penderita.
- Pada telinga sehat, pendengaran melalui udara di dengar lebih lama daripada
melalui tulang.
- Garputala ditempatkan pada planum mastoid sampai penderita tidak dapat
mendengarnya lagi, kemudian garpu tala dipindahkan ke depan meatus
eksternus. Jika pada posisi yang kedua ini masih terdengar dikatakan tes positif,
pada orang normal atau tuli persepsi, tes Rinne ini positif. Pada tuli konduksi tes
Rinne negatif.
Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan
1.Pemeriksaan dengan Tes Kalori :
- Bila telinga kiri dimasukkan air dingin timbul nistagmus ke kanan. Bila telinga kiri
dimasukkan air hangat akan timbul nistagmus ke kiri.
- Bila ada gangguan keseimbangan,maka perubahan temperatur air dingin dan hangat ini
tidak menimbulkan reaksi.
2.Pemeriksaan dengan Past Ponting Test:
Penderita diminta untuk menyentuh ujung jari pemeriksa dengan jari telunjuknya,
kemudian dengan mata tertutup penderita diminta untuk mengulangi, normal penderita
harus dapat melakukannya
3.Berdiri dengan mata tertutu dengan salah satu kaki klien diangkat selama 30 detik.
8. HASIL
Dokumentasikan Nama Tindakan/Tanggal/Jam Tindakan, Hasil yang Diperoleh, Respon
Klien Selama Tindakan, Nama dan Paraf Perawat Pelaksana.
9. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Kesehatan klien sebelum dan sesudah tindakan.
2. Privasi klien saat tindakan.
10. Referensi
Campbell, W.M., 2013. DeJong’s The Neurologic Examination 7th ed, Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia.
Biller, J., Gruener, G., Brazis, P., 2011. DeMeyer’s The Neurologic Examination 6th ed.
McGraw Hill, New York.
Buckley, G., van Allen, M.W., & Rodnitzky, R. L., 1981. Pictorial Manual of
Neurological Tests, Year Book Medical Publisher, Chicago.
Sidharta, P., 1995. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, Dian Rakyat,Jakarta.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan No. 37. Telp./Fax (0331) 323450 Jember
Nama :
NIM :
Kelas :
0 1 2
1
Persiapan alat (Sarung tangan, Garpu tala dan Jam tangan )
2
Cuci tangan
Tahap Orientasi
3
Memperkenalkan diri
4
Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
5
Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
6
Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
Tahap Kerja
Pemeriksaan Weber
9
Melakukan Pemeriksaan Weber dengan benar
10
Menjelaskan interpretasi pemeriksaan weber dengan benar
Pemeriksaan Rinne
12
Melakukan Pemeriksaan Rinne dengan benar
13
Menjelaskan interpretasi Rinne dengan benar
Pemeriksaan Schwabach
14
Melakukan pemeriksaan Schawabach dengan benar
16 Menjelaskan interpretasi pemeriksaan Schawabach dengan benar
24 Berdiri dengan mata tertutup dengan salah satu kaki klien diangkat
selama 30 detik
Tahap Terminasi
29 Cuci tangan
Syaraf glosofaringeus merupakan syaraf motoric utama bagi faring, yang berperan
penting dalam proses menelan. Selain tugas motoric, syaraf glosofaringeus mengatur inervasi
sensorik eksteroseptif permukaan orofaring dan pengecapan setengan bagian belakang lidah
(Arif, 2008:49)
Fungsi nervus glosofaringeus sebagai saraf lidah dan tekak. Saraf ini melewati lorong
diantara tulang belakang dan tulang karang, terdapat dua buah simpul saraf sebelah atas
dinamakan ganglion jugularis. Sebelah bawah ganglion petrosum saraf berhubungan dengan
nervus fasialis dan nervus simpatis ranting XI untuk faring dan tekak (Syaifuddin, 2017:206).
JUDUL SOP:
7. CARA BEKERJA
Dokumentasikan :
1. Tanggal/jam tindakan
2. Nama tindakan
3. Respon klien selama tindakan (respon subyektif dan obyektif)
4. Catat jika ada ekspresi dari klien ketika tindakan pemberian larutan cuka dan
garam, reflek muntah dan reflek palatal.
5. Nama dan para perawat
9. Hal-hal yang diperlukan
Nama :
NIM :
Kelas :
No Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
1
Persiapan alat (Sarung tangan, Penlight)
2
Cuci tangan
Tahap orientasi
3
Memperkenalkan diri
4
Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
5
Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
6
Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
Tahap Kerja
Melakukan Pemeriksaan N. IX
Tahap Terminasi
10
Evaluasi hasil pengkajian
11 Beri reinforcement positif pada klien
14 Cuci tangan
Jember, …………………..2018
Penilai,
( )
SYARAF KRANIAL NERVUS XII
Saraf otak (nervus cranialis) adalah saraf perifer yang berpangkal pada batang otak dan otak.
Fungsinya sebagai sensorik, motorik dan khusus. Fungsi khusus adalah fungsi yang bersifat
panca indera, seperti penghidu, penglihatan, pengecapan, pendengaran dan keseimbangan.
Saraf otak terdiri atas 12 pasang, saraf otak pertama langsung berhubungan dengan otak tanpa
melalui batang otak, saraf otak kedua sampai keduabelas semuanya berasal dari batang otak.
Saraf otak kedua dan ketiga berpangkal di mesensefalon, saraf otak keempat, lima, enam dan
tujuh berinduk di pons, dan saraf otak kedelapan sampai keduabelas berasal dari medulla
oblongata. (1)
ANATOMI
Nervus hipoglosus berinti di nukleus hipoglosus yang terletak di samping bagian dorsal
fasikulus longitudinalis medialis pada tingkat kaudal medulla oblongata. Radiksnya melintasi
substansia retikularis di samping fasikulus longitudinalis medialis, lemniskus medialis dan
bagian medial piramis. Ia muncul pada permukaan ventral dan melalui kanalis hipoglosus ia
keluar dari tengkorak. Di leher ia turun ke bawah melalui tulang hioid. Dari situ ia membelok
ke medial dan menuju ke lidah. Dalam perjalanan ke situ ia melewati arteria karotis interna
dan eksterna, dan terletak dibawah otot digastrikus dan stilohiodeus. Otot-otot lidah yang
menggerakkan lidah terdiri dari muskulus stiloglosus, hipoglosus, genioglosus, longitudinalis
inferior dan longitudinalis superior. Mereka semua dipersarafi nervus hipoglosus. Kontraksi
otot stiloglosus mengerakkan lidah keatas dan ke belakang. Jika otot genioglosus
berkontraksi, lidah keluar dan menuju ke bawah. Kedua otot longitudinal memendekkan dan
mengangkat lidah bagian garis tengah. Dan otot hipoglosus menarik lidah ke belakang dan ke
bawah. (1)
DEFINISI
Nervus hipoglosus (N. XII) adalah saraf motorik ekstrinsik dan intrinsik lidah. (2)
Parese nervus hipoglosus adalah gangguan fungsi motorik akibat adanya lesi jaringan saraf
pada nervus hipoglosus. (1,3)
ETIOLOGI
Parese nervus hipoglosus dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
MANIFESTASI KLINIS
Lesi pada satu nervus hipoglosus akan akan memperlihatkan di sisi pipi lateral:
1. Separuh lidah yang menjadi atrofis, dengan mukosa yang menjadi longgar dab
berkeriput. Mungkin pula akan tampak fibrilasi pada otot-otot lidah yang atrofis.
2. Bila lidah itu dijulurkan keluar akan tampak bahwa ujung lidah itu memperlihatkan
deviasi ke sisi yang sakit. Deviasi ujung lidah ke sisi yang sakit timbul karena
kontraksi M. genioglussus di sisi kontralateral (bila M. genioglossus kanan dan kiri
berkontraksi dan kedua otot itu sama kuatnya, maka lidah itu akan dijulurkan lurus ke
depan, Bila satu otot adalah lebih lemah dari yang lainnya, maka akan timbul deviasi
dari ujung lidah ke sisi otot yang lumpuh).
3. Di dalam mulut sendiri akan tampak bahwa ujung lidah itu mencong ke sisi yang
sehat. Keadaan ini timbul karena tonus otot-otot lidah di sisi yang sehat adalah
melebihi tonus otot-otot lidah di sisi yang sakit.
4. Motilitas lidah akan terganggu sehingga di sisi yang sakit misalnya akan tampak ada
sisa-sisa makanan di antara pipi dan gigi-geligi.
5. Karena lidah berperanan dalam mekanisme menelan dan artikulasi, maka gejala-gejala
kelumpuhan paralysis nervus hipoglosus berupa sukar menelan dan bicara pelo. (1,4,5,6)
Nervus hipoglosus mungkin mengalami lesi sendiri-sendiri terlepas daripada yang lainnya,
tetapi dapat pula mengalami gangguan bersama, misalnya parese nervus hipoglosus, parese
nervus asesorius, parese nervus vagus, dan parese nervus glosofaringeus. (4,6)
Dalam hal yang terakhir ini akan timbul bermacam-macam sindrom, yaitu:
1. Sindrom bulbar
Pada sindrom bulbar akan tampak paralisis nervus hipoglosus, nervus asesorius, nervus vagus,
dan nervus glosofaringeus.
Hal ini dapat ditimbulkan oleh: (1) infiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring, (2)
meningitis tuberculosa atau luetika, (3) fraktur basis kranii (atau traksi saraf-saraf tersebut
pada trauma kapitis).
Sindrom ini dapat ditimbulkan oleh: (1) infiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring, (2)
fraktur basis kranii (atau traksi saraf-saraf tersebut pada trauma kapitis), (3) meningitis
tuberculosa atau luetika, (4) periflebitis/trombosis dari vena jugularis.
Sindrom spasmium parafaringeal dapat timbul pada: (1) abses retrofaringeal, (2) abses
peritonsiler.
DIAGNOSIS
Diagnosis parese nervus hipoglosus ditegakkan dengan anamnesis serta gejala kinis yang ada,
anamnesis mengenai ada tidaknya riwayat trauma kapitis (sebagaimana telah dijelaskan diatas
bahwa trauma kapitis dapat menyebabkan traksi pada nervus hipoglosus sehingga terjadi
parese pada nervus hipoglosus) atau fraktur basis kranii.
Ananmesis yang lain yang tentunya akan mengarahkan kita kepada riwayat-riwayat penyakit
ataupun tumor yang secara lansung ataupun tidak langsung akan menyebabkan parese nervus
hipoglosus.
Untuk mengetahui gejala-gejala atau manifestasi yang ditimbulkan oleh parese nervus
hipoglosus, dapat dilakukan pemeriksaan nervus hipoglosus dengan cara:
8. Mencuci tangan
9. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
10. Lindungi privasi klien dengan menutup tirai ruangan
11. Posisikan kursi periksa sampai ketinggian kerja yang nyaman
12. Cek alat dan bahan yang akan digunakan
13. Posisikan klien senyaman mungkin
14. Suruh penderita membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat
dan bergerak
15. Minta pasien menjulurkan lidahnya, perhatikan apakah posisi lidah simetris atau
mencong
16. Pada parese satu sisi, lidah dijulurkan mencong ke sisi yang lumpuh.
17. Jika terdapat kelumpuhan pada dua sisi, lidah tidak dapat digerakkan atau
dijulurkan.
18. Terdapat disartria (cadel, pelo) dan kesukaran menelan. Selain itu juga
didapatkan kesukaran bernapas, karena lidah dapat terjatuh ke belakang,
sehingga menghalangi jalan napas.
19. Untuk menilai tenaga lidah kita suruh pasien menggerakkan lidahnya ke segala
jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya. Kemudian pasien disuruh
menekankan lidahnya pada pipinya. Kita nilai daya tekannya ini dengan jalan
menekankan jari kita pada pipi sebelah luar. Jika terdapat parese lidah bagian
kiri, lidah tidak dapat ditekankan ke pipi sebelah kanan, tetapi ke sebelah kiri
dapat. (Alwiucil, 2015)
20. Beritahu bahwa tindakan sudah selesai
21. Bereskan alat dan bahan yang telah digunakan
22. Kaji respon klien(subyektif dan obyektif)
8. HASIL
Campbell, W.M., 2013. DeJong’s The Neurologic Examination 7th ed, Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia.
Biller, J., Gruener, G., Brazis, P., 2011. DeMeyer’s The Neurologic Examination 6th ed.
McGraw Hill, New York.
Buckley, G., van Allen, M.W., & Rodnitzky, R. L., 1981. Pictorial Manual of
Neurological Tests, Year Book Medical Publisher, Chicago.
Sidharta, P., 1995. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, Dian Rakyat,Jakarta.
Nama :
NIM :
Kelas :
0 1 2
1
Persiapan alat (Hanscoon, spatel, kasa)
2
Cuci tangan
Tahap orientasi
3
Memperkenalkan diri
4
Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
5
Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
6
Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
Tahap Kerja
7
Posisikan klien senyaman mungkin
8
Posisikan klien senyaman mungkin
9 Suruh penderita membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan
istirahat dan bergerak
10 Minta pasien menjulurkan lidahnya, perhatikan apakah posisi lidah
simetris atau mencong (Pada parese satu sisi, lidah
dijulurkan mencong ke sisi yang lumpuh & Jika terdapat kelumpuhan
pada dua sisi, lidah tidak dapat digerakkan atau dijulurkan)
11 Menilai tenaga lidah kita suruh pasien menggerakkan lidahnya ke
segala jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya. Kemudian pasien
disuruh menekankan lidahnya pada pipinya. Kita nilai daya tekannya
ini dengan jalan menekankan jari kita pada pipi sebelah luar. Jika
terdapat parese lidah bagian kiri, lidah tidak dapat ditekankan ke pipi
sebelah kanan, tetapi ke sebelah kiri dapat
12
Beritahu bahwa tindakan sudah selesai
Tahap Terminasi
13
Evaluasi hasil pengkajian
14 Beri reinforcement positif pada klien
17 Cuci tangan
Nilai :
(Skor total/44X100 =...........
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, Edi. 2018. Parese Nervus Hipoglosus. Edi Iskandar. (diakses pada tanggal 6 juni
2018) https://www.scribd.com/doc/142769515/Parese-Nervus-Hipoglosus